• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ekstrak etanolik buah labu air (Lagenaria siceraria (Mol.) Standley) sebagai imunomodulator melalui pengamatan proliferasi limfosit pada tikus jantan Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh ekstrak etanolik buah labu air (Lagenaria siceraria (Mol.) Standley) sebagai imunomodulator melalui pengamatan proliferasi limfosit pada tikus jantan Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK BUAH LABU AIR (Lagenaria siceraria (Mol.) Standley) SEBAGAI IMUNOMODULATOR MELALUI

PENGAMATAN PROLIFERASI LIMFOSIT PADA TIKUS JANTAN Sprague Dawley YANG DIPEJANI DOKSORUBISIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Joseph Singgih Dwilaksono

098114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(2)

i

PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK BUAH LABU AIR (Lagenaria siceraria (Mol.) Standley) SEBAGAI IMUNOMODULATOR MELALUI

PENGAMATAN PROLIFERASI LIMFOSIT PADA TIKUS JANTAN Sprague Dawley YANG DIPEJANI DOKSORUBISIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Joseph Singgih Dwilaksono

098114077

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

(4)
(5)

iv

(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tuhan merangkai hidup, mungkin tidak seindah yang kau

bayangkan, tetapi tidak sesulit yang kita khawatirkan”

Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada :

TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku.

Ibu Supriyati dan Bapak Margito , wujud sayang dan cintaku,

Kakakku

Rosalia Prita

dan

Bayu

Adikku, sebagai tanda sayangku,

(8)

vii PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Sang Maha Kasih

Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Etanolik Buah Labu

Air (Lagenaria siceraria (Mol.) Standley) sebagai Imunomodulator Melalui Pengamatan Proliferasi Limfosit pada Tikus Jantan Sparague Dawley yang Dipejani Doksorubisin”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses

penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

3. Ibu Agustina Setiawati, S. Farm., Apt., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing dan

Dosen Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan

dalam penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

4. Ibu Yunita Linawati, M.Sc.Apt selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

(9)

viii

5. Ibu Phebe Hendra, M. Si., Ph. D., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan yang berarti terhadap skripsi ini.

6. Pimpinan dan staff LPPT UGM : Ibu Istini yang telah mengijinkan penulis

untuk melakukan penelitian serta membantu selama masa penelitian.

7. Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Wagiran selaku laboran

laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Kampus III yang

telah banyak memberikan bantuan selama proses pelaksanaan penelitian.

8. Rekan-rekan tim skripsi, Vincentia Adelina H., Maria Larizza, Reza Eka

Putra atas segala kerjasama, bantuan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku Jati Panantya, Felix Pradana A. N., Johanes Baptista

Yunio R., atas motivasi, kebersamaan dan persahabatannya.

10. Seluruh dosen dan teman-teman FSM B 09, FST B 09 serta seluruh angkatan

2009 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

11. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu yang telah

ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu,

segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi

informasi bagi pembaca.

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

(11)
(12)

xi

E. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Determinasi buah L. siceraria ... 19

2. Penetapan kadar air simplisia serbuk kering buah L. siceraria .... 19

3. Pembuatan ekstrak etanol buah L. siceraria ... 19

B.Perlakuan Ekstrak Etanol Buah Lagenaria siceraira dan Doksorubisin pada Hewan Uji ... 27

C.Pengujian Proliferasi Limfosit ... 28

D.Hasil Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah L. siceraria dengan Kajian Proliferasi Limfosit ... 30

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

A.Kesimpulan ... 35

(13)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 41

BIOGRAFI PENULIS ... 48

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Perlakuan Terhadap Hewan Uji ... 20

Tabel II. Purata OD + SD Proliferasi Limfosit Praperlakuan

Pemberian Ekstrak Etanol Buah Lagenaria siceraria ... 30

Tabel III. Hasil Analisis Uji Post-hoc Scheffe Proliferasi Limfosit

Setelah Praperlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Buah

(15)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Doksorubisin ... 6

Gambar 2. Buah Labu Air ... 14

Gambar 3. Diagram Batang Purata OD + SD Proliferasi Limfosit

Praperlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Buah Lagenaria

siceraria ... 31

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Ekstrak Buah L. siceraria dalam CMC Na 1% ... 41

Lampiran 2. Foto Buah L. siceraria ... 41

Lampiran 3. Komposisi Media Tumbuh Limfosit ... 42

Lampiran 4. Data Orientasi Proliferasi Limfosit tiap Kelompok Kontrol . 43

Lampiran 5. Data Rasio Proliferasi Limfosit Tahap Pengujian ... 43

Lampiran 6. Analisis Statistik Proliferasi Limfosit Pengaruh Ekstrak

Etanol Buah Labu Air (Lagenaria siceraria) pada

Berbagai Variasi Dosis Terhadap Imunosupresan

Doksorubisin ... 44

(17)

xvi INTISARI

Doksorubisin merupakan salah satu obat sitotoksik yang digunakan sebagai agen kemoterapi. Doksorubisin dapat menimbulkan efek merugikan yaitu supresi sumsum tulang belakang, sitotoksik pada sel hematopoietic sehingga dapat menurunkan jumlah sel limfosit yang merupakan sel penting dalam pertahanan imunitas tubuh. Oleh karena itu perlu dikembangkan agen ko-kemoterapi untuk mengurangi efek merugikan doksorubisin. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai ko-kemoterapi adalah buah Lagenaria siceraria yang bersifat sebagai imunomodulator. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanolik buah Lagenaria siceraria terhadap proliferasi sel limfosit tikus galur Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin.

Sebanyak 25 ekor tikus Sprague Dawley dibagi menjadi 5 kelompok : Kelompok I sebagai kelompok kontrol pelarut. Kelompok II sebagai kelompok kontrol doksorubisin. Kelompok III diberikan doksorubisin dan ekstrak buah

Lagenaria siceraria dosis 1000 mg/kg BB secara p.o. Kelompok IV diberikan

doksorubisin dan ekstrak buah Lagenaria siceraria dosis 750 mg/kg BB secara p.o. Kelompok V diberikan doksorubisin dan ekstrak buah Lagenaria siceraria

dosis 500 mg/kg BB secara p.o. Perlakuan dilakukan selama 15 hari terus-menerus kemudian diamati proliferasi limfosit. Data dianalisis dengan uji one way

ANOVA taraf kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik buah

Lagenaria siceraria berpengaruh terhadap proliferasi limfosit pada tikus galur

Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin. Dosis pemberian ekstrak etanolik

buah L. sicearia yang paling efektif untuk meningkatkan proliferasi limfosit yaitu 500 mg/KgBB.

Kata kunci : Lagenaria siceraria, doksorubisin, imunomodulator, proliferasi limfosit

(18)

xvii ABSTRACT

Doxorubicin is a cytotoxic drug that is used as a chemotherapeutic agent. Doxorubicin has adverse effects such as suppression of bone marrow, cytotoxic to hematopoietic cells that could reduce the number of lymphocytes that are important cells in the immune defense. Therefore, it is necessary to develop co-chemotherapy agent to reduce adverse effects of doxorubicin, one of which is

Lagenaria siceraria fruit’s which can be as immunomodulators. The aim of this

research was to obtain information of the effect of ethanolic extract of Lagenaria

siceraria fruit’s on lymphocytes proliferation on Sprague Dawley rats induced

doksorubisin.

A total of 25 Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups: Group I as a negative control group was given CMC Na 1%. Group II as a doxorubicin

lymphocyte proliferation. The data were analyzed by one-way ANOVA test with confidence level of 95%, followed by Scheffe's test.

The results showed that the ethanolic extract of Lagenaria sicerariafruit’s

has an effect on lymphocyte proliferation in Sprague-Dawley rats induced doksorubisin with effective dose 500 mg/Kg BW to increase lymphocyte proliferation.

(19)

1 BAB I PENGANTAR

A.Latar Belakang

Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan

sel-sel jaringan secara cepat dan terus membelah diri, selanjutnya menyebar ke

jaringan sekitarnya (Mangan, 2009). Penyakit ini menjadi menjadi berbahaya

karena pertumbuhan yang tidak terkontrol sehingga membuat jaringan

disekitarnya tersebut rusak (Maria, 2008). Hal ini menyebabkan kanker dikenal

sebagai penyakit yang membahayakan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus

dalam pencegahan maupun pengobatannya.

