• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE EFFECT HEPAR MACROSCOPIC of MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) FRUIT EXTRACT on RIFAMPICIN in

MALE SPRAGUE DAWLEY ALBINO RATS (Rattus norvegicus)

By

Kharisma Wibawa Nurdin Putra

Rifampicin often leads to impaired liver function because it is hepatotoxic. Mahkota dewa ( Phaleria macrocarpa ) is medicinal plants of which many to attract society. Because the fruit is there are of antioksidant and believed to treat disturbance of function of the liver. To prove this, then do research to look at the influence of mahkota dewa fruit extracts against the portrayal of white rats hepar macroscopic induced rifampicin.

(2)

Based on the research results obtained description of the morphology of hepar is not found significant differences. Rifampicin administration 1gr/kgbb resulted in an increase in weight and significant volume compared to a negative control group. Gift of the mahkota dewa fruit extracts can lower the weight and volume of the rifampin-induced hepar significantly. Dose the fruit mahkota dewa 7.56 mg/day/rat causing the highest loss in weight whereas hepar dose 15.12 mg/day/rat led to a decrease in the highest volume of hepar

Giving of fruit extracts mahkota dewa causes a decrease in weight and volume of hepar induced and does not affect the morphology of hepar

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization (WHO) dalam annual Report On Global TB Control 2011 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagaihigh burden countries terhadap TB. Indonesia menduduki peringkat ke-4 setelah India, China, dan Afrika Selatan dalam menyumbang jumlah kasus TB di dunia. Estimasi insiden TB menular (basil tahan asam (+)) di Indonesia adalah 107 per 100.000 penduduk untuk tahun 2004, sedangkan untuk tahun yang sama prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk (Aditama, 2008).

(4)

mata, dan lensa mata. Efek samping yang sering terjadi salah satunya adalah gangguan fungsi hati (Katzung, 2007).

Rifampisin salah satu obat yang sering dilaporkan menyebabkan hepatotoksik (Tasduq, 2006). Rifampisin menimbulkan kerusakan hepar melalui jalur idiosinkratik. Rifampisin merupakan induktor aktivitas enzim sitokrom P-450. Keterlibatan rifampisin pada aktivitas sitokrom P-450 ini mempengaruhi homeostasis kalsium. Jalur lain yang bertanggung jawab pada kerusakan hepar akibat rifampisin adalah melalui mekanisme stress oksidatif dimana terjadi peningkatan lipid peroksidase (Tasduq, 2006). Rifampisin menyebabkan peningkatan potensi dari isoenzim sitokrom P-450 yang menyebabkan kerusakan hati yang menjadi salah satu masalah dalam pengobatan tuberkulosis. Ada pengaruh kuat antara kerusakan hati dengan stress oksidatif pada percobaan hewan yang diberikan obat antituberkulosis. Pemberian antioksidan mungkin dapat menghambat perubahan oksidatif yang menyebabkan hepatotoksik (Tassaduq, 2011).

(5)

lain-lain yang berkhasiat untuk antioksidan, antihistamin, obat asam urat, lever, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi sampai kanker (Harmanto, 2002).

Daun dan buahnya diketahui mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain itu didalam daunnya juga diketahui mengandung polifenol (Soeksmanto, 2007). Flavonoid dapat digunakan sebagai pelindung mukosa lambung, antioksidan, mengobati gangguan fungsi hati dan ginjal (Robinson, 1995).

Untuk membuktikan hal ini maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi rifampisin. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan pemeriksaan makroskopis untuk melihat kerusakan hepar yang diinduksi oleh obat rifampisin.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran makroskopis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawleyyang diinduksi rifampisin?

C. Tujuan

(6)

Mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran makroskopis hepar tikus (Rattus norvegicus) galurSprague dawleyyang diinduksi oleh rifampisin.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui efek ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap morfologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi oleh rifampisin.

b. Mengetahui efek ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap berat hepar tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi oleh rifampisin.

c. Mengetahui efek ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap volume hepar tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi oleh rifampisin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap hepar.

2. Bagi Pembangunan

(7)

3. Bagi FK Unila

Meningkatkan iklim penelitian dibidang agromedicine sehingga dapat menunjang pencapaian visi FK Unila sebagai Fakultas Kedokteran Sepuluh Terbaik di Indonesia pada Tahun 2025 dengan kekhususanagromedicine.

4. Bagi Peneliti Lain

a. Dapat dijadikan bahan acuan untuk dilakukannya penelitian yang serupa yang berkaitan dengan efek buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) b. Mencari khasiat senyawa lainnya yang terdapat dalam buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa) sehingga dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

Hati adalah tempat detoksifikasi dan eksresi dari bilirubin. Beberapa plasma protein, termasuk albumin di sintesis di dalam hati. Hati juga melakukan regulasi terhadap plasma lipid dan lipoprotein. Jadi, kadar albumin, protein total, dan bilirubin dapat digunakan sebagai indikasi adanya kelainan fungsi hati. Aktivitas serum alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), dan alkaline phosphatase (ALP) dianggap sebagai penanda yang bagus terhadap kerusakan hati dan integritas hepatoseluler (Eminzade, 2008).

