• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep gerak dan gaya pada siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep gerak dan gaya pada siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI TENTANG KONSEP GERAK DAN GAYA PADA SISWA KELAS XI IPA SMAK FRATERAN MAUMERE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Agnes Plewan Bine Jawan

121424045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI TENTANG KONSEP GERAK DAN GAYA PADA SISWA KELAS XI IPA SMAK FRATERAN MAUMERE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Agnes Plewan Bine Jawan

121424045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

‘’Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang

ada pada Ku mengenaikamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikanmu hari depan yang penuh harapan ”

Yeremia 29 : 11

Karya Ilmiah Ini saya persembahakan kepada :

TUHAN YESUS DAN BUNDA MARIA

Untuk segala kekuatan, pertolongan, bantuan, yang selalu Engkau berikan

Bapa Laurensius dan Mama Adelina

Untuk segala dukungan doa, motivasi dan kasih sayang yang diberikan

Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Agnes Plewan Bine Jawan. 2017. PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI TENTANG GERAK DAN GAYA PADA SISWA KELAS XI IPA SMAK FRATERAN MAUMERE. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kata Kunci : Gerak, Gaya, Pemahaman Konsep, Miskonsepsi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere, (2) terjadinya miskosepsi pada pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere, (3) penyebab miskonsepsi pada pemahaman konsep gerak dan gaya oleh siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere.

Penelitian ini dilakukan di SMAK Frateran Maumere pada tanggal 2 Agustus sampai dengan 11 Agustus 2016,dengan mengambil sampel seluruh siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere. Subjek penelitian berjumlah 94 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dan tes wawancara. Data tes tertulis dianalisis mengunakan CRI, bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan miskonsepsi siswa pada materi gerak dan gaya. Tes wawancara dianalisis menggunakan coding bertujuan untuk mendukung hasil tes tertulis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa XI IPA SMAK Frateran Maumere tentang gerak dan gaya sangatlah rendah, siswa belum bisa menjelaskan materi gerak dan gaya dengan baik; (2) tingkat miskonsepsi siswa tentang materi gerak dan gaya tinggi, miskonsepsi banyak terjadi pada topik gerak jatuh bebas, gerak vertikal keatas dan gaya gesek pada benda diam; (3) penyebab dari miskonsepsi tersebut adalah siswa menghubungkan satu besaran dengan besaran lainya, siswa memandang benda sebagai benda hidup, siswa membuat pengertian yang salah, siswa belum memahami besaran yang bekerja pada suatu benda, siswa berintuisi yang salah, dan yang terakhir siswa mengambil kesimpulan yang tidak lengkap atau salah.

(9)

ABSTRACT

Agnes Plewan Bine Jawan. 2017. THE UNDERSTANDING AND THE MISCONCEPTION OF THE CONCEPT OF MOTION AND FORCE IN CLASS XI SCIENCE SMAK FRATERAN MAUMERE. Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is a quantitative descriptive research and qualitative descriptive research which aims to understand: (1) the level of understanding of students in class XI Science SMAK Frateran Maumere, (2) the occurrence of misconception on student's understanding in class XI Science SMAK Frateran Maumere, and (3) the cause of misconception in understanding the concept of motion and force in class XI Science SMAK Frateran Maumere.

This research was conducted on 2 until 11 August 2016 in SMAK Frateran Maumere, by taking the sample in class XI consisted of 94 students. The data were obtained through the written test and the interview. The data of the written test were analyzed using CRI which aims to know the level of the understanding and the misconception of students in the field of motion and force and the interview was analyzed using coding which aims to support the result of the written test.

The results show that (1) the level of student's understanding in class XI SMAK Frateran Maumere on motion and force is very low, the students cannot explain the matter of motion and force well; (2) the level of student's misconceptions is mostly happened on the topic of motion of free fall, the motion of upwards vertical and the frictional force on the stationary objects, and (3) the causes of the misconceptions are the students connect the dimension with the other dimensions, the students look at the objects as the living things, the students create a false understanding, the students do not understand the dimension acting on an object, the students have the wrong intuition, and the students draw the incorrect or the incomplete conclusions.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

rahmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

yang berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gerak Gaya pada Siswa Kelas

XI IPA SMAK Frateran Maumere. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Fisika, Universitas Sanata

Dhrama. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukan merupakaan akhir dari

belajar, karena belajar adalah proses yang akan terjadi terus menerus.

Dalam penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian skripsi ini, tak lepas dari

dukungan dan uluran tanggan berbagi pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengungkapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Paul Suparno, SJ. M.S.T selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan masukan untuk perbaikan penulisan menjadi lebih baik,

serta motivasi-motivasi agar peneliti tetap semangat.

2. Drs. Severinus Domi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen

yang menvalidasi instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti.

3. Seluruh dosen di program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama

perkuliahan.

4. Kedua orang tua penulis, Ayah Laurensius Narantake Jawan dan Ibu Adelina

Liu yang telah menjadi orang tua terhebat, Almarhum Bapak Kristoforus

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR GAMBAR………... xvii

(13)

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. LANDASAN TEORI... 7

A. Konsep... 7

B. Pemahaman Konsep ... 8

C. Miskonsepsi ... 9

D. Penyebab Miskonsepsi... 13

E. Mendeteksi dan Mengatasi Miskonsepsi ... 21

F. Miskonsepsi pada Bidang Mekanika... 22

G. Konsep Gerak dan Gaya... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 52

A. Jenis Penelitian... 52

B. Waktu dan Tempat ... 52

C. Partisipan ……….. 53

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 53

E. Desain Penelitian……… 59

(14)

G. Metode Analisis Data... 62

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 69

A. Deskripsi Sekolah... 69

B. Data………... 73

C. Analisa Data ... 82

D. Pembahasan………... 116

E. KeterbatasanPenelitian………... 122

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 123

A. Kesimpulan………... 123

B. Saran... 124

DAFTAR PUSTAKA………... 125

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Tentang Miskonsepsi pada

Bidang Mekanika pada Level SMA. ……….. 23

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Soal Tes Tertulis………... 54

Tabel 3.2 Kisi –Kisi Wawancara ………... 56

Tabel 3.3 Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI………... 60

Tabel 3.4 Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan CRI ………. 62

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Soal………. 63

Tabel 3.6 Contoh kombinasi antara setiap pertanyaan yang diberikan dengan CRI……… 63

Tabel 3.7 Format Analisis Data Tes Tertulis untuk Seluruh Siswa………. 64

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Tiap Kelas………. 73

Tabel 4.2 Presentase Miskonsepsi Siswa berdasarkan nomor soal……….. 74

Tabel 4.3 Presentase pemahaman siswa berdasarkan nomor soal………… 78

Tabel 4.4 Presentase Pemahaman Sampel untuk Setiap Soal………. 84

Tabel 4.5 Presentase Miskonsepsi Sampel untuk Setiap Soal………. 86

Tabel 4.6 Presentase Pemahaman Berdasarkan Sub Topik……….. 89

(16)

Tabel 4.8 Bentuk Pemahaman Siswa Berdasarkan Sub Topik………….... 93

Tabel 4.9 Bentuk Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Sub Topik……… 96

Tabel 4.10 Presentase Tingkat Pemahaman Siswa

Secara Keseluruhan…...………... 100

Tabel 4.11 Presentase Tingkat MiskonsepsiSiswa

Secara Keseluruhan………...………. ... 104

Tabel 4.12 Tingkat Pemahaman Tiap Kelas………….……… 110

(17)