Terapi pengobatan kanker yang biasa dilakukan selama ini, yaitu dengan

cara pembedahan, radioterapi dan kemoterapi (sitostatika). Salah satu terapi yang

sering digunakan untuk pengobatan kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi

merupakan suatu bentuk terapi kanker dengan menggunakan obat-obat sitotoksik

(Gruendemann dan Fernsebner, 2005). Banyak pilihan penggunaan obat sitotoksik

untuk kemoterapi. Doksorubisin merupakan salah satu obat sitotoksik yang sering

digunakan sebagai agen kemoterapi dalam pengobatan kanker. Saat ini

penggunaan doksorubisin mulai dibatasi karena menimbulkan efek yang

merugikan. Menurut Zhang, Li, Wu, dan Gao, (2005), doksorubisin dapat

menyebabkan supresi pada jumlah sel darah putih. Rendahnya sel darah putih

dapat menyebabkan penurunan sistem imun tubuh, hal ini disebabkan karena salah

satu dari komponen penyusun sel darah putih, yaitu limfosit yang berperan dalam

sistem pertahanan imun tubuh jumlahnya juga rendah. Limfosit dapat berikatan

(20)

dengan antigen dan menghasilkan respon imun berupa pengaktifan sel limfosit

tersebut untuk berproliferasi (Ronald dan Richard, 2004).

Alternatif baru yang dapat digunakan untuk mengatasi efek merugikan

doksorubisin tersebut yaitu penggunaan ko-kemoterapi dalam terapi pengobatan

kanker. Ko-kemoterapi merupakan kombinasi terapi kanker menggunakan

senyawa kemoprevensi yang bersifat tidak toksik dikombinasikan dengan agen

kemoterapi (Jenie dan Meiyanto, 2009). Dalam penelitian ini, ko-kemoterapi

bertujuan untuk mengurangi efek merugikan dari doksorubisin, sehingga tingkat

imunitas tubuh pasien yang sedang menjalani kemoterapi tetap baik.

Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol buah labu air (L. siceraria)

sebagai agen ko-kemoterapi dari doksorubisin. Pemilihan buah labu air (L.

siceraria) sebagai agen ko-kemoterapiini didasarkan bahwa kandungan dari buah

ini mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator (Gangwal, Panmar, Gupta,

Rana dan Sheth, 2008). Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang dapat

memodulasi sistem imun dengan cara merangsang (imunostimulan) atau

sebaliknya dengan cara menekan sistem imun (imunosupresan).

Penelitian ini meneliti aktivitas imunomodulator dari buah L. siceraria

dengan mekanisme imunostimulan yang dilihat dari proliferasi limfosit setelah

dipejani doksorubisin. Proliferasi limfosit merupakan penanda adanya fase

aktivasi dari respon imun tubuh. Proliferasi limfosit ini ditunjukkan dengan

terjadinya peningkatan produksi limfoblas yang kemudian akan menjadi limfosit

(21)

3

mengetahui proliferasi limfosit yang digunakan sebagai parameter aktivitas

imunomodulatornya.

1. Perumusan masalah

a. Apakah ekstrak etanol buah L. siceraria berpengaruh terhadap proliferasi

limfosit pada tikus jantan galur Sprague Dawley yang dipejani

doksorubisin?

b. Berapakah dosis paling efektif dari ekstrak etanol buah L. siceraria yang

memberikan pengaruh terhadap proliferasi limfosit pada tikus jantan galur

Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang mirip adalah penelitian yang dilakukan oleh Deshpande,

Choudhari, Mishra, Meghre, Wadodkar dan Dorle (2008), dengan judul “Efek

Menguntungkan Buah Lagenaria siceraria ((Mol.) Standley) pada Hewan Uji”.

Perbedaan penelitian ini terletak pada larutan pengekstrak buah dan penginduksi

efek imunosupresan yang digunakan. Penelitian oleh Deshpande dkk. (2008)

menggunakan metanol sebagai larutan pengekstrak dan penginduksi efek

imunosupresan yang digunakan adalah pyrogallol, sedangkan penelitian ini

menggunakan etanol sebagai larutan pengekstrak dan penginduksi efek

imunosupresan yang digunakan adalah doksorubisin.

(22)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis, memberikan informasi kepada masyarakat tentang

pengaruh ekstrak etanol buah L. siceraria sebagai agen ko-kemoterapi

dalam pengobatan kanker.

b. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi

dalam bidang kefarmasian tentang pengujian ekstrak etanol buah L.

siceraria sebagai sebagai agen ko-kemoterapi dalam pengobatan kanker.

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan alternatif agen

ko-kemoterapi yang aman digunakan dalam terapi kanker.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol buah L. siceraria terhadap

proliferasi sel limfosit pada tikus galur Sprague Dawley yang dipejani

doksorubisin.

b. Mengetahui dosis paling efektif ekstrak etanol buah L. siceraria yang

memberikan pengaruh terhadap proliferasi limfosit pada tikus jantan galur

(23)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Kanker

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya sel tubuh

yang tumbuh secara tidak terkendali sehingga menyerang jaringan di sekitarnya.

Penyebab kanker tidak dapat dirumuskan secara pasti, karena biasanya penyebab

kanker merupakan gabungan dari berbagai faktor. Beberapa faktor risiko pemicu

kanker adalah faktor genetis (keturunan) dan faktor lingkungan. Sebagian besar

pemicu kanker pada manusia merupakan hasil dari interaksi antara faktor

lingkungan hidup dan lingkungan kerja. Contoh penyebab kanker adalah :

1) Karsinogen kimia, seperti nikotin dan tar dari rokok, zat pengawet, pewarna

makanan, nitrosamine, asbes, merkuri dan alkohol

2) Karsinogen fisika, seperti sinar X, sinar ultraviolet, dan radiasi dari bom atom,

3) Karsinogen biologi, seperti infeksi virus (papilloma dan herpes yang

merupakan salah satu faktor risiko kanker serviks) dan jamur (misalnya jamur

Aspergillus flavus yang merupakan salah satu penyebab kanker hati)

(Wijayakusuma, 2008).

Sel-sel kanker tumbuh melewati dinding pembuluh darah dan limfe,

kemudian terlepas dan memaksa masuk ke tempat-tempat lain dalam tubuh dan

sel-sel tersebut dapat bersarang dan tumbuh. Sel kanker tumbuh dan masuk ke

dalam jaringan sehat di sekitarnya dan menghancurkannya, menyebar lewat

pembuluh limfe dan darah ke tempat-tempat lain (Jong, 2004).

(24)

Proses terjadinya kanker berlangsung secara bertahap dan dalam waktu

yang cukup lama. Sel-sel kanker dapat timbul di setiap tempat pada tubuh, pada

setiap waktu. Proses terjadinya kanker ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain faktor lingkungan, kimia, fisika, radiasi, ionisasi, dan virus. Penyebab lain

datang dari dalam tubuh (faktor endogen) misalnya karena terganggu sistem

imunologi, genetik, hormon, dan asam glutamat (Haryanto, 2009). Salah satu sifat

yang dimiliki oleh sel kanker adalah kemampuan untuk metastasis. Metastasis

merupakan proses invasi tumor pada sistem limfatik, pembuluh darah, atau rongga

tubuh yang diikuti oleh transportasi dan pertumbuhan massa sel tumor sekunder

yang tidak berhubungan dengan tumor primer (Robbins dan Cotran, 2008).

B.Doksorubisin

Gambar 1. Struktur Doksorubisin (Long, Hai dan Xian, 2005).

Doksorubisin (Gambar 1) merupakan salah satu obat golongan antibiotik

antrasiklin yang digunakan untuk kemoterapi. Menurut Stepankova, Malina,

Kasparkova, Brabec (2010), senyawa ini bersifat sitotoksik dengan mekanisme

berinteraksi dengan DNA dan berinterkalasi non kovalen antara pasangan basa,

(25)

7

mengenai mekanisme kerja doksorubisin telah dilakukan. Antibiotik antrasiklin

seperti doksorubisin memiliki mekanisme aksi sitotoksik melalui empat

mekanisme, yaitu sebagai berikut :

1. Penghambatan topoisomerase II,

2. pengikatan membran sel yang menyebabkan aliran dan transport ion,

3. interkalasi DNA sehingga mengakibatkan penghambatan sintesis DNA dan

RNA,

4. pembentukan radikal bebas semiquinon dan radikal bebas oksigen melalui

proses yang tergantung besi dan proses reduktif yang diperantarai enzim.