(8)

radikal bebas oksigen dan reaktif metabolisme dari obat 3) ketidakseimbangan pertahanan antara oksidan dan antioksidan, dan 4) peroksidase dari membran lipid yang memicu kehilangan intregitas hepatoseluler dan kegagalan fungsi hati.

Gambar 1.Kerangka teori (Eminzade, 2008). Rifampisin

bioaktivasi obat oleh CTYP450

Radikal bebas oksigen

Gangguan hepatoseluler dan

AST,ALT,dan ALP

Fungsi Hati

Imbalance oksidan/antioksid Hepar

Kadar bilirubin meningkatkan

(9)

F. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka konsep.

G. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkot dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran makroskopis hepar tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawleyyang diinduksi rifampisin.

Rifampisin

Kerusakan hepar

Mahkota dewa(alkaloid, saponin dan flavonoid)

Makroskopis hepar

(10)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALURSprague dawleyYANG

DIINDUKSI RIFAMPISIN Oleh

Kharisma Wibawa Nurdin Putra

Rifampisin sering menyebabkan gangguan fungsi hati karena bersifat hepatotoksik. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan tanaman yang banyak diminati masyarakat karena memiliki efek pengobatan. Penelitian ini untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa terhadap gambaran makroskopis hepar tikus putih yang diinduksi rifampisin.

(11)

Hasil penelitian diperoleh gambaran morfologi hepar tidak didapatkan perbedaan signifikan. Pemberian rifampisin 1 gr/kgBB menyebabkan peningkatan berat dan volume yang signifikan dibanding kelompok kontrol negatif. Pemberian ekstrak buah mahkota dewa dapat menurunkan berat dan volume hepar yang diinduksi rifampisin secara signifikan. Dosis buah mahkota dewa 7,56 mg/hari/ekor menyebabkan penurunan tertinggi pada berat hepar sedangkan dosis 15,12 mg/hari/ekor menyebabkan penurunan volume hepar tertinggi.

Pemberian ekstrak buah mahkota dewa menyebabkan penurunan berat dan volume hepar yang diinduksi hepar dan tidak mempengaruhi morfologi hepar.

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff.) Boerl.)

1. Taksonomi

Kedudukan tanaman mahkota dewa dalam taksonomi menurut Winarto (2003) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan (1999) termasuk dalam: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dycotyledoneae, Bangsa: Thymelaeales, Suku: Thymelaeaceae, Marga: Phaleria, Spesies:Phaleria macrocarpa(Scheff.) Boerl.

2. Sinonim

Sinonim tanaman ini adalah Phaleria papuana warb. Var. Wichnanni (Val.) Back. Asalnya belum diketahui, tetapi melihat dari namanya maka banyak yang memperkirakan populasi aslinya di tanah Papua. Namun karena buahnya besar-besar sebagian ahli botani lebih suka memberinya nama latin Phaleria macrocarpa. Di Sumatera tanaman ini dikenal dengan nama simalakama, sedang di Jawa disebut makuta dewa, makuto rojo, atau makuto ratu (Djumidi, 1999).

3. Deskripsi Tanaman

(13)

puluhan tahun. Tingkat produktivitasnya mampu dipertahankan sampai usia 10 hingga 20 tahun.

Daunnya berbentuk lonjong, langsing memanjang berujung lancip, selintas mirip daun jambu air tetapi ukurannya lebih langsing dan lebih liat, berupa daun tunggal yang tersusun berhadapan dengan tangkai bulat. Bunganya harum berwarna putih berbentuk terompet majemuk sebesar bunga cengkeh, tersusun dalam kelompok 2-4 buah di ketiak daun dan batangnya. Buahnya berkulit licin, beralur, bentuknya bulat seperti bola, ukurannya bervariasi, dari sebesar pingpong sampai sebesar apel merah.

Buah mahkota dewa terdiri dari kulit, daging, cangkang, dan biji. Saat masih muda kulitnya bewarna hijau. Namun saat sudah tua warnanya berubah jadi merah marun. Ketebalan kulit sekitar 0,5-1 mm. Ketebalan daging bervariasi tergantung pada ukuran buah. Dalam daging buah yang tebal terdapat biji yang berbentuk bulat, keras, dan berwarna kecoklatan. Akarnya tunggang dan bewarna kuning kecoklatan

Gambar 3.Buah mahkota dewa (Harmanto, 2002).

(14)

bahan organik yang tinggi pada ketinggian 10 m sampai 1200 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga pada bulan April sampai Agustus dan panen sebaiknya dilakukan pada Juli sampai September (Harmanto, 2002).

4. Kandungan Kimia Mahkota Dewa

Mahkota dewa kaya akan kandungan kimia, tetapi belum semuanya terungkap. Komposisi kimia getahnya terdiri dari toluquinone, ethylquinone, asam oktanoat, 1-nonene, 1-undecene, 1-pentadecene, 1-heptadene, 6-alkil, 1-4 naphtouinone. Di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid. Bijinya dianggap beracun, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar untuk mengobati penyakit kulit. Di dalam daun mahkota dewa terkandung alkaloid, saponin, serta polifenol (Gotawa dkk., 1999).