DAFTAR GRAFIK

Grafik GLB 2.1 Hubunganantara s terhadap t……….... 29

Grafik GLB 2.2 Hubunganantara v terhadap t, dengan v konstan………... 29

Grafik GLBB 2.3 Hubungan s terhadap t………. 31

Grafik GLBB 2.4 Hubungan v terhadap t………. 31

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Perpindahan Benda………... 27

Gambar 2.2 Gerak Melingkar………. 36

Gambar 2.3 Hubungan roda sepusat……….. 40

Gambar 2.4 Hubungan Roda Bersinggungan Langsung……… 41

Gambar 2.5 Hubungan Roda Bersinggungan dengan tali………. ... 46

Gambar 2.6 Benda diatas Bidang Miring………. 49

Gambar 2.7 F< fs sehingga benda diam………... 50

Gambar 2.8 F=fs sehingga benda masih diam……….. 50

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ………128

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian………129

Lampiran 3. Surat Keterangan Validasi Instrumen Soal Tes……… 130

Lampiran 4. Daftar Hadir Tes Tertulis………. 139

Lampiran 5. Daftar Hadir Wawancara………..141

Lampiran 6. Soal Tes Tertulis……….……...147

Lampiran 7. Lembaran Jawaban Partisipan……….162

Lampiran 8. Kunci Jawaban Tes Tertulis……… 172 Lampiran 9. Sampel Tes Tertulis……….... 174 Lampiran 10. Tabel Data CRI………... 183

Lampiran 11. Tabel Alasan Siswa……….. 225 Lampiran 12. Soal Wawancara………... 243

(20)
(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap kegiatan manusia di dunia ini berkaitan langsung dengan

konsep fisika, misalnya memanaskan air yang merupakan peristiwa perpindahan

kalor.Ilmu fisika merupakan ilmu yang sebenarnya kita sudah dapatkan dari

peristiwa-peristiwa fisika disekitar kita.Peristiwa-peristiwa fisika ini kemudian

dipelajari kembali dalam pelajaran fisika di sekolah.Menurut Van Den Berg

(1991) siswa tidak memasuki pelajaran fisika dengan kepala kosong yang dapat

diisi dengan pengetahuan fisika.Tetapi sebaliknya kepala siswa sudah memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran yang

diajarkan.

Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk intuisi dan “teori siswa”

mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia. Intuisi

dan “teori” yang dibuat belum tentu benar atau sesuai dengan konsep fisika yang

sudah ditemukan oleh ahli sebelumnya.Beberapa penelitian dalam lingkup

pendidikan fisika tentang miskonsepsi ditemukan banyak siswa secara tidak

(22)

Miskonsepsi didefinisikan sebagai kesalahpahaman tentang sebuah konsep

atau pemahaman konsep yang tidak sesuai yang mungkin terjadi selama proses

belajar mengajar. Van Den Berg (1991) menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah

pola berfikir yang konsisten pada suatu situasi atau masalah yang berbeda-beda

tetapi pola berpikir itu salah, atau dengan kata lain konsepsi siswa bertentangan

dengan konsep fisikawan, biasanya menyangkut hubungan antar konsep,

sedangkan menurut psikologi kognitif timbulnya miskonsepsi disebabkan adanya

asimilasi dan akomodasi pada otak manusia dalam menanggapi dan memahami

informasi yang baru diterimanya.

Menurut piaget dalam Robert E. Slavin (2008), pengertian asimilasi adalah

proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari skema yang ada,

sedangkan akomodasi adalah proses mengubah skema yang ada agar sesuai

dengan situasi baru. Proses perubahan perkembangan dari asimilasi ke akomodasi

ini, yang dapat menyebabkan miskonsepsi pada suatu konsep. Miskonsepsi

disebabkan oleh berbagai hal misalnya; siswa, guru, sumber belajar, pengalaman

kehidupan dan sebagainya.

Dalam pembelajaran miskonsepsi terjadi apabila guru tidak memperhatikan

miskonsepsi yang sudah terjadi sebelum pelajaran dimulai, atupun tidak mampu

menenanamkan konsep yang benar dalam kegiatan pembelajaran tersebut, maka

miskonsepsi tersebut akan berlanjut dan digunakan oleh siswa sampai ke sekolah

(23)

satu sama lain sehingga, jika terjadi miskonsepsi pada konsep sebelumnya

kemungkinan mempengaruhi pembelajaran konsep selanjutnya yang berhubungan

dengan konsep tersebut.

Miskonsepsi banyak terjadi dalam pembelajaran fisika. Dalam artikel

Research on Alternative Conceptions in Science (Wandersee, Minzes, dan Novak 1994 dalam Suparno 2005 ), menjelaskan bahwa konsep alternative terjadi dalam

semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, dan

300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70

tentang panas; optika dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta

10 studi mengenai fisika modern. Dalam artikel ini dapat dilihat bahwa bidang

mekanika berada pada tingkat yang pertama yang banyak mengalami

miskonsepsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Martina yang berjudul “ Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gaya pada Siswa di Empat Sekolah Menengah Atas Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta,” menunjukan bahwa masih banyak terjadi miskonsepsi pada konsep gaya. Dalam penelitian ini miskonsepsi terjadi pada

konsep kinematika, Hukum I Newton, Hukum II Newton, Hukum III Newton,

Prinsip Superposisi, dan macam-macam gaya. Dalam Tesis Cicilia Saw (1990

dalam Van den Berg 1990) yang meneliti miskonsepsi siswa mengenai gaya pada

(24)

miskonsepsi gaya pada benda diam, menentukan gaya normal dalam suatu sistem,

Hukum Newton I, Hukum Newton III.

Miskonsepsi juga terjadi dalam materi gerak, misalnya dua benda yang

mempunyai massa yang berbeda dijatuhkan dalam waktu dengan ketinggian yang

sama. Banyak sekali siswa yang menjawab bahwa benda yang mempunyai massa

yang lebih berat akan menyentuh lantai terlebih dahulu sedangkan dalam konsep

fisika massa tidak berpengaruh pada benda yang mengalami peristiwa gerak jatuh

bebas, dan masih banyak sekali miskonsepsi yang terjadi dalam materi gerak.

Beberapa hasil penelitian diatas menginspirasi peneliti untuk melakukan

penelitian tentang miskonsepsi yang berhubungan dengan konsep Gerak dan

Gaya. Penelitian ini akan dilakukan di sekolah yaitu pada SMAK Frateran

Maumere. Penelitian dilakukan di tempat ini, karena peneliti merupakan tamatan

atau alumni dari SMA tersebut.Selain mudah untuk berinteraksi, peneliti pun

pernah mengalami miskonsepsi saat berada di SMAK Frateran Maumere dan baru

mengetahuinya ketika duduk dibangku kuliah.Pada SMAK Frateran Maumere ini

pun belum dilakukan penelitian yang berhubungan dengan miskonsepsi dan

peneliti mengambil sekolah ini sebagai sampel untuk penelitiannya. Penelitian ini

dilakukan pada kelas XI IPA, karena kelas ini sudah mendapatkan materi gerak

dan gaya saat berada di kelas X, sehingga mempermudah peneliti untuk

(25)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka pembatasan dan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK Frateran

Maumere tentang konsep gerak dan gaya?

2. Apakah terjadi miskonsepsi pada pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK

Frateran Maumere tentang konsep gerak dan gaya?

3. Apa penyebab terjadi miskonsepsi pada pemahaman siswa kelas XI IPA

SMAK Frateran Maumere tentang konsep gerak dan gaya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Tingkat pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere

tentang konsep gerak dan gaya.

2. Terjadinya miskonsepsi pada pemahaman siswa kelas XI IPA SMAK

Frateran Maumere tentang konsep gerak dan gaya.

3. Penyebab miskonsepsi pada pemahaman konsep mekanika oleh siswa XI

(26)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru:

Mengetahui hasil belajar siswa tentang konsep gerak dan gaya.

 Mengatasi terjadinya miskonsepsi dalam pembelajaran fisika

khususnya konsep gerak dan gaya.