Mekanisme radikal bebas ini telah diketahui bertanggung jawab pada

kardiotoksisitas akibat antibiotik antrasiklin (Bruton, Lazo dan Parker, 2005).

Penelitian Zhang dkk. (2005) menunjukkan bahwa doksorubisin dapat

mengakibatkan myocardial oxidative stress, mengurangi aktivitas lactate

dehydrogenase dan creatine kinase pada hati. Doksorubisin juga menyebabkan

penurunan interleukin-2 (IL-2) dan produksi interferon-γ (IFN-γ), sel sitotoksik

natural killer (NK), proliferasi limfosit serta ratio limfosit T CD4+/CD8+.

C.Kemoterapi dan Kemoterapi Kombinasi

Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan

cepat dan aplikasi baru. Bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotoksik yang

bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase siklus

kehidupan sel. Kemoterapi hampir tidak pernah dilakukan bersama dengan terapi

pembedahan (Gruendemann dan Fernsebner, 2005).

(26)

Dalam kemoterapi digunakan suatu obat yang merusak sel kanker. Obat

antikanker dapat dibedakan menjadi dua yaitu obat konvensional dan obat dengan

target molekuler yang spesifik. Obat konvensional yang dimaksud adalah

obat-obat sitostatika (agen kemoterapi) seperti taxol, bleomycin, doksorubisin,

5-flurourasil, klorambusil, tiotepa, alkaloid indol seperti vinblastin, dan vinkristin.

Obat sitostatika bekerja dengan mempengaruhi metabolisme asam nukleat

terutama DNA atau biosintesis protein. Hal inilah yang menyebabkan obat

sitostatika bekerja tidak selektif karena bersifat toksik baik pada sel kanker

maupun sel normal, terutama sel normal yang kecepatan proliferasinya tinggi

seperti pada sumsum tulang belakang (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Penatalaksanaan efek samping kemoterapi merupakan bagian penting dari

pengobatan dan perawatan pendukung pada penyakit kanker. Walaupun efek

samping bisa terjadi mengikuti pemberian obat apa pun, efek samping setelah

pemberian kemoterapi sitotoksik efek ini hampir selalu cukup menggangu. Hal ini

diakibatkan efek non-spesifik dari obat-obat sitotoksik yang menghambat tidah

hanya sel-sel tumor melainkan juga sel-sel normal. Konsekuensinya, efek samping

paling sering dapat dilihat pada jaringan dengan aktivitas proliferatif yang tinggi,

misalnya sumsum tulang, epitel traktus gastrointestinalis, folikel rambut

(Widjanarko, 2002).

Ko-kemoterapi adalah kombinasi antara agen kemopreventif dengan agen

kemoterapi agar menghasilkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan agen

kemoterapi saja. Perubahan-perubahan genetik dan ekspresi protein yang semakin

(27)

9

agen kemoprevensi kanker. Agen ini diharapkan dapat menghambat

karsinogenesis dan dapat memacu kematian sel kanker. Kemoprevensi merupakan

suatu usaha menggunakan bahan alam, sintetik, atau biologis, bahan kimia untuk

membalikkan, menekan, atau mencegah perkembangan karsinogenik penyakit

kanker. Keberhasilan beberapa uji klinis dalam mencegah kanker pada populasi

menunjukkan kemoprevensi merupakan strategi yang rasional (Tsao, Kim dan

Hong, 2004).

D.Imunomodulator

Imunomodulator adalah zat alami atau sintetis yang membantu mengatur

atau menormalkan sistem kekebalan tubuh. Imunomodulator mengoreksi sistem

kekebalan tubuh yang berada di luar keseimbangan. Imunomodulator alami

cenderung menyebabkan efek samping yang kecil. Imunomodulator dapat

merangsang mekanisme pertahanan alami dan adaptif, seperti sitokin (Patil,

Jaydeokar dan Bandawane, 2012).

Menurut Anonim (2011), senyawa yang memiliki sifat imunomodulator

haruslah memenuhi persyaratan berikut :

(1) Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia,

(2) secara biologik dapat diuraikan dengan cepat,

(3) tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik, dan

(4) baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek

samping farmakologik yang merugikan.

Imunomodulator adalah substansi atau obat yang dapat memodulasi

fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi tiga kelompok :

(28)

1. Imunostimulator ditujukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi

imunosupresi. Imunostimulan merupakan agen yang dipertimbangkan untuk

meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi dan meningkatkan tingkat

respon imun (Patil dkk., 2012).

2. Imunoregulator, artinya dapat meregulasi sistem imun.

3. Imunosupresor yang dapat menghambat atau menekan aktivitas sistem imun.

dan digunakan untuk mengontrol respon imun patologis pada penyakit

autoimun, (Patil dkk., 2012). Efek terhadap sistem imun berupa perubahan

jalur sel sistem imun yang sementara dan efek yang lebih persisten terhadap

fungsi sel individual tergantung dari golongan imunosupresan (Baratawidjaja

dan Rengganis, 2010).

Kebanyakan tanaman obat yang telah diteliti membuktikan adanya kerja

imunostimulator, sedangkan untuk imunosupresor masih jarang dijumpai.

Pemakaian tanaman obat sebagai imunostimulator dengan maksud menekan atau

mengurangi infeksi virus dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi

imunodefisiensi atau sebagai perangsang tumbuhnya sel pertahanan tubuh dalam

sistem imunitas (Block dan Mead, 2003).

E.Limfosit

Limfosit merupakan salah satu bagian dari sel darah putih yang bersifat

agranulosit. Secara umum ukuran dan penampilan limfosit bervariasi, serta

memiliki inti sel yang relatif lebih besar yang dikelilingi oleh sejumlah

(29)

11

umumnya banyak terdapat pada pembuluh darah dan organ limfoid, seperti limfa,

kelenjar limfe, dan timus (Kimball, 1990).

Limfosit merupakan leukosit kedua terbanyak di darah perifer. Sel-sel ini

merupakan komponen esensial pada sistem pertahanan imun. Fungsi utamanya

adalah berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respons imun. Respon imun

ini mungkin terjadinsebagai berikut :

(1) Humoral, dalam bentuk produksi antibodi,

(2) seluler, diserati pengeluaran berbagai limfokin oleh limfosit,

(3) sitotoksik, disertai pembentukan limfosit pembunuh sitotoksik.

Terdapat dua subtipe utama, limfosit-T dan limfosit-B, yang

masing-masing melakukan fungsi imunologik tersendiri. Limfosit-T berperan dalam

imunitas selular dan memodulasi responsivitas imun. Limfosit-B terutama

bertanggung jawab untuk imunitas humoral dan pembentuk antibodi (Ronald dan

Richard, 2004).

Jumlah limfosit dalam tubuh berkisar 20-25% dari jumlah leukosit total,

limfosit memiliki nukleus besar bulat dengan menempati sebagian besar sel

limfosit berkembang dalam jaringan limfe (Handayani, 2008). Konsentrasi

limfosit yang tinggi ditemukan di kelenjar getah bening, limpa, dam mukosa

saluran napas dan cerna, sedangkan secara difusi sel-sel ini ditemukan di sumsum

tulang, hati, kulit, dan jaringan yang mengalami peradangan kronis (Ronald dan

Richard, 2004). Melihat hal tersebut, limfosit merupakan salah satu sel kekebalan

tubuh yang penting yang memainkan peran penting dalam mekanisme pertahanan

tubuh. Menurut Mashitoh (2007), ketika mempertimbangkan efek samping

(30)

kemoterapi, sangat penting untuk memverifikasi apakah obat menunjukkan efek

berbahaya terhadap sel-sel normal khususnya dalam berkembangnya limfosit.