Menurut Harmanto (2002) batang mahkota dewa tidak dianjurkan karena membahayakan. Oleh sebab itu, bagian tanaman ini yang digunakan untuk obat biasanya hanya daun dan buahnya baik dalam keadaan segar ataupun setelah dikeringkan. Karena termasuk tanaman obat yang keras dan beracun, lebih baik bagian yang digunakan tersebut adalah yang telah dikeringkan. Bila dimakan segar getahnya panas dan melepuhkan kulit dalam mulut. Kandungan buah mahkota dewa terdiri dari golongan alkaloid, flavonoid, dan saponin (Harmanto, 2002; Rohyami, 2008)

5. Efek Kandungan Mahkota Dewa

(15)

cukup baik, dan dapat memacu terjadinya proses apoptosis pada sel T47D (Nurulita, 2007).

Menurut Sanjaya (2006) pemberian rebusan buah mahkota dewa menurunkan hitung jumlah koloni kuman pada hepar mencit Balb/c yang diifeksi Salmonella typhimurium. Maratani (2006) juga mengatakan terdapat peningkatan produksi Reactive Oxygen Intermediate (ROI) makrofag, yaitu enzim pembunuh bakteri, pada mencit yang diinfeksiSalmonella typhimurium.

Soeksmanto (2006) melakukan pengujian kandungan antioksidan mahkota dewa menggunakan metoda efek penangkapan radikal bebas Diphenyl picryl hydrazil (DPPH) yang prinsipnya adalah penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas. Dalam hal ini DPPH menjadi sumber radikal bebas untuk mengetahui daya inhibisi diatas 50%. Didapatkan bahwa hanya bagian buah muda dan buah yang memiliki daya inhibisi diatas 50%. Menurut Satria (2005) senyawa flavonoid mempunyai khasiat sebagai antioksidan dengan menghambat berbagai reaksi oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi radikal hidroksil, superoksida, dan radikal peroksil. Demikian pula yang dinyatakan oleh Chalid (2003) bahwa tanaman yang mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid sangat potensial sebagai kemoprotektif dan mampu menghambat peroksida lipid secara nonenzimatik. Semakin tinggi kadar flavonoid, maka potensi antioksidannya akan semakin tinggi.

B. Hati

(16)

Hepar adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh yang memiliki banyak fungsi. Hepar terlindungi oleh costae bagian bawah dan sebagian besar massanya terletak di sisi kanan atas (Snell, 2006).

Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalistepat di bawahdiaphragma. Sebagian besar hepar terletak diprofunda arcus costalis dextradan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006)

Gambar 4.Topografi hepar dilihat dari anterior dan posterior (Netter, 2002).

(17)

Porta hepatisatauhilus hepatisterdapat difacies visceralisdan terletak di antaralobus caudatus dan lobus quadratus. Pada tempat ini terdapat ductus hepaticus dexter dan sinister, ramus dexter dan sinister arteria hepatica, vena portae hepatis, dan serabut saraf simpatis dan parasimpatis (Snell, 2006).

Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus. Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melaluisinusoiddan dialirkan kevena centralis(Snell, 2006).

Gambar 5.Anatomi hepar dilihat dari (b) anterior dan (c) inferior (Saladin, 2003).

2. Fisiologi Hati

(18)

a. Metabolisme karbohidrat

Fungsi penting hati terutama untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah bila konsentrasi gula darah mulai turun terlalu rendah.

b. Metabolisme lemak

Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme asam lemak antara lain: mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, pembentukan kolesterol dan fosfolipid, pembentukan sebagian besar lipoprotein, serta pembentukan lemak dari protein dan karbohidrat.

c. Metabolisme protein

Fungsi hati dalam metabolisme protein antara lain: deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan pembentukan beragam asam amino.

d. Fungsi hati yang berkaitan dengan proses pembekuan darah

Zat-zat yang dibentuk di hepar yang digunakan pada proses koagulasi meliputi fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, faktor VII, dan vitamin K. Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati, untuk membentuk protrombin dan faktor VII, IX, dan X.

e. Penyimpan vitamin, zat besi, dan detoksikasi obat-obatan, hormon atau zat lain dalam tubuh serta sebagai fagositosis dan imunitas.

(19)

Hati terdiri atas satuan heksagonal disebut lobulus hati. Di pusat setiap lobulus terdapat sebuah vena sentral yang dikelilingi lempeng-lempeng sel hati, yaitu hepatosit dan sinusoid secara radial. Jaringan ikat di sini membentuk triad porta atau daerah porta, tempat cabang arteri hepatika, cabang vena porta, dan cabang duktus biliaris. Darah arteri dan darah vena mula mula bercampur disinusoid hepar saat mengalir ke vena sentral. Dari sini darah memasuki sirkulasi umum melalui vena hepatika (Di Fiore, 2003).

Sel-sel hati jika dipulas dengan pewarnaan hemaktosilin dan eosin, sitoplasma hepatosit bersifat eosinofilik terutama karena banyaknya mitokondria dan retikulum endoplasma licin. Salah satu proses utama retikulum endoplasma licin adalah konjugasi dari bilirubin toksik hidrofobik oleh glukuronil-transferase untuk membentuk bilirubin glukuronida non-toksik yang larut dalam air. Retikulum endoplasma kasar membentuk kelompokan tersebar dalam sitoplasma yang disebut badan basofilik. Beberapa protein seperti albumin dan fibrinogen pada polisom dalam struktur ini (Junqueira, 2007).