2. Bagi siswa :

 Mengetahui seberapa jauh pemahamannya terhadap konsep gerak dan

gaya

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali konsep yang terbentuk dalam

otak. Ketika berpikir bahwa meja berbentuk bulat dan bukan benda hidup, maka

konsep tersebut akan tetap melekat di kepala, sampai melihat meja yang lain yang

mungkin berbentuk panjang, persegi dan lain sebagainya. Konsep yang akan

melekat di kepala tentang meja adalah meja berbentuk bulat, persegi, panjang,

dan bukan benda hidup. Contoh lainnya adalah manusia.Manusia merupakan

mahkluk hidup yang mempunyai ciri-ciri seperti bisa bernapas. Kemudian dengan

melihat perbedaan ciri-ciri antara manusia dan meja, otak akan dapat

membedakan konsep meja dan konsep manusia.

Menurut Van de Breg (1991), konsep merupakan benda-benda,

kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas data yang

terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Konsep juga

merupakan abstraksi dari ciri-ciri suatu yang mempermudah komunikasi antara

manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir.Tafsiran setiap orang

terhadap konsep berbeda-beda sehingga kadang-kadang penafsiran yang salah

(28)

B. Pemahaman Konsep

Ilmu pengetahuan yang dipelajari tidak terlepas dari konsep.Ilmu

pengetahuan terdiri dari banyak konsep yang terus dikembangkan untuk

kepentingan manusia.Ketika belajar tentang ilmu pengetahuan, secara tidak

langsung yang dipelajari adalah sebuah konsep.Konsep tersebut kemudian

berkembang sejalan dengan tingkat pendidikan.Setiap konsep berhubungan

dengan konsep lainnya, misalnya konsep percepatan yang konstan terdapat dalam

konsep gerak lurus berubah beraturan.Dalam mempelajari hubungan antara dua

konsep biasanya terjadi salah tafsiran. Menurut Van de Breg (1991), seringkali

para pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan

antara konsep dengan konsep-konsep lainnya. Dengan demikian konsep baru

tidak masuk jaringan konsep yang telah ada dalam kepala siswa, tetapi konsep

tersebut berdiri sendiri tanpa hubungan Mikonsepsi (Paul, 2005) adalah suatu

konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.Beberapa

peneliti lebih suka mengunakan istilah konsep alternatif, karena dengan istilah itu

menunjukan keaktifan dan peran siswa mengontruksikan pengetahuan

mereka.Selain itu, konsep yang dianggap salah tersebut dalam banyak hal dapat

membantu dalam memecahkan persoalan hidup mereka.Miskonsepsi atau salah

konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu, misalnya siswa

(29)

bergerak. Kemudian konsep ini diasumsikan tidak ada gaya yang bekerja pada

mobil tersebut. Konsep ini merupakan konsep yang salah meskipun mobil tidak

bergerak, tetapi pada mobil bekerja gaya dorong yang terjadi akibat dorongan

orang tersebut.

Dengan konsep lainnya, maka konsep tersebut tidak bisa digunakan dan

tidak ada artinya sehingga miskonsepsipun terjadi ketika konsep tersebut tetap

dipertahankan.

C. Miskonsepsi

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, kimia,

biologi dan bumi antariksa.Dalam bidang fisika, semua sub bidang juga

mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan gelombang,

optika, listrik dan magnet, dan fisika modern.Miskonsepsi ada yang mudah

dibetulkan, tetapi ada yang sangat sulit, terlebih bila konsep itu memang berguna

dalam kehidupan yang nyata.Miskonsepsi terjadi di semua jejang pendidikan, dari

sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga terjadi pada guru atau

dosen.

Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang

tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan naif. Novak

(1984), mendefenisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep

(30)

miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

yang sekarang diterima. Feldsine (1987), menemukan miskonsepsi sebagai suatu

kesalahan dan hubungan tidak benar antara konsep-konsep. Hanya Fowler (1987),

menjelaskan dengan rinci arti miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat

akan konsep, pengunaan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis

konsep-konsep yang tidak benar. Pengertian-pengertian miskonsep dari ahli-ahli

tersebut dikutip dari Paul Suparno (2005).

Miskonsepsi sendiri terbentuk karena adanya konsep yang salah dipahami,

atau salah diartikan.Van Den Berg (1991) menjelaskan perkembangan konsep

menurut psikologi kognitif, para ahli menyatakan bahwa manusia tidak lahir

dengan kepala kosong seperti tape kaset yang dapat diisi, tetapi bahwa waktu lahir pun bayi sudah punya isi otak yang memungkinkan untuk belajar dari

lingkungan. Bayi tidak belajar secara pasif dengan menyerap stimulus (informasi)

apa saja dari lingkungannya, tetapi otaknya sudah selektif dengan memilih

informasi apa yang masuk dan dengan mencari hubungan antara unsur-unsur yang

berlainan. Rupanya ada struktur otak yang sejak semula sudah mengatur lalu

lintas informasi didalamnya dan lalu lintas informasi dengan dunia luar.Struktur

itupun tidak tetap, tetapi berkembang dengan pengalaman dan umur.Sekitar 70

tahun Piaget sudah mulai menerangkan konsep kognitif tersebut dengan istilah

(31)

sampai cocok dengan struktur otak sendiri, misalnya seorang anak kecil sudah

mengenal konsep kucing sebagai sesuatu yang bergerak dengan 4 kaki dan ekor.

Jika anak tersebut melihat seekor kucing, tidak usah setiap kucing diberi nama

sendiri. Ciri-ciri umum kucing diperhatikan sedangkan cirri-ciri khas setiap

individu kucing diabaikan.Pengamatan disesuaikan dengan struktur konsep

kucing dalam otak. Dengan proses asimalasi lalu lintas informasi dalam otak bisa

lebih efesien. Tetapi asimilasi dapat menyebabkan kekeliruan, misalnya kalau

anak kecil tadi melihat seekor anjing dan berkata kepada ibunya “itu kucing.”

Hasil pengamatan jadi diubah dan disesuaikan dengan konsep yang sudah ada.

Akomodasi (accommodation) adalah bahwa struktur otak sendiri menyesuaikan dengan hasil pengamatan, misalnya pada suatu saat anak kecil

akan membedakan antara kucing dan anjing. Struktur otak berubah sampai ada

dua konsep, jika kucing dan anjing dibedakan berdasarkan cirinya.Sebelum

terjadi perubahan konsep anak tersebut mungkin melihat perbedaan kucing dan

anjing dengan matanya sendiri, tetapi tidak menyadari bahwa pengamatan tentang

perbedaan tersebut tidak masuk ke otak.

Sejak lahir manusia sudah berpengalaman dengan peristiwa fisika.Anak

kecil melihat gerak ataupun membuat gerakan dengan melemparkan

permainannya.Anak mengamati air yg mengalir, hujan yang jatuh.Anak

merasakan berat benda, anak menjajaki lingkungannya secara aktif termasuk

(32)

asimilasi dan akomodasi, dengan isi otak semula dan perkembangannya sejak

lahir dalam otak manusia “prakonsepsi” (preconception) atau sejenis “teori anak” mengenai peristiwa-peristiwa fisika.

Banyak peneliti menemukan bahwa siswa telah mempunyai miskonsepsi

atau konsep alternatif sebelum mereka memperoleh pelajaran formal. Menurut

Clement (1987), dalam Suparno (2005), jenis miskonsepsi yang terjadi adalah,

bukan pengertian yang sama selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep

awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Dari sini tampak pengalaman siswa dengan konsep-konsep itu sebelum pembelajaran formal

dikelas, sangat mewarnai miskonsepsi yang dipunyai.Hal ini juga berarti, siswa

sebenarnya sejak awal, bahkan sejak kecil, sudah mengkontruksi konsep-konsep

lewat pengalaman hidup mereka.Semenjak kecil, siswa sudah belajar untuk

mengetahui sesuatu, bukan hanya sejak sekolah formal.

Menurut banyak peneliti (Suparno, 2005), miskonsepsi ternyata terdapat

dalam semua bidang sains, seperti fisika (Comins, 1987; Gilbert dkk., 1982;

Mohapatra, 1998), biologi (Marek dkk., 1994), kimia (Pendley dan Brets, 1994),

dan astronomi (Comins, 1993 dalam Wandersee, Mintzes, dan Novak, 1994).