Kemampuan obat yang memberikan efek samping toksis dapat

mempengaruhi keberlangsungan hidup sel limfosit yang berdampak pada sistem

kekebalan tubuh. Proliferasi limfosit dapat diinduksi oleh adanya mitogen

Mitogen adalah agen yang mampu menginduksi pembelahan sel, baik sel B

maupun sel T dalam persentase yang tinggi. Sel limfosit B dan T mampu

berproliferasi seiring stimulasi mitogen ke dalam kultur sel. Ada beberapa

mitogen yang berasal dari produk alami telah diakui untuk merangsang proliferasi

limfosit alami yang berguna dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Harris,

1991).

Proliferasi limfosit merupakan suatu peningkatan produksi limfoblas

yang kemudian menjadi limfosit di limpa dapat dilihat dengan adanya pembesaran

organ-organ limfoid. Limpa merupakan salah satu organ limfoid perifer

(Khasanah, 2009). Proliferasi limfosit yang distimulir antigen secara normal

terjadi dalam jaringan limfoid. Kemampuan sel limfoid untuk berkembang biak

ketika dikultur dengan mitogen tertentu merupakan parameter untuk menilai

fungsi sel T dan sel B secara in vitro (Winarsi, 2010).

Aktivitas proliferasi yang ditunjukkan limfosit sangat mempengaruhi

tingkat imunitas tubuh. Menurut Meydani, Wu, Santos, Hoyek (1995), proliferasi

sel limfosit berawal dari kontak antara membran sel dengan sutu antigen atau

dengan aktivator lain. Membran sel harus dalam keadaan utuh untuk dapat

(31)

13

imuitas tubuh karena dapat menghasilkan sel efektor atau imunokompeten. Sel

limfosit termasuk sel tunggal yang bertahan baik saat dikulturkan pada media

sederhana dan secara konsisten tetap dalam tahap diam dan tidak membelah

sampai ditambah mitogen ke dalamnya (Ramadhani, 2009).

F. Labu Air 1. Sinonim

Curcubita hispida sensu Thunb. (sensu strico), Curcubita idolatrica

Willd, Curcubita siceraria Molina (Lim, 2012).

2. Nama Lain :

a. India : Sorakaya

b. Indonesia : Labu Air

c. Jepang : Hyoutan

d. Inggris : Bottle Gourd (Lim, 2012).

3. Klasifikasi taksonomi:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Cucurbitales

Family : Cucurbitaceae

Genus : Lagenaria

Species : Lagenaria siceraria (Mol.) Standley (Lim, 2012).

(32)

4. Morfologi

Buah labu air (Gambar 2) termasuk ke dalam varietas labu bertekstur

keras. Bentuk buahnya bervariasi, mulai dari membulat hingga lonjong

memanjang. Warna kulitnya kehijauan dengan daging buah berwarna putih.

Tanaman ini diketahui mudah beradaptasi dengan kondisi cuaca, baik di musim

penghujan ataupun kemarau (Lim, 2012).

5. Kandungan dan khasiat

Deore dkk. (2009) memaparkan bahwa hasil skrining fitokimia ekstrak

etanol buah Lagenaria siceraria memiliki kandungan flavonoid, glikosida

saponin, dan senyawa fenolik. Menurut Gangwal dkk. (2008) ekstrak methanol

fraksi n-butanol dan etil asetat buah labu air (Lagenaria siceraria) memiliki

aktifitas imunomodulator karena dapat meningkatkan jumlah antibodi primer dan

sekunder serta mampu menghambat reaksi hipersensitivitas pada tikus. Senyawa

yang dapat diisolasi ekstrak metanol fraksi n-butanol dan etil asetat buah L.

siceraria diidentifikasi merupakan asam oleanolat, campuran ß-sitosterol dan

kempesterol, isokuersetin, kampeferol (Shah, Seth dan Desai, 2010).

(33)

15

G.Landasan Teori

Salah satu pengobatan kanker dapat dilakukan dengan kemoterapi

menggunakan obat-obat sitostatika, contohnya doksorubisin. Penggunaan

doksorubisin mempunyai efek merugikan, salah satunya adalah penurunan jumlah

sel darah putih sehingga sel limfosit juga menurun jumlahnya. Imunitas tubuh

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah limfosit, hal ini dikarenakan sel

limfosit merupakan sel yang berperan dalam respon imun. Oleh karena itu, perlu

dikembangkan agen ko-kemoterapi untuk mengurangi efek merugikan

doksorubisin tersebut.

Buah L. siceraria digunakan sebagai alternatif agen ko-kemoterapi

karena mempunyai aktivitas imunomodulator. Kandungan flavonoid pada ekstrak

etanol buah L. Siceraria ini dapat meningkatkan proliferasi limfosit, sehingga

ekstrak etanol buah L. siceraria berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen

ko-kemoterapi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh pemberian ekstrak

etanol buah Lagenaria siceraria terhadap efek merugikan doksorubisin pada tikus

Sprague Dawley yang dilihat dari aktivitas proliferasi limfosit untuk mengetahui

efek imunomodulatornya.

H.Hipotesis

Ekstrak etanol buah labu air (Lagenaria siceraria) dapat meningkatkan

proliferasi limfosit pada tikus galur Sprague Dawley yang dipejani doksorubisin.

(34)

16 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu

penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak pola searah, yaitu

cara menetapkan sampel dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

dengan pengacakan agar setiap sampel punya kesempatan yang sama untuk dapat

masuk ke dalam kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Pola searah

ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang sama pada kelompok perlakuan, yaitu

pemberian ekstrak etanol buah L. siceraria.

B.Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : dosis ekstrak etanol buah L. siceraria.

2) Variabel tergantung : proliferasi sel limfosit.

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali : jenis kelamin, galur tikus, umur tikus,

berat badan tikus, jenis makanan

2) Variabel pengacau tak terkendali : kondisi fisiologis tikus, asal buah L.

(35)

17

2. Definisi operasional

a. Ekstrak etanol buah L. siceraria, merupakan hasil maserasi serbuk kering

buah L. siceraria sebanyak tiga kali, ekstrak disaring dan kemudian pelarut

diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental.

b. Efek imunomodulator buah L. siceraria, merupakan kemampuan buah L.

siceraria untuk mengembalikan sistem imun tikus Sprague Dawley yang

dipejani doksorubisin menuju keadaan normal yang dilihat dari proliferasi

sel limfosit.

C.Bahan Penelitian 1. Bahan utama

Bahan uji yang digunakan, yaitu buah Labu Air (L. siceraria) yang

didapatkan dari Pasar Beringharjo Yogyakarta.

2. Hewanuji

Tikus jantan galur Sprague Dawley dengan rentang berat badan 200-300

gram dan umur 2-3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bahan uji jumlah sel limfosit

Akuades, akuabides, klorofom, Roswell Park Memorial Institute Medium

(RPMI 1640) (Sigma), metanol, alkohol 70%, Phosphate Buffer Saline (PBS)

steril, medium komplit yang terdiri dari RPMI 1640, Fetal Bovine Serum (FBS)

(Gibco) 10%, Penisilin-Streptomisin 2% (Gibco) dan fungizon 1% (Gibco).

(36)

D.Alat Penelitian 1. Alat pembuatan serbuk buah L. siceraria

Seperangkat alat gelas, yaitu beaker glass, gelas ukur, cawan porselen,

batang pengaduk, mesin penyerbuk, dan timbangan analitik.

2. Alatuntuk ekstraksi bahan

Seperangkat alat gelas, blender, cawan porselen, mikropipet, mortir,

stamper, pengayak tepung, oven, gelas ukur, beaker glass, vaccum filter, vaccum

rotary evaporator.

3. Alat untuk perlakuan hewan uji

Peralatan bedah tikus (pisau, gunting, pinset), sarung tangan disposable,

syringe, cawan petri, tabung sentrifuse, pipet tetes, pipet volumetrik, alat

sentrifuse, gelas penutup, microwell plate, mikropipet.

4. Alat untuk penetapan jumlah limfosit

Inkubator CO2 5%; 37oC (Heraeus), plate 96 well (Nunc), sentrifus

eppendorf (Sorfall MC 12 V, Dupont), Effendorf tube, Laminar Air Flow

(Labquib), hemasitometer (Nebaeur), mikropipet (Eppendorf), neraca elektronik

(Sartorius), filter 0,22 μm (Sartorius), tabung sentrifus 15 mL (Nunc), spuit injeksi

10 mL (Terumo), mesin Vortex, yellow dan blue tip, Inverted Microscope

(Olympus), mikroskop binokuler, lampu spiritus, pinset, gunting, tabung reaksi,

(37)

19

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi buah L. siceraria

Determinasi sampel buah L. siceraria yang digunakan berdasarkan

pengamatan ciri morfologinya yang dibandingkan dengan literatur.