(20)

Gambar 6.Histologi hati tikus dengan pembesaran 400x (Prabowo, 2012)

Cara lain membagi hati menjadi lobulus fungsional ialah memandangnya sebagai satuan parenkim hati yang mendapat darahnya dari cabang terminal vena distribusi. Satuan ini disebut asinus hati tampak berbentuk ketupat. Selain cabang-cabang terminal dari vena porta, sebuah cabang arteri dan sebuah duktus biliaris berada dalam pusat bagian parenkim hati yang terletak pada daerah 2 lobulus hati.

4. Histopatologi Hepar

Dari sudut pandang patologik, hepar adalah organ yang secara inheren sederhana dengan berbagai respons yang terbatas terhadap cedera. Secara umum terdapat lima respons hepar terhadap cedera, yaitu (Robbinset al., 2007):

a. Peradangan

(21)

Gambar 7. Hepatosit ground-glass (tanda panah) pada hepatitis B kronik (Robbins et al., 2007).

b. Degenerasi

(22)

Gambar 8. Kemungkinan mekanisme yang menyebabkan akumulasi trigliserida pada perlemakan hepar (Robbinset al., 2007).

Gambar 9.Perlemakan hepar (Robbinset al., 2007).

c. Kematian sel (nekrosis)

Pada nekrosis, tersisa hepatosit yang mengalami mumifikasi dan kurang terwarnai, umumnya akibat iskemia atau nekrosis koagulasi. Kematian sel yang bersifat toksik atau diperantarai oleh sistem imun terjadi melalui apoptosis yang hepatositnya menjadi menciut, piknotik, dan sangat eosinofilik. Selain itu, hepatosit dapat mengalami pembengkakan osmotik dan pecah yang disebut degenerasi hidropik atau nekrosis litik.

d. Fibrosis

(23)

e. Sirosis

Berlanjutnya fibrosis dan cedera parenkim menyebabkan hepar terbagi-bagi menjadi nodus hepatosit yang mengalami regenerasi dan dikelilingi oleh jaringan parut. Jaringan parut ini disebut sirosis.

C. Rifampisin

1. Sifat Fisikokimia • Rumus Struktur :

Gambar 10.Struktur kimia rifampisin

• Rumus molekul: C43H58N4O12

• Nama kimia:

5,6,9,17,19,21-Heksahidroksi-23-metoksi-2,4,12,16,18,20,22-heptametil-8-[N-(4-metil-1-piperazinil)formimidoil]-2,7

(epoksipentadeka[1,11,13]trienimino]nafto[2,1-b]furan-1,11-(2H)-dion 21-asetat [13292-46-1]

(24)

• Pemerian: Serbuk hablur, coklat merah.

• Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam kloroform; larut

dalam etil asetat dan dalam metanol (Ditjen POM, 1995).

2. Farmakologi

Antibiotikum ini adalah derivat semisintetis dari rifamisin B yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei. Rifampisin bersifat bakterisid luas terhadap fase pertumbuhan M. tuberkulosae dan M. leprae, baik yang berada di luar maupun di dalam sel. Obat ini mematikan kuman yang dormant selama fase pembelahan yang singkat. Maka obat ini sangat penting untuk membasmi semua basil guna mencegah kambuhnya TBC (Katzung, 2007).

Rifampisin juga aktif terhadap kuman gram-positif dan kuman gram-negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesis RNA terganggu. Reabsorpsinya di usus sangat tinggi, distribusinya ke jaringan dan cairan tubuh juga baik. Plasma t1/2 nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam dan meningkat bila ada gangguan fungsi hati. Di lain pihak masa paruh ini akan turun pada pasien yang bersamaan waktu menggunakan isoniazid. Dalam hati terjadi desasetilasi dengan terbentuknya metabolit-metabolit dengan kegiatan antibakteriil. Ekskresinya melalui empedu (Tjay dan Rahardja, 2002).

3. Efek Samping

(25)

urin) oranye atau merah. Rifampisin mengurangi efektivitas kontrasepsi oral, sehingga pasien mungkin perlu diberikan dosis yang lebih tinggi dari kontrasepsi oral. Rifampisin juga dapat mengurangi konsentrasi anti-retroviral (ARV) berikut dalam tubuh: nevirapine, efavirenz, lopinovir dan ritonavir (Tomlinson, 2011)

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) GalurSprague dawley

1. Klasifikasi

Tikus putih merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian karena tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah, dan ekskresi menyerupai manusia.

(26)

panjang dibandingkan badannya, pertumbuhan cepat, tempramen baik, kemampuan laktasinya tinggi, dan tahan terhadap perlakuan. Keuntungan utama tikus putih tikus putih galur Sprague dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).

3. Biologi tikus putih

(27)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawleyberumur 10-16 minggu yang dipilih secara random yang dibagi menjadi 5 kelompok.

B. Tempat dan Waktu

Pemeliharaan dilakukan dipet house sedangkan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Unila. Penelitian dilaksanakan selama 10 hari di bulan November 2012.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor.