Miskonsepsi dalam fisika pun meliputi banyak subbidang seperti mekanika,

termodinamika, optika, bunyi, dan gelombang, listrik dan magnet, dan fisika

modern.Dari pengalaman miskonsepsi sulit dibenahi atau dibetulkan terlebih bila

(33)

kesalahan mengerti massa dengan berat, agak sulit dipecahkan karena pengertian

yang salah tersebut berguna dalam kehidupan sehari-hari. Miskonsepsi itu juga

tidak hilang dengan metode mengajar klasik, yaitu ceramah (Clements, 1987),

maka mereka menganjurkan untuk menggunakan cara mengajar baru, yang lebih

menantang pengertian siswa, menimbulkan keraguan dalam pikirannya, dan

kebingungan terhadap konsep awal yang dipegangnya. Beberapa ahli

menyarankan menggunakan peristiwa anomali, yaitu peristiwa yang bertentangan

dengan konsep yang dibawa siswa.

Miskonsepsi juga menghinggapi semua level siswa, mulai dari siswa

sekolah dasar sampai dengan mahasiswa (Gill-Perez, 1990; Brown,

1989).Bahkan, dari beberapa penelitian, miskonsepsi banyak terjadi pada

guru-guru, sehingga menyebabkan miskonsepsi pada siswa lebih besar.Miskonsepsi

juga terdapat pada buku fisika yang dijual di pasaran. Akibatnya, baik guru dan

siswa yang menggunakan buku itu akan mengalami miskonsepsi juga. Oleh sebab

itu, pembetulan miskonsepsi perlu dilakukan di semua level dan sasaran tersebut.

Inilah tantangan dunia pendidikan fisika.

D. Penyebab Miskonsepsi

Menurut peneliti miskonsepsi adalah salah konsep yang sebabkan oleh

berbagai hal, yang tidak sesuai dengan konsep yang telah ditemukan oleh ahli

(34)

berbagai peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan fisika sudah didapatkan

terlebih dahulu dalam kehidupan sehari-hari, seperti mendorong meja, memasak

air, bersepeda dan lain sebagainya. Ketika suatu konsep telah terbentuk di kepala

dan jika ada konsep lain yang lebih diterima oleh kepala, akan terbentuk konsep

baru maka di sini peran guru yang dibutuhkan untuk membantu membetulkan

miskonsepsi yang terjadi dengan memberikan konsep baru yang sesuai dengan

konsep para ahli fisika.

Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal menjadi penyebab

miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat

diringkas dalam lima kelompok yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan

metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai

hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara

berpikir, dan teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa

ketidakmampuan guru, kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar tidak tepat

atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab

miskonsepsi dari buku teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang

salah dalam buku tersebut.Konteks seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari

juga mempengaruhi miskonsepsi siswa, sedangkan metode mengajar yang hanya

menekankan kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada

siswa. Penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling

(35)

menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa mengatasi

miskonsepsi mereka. Penyebab-penyebab tersebut, kemudian dijabarkan sebagai

berikut :

1. Siswa

Miskonsepsi dalam bidang fisika paling banyak berasal dari diri siswa

sendiri. Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam

beberapa hal, antara lain :

 Prakonsepsi atau konsep awal siswa

Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang

suatu bahan sebelum siswa mengikuti pelajaran formal dibawah

bimbingan guru.Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi.

Salah konsep awal ini jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat

mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan diperbaiki.

Miskonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman, sekolah

awal, dan pengalaman di lingkungan siswa.

 Pemikiran asosiatif siswa

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang juga membuat

miskonsepsi (Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborne, 1982; Marioni,

1989). Contohnya, siswa mengasosiasikan gaya dengan aksi atau

gerakan. Gaya oleh banyak siswa dianggap selalu menyebabkan

(36)

mereka memastikan tidak ada gaya yang bekerja. Padahal dalam fisika

sebuah benda yang diam bukan berarti tidak ada gaya yang bekerja

pada benda tersebut, contohnya saja buku diletakan diatas meja, ada

gaya normal dan gaya gravitasi yang bekerja pada buku tersebut.

 Pemikiran humanistik

Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi

(Gilbert, Watss, Osborne, 1982 dalam Suparno 2005).Benda-benda

dan situasi dipikirkan dalam term pengalaman orang dan secara

manuasiawi.Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku

manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Contohnya adalah

miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Sebagai manusia, bila

bekerja terus atau bermain terus akan menjadi lelah dan lapar. Dari

pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energi

bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa kekekalan energi itu tidak

mungkin terjadi, energi yang ada pasti berkurang dan lenyap.

 Reasoning yang tidak lengkap/salah

Menurut Comins (1993 dalam Suparno, 2005), miskonsepsi juga dapat

disebabkan oleh penalaran siswa yang tidak lengkap, atau salah.Alasan

yang tidak lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh

atau data yang didapatkan tidak lengkap.Akibatnya, siswa menarik

(37)

siswa.Pengamatan yang tidak lengkap dan telitipun dapat

menyebabkan kesimpulan yang salah dan mengakibatkan miskonsepsi.

 Intuisi yang salah

Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan

miskonsepsi.Intusi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang

secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu

sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Pemikiran atau

pengertian akan benda atau kejadian yang terus-menerus, akhirnya

secara spontan bila menghadapi persoalan tertentu yang muncul dalam

benak siswa adalah pengertian spontan.

 Tahap perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang

digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Siswa

yang belum sempurna perkembangan kognitifnya secara formal akan

mengalami kesulitan dalam merumuskan dan memahami konsep dan

asbtrak. Miskonsepsi ini kadang muncul apabila guru terburu-buru

merumuskan konsep fisika dengan rumusan formal atau matematis

tanpa disertai dengan kejadian sehari-hari (Suparno, 2005 dalam

(38)

 Kemampuan siswa

Menurut Suparno siswa mengalami miskonsepsi karena siswa kurang

berbakat di bidang fisika. Siswa mengalami kesulitan ketika

menanggap konsep fisika dalam proses pembelajaran dapat

menyebabkan miskonsepsi walaupun sudah dijelaskan secara perlahan

dan berulang-ulang oleh gurunya. Siswa yang IQ-nya rendah dengan

mudah melakukan miskonsepsi karena mereka sulit untuk

mengkontruksi pengetahuan fisika secara lengkap dan utuh.

 Minat belajar

Berbagai studi menunjukan bahwa minat siswa terhadap fisika juga

berpengaruh dalam miskonsepsi.Secara umum dapat dikatakan siswa

yang berminat pada fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih

rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika.Siswa yang

tidak tertarik atau benci pada fisika, biasanya kurang bisa

memperhatikan penjelasan guru mengenai pengertian fisika yang baru.

Mereka bahkan tidak mau mendengarkan gurunya menjelaskan fisika.

Mereka juga tidak mau mempelajari sendiri bahan-bahan fisika dari

buku dengan sungguh-sungguh. Akibatnya, mereka akan lebih mudah

(39)

2. Guru atau pengajar

Miskonsepsi selain dapat terjadi pada siswa, juga terjadi pula pada

guru atau pengajar.Miskonsepsi ini terjadi karena guru kurang dapat

menguasai materi, kurang berkompeten, atau bukan lulusan dari

pendidikan fisika.Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menyampaikan pendapat, sehingga yang sudah didapatkan

siswa dianggap sebagai konsep yang benar dan dibawa terus hingga ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Konsep-konsep yang salah sudah

terbentuk dalam pemikiran siswa, sehingga memperbaiki miskonsepsi ini

sangat sulit.

3. Buku teks

Pengunaan buku sebagai media pembelajaran juga dapat

menyebabkan miskonsepsi.Penyebab miskonsepsi ini adalah bahasa yang

sulit dipahami, penjelasan yang kurang benar, penggunaan gambar dan

tabel yang kurang tepat membuat siswa menjadi bingung sehingga terjadi

miskonsepsi (Suparno, 2005).