2. Penetapan kadar air simplisia serbuk kering buah L. siceraria

Penetapan kadar air dilakukan termopan, yaitu dengan menguji jumlah

air yang menguap dari simplisia serbuk buah L. siceraria. Alat yang digunakan

pada uji ini adalah Moisture Balance yang terdapat di Laboratorium Kimia

Analisis, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan 5 gram sampel dan

menimbang bobot simplisia sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot a).

Kemudian alat dipanaskan pada suhu 1100C selama 15 menit, dan setelah

menimbang bobot simplisia setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot a dan b

merupakan kadar air dari simplisia yang diselidiki.

3. Pembuatan ekstrak etanol buah L. siceraria

Buah labu air yang didapat dari pasar Beringharjo Yogyakarta

dibersihkan dengan cara dicuci dengan air mengalir, dikupas kulitnya, dipotong

kecil – kecil, dibuang bijinya kemudian diblender dan dimaserasi menggunakan

pelarut etanol. Maserasi diulangi sebanyak tiga kali. Maserasi yang pertama

dilakukan selama 2 x 24 jam, kemudian disaring dengan penyaring Buchner

sehingga diperoleh filtrat dan ampas. Ampas dimaserasi lagi selama 1 x 24 jam.

Ampas yang didapat dimaserasi kembali selama 1 x 24 jam. Kemudian pelarut

diuapkan dengan rotary evaporator hingga tidak ada pelarut yang menetes lagi.

(38)

4. Pembuatan sediaan ekstrak etanol buah L. siceraria 15%

Ekstrak etanol buah L. siceraria dibuat suspensi dengan melarutkan 15

gram ekstrak dalam 100 mL CMC Na sehingga didapatkan konsentrasi 15% b/v.

5. Penyiapan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang digunakan ditempatkan dalam kandang selama 1 minggu

untuk adaptasi. Dua puluh lima ekor tikus yang telah diadaptasikan dibagi secara

acak dalam 5 kelompok. Kelompok I diberikan CMC-Na 1%. Kelompok II

diberikan doksorubisin dosis 4,5 mg/kg BB. Kelompok III diberikan doksorubisin

dosis 4,5 mg/kg BB secara intraperitonial dan ekstrak dosis 1000 mg/kg BB

secara p.o. Kelompok IV diberikan doksorubisin dosis 4,5 mg/kg BB secara

intraperitonial dan ekstrak dosis 750 mg/kg BB secara p.o. Kelompok V diberikan

doksorubisin dosis 4,5 mg/kg BB secara intraperitonial dan ekstrak dosis 500

mg/kg BB secara p.o. Ekstrak diberikan terlebih dahulu selama 10 hari, kemudian

dipejani doksorubisin pada hari ke-11, 13, 15. Isolasi limpa dilakukan pada hari

ke-19.

Tabel 1. Perlakuan terhadap Hewan Uji

Pelarut ekstrak (CMC Na 1%) p.o EELA 1000 mg/kg p.o

EELA 750 mg/kg p.o EELA 500 mg/kg p.o

Pelarut doksorubisin (NaCl fisiologis) Doksorubisin i.p

Pengambilan organ limpa

(39)

21

6. Isolasi organ limpa tikus

Tikus dikorbankan dengan dibius terlebih dahulu menggunakan

kloroform, kemudian tikus diletakkan terlentang. Kulit perut dan selubung

peritoneum dibuka. Organ limpa diambil dan dibersihkan dari lemak yang melekat

kemudian diletakkan pada cawan petri dan diberi 1 mL RPMI.

7. Pengujian jumlah limfosit

Organ limpa kemudian disuntik dengan RPMI, sambil ditekan

menggunakan pinset sehingga didapatkan suspensi sel. Suspensi sel tersebut

kemudian dimasukkan dalam tabung sentrifuge. Suspensi sel disentrifugasi 1500

rpm selama 10 menit untuk diambil peletnya. Pelet yang didapat ditambahkan 1

mL ammonium klorida kemudian diaduk. Pelet dicuci dengan cara menambahkan

RPMI hingga 12 mL kemudian dilakukan sentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit.

Supernatan yang didapatkan kemudian dibuang dan pelet yang didapatkan

ditambahkan 2 mL medium komplit. Sebanyak 930 µL RPMI dimasukkan dalam

tabung eppendorf, kemudian ditambahkan suspensi sel dengan pengenceran 50

kali yang sebelumnya sudah divortex. Sebanyak 50 µL Triphan Blue ditambahkan

kemudian divortex, dan suspensi sel dibaca dengan alat Haemocytometer.

Selanjutnya dibuat suspensi sel dengan kepadatan 2x107 sel/mL.

Dimasukkan sebanyak 20 µL suspensi sel tersebut ke dalam sumuran yang

sebelumnya sudah ditambahkan RPMI. Sebagai pembanding yaitu suspensi sel

dalam plate yang diberikan PHA. Masing-masing suspensi sel dalam plate

diinkubasi selama 72 jam dalam inkubator CO2 dengan suhu 370 C dengan CO2

5% (Miksusanti, 2010). Metode yang digunakan adalah MTT assay. Setelah

(40)

diinkubasi selama 72 jam, ditambahkan dengan MTT {(4,5-Dimethylthiazol-2-yl

)-2,5-Diphenyl-tetrazoilium-Bromide} ke dalam semua sumuran dalam plate. Plate

kemudian diinkubasi selama 4 jam dan tiap sumuran ditambah dengan larutan

SDS 10% dan dilakukan pengukuran menggunakan ELISA reader.

8. Perhitungan statistik

Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji

normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi normal

(p>0,05) dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%,

kemudian jika data terdapat perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan uji

(41)

23 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

ekstrak etanol buah L. siceraria terhadap proliferasi sel limfosit, serta untuk

mengetahui dosis paling efektif dari ekstrak etanol buah L. siceraria yang

berpengaruh terhadap peningkatan proliferasi sel limfosit. Proliferasi limfosit

dapat dilihat dari Optical Density (OD) yang dihasilkan pada pengukuran

menggunakan ELISA reader. Data proliferasi limfosit yang diperoleh dianalisis

secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui

normalitas data, selanjutnya dilakukan analisis one way ANOVA dengan taraf

kepercayaan 95%, jika ada perbedaan yang bermakna kemudian dilanjutkan

dengan uji Scheffe untuk mengetahui signifikansi antar kelompok.

A.Penyiapan Bahan Uji 1. Determinasi tanaman

Tanaman yang digunakan untuk penelitian ini adalah labu air (Lagenaria

siceraria) dan bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daging dan biji

buah. Sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, dilakukan determinasi bagian

tanaman tersebut untuk memastikan bagian tanaman yang digunakan untuk

penelitian sudah tepat dan tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahan uji.

Determinasi dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri buah L.

siceraria dengan literatur. Menurut literatur “Edible Medicinal and

Non-Medicinal Plants (Fruits), Volume 2”, buah L. siceraria berbentuk memanjang

(42)

sampai dengan 1 meter, warna putih kehijauan ketika muda, daging buah tahan

lama, memiliki biji berbentuk lonjong dan pipih berukuran hingga 2 cm. Dari

hasil determinasi menunjukkan bahwa buah Lagenaria siceraria yang digunakan

dalam penelitian memiliki kesamaan ciri-ciri dengan yang ditunjukkan literatur,

sehingga dapat disimpulkan bahwa buah yang digunakan memang benar

merupakan buah Lagenaria siceraria.

2. Penetapan kadar air serbuk kering buah L. siceraria

Pengujian penetapan kadar air bertujuan untuk memastikan bahwa serbuk

kering yang digunakan memiliki kandungan air sesuai persyaratan serbuk

simplisia yang baik. Menurut Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan

(1995), persyaratan kadar air dalam serbuk simplisia yang baik adalah kurang dari

10%. Penetapan kadar air serbuk kering buah L. siceraria dilakukan dengan

menghitung susut penguapan alat Moisture Balance yang terdapat di

Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Kadar air yang melebihi 10% dapat memicu pertumbuhan mikroba,

reaksi enzimatis atau proses hidrolisis yang menyebabkan rusaknya kandungan

senyawa aktif dalam serbuk buah L. siceraria.