(28)

2

t(n-1)>15

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi:

5(n-1)>15

5n-5>15

5n>20

n>4

Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n > 4) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria inklusi

a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 100 - 150 gram

c. Jenis kelamin jantan

d. Berusia sekitar ± 10-16 minggu (dewasa)

(29)

3

a. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya eksudat yang tidak normal dari

Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu rifampisin dengan dosis 1 g/kgBB dan ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarfa) dengan dosis 7,56 mg/100gBB, 15,12 mg/100gBB, dan 30,24 mg/100gBB.

2. Bahan Kimia

Larutan kloroform sebagai pembius sebelum tikus di bedah.

3. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat tikus.

b. Spuit oral 1 cc, 3 cc dan 5 cc c. Minor set untuk pembedahan tikus

d. Gelas ukur untuk mengukur volume hepar e. Kapas

(30)

4

g. Kamera digital

F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa a. Cara pembuatan ekstrak buah mahkota dewa :

Proses pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya oleh Singhet al.(2009), yang menggunakan pelarut air.

Menurut Sulistianto et al. (2004) ekstraksi dimulai dari penimbangan daun mahkota dewa. Selanjutnya seluruh bagian tumbuhan dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 70% ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih 2 (dua) jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan ke tahap evaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40 0C sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kering.

(31)

5

Dosis normal pada manusia adalah 12 mg/kgBB (Rahmawati, 2006). Angka konversi dari manusia dengan berat badan 70 kg ke tikus dengan berat badan 200 g adalah 0,018.

Dosis untuk 100 g tikus adalah 7,56 mg/100mgBB. Dalam penelitian ini kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak diberikan ekstrak buah mahkota dewa. Dosis buah mahkota dewa pertama diambil dari dosis normal tikus, sedangkan dosis mahkota dewa kedua diambil dari hasil pengalian 2x dari dosis pertama. Sedangkan untuk dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4x dosis normal atau 2x dari hasil pengalian dosis kedua. Hal ini memicu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurul, Tetri, dan Shanti (2006) bahwa penggunaan dosis 0,033 g ekstrak mahkota dewa mampu menyebabkan efek teratogenik pada tikus bunting selama 10 hari di hari ke-7 hingga 17 pada saat kehamilan.

Untuk kelompok perlakuan I : 7,56 mg/100gBB Untuk kelompok perlakuan II : 2 x 7,56 mg/100gBB

= 15,12 mg/100gBB Untuk kelompok perlakuan III : 4 x 7,56 mg/100gBB

= 30,24 mg/100gBB Dosis tikus (200 g) = 12 mg/kgBB x 70 kg x 0,018

(32)

6

Volume ekstrak buah mahkota dewa diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan didasarkan pada volume normal lambung tikus 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006).

2. Prosedur Pemberian Dosis Rifampisin

Dosis rifampisin yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya diberikan rifampisin 1 g/kgBB per hari. Dosis ini merupakan dosis toksik pada tikus. Pada penelitian sebelumnya didapatkan hasil bahwa dosis tersebut dapat menyebabkan trombositopenia, anemia hemolitik, transient leucopenia, dan peningkatan nucleated cell pada sumsum tulang belakang serta penurunan berat kelenjar timus secara signifikan pada tikus. Selain itu juga rifampisin dengan dosis 1 g/kgBB per hari akan menginduksi peningkatan enzim sitokrom P-450, lipid peroksidasi, mutasi superoxide di hati, dan sumsum tulang belakang (DhuleyandNaik, 1998).

Hal ini berarti sebagai berikut :

Pada berat tikus rata-rata sekitar 100 mg atau 0,1 kg maka dosis perekor tikus sebesar : 1 g/kgBB x 0,1 kg = 0,1 g = 100 mg

(33)

7

dilarutkan dalam 6 ml aquadest. Jadi dalam 1 ml larutan rifampisin terdapat 100 mg.

3. Prosedur Penelitian

a. Tikus sebanyak 25 ekor dikelompokkan dalam 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal hanya yang diberi aquadest. Kelompok II sebagai kontrol positif diberikan rifampisin dengan dosis 1 g/kgBB. Kelompok III adalah kelompok perlakuan coba dengan pemberian ekstrak mahkota dewa dosis 7,56 mg/100gBB, kelompok IV dengan dosis mahkota dewa sebanyak 15,12 mg/100gBB, dan kelompok V dengan dosis mahkota dewa sebanyak 30,24mg/100gBB. Kemudian selang 2 jam kelompok III, IV, dan V diberikan induksi rifampisin sebesar 1 g/kgBB. Masing-masing diberikan secara peroral selama 8 hari. Kemudian pada hari ke 9 dan 10 masing-masing tikus dari kelompok III, IV, dan V tetap diberikan ekstrak mahkota dewa. b. Setelah 10 hari perlakuan diberhentikan.

c. Selanjutnya tikus dinarkose dengan kloroform dan dilakukan pembedahan.

d. Dilakukan laparotomi, hepar diambil. e. Pemeriksaan makroskopis hepar.

(34)

8

pathologic basis of disease yang dibuat kriteria skoring sendiri, sebagai berikut:

Tabel 1.Skor penilaian morfologi makroskopis hepar

Luas daerah Skor

Normal 0

Abnormal < 25% 1

Abnormal 26%-50% 2

Abnormal 50%-75% 3

Abnormal 76%-100% 4

2) Mengukur volume hepar dengan cara memasukkan organ ke dalam gelas ukur yang telah diisi aquadest. Volume hepar yang diukur adalah kenaikan permukaan aquadest pada gelas ukur.