4. Konteks

Miskonsepsi bisa terjadi karena pengalaman, bahasa sehari-hari,

teman lain, keyakinan dan ajaran agama (Suparno, 2005).Miskonsepsi

yang disebabkan oleh pengalaman contohnya dalam kehidupan sehari-hari

(40)

akan mengalami kehabisan bahan bakar bila dipakai terlalu lama dan

bahan bakarnya tidak diisi kembali. Tampak bahwa energi hilang dan

tidak kekal.Di sini siswa berpikir tentang kekekalan energi dalam

pengertian yang terbatas dan tidak dalam pengertian luas (Stavy, 1991

dalam Suparno, 2005). Miskonsepsi yang datang dari pengunaan bahasa

sehari-hari misalnya, dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti dan

mengunakan istilah berat dengan satuan kg, tetapi dalam fisika berat

adalah suatu gaya, dan satuanya adalah newton.

Teman lain atau teman dalam kelaspun dapat memicu terjadinya

miskonsepsi, misalnya ketika belajar temannya menjelaskan suatu konsep

fisika yang sebenanrnya salah, tapi karena dijelaskan dengan sangat yakin,

teman-teman yang lainpun tidak kritis untuk membantah atau membenahi

konsep tersebut maka konsep tersebut akan diyakini sebagai konsep yang

benar. Miskonsepsi yang disebabkan oleh keyakinan dan agama. Menurut

kitab suci ada beberapa hal yang berbeda dengan konsep para ahli

sehingga terjadi miskonsepsi.

5. Metode pengajaran

Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang

menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun

membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak

(41)

mengunakan metode pembelajaran, dengan tidak membatasi pengunaan

metode pembelajaran dengan satu metode saja.

E. Mendeteksi dan Mengatasi Miskonsepsi

Sebelum mengatasi miskonsepsi, sebaiknya dideteksi dulu penyebab dari

miskonsepsi tersebut.Untuk mengatasi miskonsepsi digunakan cara-cara untuk

mengidentifikasi atau mendeteksi miskonsepsi tersebut (Suparno, 2005). Salah

satu cara yang digunakan adalah tes multiple choice dengan reasoning terbuka. Menurut Amir dkk (1987, dalam Supano 2005), mengunakan tes pilihan ganda

(multiple choice) dengan pertanyaan terbuka dimana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Kemudian menurut

Treatgust (1987, dalam Suparno 2005), menggunakan pilihan ganda dengan

alasan (reasoning). Dalam bagian alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban tersebut. Beberapa peneliti juga mengunakan tes wawancara

untuk mengetahui miskonsepsi, tujuan dari wawancara adalah untuk meneliti

bagaimana siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir seperti itu (Suparno,

2005).

Setelah mendeteksi miskonsepsi yang terjadi, mencari berbagai cara untuk

mengatasinya. Menurut Suparno (2005), banyak penelitian telah dilakukan oleh

para ahli pendidikan fisika, biologi, kimia dan astronomi yang mengungkapkan

(42)

persoalan miskonsepsi. Untuk mengetahui lebih lanjut miskonsepsi yang terjadi di

dalam pembelajaran fisika, guru perlu mencari tahu penyebab yang terjadi

kemudian mengatasinya, misalnya miskonsepsi terjadi karena penyampaian

materi oleh guru yang belum jelas karena mengunakan metode pengajaran yang

belum tepat, maka guru perlu mengganti metode pengajaran yang digunakan,

mungkin pengunaan metodenya lebih kreatif. Selanjutnya untuk menemukan

penyebab ataupun asal miskonsepsi yang terjadi pada siswa, guru bisa dengan

memberikan wawancara kemudian memberikan tes secara tertulis ataupun lebih

banyak memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi ataupun memberikan

pendapat (Suparno, 2005).

F. Miskonsepsi pada Bidang Mekanika

Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan

Novak (1994), dalam artikel mengenai Research on alternative conceptions in science, menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti

miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optika, dan

sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika

modern. Dari daftar diatas terlihat jelas bahwa mekanika berada diurutan diatas

(43)

terjadi pada bidang mekanika yaitu gerak, vektor, Gaya, Massa dan Berat,

Hukum Newton, Mekanika Fluida dan Kerja, Kekekalan Energi dan Momentum.

Kebanyakan soal mekanika dapat dipecahkam dengan tiga hukum saja,

yaitu Hukum Newton I, II, III dan Hukum Gravitasi Newton (Van de Berg, 1990).

Bidang mekanika sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ketika belajar

mekanika kepala siswa sudah dipenuhi oleh segala prakonsep ataupun

pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan bidang tersebut.Prakonsep atau

intuisi tersebut justru sering menganggu dari pada membantu siswa mempelajari

mekanika.

Dalam tabel dibawah ini diunjukan beberapa miskonsepsi yang terjadi dalam

bidang mekanika (Van de Berg, 1990).

Tabel 2.1 Penelitian Tentang Miskonsepsi pada Bidang Mekanika pada Level

SMA

No Miskonsepsi

1 Benda diam, maka tidak ada gaya yang bekerja pada

benda.

2 Gaya normal adalah sama dengan arah berlawan

(44)

3 Benda didorong dan tidak bergerak maka gaya

gesekan dianggap lebih besar daripada gaya dorong

atau tidak ada.

4 Kedua benda yang massanya berbeda kemudian

dijatuhkan dari ketinggan yang sama, dengan waktu

yang sama dan gesekan dengan udara diabaikan,

maka benda yang akan menyentuh lantai dahulu

adalah benda yang massanya lebih besar.

5 Panjang lintasan tidak berpengaruh pada gerak

vertikal dan horizontal, dan variabel tertentu di

abaikan dalam peristiwa ini.

6 Perbedaan jarak dan perpindahan

7 Benda yang mempunyai kedudukan yang sama

dengan benda lainya akan mempunyai kecepatan

yang sama pula.

8 Gaya-gaya yang bekerja pada bola yang lemparkan

secara vertikal ke atas.

(45)

G. Konsep Gerak dan Gaya

1. Gerak lurus, perpindahan, dan jarak

Menurut Sudirman (2013), suatu benda dikatakan bergerak apabila

benda tersebut mengalami perubahan posisi. Misalnya bus yang sedang

bergerak meninggalkan terminal (acuan). Perpindahan adalah selisih

kedudukan akhir dan kedudukan awal suatu benda ( besaran vektor).

Sedangkan jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh benda. Gerak

lurus adalah gerak benda pada lintasan yang lurus. Posisi (besaran vektor)

adalah letak suatu benda pada suatu waktu tertentu terhadap suatu acuan.

Contoh jarak dan perpindahan ( Surya, 1986) :

D C O A B

-7 - 4 0 2 8

Gambar 2.1 contoh jarak dan perpindahan gaya bekerja pada sebuah benda.

10 Mengambarkan gaya sentripetal dan gaya sentrifugal

pada benda yang melingkar dengan besar

(46)

a. Hitung jarak OC melalui lintasan OABAOC dan lintasan OC!

Jarak OC ( melalui lintasan OABAOC) = Jarak OA + Jarak AB +

Jarak AO + Jarak OC = 2 + 6 + 6 + 2 + 4 = 20 satuan

b. Hitung perpindahan

1. Perpindahan D ke C = - 4 ( – 7 ) = - 4 + 7 = 3 satuan

2. Perpindahan B ke A = 2 – 8 = 6 satuan

2. Kecepatan, kecepatan rata-rata, dan kecepatan sesaat

Menurut Surya (1986), kecepatan (V) ialah perubahan lintasan setiap

satuan waktu. Kecepatan termasuk vector ( besaran yang mempunyai besar

dan arah). Kecepatan rata – rata ( ̅) dari suatu benda yang bergerak ialah

perbandingan antara perubahan jarak ( x) pada selang waktu ( dengan

selang waktu tersebut.