Penetapan kadar air dilakukan dengan cara memanaskan serbuk pada

suhu 1100C selama 15 menit. Hal tersebut dimaksudkan agar kandungan air dalam

serbuk menguap dalam waktu tersebut. Hasil pengujian didapatkan bahwa

kandungan air dari serbuk kering buah L. siceraria sebesar 7,86%. Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa serbuk kering buah L. siceraria telah

(43)

25

3. Pembuatan ekstrak etanol buah L. siceraria

Kandungan air dalam buah L. siceraria cukup tinggi, sehingga dilakukan

pengeringan menggunakan oven untuk menghilangkan kandungan air, hal ini

bertujuan agar potongan buah labu air tersebut mudah untuk dibuat menjadi

serbuk dan tetap awet (tidak menjadi media tumbuh mikroba), karena dengan

adanya kandungan air dapat memicu pertumbuh mikroba, sehingga menyebabkan

buah labu air busuk dan kandungan senyawa aktif didalamnya juga rusak. Jika

kandungan senyawa aktif rusak maka efek farmakologis yang ditimbulkan

menjadi bias.

Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan cara merendam

serbuk dengan pelarut yang sesuai pada suhu ruangan sehingga senyawa yang

tidak tahan panas tidak rusak (Koirewoa, Fatimawali dan Wiyono, 2012). Menurut

Deshpande dkk. (2008), ekstrak etanol buah L. siceraria menunjukkan aktivitas

sebagai imunomodulator melalui pengamatan respon imun humoral dan seluler,

sehingga pada penelitian ini digunakan pelarut etanol untuk membuktikan

aktivitas senyawa pada buah L. siceraria sebagai imunomodulator melalui

pengamatan proliferasi limfosit. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol buah

Lagenaria siceraria memiliki kandungan flavonoid, glikosida saponin, dan

senyawa fenolik (Deore dkk., 2009). Flavonoid dan senyawa-senyawa fenolik

mudah teroksidasi pada suhu tinggi sehingga maserasi merupakan metode yang

tepat dalam ekstraksi ekstraksi untuk mencegah oksidasi dari flavonoid (Koirewoa

dkk., 2012). Serbuk yang digunakan untuk proses maserasi sebanyak 10 g dan

diberi pelarut etanol 80% sebanyak 100 mL. Maserasi menggunakan etanol

(44)

dengan konsentrasi 80% karena pada konsentrasi tersebut dapat menyari senyawa

aktif dalam buah L. siceraria yaitu flavonoid, glikosida saponin dan

senyawa-senyawa fenolik. Etanol bisa digunakan untuk menyari zat dengan kepolaran

relatif tinggi sampai relatif rendah karena etanol merupakan pelarut yang

universal (Voigt, 1984). Flavonoid merupakan senyawa aktif dari buah L.

siceraria yang diteliti aktivitasnya sebagai imunomodulator. Maserasi dilakukan

berulang sebanyak 3 kali masing-masing adalah selama 24 jam, hal ini bertujuan

untuk menjamin senyawa aktif dapat tersari secara sempurna.

4. Pembuatan sediaan ekstrak etanol buah L. siceraria

Sediaan ini dibuat dengan cara menambahkan 15 gram ekstrak kental

buah labu air dengan 100 mL CMC Na 1% sehingga didapatkan suspensi ekstrak

konsentrasi 15%. Konsentrasi ekstrak etanol buah L. siceraria tersebut ditentukan

berdasarkan konsentrasi terpekat yang masih menunjukkan ekstrak kental labu air

dapat terdispersi dalam CMC Na dan dapat diinjeksikan menggunakan spuit.

Dalam penelitian ini digunakan CMC Na karena dapat berfungsi sebagai

suspending agent sehingga ekstrak kental dapat tersuspensi dan dapat

diinjeksikan. CMC Na juga larut secara baik dalam air dan bersifat non toksik

dalam tubuh sehingga sering digunakan sebagai suspending agent untuk sediaan

(45)

27

B. Perlakuan Ekstrak Etanol Buah Lagenaria siceraira dan Doksorubisin pada Hewan Uji

Penetapan dosis ekstrak etanol buah Lagenaria siceraria bertujuan untuk

mengetahui dosis paling efektif yang memberikan efek yang diharapkan, yaitu

sebagai imunomodulator dengan mekanisme peningkatan proliferasi limfosit.

Dosis yang digunakan menggunakan tiga peringkat dosis, yaitu 1000 mg/kg BB

sebagai dosis tertinggi, dosis 750 mg/kg BB sebagai dosis tengah, dan dosis 500

mg/kg BB sebagai dosis terendah. Rentang dosis ekstrak yang digunakan

besar/lebar dengan tujuan agar bisa mengcover dosis efektif ekstrak etanol buah L.

siceraria yang dapat memberikan efek sebagai imunomodulator (meningkatkan

proliferasi limfosit) yang diduga terletak di antara rentang dosis tersebut.

Pemilihan dosis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksploratif karena

belum didapatkan data dari penelitian sebelumnya mengenai dosis efektif ekstrak

etanol buah L. siceraria dalam meningkatkan proliferasi limfosit.

Doksorubisin diberikan untuk menginduksi efek imunosupresan,

hepatotoksik dan kardiotoksik. Orientasi dosis doksorubisin dilakukan untuk

mengetahui dosis yang mampu memberikan efek keseluruhan meliputi

kardiotoksik, hepatotoksik dan imunosupresan. Menurut Herwandhani, Nagadi,

dan Saktiningtyas (2011), dosis 4,5 mg/kg BB sebanyak 2 kali terbukti dapat

menimbulkan efek imunosupresan.

Pemberian ekstrak etanol buah L. siceraria dilakukan selama 10 hari,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian doksorubisin pada hari ke-11, 13 dan 15.

Pada 2 kali pemberian doksorubisin 4,5 mg/kg BB belum dapat menimbulkan

efek hepatotoksik dan kardiotoksik, sehingga frekuensi pemberian doksorubisin

(46)

ditingkatkan menjadi tiga kali. Putri (2012) melaporkan bahwa pencuplikan

sampel dilakukan empat hari setelah dipejani doksorubisin terakhir, atau dengan

kata lain pencuplikan sampel dilakukan pada hari ke-19. Pemberian ekstrak

selama 10 hari bersifat eksploratif, dengan tujuan ekstrak buah L. siceraria

mampu menaikkan sistem imun sebelum dipejani dengan doksorubisin.

C.Pengujian Proliferasi Limfosit

Sel limfosit yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari organ

limpa. Limpa merupakan organ limfoid sekunder utama yang berfungsi sebagai

tempat utama produksi sel T dan B (Kartika, 2012). Baratawidjaja dan Rengganis

(2009), menjelaskan bahwa organ limfoid sekunder adalah tempat sel dendritik

mempresentasikan antigen yang ditangkap di bagian lain tubuh ke sel T yang

memacu proliferasi dan diferensiasi limfosit.

Sel limfosit didapatkan dengan cara menyuntikan medium RPMI dingin

ke dalam limpa dan sel limfosit keluar dari limpa. Medium RPMI mengandung

nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel seperti asam amino, vitamin, dan

garam-garam organik, sehingga walaupun sudah diisolasi dari limpa, sel limfosit

tidak akan mati karena kebutuhan nutrsi terpenuhi. Penelitian ini menggunakan

medium komplit yang mengandung medium RPMI, FBS (Fetal Bovine Serum),

penisilin-streptomisin (penstrep) dan fungison. FBS berfungsi untuk memacu

pertumbuhan sel dan menjaga kelangsungan hidup sel. Penisilin-streptomisin

(47)

29

Kepadatan sel limfosit ditentukan sebanyak 1x106 sel/mL. Kepadatan sel

tersebut dihitung dengan menggunakan alat haemocytometer dengan pengenceran

50 kali dalam medium komplit. Aktivitas proliferasi sel limfosit didapatkan

dengan cara membandingkan Optical Density (OD) dua sampel, yaitu sampel

yang ditambahkan fitohemaglutinin (PHA) dengan sampel yang tidak

ditambahkan dengan PHA, dan keduanya sudah dikurangi OD kontrol medium.