(35)

9

Timbang Berat badan tikus

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus diadaptasikan selama 7 hari Tikus diberi perlakuan selama 8 hari

Cekok Cekok Cekok

MD 7,56 mg/100mgBB MD 15,12mg/100mgBB MD 30,24mg/100mgBB

Cekok PO PO PO PO

Aquadest Rifampisin 1g/kgBB Rifampisin 1 g/kgBB Rifampisin 1 g/kgBB Rifampisin 1g/kgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Pada hari ke 9 dan 10

Cekok P.O Cekok Cekok Cekok

Aquadest Aquadest

mahkota dewa mahkota dewa mahkota dewa 7,56 mg/100mgBB 15,12mg/100mgBB 30,24mg/100mgBB

1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

Mencit di narkosis dengan chloroform

Lakukan laparotomi lalu hepar mencit di ambil

Pengamatan Makroskopis hepar

Interpretasi hasil pengamatan

Gambar 11.Diagram alur penelitian

(36)

10

G. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel a. Variabel Independen

1) Perlakuan coba: pemberian ekstrak buahmahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan rifampisin.

2) perlakuan kontrol positif: pemberian rifampisin tanpa pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). 3) perlakuan kontrol normal: pemberianaquadest.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah gambaran makroskopis hepar (morfologi, berat, dan volume).

2. Definisi Operasional Variabel

(37)

11

- Kelompok I (kontrol normal) = pemberian aquadest

- Kelompok II (kontrol positif ) = pemberian rifampisin 1 g/kgBB - Kelompok III (perlakuan coba) =

pemberian mahkota dewa 7,56 mg/100gBB + rifampisin 1 g/kgBB - Kelompok IV (perlakuan coba) =

pemberian mahkota dewa 15,12 mg/100gBB + rifampisin 1 g/kgBB - Kelompok V (perlakuan coba) =

pemberian mahkota dewa 30,24 mg/ 100gBB + rifampisin 1 g/kg BB

Numerik

Gambaran makroskopis hepar

Sediaan makroskopis diamati secara langsung :

•Morfologi dilihat kelainan permukaan dan bentuk hepar

•berat diukur dengan Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g

•volume diukur dengan gelas ukur dengan dilihat kenaikan volum air ketelitian 0,5 ml

(38)

12

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan histopatologi dianalisis menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian dianalisis apakah memiliki distribusi normal atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah sampel≤50. Kemudian, dilakukan uji Levene

(39)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) GALURSprague dawleyYANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

(Skirpsi )

Oleh

Kharisma Wibawa Nurdin Putra

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(40)

i

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) GalurSprague dawley... 24

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Waktu dan Tempat . ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 26

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi... ... 27

E. Alat dan Bahan ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 29

G. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 35

H. Analisis Data ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 38

(41)

ii

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...53

B. Saran ...54

DAFTAR PUSTAKA...55

(42)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor penilaian morfologi makroskopis hepar ... 33

2. Definisi Operasional ... 36

3. Hasil pengamatan morfologi hepar ... ...43

4. Hasil pengamatan berat dan volume hepar ... ...44

5. Median hasil pengukuran berat hepar ... .44

6. Median hasil pengkuran volume hepar ... .45

7. Nilaippada ujiPost Hocantar kelompok berat ... 46

(43)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori... 7

2. Kerangka Konsep. ... .8

3. Buah Mahkota Dewa ... 11

4. Tofografi Hepar ... 14

5. Anatomi Hepar ... 15

6. Histologi Hepar ... 18

7. Hepatositground-glass... 19

8. Mekanisme yang menyebabkan akumulasi trigliserida pada perlemakan hepar... 20

9. Perlemakan Hepar ... 20

10. Rifampisin ... 22

11. Diagram Alur Penelitian... 34

12. Makroskopis hepar tikus kelompok kontrol normal... .40

13. Makroskopis hepar tikus kelompok kontrol positif ... ...40

14. Makroskopis hepar tikus kelompok P1 ... 41

15. Makroskopis hepar tikus kelompok P2 ... 42

(44)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Berat Badan Tikus Percobaan ...62

B. Hasil Uji Statistik ...62

C. Gambar Hepar Kelompok Penelitian ...68

(45)

55

DAFTAR PUSTAKA

Aditama T Y, Surya A, Wantoro B.2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja ( Workplace). Dirjen Tenaga dan Transmigrasi RI dan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1 hlm.

Bayupurnama Putut. Hepatotoksisitas imbas obat. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. 4th ed. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen ilmu Penyakit dalam FK UI. 2006. 471-2.

Crawford, JM. Liver and biliary tract. In: Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. 880-1,903.

Chalid, S. Y. 2003.Pengaruh ekstrak daun cincau hijau Cyclea barbataI L. Miers dan Premna oblongifolia Merr terhadap aktivitas enzim antioksidan dan pertanaman tumor kelenjar susu mencit C3H.[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Chen HM, Koji M, Fumio Y, Kiyoshi N. 1996. Antioxidant activity of designed peptides based on the antioxidative peptide isolated from digests of a soybean protein. J. Agric. Food Chem 44: 2619-23

(46)

56

Dhuley, J.N. dan Naik S.R. 1998. Modulation of Rifampicin Toxicity by 6 MFA, an Interferon Inducer Obtained from Fungus Aspergillus Ochraceus. Department of Pharmacology and Toxicology, Research Centre, Hindustan Antibiotics Limited, Pimpri, Pune-411 018, India.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Indonesia, 744-746.