Kecepatan rata-rata =

………..(2.1)

Kecepatan sesaat ialah limit ( batas) dari kecepatan rata – rata ketika 0

(selang waktu mendekati nol).

Kecepatan sesaat =

………(2.2)

Keterangan :

(47)

3. Kecepatan dan kelajuan

Menurut Surya (1986), kecepatan (V) ialah perubahan lintasan setiap

satuan waktu. Kecepatan termasuk vector ( besaran yang mempunyai besar

dan arah). Laju ( kelajuan ) ialah bilangan yang menunjukan berapa panjang

jalan yang ditempuh tiap satuan waktu. Laju digolongkan dalam skalar (

besaran yang mempunyai besarnya saja ). Jika suatu benda memerlukan

waktu (t) untuk menempuh jarak (s), maka kelajuan rata-ratanya adalah:

kelajuan rata-rata =

………. (2.3)

Keterangan :

s : jarak (m)

t : waktu (s)

4. Percepatan

Menurut Surya (1986), percepatan (a) ialah perubahan kecepatan tiap

satuan waktu. Jika perubahan kecepatan pada suatu limit waktu konstan

(tetap) dapat dikatakan bahwa percepatan konstan (tetap). Percepatan rata –

rata ( ̅ ialah perubahan kecepatan ( tiap perubahan (selang) waktu (

maka percepatan rata – rata :

(48)

sedangkan percepatan sesaat ialah limit dari percepatan rata – rata, ketika

0 (selang waktu mendekati nol).

………..(2.5)

Keterangan :

a : percepatan (m/s2)

v : kecepatan (m/s)

t : waktu (s)

5. Gerak lurus beraturan (GLB)

Dalam Surya (1986), suatu titik di katakan bergerak lurus beraturan, jika

lintasannya lurus dan selang waktu yang sama menempuh jarak yang sama.

GLB dapat dinyatakan dengan persamaan:

( ) ………...(2.6)

Ket :

s :posisi akhir partikel terhadap titik acuan

(49)

v : vektor kecepatan yang besar dan arahnya konstan

Dibawah ini ditunjukan grafik GLB hubungan antara s dan t, dan hubungan v

dan t, dengan v konstan.

Grafik GLB 2.1 hubungan antara s terhadap t

s

α) t

Grafik GLB 2.2 hubungan antara v terhadap t, dengan v konstan

v

v = tetap

t

6. Gerak lurus dengan percepatan tetap (GLBB)

Dalam Surya (1986), suatu titik dikatakan bergerak lurus berubah

(50)

dikatakan benda bergerak dipercepat, jika makin lambat benda bergerak di

perlambat. Dalam hal ini percepatan dan perlambatan selalu tetap .

Rumus :

…………..……….. ( 2.7)

Jarak tempuh partikel tersebut dapat dihitung dengan:

; ………..(2.8)

Dengan

v0 : kecepatan awal (m/s)

vt : kecpatan akhir (m/s)

t : waktu (s)

a : percepatan ( m/s2)

s : jarak (m)

Dibawah ini adalah grafik GLBB, grafik pertama adalah grafik

(51)

Grafik GLBB 2.3 hubungan s terhadap t

s

t

Grafik GLBB 2.4 hubungan v terhadap t

v

v0

t

7. Gerak jatuh bebas

Dalam surya (1986), salah satu gerak yang mendekati gerak lurus

berubah beraturan ialah gerak jatuh bebas. Gerak ini mempunyai percepatan

a = -g ( arah g ke bawah dan kecepatan awal v0 = 0 ). Besaran g ialah

percepatan gravitasi ( percepatan akibat adannya gaya tarik bumi) yang

(52)

Rumus :

h = h0 - gt2 ………(2.9)

v = -gt (arah kebawah)………(2.10)

keterangan :

h : ketinggian benda pada waktu t dalam m atau cm

h0 : ketinggian benda mula – mula dalam m atau cm

g : percepatan gravitasi dalam m/det2 atau cm/det

v : kecepatan benda pada waktu t

8. Gerak Parabola

Menurut Sudirman ( 2013) , gerak parabola merupakan gerak benda yang

setiap saat mengalami dua arah perpindahan, yakni dalam arah horizontal

(sumbu x) dan arah vertikal (sumbu y). Gerak parabola ini adalah gerak dua

dimensi yang memiliki ciri khusus yakni percepatannya kosntan pada arah

vertikal dan percepatan nol pada arah horizontal. Berikut ini grafik gerak parabola

(53)

Grafik 2.5 Gerak Parabola

y

(v0) (v0y)

α) (v0x) x

a. Kecepatan awal dan kecepatan setiap saat

1) Kecepatan awal gerak para bola secara matematis dituliskan sebagai

berikut :

v0x = v0cos α……….(2.11)

v0y = v0 sin α………..(2.12)

2) Kecepatan benda dalam gerak parabola setiap saat adalah v, berarti

terdapat vektor kecepatan pada arah vertikal vy dan vektor kecepatan

arah horizontal vx. Komponen kecepatan vx bernilai konstan karena

gerak lurus beraturan, sedangkan vy berubah bergantung pada waktu

karena gerak lurus berubah beraturan.

vx = v0x = v0cos α ( konstan )……….(2.13)

vy = voy – gt………..(2.14)

(54)

b. Kondisi benda di titik tertinggi

Vektor kecepatan benda selalu terdiri atas vx dan vy kecuali benda

melintasi titik maksimum. Pada titik tertinggi vektor kecepatan hanya

pada arah sumbu x, yaitu vx, karena kecepatan pada sumbu y adalah

nol. Sehingga :

vx = v0 cos α………..(2.16)

vy = 0……….(2.17)

v = vx...(2.18)

komponen gerak yang mengalami percepatan adalah komponen dalam

arah vertikal, yaitu sama dengan percepatan gravitasi g = - a.Tanda

minum menunjukan arah yang berlawanan dengan gravitasi. Dengan

demikian, dari persamaan gerak lurus dapat diperoleh tinggi

maksimum dan jauh jangkauan yang dicapai benda :

y = voyt - = v0 sin α t - gt2………( 2.19)

x = v0xt = v0cos α t……….( 2.20)

Lama waktu diperlukan untuk mencapai titik puncak ditentukan

melalui persamaan 2.14

Dengan vy = 0, maka :

(55)

gt = vo sin α

t = ……….( 2.21)

waktu yang diperlukan untuk mencapai tanah, saat y = 0 adalah :

y = vo sin α t - gt2

gt2 = v0sin α t

gt2 = v0 sin α

t = ………..(2.22)

Keterangan rumus :

v0 : kecepatan awal (m/s)

v0x : kecepatan awal horizontal (m/s)

v0y : kecepatan awal arah vertikal (m/s)

vx : kecepatan benda dalam arah horizontal (m)

vy : kecepatan benda dalam arah vertikal (m)

x : posisi benda dalam arah horizontal (m)

(56)

9. Gerak melingkar

Menurut Sudirman (2013), suatu benda begerak pada lintasan berbentuk

lingkaran meskipun lajunya konstan, dapat dikatakan benda bergerak

dipercepat. Hal ini disebabkan arah vektor kecepatan benda setiap saat selalu

berubaharah, yaitu searah dengan garis singgung lintasan. Seperti pada

gambar di bawah ini :

Gambar 2.2 Gerak Melingkar

a. Hubungan antara v1 dan v2

| | = 2v sin ………. (2.23)

terbentuk karena adanya v1 dan v2 yang membentuk sudut,

merupakan perpindahan sudut benda, jika selang waktunya

diperkecil, maka besar sudut perpindahan kan turut mengecil. Jika sudut

perpindahan sangat kecil, maka hasil sinus akan setara dengan besar

sudutnya atau

(57)

sehingga persamaan perubahan kecepatan akibat perubahan arah

seperti berikut :

= 2v = v

atau

= ………..(2.25)