Fitohemaglutinin digunakan sebagai kontrol positif dan sebagai pembanding

karena fitohemaglutinin merupakan mitogen yang digunakan untuk merangsang

terjadinya proliferasi limfosit T, limfosit B, dan produksi limfokin dimana lektin

PHA mampu memicu aktivitas pada sel T jika terikat pada reseptor sel T manusia

(Kresno, 2001). Semakin besar rasio proliferasi maka semakin besar pula

proliferasi yang ditunjukan sel limfosit. Proliferasi merupakan salah satu

parameter dari suatu tingkat imunitas tubuh, yaitu menunjukkan kemampuan

dasar sistem imun meliputi proses diferensiasi dan pembelahan sel.

Pengukuran proliferasi limfosit menggunakan metode MTT assay

dilakukan setelah inkubasi selama 72 jam dalam inkubator CO2 dengan suhu 370C

dengan CO2 5%. Metode MTT assay merupakan metode pengukuran jumlah sel

hidup berdasarkan prinsip kolorimetri menggunakan senyawa tetrazolium. Enzim

mitokondria suksinat dehydrogenase dalam sel hidup yang dapat mereduksi

garam tetrazolium dari MTT {(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-Diphenyl-

tetrazoilium Bromide} yang merupakan senyawa berwarna kuning sehingga

membentuk kristal formazan yg berwarna ungu, kemudian dibaca oleh ELISA

(48)

reader dan jumlah kristal formazan yang terbentuk berbanding lurus dengan

jumlah sel limfosit yang hidup (Wang, Cheng, Wang, Wei dan Wang, 2010).

Sodium dodecyl sulfate (SDS) 10% dalam HCl 0,01N digunakan sebagai

Stop Solution, untuk menghentikan aktivitas proliferasi sel limfosit sehingga stabil

selama pengukuran OD (Doyle dan Griffiths, 1998). Semua sampel dalam

sumuran pada plate kemudian dibaca menggunakan ELISA reader pada panjang

gelombang 550 nm. Hasil dinyatakan dalam Optical Density (OD) yang

menggambarkan jumlah sel limfosit.

D.Hasil Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah Lagenearia siceraria dengan Kajian Proliferasi Limfosit

Uji yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji normalitas data menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

dengan signifikansi 0,569 (p > 0,05). Data tersebut selanjutnya diuji dengan one

way ANOVA taraf kepercayaan 95%.

Tabel II. Purata OD + SD Proliferasi Limfosit Praperlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Buah Lagenaria siceraria

(49)

31

Hasil uji one way ANOVA menunjukkan nilai p = 0,002 (p < 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara

dua kelompok dari seluruh kelompok perlakuan dan dilanjutkan uji Scheffe.

Tabel III. Hasil Analisis Uji Post-hoc Scheffe Proliferasi Limfosit Praperlakuan Pemberian Ekstrak Etanol Buah Lagenaria siceraria

Ket : Kel. I : kelompok kontrol pelarut Kel II : kelompok doksorubisin

Kel III : kelompok ekstrak dosis 1000 mg/kg BB Kel IV : kelompok ekstrak dosis 750 mg/kg BB Kel V : kelompok ekstrak dosis 500 mg/kg BB (*) : berbeda bermakna

Gambar 3. Diagram Batang Purata OD + SD Proliferasi Limfosit praperlakuan pemberian ekstrak etanol buah Lagenaria siceraria

Kelompok I II III IV V

I - BB BTB BTB BTB

II BB - BTB BTB BB

III BTB BTB - BTB BTB

IV BTB BTB BTB - BTB

V BTB BB BTB BTB -

(50)

Kontrol pelarut digunakan untuk mengetahui nilai proliferasi sel limfosit

normal sebelum diinduksi dengan doksorubisin. Pada tabel II diketahui rata-rata

proliferasi limfosit kelompok kontrol (kelompok I) sebesar 1,06 + 0,02. Nilai

proliferasi limfosit kelompok kontrol pelarut ini akan digunakan sebagai

pembanding terhadap kelompok kontrol doksorubisin dan kelompok perlakuan

ekstrak untuk mengetahui efek yang dihasilkan meningkatkan atau menurunkan

proliferasi sel limfosit.

Kontrol doksorubisin digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

doksorubisin sebagai agen kemoterapi yang dapat menyebabkan penurunan sistem

imun melalui pengamatan proliferasi limfosit. Rata-rata nilai proliferasi limfosit

kelompok kontrol doksorubisin (kelompok II) sebesar 1,01 + 0,02. Hasil analisis

statistik (Tabel III) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

(p<0,05) antara kontrol doksorubisin dengan kelompok kontrol pelarut, hal ini

menunjukkan bahwa pemberian doksorubisin memberikan pengaruh terhadap

proliferasi sel limfosit, yaitu berupa penurunan proliferasi limfosit. Lemasters

dkk. (cit., Putri, 2012) menjelaskan bahwa adanya sifat sitotoksik dari

doksorubisin karena terjadinya metabolisme doksorubisin tersebut oleh sitokrom

P450 yang menghasilkan metabolit radikal bebas semiquinon dan bersifat toksik.

Doksorubisin menekan sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan

penurunan semua jenis sel darah yang dihasilkan di sumsum tulang belakang

termasuk penurunan jumlah limfosit (Kunjumoideen, 2010).

Tabel III menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara

(51)

33

menunjukan bahwa pada ekstrak dosis 500 mg/kg BB mempengaruhi proliferasi

limfosit, yaitu berupa peningkatan proliferasi limfosit, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ekstrak buah L. siceraria pada dosis 500 mg/kg BB bersifat

sebagai imunomodulator dengan mekanisme imunostimulan, yaitu memperbaiki

fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi (di bawah kondisi normal) setelah

dipejani doksorubisin, menuju keadaan yang menunjukkan jumlah limfosit pada

keadaan normal kembali. Secara biokimia aktivitas imunostimulan mungkin

disebabkan oleh flavonoid yang berperan sebagai antigen dan mampu dikenal oleh

reseptor sel B maupun sel T dan memacu sel limfosit T maupun sel limfosit B

untuk berproliferasi (Filbert, 2010).

Tabel III menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna

antara kelompok ekstrak dosis 1000mg/kg BB dan dosis 750mg/kg BB dengan

kontrol doksorubisin. Hal ini menunjukkan bahwa pada ekstrak dosis 1000mg/kg

BB dan 750mg/kg BB terjadi penghambatan proliferasi limfosit. Peningkatan

proliferasi limfosit berbanding terbalik dengan meningkatnya peringkat dosis

ekstrak buah L. siceraria, yaitu pada ekstrak buah L. siceraria dosis 1000 mg/kg

BB dan 750 mg/kg BB dengan rasio proliferasi sebesar 1,03 dan 1,06; dan ekstrak

buah L. siceraria dosis 500 mg/kg BB dengan rasio proliferasi sebesar 1,07 (Tabel

II). Terjadinya hal ini adalah dari aktivitas flavonoid yang terkandung dalam buah

L. siceraria. Mc.Clure (Cit., Hernawati, 2009) menjelaskan bahwa flavonoid

mempengaruhi interaksi antar sel dalam proses metabolisme baik bersifat negatif

(menghambat) maupun positif (menstimulasi). Akiyama dkk., (cit., Putri, 2012)

menjelaskan bahwa senyawa flavonoid dapat memberikan efek yang berbeda

(52)

tergantung jumlah dosisnya di mana pada dosis yang rendah flavonoid mampu

memacu pertumbuhan sel sedangkan pada kadar tinggi justru dapat menghambat

proliferasi sel. Derivat dari senyawa flavonoid, yaitu flavone dan flavonol

menunjukkan efek penghambatan proliferasi limfosit yang diinduksi oleh

concanavalin A (Namgoong, Son, Chang, Kang dan Kim, 1994). Aljancic,

Stankovic, Tesevic, Vujisic, Vajs dan Milosavljevic (2010) menyebutkan semakin

besar konsentrasi quercetin (flavonol) menyebabkan peningkatan kerusakan DNA

sehingga sel mati. Dimungkinkan pada dosis 1000 mg/kg BB dan 750mg/kg BB

yang merupakan dosis besar justru terjadi penghambatan proses proliferasi

limfosit.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dibuktikan

bahwa pemberian ekstrak buah L. siceraria mampu memberikan pengaruh berupa

peningkatan proliferasi limfosit. Peningkatan proliferasi limfosit berbanding

terbalik dengan peningkatan dosis ekstrak buah L. siceraria. Proliferasi limfosit

paling besar ditunjukkan oleh ekstrak dosis 500 mg/kg BB, yaitu dengan rasio

(53)

35 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis statistik yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian ekstrak etanol buah L. siceraria terbukti berpengaruh dalam

meningkatkan proliferasi sel limfosit tikus jantan Sprague Dawley yang

dipejani doksorubisin.