Djumidi. 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi V. 147-148. Jakarta. Balai penelitian dan pengembangan Kesehatan. Dep.Kes.

Eminzade S, Uras F, Izzettin F V,.2008. Silymarin protects liver against toxic effects of anti-tuberculosis drugs in experimental animals. Department of Pharmacology, Marmara University, Faculty of Pharmacy.Turkey.

Eroschenko VP. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. EGC.Jakarta.

Gotawa, I. B. I. , Sugiarto, S. , Nurhadi, M. , Widiyastuti, Y. Wahyono, S. , Prapti, I. J., 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Departemen Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta, h. 147-148.

Guyton, C., Hall, E. 2006.Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Harmanto, N. 2002. Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Isroi. 2010. Biologi Rat (Rattus norvegicus).isroi.wordpress.com.

(47)

57

Katzung, Bertram G. (2007). Farmakologi Dasar dan Klinik . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maratani A. 2006.Pengaruh Pemberian Rebusan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macocarpa) Terhadap Produksi Reactive Oxygen Intermediate (ROI) Marofag Pada Mencit Balb/c yang Diinfeksi Salmonella typhimurium. Artikel Ilmiah. FK Undip. Semarang.

Moore, K., Agur, M. 2002.Anatomi Klinis Dasar. Hiprokrates. Jakarta.

Ngatidjan.2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran,UGM.Yogyakarta.

Nurulita NA, Siswanto A. 2007. Efek Sitotoksik dan Antiproliferatif Ekstrak Kloroform Buah Mahkota Dewa Terhadap Sel Kanker Payudara T47D. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 4 Juli 2007: 168175.

Prabowo, A Y. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa dengan Ekstrak Daun Ceplukan Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih Galur Sprague dawley yang Diinduksi Rifampisin. (Skripsi). Universitas Lampung.

Pourmourad, F, Hosseinimehr, S.J, Shahabimajd, N. 2006. Antioxidant Activity,

Phenol And Flavonoid Contents Of Some Selected Iranian Medicinal Plants.

African journal of Biotechnology Vol. 5(11) : 1142-1145, 2006.

Price S, Wilson L.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. EGC. Jakarta.

(48)

58

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB, hal :193.

Rohyami Y. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa. Jurnal Logika 2008 : 5,1-16.

Sanjaya A. 2006. Pengaruh Pemberian Rebusan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Jumlah Kuman pada Hepar Mencit Balb/c yang Diinfeksi Salmonella Typhimurium. Artikel Ilmiah. FK Undip. Semarang.

Satria E. 2005. Potensi antioksidan dari daging buah muda dan daging buah tua mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Sihombing M dan Raflizar. 2010. Status Gizi dan Fungsi Hati Mencit (Galur Cbs-swiss) dan Tikus Putih (Galur wistar) di Laboratorium Hewan Percobaan Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Media Litbang Kesehatan Volume XX Nomor1.

Silalahi J. 2002. Senyawa polifenol sebagai komponen aktif yang berkhasiat dalam teh. Majalah Kedokteran Indonesia. .52 (10) : 361-4

Singh, Pratibha. Srivastava, Man Mohan and Khemani, Lakhu Dev. 2009. Renoprotective effect of Andrographolid Paniculata (Burm.f.) Nees In Rats.departement of chemistry dayabalgh educatiolnal institute. India. 114: 136-139.

(49)

59

Soeksmanto A. 2006. Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Jaringan Hati Mencit (Mus musculus). Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi. LIPI. Cibinong.

Soeksmanto A, Hapsari Y, Simanjuntak P. 2007. Kandungan antioksidan pada beberapa bagian tanaman mahkota dewa, (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl)(Tymelaceae).J Biodiversitas; 8: 92-93.

Suhartono E, Fujiati, Aflanie I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treadment. International seminar on Environmental Chemistry and Toxicology. Yogyakarta.

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N. S. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarfa (Scheff) Boerl] terhapad Struktur Histopatologis Hepar Tikus (Rattus norvegicus L.) setelah perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) secara oral. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

Syukri Y, Saepudin. 2008. Aktivitas Penghambatan Kejadian Kanker Ekstrak Etanol Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) pada Mencit yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz(A)Antrasen. FMIPA Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

Tasduq SA, Singh K, Sati NK, Gupta DK. Trminalia chebula (fruit) prevents liver toxicity cause by subchronic administration of rifampicin, isiniazid and pyrazinamide in combination.Human and Experimental Toxicology2006 ; 25 (3) : 111-18.

(50)

60

Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541

Tomlinson C, 2011. www.tbonline.info/posts/print/rifampicin/. Diakses tanggal 2 Oktober 2012.

Tomlinson C. 2011. www.tbonline.info/posts/2011/8/29/rifampicin/. Diakses tanggal 30 September 2012.

WHO. 2011. Global TB Control 2011. www.who.int/tb. Diakses tanggal 29 September 2012.