Panjang busur lintasan pada sudut putar adalah . Hubungan

antara dan adalah

= = ……….(2.26)

Subtitusikan persamaan 2.25 ke 2.26, didapatkan :

=

= ………(2.27)

Persamaan 2.27 adalah percepatan yang disimbolkan dengan a,

percepatan ini disebut dengan percepatan sentripental, sehingga

persamaannya menjadi sebagai berikut :

asp = ………..(2.28)

Jika benda bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran tersebut

memiliki massa m, maka benda akan mengalami gaya sentripetal dan

persamaannya sebagai berikut :

(58)

10.Periode dan frekuensi gerak melingkar

Dalam Douglas gerak melingkar sering dideskripsikan dalam frekuensi f sebagai jumlah putaran per sekon. Periode T dari sebuah benda yang berputar

membentuk lingkaran adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

satu putaran. Periode dan frekuensi dihubungkan dengan

T = ……….( 2.30)

Sebagai contoh, jika sebuah benda berputar dengan frekuensi 3 putaran/sekon,

satu putaran memerlukan waktu sekon. Untuk benda yang berputar

membentuk lingkaran dengan laju konstan v, dapat dituliskan

v = ……….(2.31)

11.Kecepatan linier dan kecepatan sudut

Besarnya sudut θ yang ditempuh dalam selang waktu t disebut kecepatan sudut (ω) gerak melingkar beraturan.Kecepatan sudut disebut juga

kecepatan anguler. Kelajuan linier (v) adalah hasil bagi panjang lintasan yang

ditempuh dengan selang waktu tempuhnya, maka dapat dilihat dalam

persamaan berikut ini

ω= ………..(2.32)

(59)

hubungan antara v dan ω adalah :

v = ωR atau;……….(2.34)

ω = ……….(2.35)

keterangan :

ω : kecepatan sudut (rad/s)

f : frekuensi(Hz)

T : periode (s)

R : jari-jari (m)

v : kelajuan linier (m/s)

12. Hubungan roda-roda

Dalam sudirman (2013), Hubungan antar roda bisa terlihat misalnya pada

roda sepeda, roda motor, roda mobil, dan gerobak, ada 3 hubungan antar

roda yaitu

a. Roda-roda sepusat.

Jika dua roda atau lebih disusun, sehingga poros dari masing-masing roda

terpusat pada satu titik, maka arah putaran roda-roda tersebut sama dan

kecepatan sudut dari masing-masing roda juga sama. Gambar 2.2

(60)

……….(2.36)

Atau : ………..(2.37)

Gambar 2.3 Hubungan roda sepusat

b. Roda-roda bersinggungan.

Jika dua buah roda disusun sehingga keduanya bersinggungan, maka arah

putaran kedua roda tersebut berlawanan, dan kedua roda mempunyai

kecepatan linier yang sama, dengan contoh roda bersinggungan dalam

gambar 2.3 dan persamaanya sebagai berikut:

………..( 2.38)

Atau : ………..(2.39)

(61)

c. Roda-roda dihubungkan dengan sabuk.

Untuk dua buah roda yang dihubungkan dengan sabuk, arah putaran

roda-roda tersebut sama, dan kecepatan linier keduanya juga sama, dengan

contoh roda bersinggungan dengan tali dalam gambar 2.4 dan

persamaanya sebagai berikut :

………(2.40)

Atau : ………..(2.41)

Gambar 2.5 Hubungan Roda Bersinggungan dengan tali

12.Hukum I Newton

Dalam Surya (1986) menjelaskan bahwa bunyi Hukum I Newton sebagai

berikut :

“Setiap benda akan bergerak lurus beraturan atau diam, jika tidak

resultan gaya yang bekerja pada benda itu”.

Hukum I Newton diatas sering disebut hukum kelembaman. Sifat

lembam suatu benda ialah sifat untuk mempertahankan keadaannya. Sifat

(62)

bergerak maju kita terdorong ke belakang sebaliknya ketika mobil direm kita

terdorong kedepan.

Secara matematis dituliskan seperti berikut :

∑ F = 0……….. (2.42)

13.Hukum II Newton

Dalam Surya (1986) menjelaskan bahwa bunyi Hukum II Newton

menyatakan bahwa:

“Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda

berbanding lurus dengan besar gaya itu dan searah dengan gaya itu serta

berbanding terbalik dengan massa benda. Secara matematis:

; ……….(2.43)

Keterangan :

a : percepatan benda (m/s2)

m : massa benda (kg)

F : resultan gaya yang bekerja pada benda (N).

14.Gaya dan massa

Dalam Tipler (1991) , defenisi dari gaya adalah suatu pengaruh pada

(63)

dipercepat. Arah dari gaya adalah arah percepatan yang disebabkannnya jika

gaya itu adalah gaya yang beketja pada suatu benda tersebut. Besaranya gaya

adalah hasil kali massa benda dan besaranya percepatan yang dihasilkan gaya.

Defenisi gaya ini sesuai dengan konsep intuitif kita tentang gaya sebagai

suatu dorongan atau tarikan seperti yang dilakukan oleh otot kita. Massa

adalah sifat intrinsik sebuah benda yang mengukur resistensi terhadap

percepatan. Rasio dua massa dapat didefenisikan sebagai berikut. Jika gaya f

dikerjakan pada benda bermassa m1, dan menghasilkan percepatan a1, maka

F = m1a1………..(2.44)

Jika gaya sama dikerjakan pada benda kedua yang massannya m2, dan

menghasilkan a2, maka

F = m2a2

Dengan mengabungkan persamaan – persamaan ini, didapatkan

F = m1a1 = m2m2………..( 2.45)

Atau

...(2.46)

Keterangan :

(64)

m : massa (Kg);

a :percepatan gravitasi.

15.Hukum III Newton

Dalam Surya (1986) menjelaskan bahwa bunyi Hukum III Newton

menyatakan bahwa :

“Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda lain, maka benda yang kedua

ini mengerjakan gaya pada benda yang pertama yang besarnya sama dengan

yang diterima tapi arahnya berlawanan”.

Secara matematis dituliskan:

.……….. (2.47)

Keterangan

F aksi = gaya yang bekerja pada suatu benda

F reaksi = gaya reaksi benda akibat gaya aksi

16. Gaya berat dan gaya normal

a. Gaya berat

Menurut Sudirman (2013), Berat sebenanrnya merupakan

(65)

Disimbolakan dengan w ( dari kata“weight” yang berarti “berat”) dan dinyatakan dengan satuan Newton ( karena berat

merupakan gaya). Gaya berat dipengaruhi oleh gravitasi bumi,

gaya gravitasi bumi mengarah kebawah atau ke pusat bumi, maka

penunjukan arah gaya berat pun mengarah ke pusat bumi.

Persamaan berat dirumuskan sebagai :

w = mg………..( 2.48)

dengan

g : percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2

Nilai percepatan gravitasi seringkali dibulatkan menjadi 10 m/s2

untuk memudahkan perhitungan.

Jika tidak ada gaya yang terhadap benda diatas bidang miring,

(66)

Gambar 2.6 Benda diatas bidang miring

wx sin α = ma

mg sin α = ma

a = g sin α………..(2.49)

dengan

a = percepatan benda meluncur dari atas bidang miring

b. Gaya normal

Sebuah benda dengan w diletakan pada suatu permukaan, gaya berat

ini menjadi gaya aksi terhadap permukaan tersebut. Berdasarkan

Hukum III Newton, muncul gaya reaksi yang berlawanan arah dan

gaya berat yang bekerja pada bidang. Itulah yang kita sebut dengan

(67)

konsekuensi dari Hukum III Newton, arah gaya normal selalu tegak

lurus bidang sentuh.

a. Gaya normal pada benda diam.