2. Dosis yang paling efektif memberikan pengaruh terhadap peningkatan

proliferasi sel limfosit adalah dosis 500 mg/kg BB.

B.Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :

1. Senyawa dalam buah L. siceraria yang berperan untuk meningkatkan

proliferasi limfosit.

2. Pengkajian peringkat dosis ekstrak etanol buah L. siceraria dengan faktor

kelipatan untuk mendapatkan dosis efektif.

3. Pengkajian lama pemberian dosis ekstrak etanol buah L. siceraria yang dapat

menimbulkan efek imunomodulator.

4. Dosis doksorubisin yang dapat menimbulkan efek imunosupresan.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, T., Ishida, J., Nakagawa, S., Ogawara, H., Watanabe, S., I toh N., Shibuya, M., and Fukami, Y., 1987, Genistein, a specific inhibitor of tyrosine specific protein kinase, J. Biol. Chem, 262, 5592-5595.

Aljancic, I., Stankovic, M., Tesevic, V., Vujisic, L., Vajs, V., Milosavljevic, S., 2010, Protective effect on human lymphocytes of some flavonoids isolated from two Achilleaspecies. Nat Prod Commun, May;5(5):729-32, PubMed PMID: 20521537.

Anonim, 2011, World Health Organization, http://apps.who.int/medicinedocs /en/d/Js2200e/, diakses tanggal 23 Juni 2013.

Baratawidjaja, K., dan Rengganis, I., 2009, Imunologi Dasar, Edisi ke-8, Balai Penerbit TKUI, Jakarta.

Block, K., Mead, M., 2003, Immune System Effects of Echinacea, Ginseng and Astragalus : A review Integrative cancer therapies, 2(3): 247-246.

Bruton, L., Lazo, J. S., dan Parker, K. L., 2005, Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Edition, McGrawHill,

Lange.

Deore, S., Khadabadi, S., Patel, Q., Deshmukh, S., Jaju, M., Junghare, N., Wane, T., Jain, R., 2009, In Vitro Antioxidant Activity and Quantitative Estimation of Phenolic Content of Lagenaria siceraria, Rasayan J. Chem.,

Vol.2, No.1, India.

Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Deshpande, J., Choudhari, A., Mishra, M., Meghre, V., Wadodkar, S., Dorle, A.K., 2008, Beneficial Effects of Lagenaria siceraria (Mol.) Standley fruit eficarp in animal Model, Indian J. Exp Biol, 46, 234-242.

Doyle, A. & Griffiths, J. B., 1998, Cell and tissue culture : laboratory procedures

in biotechnology, Wiley & Sons Ltd., England, pp. 62-64.

Filbert, I., 2010, Gambaran Histopatologis Limpa Mencit Galur Swiss Webster

Jantan Pasca Pemberian Minyak Buah (Pandanus conoideus Lam.),

Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha.

Gangwal, A., Panmar, S.K., Gupta, G., Rana A., and Sheth, N., 2008, Immunomodulatory Effects of Lagenaria siceraria Fruits in rats,

Pharmacognosy Mag., 4, S234-S238.

Gruendemann, B., Fernsebner, B., 2005, Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta, pp. 610-611.

Handayani, W., 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Hematologi, Salemba Medika, Jakarta.

Harris, J., 1991, Blood Cell Biochemistry Volume 3 : Lymphocytes and

Granulocytes, Plenum Press, New York.

(55)

37

Hernawati, 2009, Perbaikan Kinerja Reproduksi Akibat Pemberian Isoflavon dari Tanaman Kedelai, Laporan Penelitian, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, p. 6.

Herwandhani, P., Nagadi, S.. dan Saktiningtyas, I.A., 2011, Potensi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C.) sebagai Agen Imunomodulator yang Prospektif pada Penekanan Efek Imunosupresi Kemoterapi, Jurnal Saintifika Gadjah Mada, III(2).

Jenie, R., Meiyanto, E., 2009, Aplikasi ko-kemoterapi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik Daun Sambung Nyawa (Gyanura Procumbens (Lour.)Merr.) Pada Sel Kanker Payudara MCF-7, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 3, Yogyakarta.

Jong, W., 2004, Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup dan Dukungan

Keluarga, Arcan, Jakarta, pp. 119-121.

Kartika, R., S., 2012, Isolasi Polisakarida Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan Metode Pengendapan Menggunakan Aseton serta Uji Aktivitasnya Terhadap Fagositosis Makrofag dan Proliferasi Limfosit secara in vitro,

Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pp. 59,60.

Khasanah, N., 2009, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jintan Hitam (Nigella Sativa) Terhadap Respon Proliferasi Limfosit Limpa Mencit Balb/C Yang Diinfeksi Salmonella typhimurium, Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis

Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Kimball, J., 1990, Introduction to Immunology, 3rd Edition. Macmillan Publishing Company, Inc., New York.

Kresno, S. B., 2001, Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Labortorium, Edisi IV, Fakultas Kedokteran Umum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Kunjumoideen, K., 2010, Doxorubicin (adriamycin), http://medicineworld.org/ cancer/breast/treatment/doxorubicin.html, diakses 7 Mei 2013.

Lemasters, J., Nieminen A., Qian, T., Trost L., Elmore S., Nishimura, Y., Crowe, R., Cascio, W., Bradham, C., Brenner, D., 1998, mitochondrial permeability transition in cell death : a common mechanism necrosis, apoptosis and autophagy, Biochem Biophys Acta., 1366: 177-196.

Lim, T. K., 2012, Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants, Volume 2, Fruits, Spinger Dordrecht Heidelberg, New York.

Long B., Hai, Y., Xian, M., 2005, Spectroscopic and Viscosity Study of Doksorubisin Interaction with DNA, Journal of Molecular Structure, 749 (2005) 1008-113.

Mangan, Y., 2009, Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker, Agromedia Pustaka, Jakarta, p.1.

Maria, A., 2008, Bertahan Hidup Dengan Terapi Jus, Pustaka Anggrek, Yogyakarta, p. 31.

Mashitoh B., 2007, Effects of Damnacanthal, Nordamnacanthal, Betulinic Acid and Zerumbone Isolated From Local Medicinal Plants on Leukemia Cell Lines and Immune Cells, Laporan Penelitian, Universiti Putra Malaysia, Malaysia.

Gambar

Tabel III.  Hasil Analisis Uji Post-hoc Scheffe Proliferasi Limfosit
Gambar 1. Struktur Doksorubisin   .............................................................
Gambar 1. Struktur Doksorubisin (Long, Hai dan Xian, 2005).
Gambar 2. Buah Labu Air (Lim, 2012).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul ” Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Gambaran Makroskopis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley yang

Pemberian ekstrak buah mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa ) berpengaruh terhadap gambaran histopatologis hepar tikus putih ( Rattus norvegicus ) galur Sprague dawley yang

Dari hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol terhadap kadar LDL darah tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak Buah Merah tidak berperan dalam meningkatkan proliferasi sel limfosit, jadi tidak berperan sebagai mitogen pada kultur sel limfosit yang didapat

 Menguji aktivitas ekstrak metanol kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada tikus putih jantan galur Sprague

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanolik 50% herba pegagan terhadap peningkatan prolife rasi sel limfosit pada mencit jalur

Menurut penelitian yang dilakukan pada tikus wistar yang diinduksi periodontitis setelah diberi ekstrak daun Carica papaya, terjadi penurunan jumlah sel limfosit

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak etanolik buah kacang panjang terhadap proliferasi sel epitelial payudara (in vitro) dan perkembangan