(51)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :

dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA

Sekretaris :

dr. Evi Kurniawaty, M.Sc

Penguji

Bukan Pembimbing :

dr. H. M. Masykur Berawi, Sp. A

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed

NIP. 195704241987031001

(52)

Judul Skripsi :PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALURSprague dawleyYANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

Nama Mahasiswa : Kharisma Wibawa Nurdin Putra Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011052

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA dr. Evi Kurniawaty, M. Sc NIP. 197012082001121001 NIP. 197601202003122001

2. Dekan Fakultas Kedokteran

(53)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIS HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALURSprague dawleyYANG

DIINDUKSI RIFAMPISIN

Oleh

Kharisma Wibawa Nurdin Putra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(54)

Niscaya Allah akan Meninggikan orang-orang yang beriman

diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa Derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

( QS. Al-Mujadalah:11)

Ilmu itu seperti hewan buruan, maka dari itu ikatlah buruanmu

sekuat-kuatnya. Dan pengikat ilmu adalah tulisan

Masa lalu untuk mengambil pelajaran, masa kini untuk hidup dan

berjuang, masa depan untuk meletakkan tujuan dan harapan

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Januari 1991, sebagai anak ke-empat dari enam bersaudara, dari Bapak Drs. H. Nurdin dan Ibu Hj. Sanimah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Nur Huda diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 08 pagi Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Bangun Nusantara Kota Tangerang pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 94 Jakarta selesai pada tahun 2008.

(56)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi berjudul ”Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Gambaran Makroskopis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley yang Diinduksi Rifampisin” ini disusun merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

(57)

3. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Pembimbing Pertama atas semua bantuan, saran, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. dr. Evi Kurniawaty, M.sc selaku Pembimbing Kedua atas semua bantuan,

saran, bimbingan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. dr. H. M. Masykur Berawi, Sp.A selaku pembahas yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat selama penyelesaian skripsi ini.

6. Papa, Mama, A Iyan, A Yayu, Abay, Rindi, Gilang, dan segenap keluarga besar yang selalu memberi semangat dan doa walau jauh di sana hingga skripsi ini selesai.

7. dr. M. Ricky Ramadhian selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama menjalani kegiatan di kampus.

8. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FK Unila, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

9. dr. Iswandi Darwis, dr. Fidha R, dr. Dewi N F, dr. Exsa yang telah membimbing dan membantu dalam penilitian serta penyelesaian skripsi. 10. Hilyati Ajrina Amalina terima kasih atas kesempatan berharga yang telah

kau berikan, untuk semua waktu yang kau luangkan dan semangat yang tiada henti.

11. Arif, Widhi, Pasca, Diah, Ririn terima kasih atas kesempatan berharga yang kalian berikan untuk menjadi teman sepenelitian, untuk semua bantuan dan masukan.

(58)

semua crew Sumber Jaya terima kasih atas keakraban yang telah kalian berikan.

13. Ucha, Anita, Momon, Desty, Sendy, dan Sari terima kasih atas doa, dorongan semangatnya serta dukungannya.

14. Teman-teman seperjuangan yang sudah membantu dalam proses penyusunan skripsi, Arif terima kasih atas revisinya, tetra, nabila, hilman, salman, satya, hario terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

15. Saudara-saudaraku Alumni SMAN 94 Jakarta, Adi Gepeng, Aji, Aal, Ichan, Kwaci, Anca, dan semuanya terima kasih atas persaudaraan, pengalaman dan dukungannya.

16. Adik-adik bimbingan les Miranda, Mirna, Sugma, Agung, Ratih, Nyimas, Olin, Belda, Niluh, Lulu, Gilang, Lina terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

17. All Kedokteran 2009 (Dorland), teman-teman seperjuangan selama menuntut ilmu di FK Unila..SATU KEDOKTERAN SATU!!

18. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Kedokteran yang tidak dapat disebutkan satu–persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2013

Gambar

Gambar 1. Kerangka teori (Eminzade, 2008).
Gambar 2. Kerangka konsep.
Gambar 3. Buah mahkota dewa (Harmanto, 2002).
Gambar 4. Topografi hepar dilihat dari anterior dan posterior (Netter, 2002).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi berjudul ” Pengaruh Pemberian Propolis Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Dewasa Galur Sprague dawley Yang

PENGARUH INDUKSI PLUMBUM ASETAT TERHADAP MEMORI SPASIAL DAN INTAKE SUKROSA PADA TIKUS PUTIH JANTAN ( RATTUS NORVEGICUS ).. GALUR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis dan m ektoparasit yang terdapat pada tikus putih ( Rattus norvegicus ) galur Sprague.. Dawley sebagai hewan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis dan m ektoparasit yang terdapat pada tikus putih ( Rattus norvegicus ) galur Sprague. Dawley sebagai hewan

Grafik Daya Sebar Krim Ekstran Etanolik Buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ... Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Hasil: Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat pengaruh ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) terhadap kerusakan hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

EFEK LAKSATIF INFUSA DAUN KETEPENG CINA ( Cassia Alata Linn ) PADA TIKUS JANTAN ( Rattus norvegicus ) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI GAMBIR.. INFUSA EFFECTS OF KETEPENG CINA

Telah diuji aktivitas antiradang senyawa dominan buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) yaitu senyawa hidroksi benzofenon glukosida, pada hewan