Ketika benda diam diatas pemukaan datar, tidak ada

perecepatan dalam arah vertikal ( karena gaya ke atas = gaya

kebawah), sehingga berlaku :

ƩFy = 0

N – w = 0

Atau

N = w………..(2.50)

Dalam realita, bukan hanya gaya berat yang berkerja sebagai

gaya aksi sebuah bidang. Bayangkan sebuah balok diletakan

diatas meja, kemudian ditekan mengunakan telapak tanggan

dengan gaya sebesar F, dalam kondisi ini berlaku :

ƩFy = 0

N – w – F = 0

didapatkan

(68)

b. Gaya normal pada bidang miring

Pada gambar 2.3 menunjukan bahwa gaya berat selalu

mengarah ke bawah, dan gaya normal N selalu tegak lurus

bidang, misalkan bidang miring sebagai sumbu x (horizontal)

dan arah tegak lurus bidang sebagai sumbu y (vertikal). Gaya

w dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu :

wx = w sin α ( Horizontal)

wy = w cos α ( Vertikal )

Dengan demikian, berlaku :

ƩFy = 0

N – w cos α

Didapatkan

(69)

17. Gaya gesek

Kita dapat berjalan dan berlari karena adanya gesekan. Pada waktu kita

berjalan, kita memberikan gaya pada lantai. Gesekan pada lantai

memungkinkan lantai memberikan gaya reaksi pada kaki, sehingga kita dapat

bergerak maju. Gerakan sepeda motor atau mobil dapat dihentikan karena

adanya gesekan. Rem karet pada sepeda akan menghambat gerak putaran roda

sepeda motor, sehingga sepeda motor dapat berhenti.

Besarnya gaya gesekan dipengaruhi oleh sifat permukaan sentuh, makin

kasar permukaan sentuh, makin besar gaya gesek yang mungkin terjadi. Sifat

permukaan sentuh dinyatakan dalam bentuk angka karakteristik, yang disebut

koefisien gesek yang dilambangkan dengan (μ). Nilai koefisien gesek tersebut

berkisar antara nol dan 1 ( 0 1 ). Ada dua jenis koefisien gesek, yaitu

koefisien gesek statis (μs) dan koefisien gesek kinetis (μk) dimana μk < μs.

Ada dua macam gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek

kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya gesek antara dua buah benda yang

berada dalam keadaan diam sampai siap bergerak. Sedang gaya gesek kinetis

adalah gaya gesek antara dua buah benda yang berada dalam keadaan

bergerak.

Gambar di bawah ini adalah gambar sebuah balok yang diletakkan di

atas lantai. Gaya yang bekerja pada balok adalah gaya berat (w) dan gaya

(70)

permukaan lantai akan memberi gaya pada permukaan balok sebesar (N),

berikut ini berbagai gambar yang menjelaskan gaya gesek :

1. Gaya yang diberikan kepada benda lebih kecil dari gaya gesek statis

sehingga benda diam.

Gambar 2.7 F< fs sehingga benda diam

2. Gaya yang diberikan kepada benda sama besar dengan gaya gesek

statis, maka benda diam.

Gambar 2.8 F=fs sehingga benda masih diam

Gaya gesek yang melawan gaya luar (F) sehingga menghambat benda untuk

bergerak, disebut gaya gesek statis (fs). Persamaanya sebagai berikut :

(71)

dengan , N = gaya normal

3. Gaya yang diberikan kepada benda lebih besar daripada gaya gesek

statis maka benda bergerak dengan percepatan dengan percepatan

(a),dan gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek kinetis (fk),

sehingga : ( )………( 2.78)

(72)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif data yang diperoleh berupa angka, sedangkan pada

penelitian deskriptif data yang diperoleh berupa keterangan atau data kualitatif.

Gabungan kedua jenis penelitian ini akan saling memperjelas satu sama lain.

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis untuk menjelaskan

tingkat pemahaman, terjadinya miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi pada

siswa kelas XI SMA mengenai konsep gaya dan gerak.

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan soal-soal mengenai

konsep gaya dan gerak. Hasil tes pada siswa akan dianalisis untuk mengetahui

apakah terjadi miskonsepsi pada konsep gaya dan gerak. Berdasarkan hasil tes

dilakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk mengetahui secara lebih

detail mengenai penyebab terjadinya miskonsepsi.

B. Waktu dan Tempat

Bulan : Juli 2016

(73)

C. Partisipan

Partisipan penelelitian diambil dari kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere,

Sikka, Nusa Tenggara Timur. Alasan pemilihan partisipan adalah karena mereka

telah mempelajari materi gaya dan gerak pada kelas X SMA. Partisipan

diharapkan memahami materi mengenai gaya dan gerak.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:

1. Tes Pilihan Ganda

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dengan soal pilihan

ganda.Pilihan dari soal pilihan ganda harus memiliki pengaruh terhadap siswa

dalam memilih jawaban.Oleh karena itu, pilihan jawaban dalam soal ini harus

terdiri dari jawaban benar dan jawaban pengecoh. Yang dimaksudkan dengan

jawaban pengecoh adalah jawaban yang mungkin akan dipilih siswa jika tidak

menguasai materinya. Tujuan dari penggunaan soal pilihan ganda adalah agar

mudah dalam melakukan analisis data. Selain itu soal pilihan ganda

merupakan salah satu tes yang mampu mengukur seluruh bagian dari materi

yang akan diujikan.

Jumlah soal tes dalam penelitian ini adalah 25 butir soal mengenai

konsep gerak dan gaya. Dalam penelitian ini soal disusun berdasarkan

(74)

terjadi pada siswa. Bentuk tes tertulis ini adalah soal pilihan ganda yang

dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response Index).Pada CRI siswa diminta untuk menentukan tingkat keyakinan siswa dalam menggunakan

konsep-konsep untuk menyelesaikan soal tes tersebut. Hal ini akan menunjukan

apakah terjadi miskonsepsi atau tidak dalam materi tersebut.

Kisi-kisi soal yang digunakan dalam penyusunan soal untuk penelitian

ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Tertulis

No. Indikator Keterangan Jumlah

1. Gerak jatuh bebas 1 dan 5 2

2. Perpindahan 2 1

3. Gerak vertikal ke atas 3 1

4. Gerak lurus dan gaya 4 1

5. Arah kecepatan linier 6 1

6. Gerak parabola 9 dan 10 2

7. Gaya-gaya dalam gerak

melingkar

7 1

8. Gaya sentripetal 8 1

9. Resultan gaya pada benda di

bidang datar

Gambar

tabel yang kurang tepat membuat siswa menjadi bingung sehingga terjadi
Tabel 2.1 Penelitian Tentang Miskonsepsi pada Bidang Mekanika pada Level
Gambar 2.1 contoh jarak dan perpindahan
Grafik  GLB 2.1 hubungan antara s terhadap t
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepala sekolah adalah penanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga pendidik lainnya, pendayagunaan serta pemeliharaan

Alat penarik kayu sistem kabel layang ini merupakan prototipe hasil perekayasaan yang didesain dengan ukuran tidak terlalu besar dan berat, serta beroda agar mudah dibawa dan

Catatan : Proses perencanaan tersebut harus dilakukan iterasi dengan mengganti asumsi- asumsi yang digunakan dengan data yang sebenarnya seperti berat sendiri gelagar

Nilai sub variabel (e7) sebesar 1,48, berarti konsumen mempunyai penilaian kuat atau positif terhadap tayangan BIG TV yang aman untuk anak-anak.. Nilai sub variabel (e8)

Penelitian ini dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh jenis BAP dan penambahan konsentrasi sukrosa tinggi yang berbeda ternyata mampu menghasilkan organ pada tanaman buah

Uji korelasi dengan MGP menunjukkan bahwa IGS3-60 memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu sebe- sar 0.64, sehingga Indeks Gizi Seimbang IGS3-60 merupakan alternatif yang

Berdasarkan hasil uji chi – square antara variabel persepsi rasa aman sebagai variabel bebas dengan penggunaan kontrasepsi suntik sebagai varibel terikat diperoleh nilai p

Eksistensi tradisi accera’ sapi di Desa Manuju Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa, merupakan tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat dengan tujuan