• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

Oleh Rinavi Adrin

Indonesia menempati urutan ke 3 di dunia untuk kasus TB paru yang setiap tahunnya terdapat 250.000 kasus dan sekitar 140.000 kematian akibat TB.

Pengobatan TB paru biasanya dipakai obat-obat seperti isoniazid (INH),

rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan ethambutol. INH adalah obat

antituberkulosis yang utama digunakan dalam kombinasi pengobatan, salah satu efek sampingnya adalah hepatotoksik. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan tumbuhan asli Indonesia dan banyak penyakit yang berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa seperti penyakit hati. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak buah mahkota dewa (Physalis angulata L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi isoniazid. Parameter yang digunakan sebagai indikator kerusakan sel hepar yang diinduksi oleh obat isoniazid adalah enzim ALT.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu selama 16 hari.

Hasil penelitian didapatkan aktivitas enzim ALT pada kelompok kontrol negatif rerata sebesar 20,2585 IU/l, sedangkan pada kelompok yang diberikan isoniazid, aktivitas enzim ALT mengalami kenaikan menjadi sebesar 113,292 IU/l. Kelompok tiga, empat dan lima yang diberi mahkota dewa dosis 10 mg, 20 mg dan 40 mg rata-rata aktivitas enzim ALT sebesar 60,00 IU/L, 44,372 IU/L dan 33,345 IU/L. Dari hasil penelitian didapatkan ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih jantan yang diinduksi isoniazid dengan nilai p= 0,001.

(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF GIVING MAHKOTA DEWA FRUIT (Phaleria macrocarfa) EXTRACT TO ALANINE AMINOTRANFERASE (ALT)

ENZYME ACTIVITY OF SPRAGUE DAWLEY BLOODED MALE WHITE RAT (Rattus norvegicus) INDUCED ISONIAZID

By Rinavi Adrin

Indonesian sequence on the case of pumonary tuberculosis is number 3 in the world which annualy, 250.000 cases and about 140.000 death do to TB. The treatment of pulmonary tuberculosis used to drugs as isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, streptomycin, and ethambutol. INH is principally used for antituberculosis drugs of combination treatment which one of adverse drugs reactions is hepatotoxic. Mahkota dewa (Phaleria macrocarfa) is a natural plant from Indonesia and many diseases can be treated successfully by mahkota dewa such as a liver disease. Purpose of this research is to know the effect of mahkota dewa fruit (Phaleria macrocarfa) extract to white rat (Rattus norvegicus) sprague dawley bloaded induced isoniazid. The parameter used as indicator of liver cell damaged induced isoniazid is ALT enzyme.

This research was experimental research using 25 male white rat (Rattus norvegicus) aged from 10-16 weeks for 16 days.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Dalam perkembangannya,tuberkulosis telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang penting di duniaini. MenurutWHO, jumlah

terbesar kasus tuberkulosis (TB) terjadi di Asia Tenggara.Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelahIndia dan China. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar140.000

kematian akibat TB. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuhnomor satu

di antara penyakit menular dan merupakan penyebab kematiannomor tiga

(4)

2

3-4 kali normal yang dideteksi dari 10-20% pasien yang asimptomatis (Jawetz 2008). Terdapat bukti histologikal berupa kerusakan sel hepar dan nekrosis (Arsyad, 1996). Dalam biotransformasi obat, gugus hidrazid dari INH dikenal untuk membentuk suatu konjugat N-asetil dalam suatu reaksi asetilasi.

Konjugat ini merupakan substrat untuk reaksi hidrolisa menjadi asam isonikotinat dan asetilhidrazin yang selanjutnya akan memacu asetilasi makromolekul dan berefek hepatotoksis (Correira,1998).

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah lanjut. Kerusakan pada sel hati yang sedang berlangsung dapat

diketahui dengan mengukur parameter fungsi hati berupa zat dalam peredaran darah yang dibentuk akibat sel hati yang rusak. Parameter enzim hepar

menjadi petunjuk dini dan lokal penyakit hati (Widmann, 1995). Gangguan hati ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase berupa ALT (Alanine aminotransferase ) dan AST (Aspartate aminotransferase), laktat dehidrogenase, serta bilirubin serum (Wilmana, 1995). Peningkatan aktivitas ALT dalam serum menjadi petunjuk yang lebih sensitif kearah kerusakan hati karena sangat sedikit kondisi selain hati yang berpengaruh pada kadar ALT dalam serum (Widmann, 1995).

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tumbuhan asli

(5)

3

berhasil disembuhkan dengan mahkota dewa. Beberapa penyakit berat seperti kanker, sakit jantung, diabetes, asam urat, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal dan penyakit hati (Harmanto, 2004).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Dewanti W, Siti Narsitoh Wulan dan Indira Nur C membahas tentang aktivitas antioksidan dan antibakteri produk kering, instan dan effervescent dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), memberikan hasil yang signifikan terhadap kegunaan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai antioksidan.

Flavonoid yang terdapat pada buah mahkota dewa dapat digunakan sebagai pelindung mukosa lambung, antioksidan, dan mengobati gangguan fungsi hati (Robinson, 1995).

Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian untuk

mengetahui efek ekstrak buah mahkota dewa (Physalis angulata L.) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi

(6)

4

B. Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarfa) terhadap aktivitas enzim ALT Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi isoniazid ?

2. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (phaleria

macrocarfa) dengan peningkatan dosis terhadap aktivitas enzim (ALT) Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi isoniazid ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarfa) sebagai antioksidan

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarfa) terhadap aktivitas enzim ALT Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi isoniazid

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa

(7)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang manfaat tanaman mahkota dewa untuk mencegah kerusakan pada hepar yang diakibatkan obat isoniazid

2. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak mahkota dewa terhadap hepar

3. Bagi Peneliti Lain

a. Dapat dijadikan bahan acuan untuk dilakukannya penelitian yang serupa yang berkaitan dengan efek buah mahkota dewa (Phaleria macrocarfa)

b. Mencari khasiat senyawa lainnya yang terdapat dalam buah mahkota dewa

(8)

6

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka teori

Obat anti TB yang diduga mengakibatkan hepatotoksik adalah INH. Metabolisme utama INH adalah asetilasi oleh enzim n-asetiltransferase 2 (NAT2) dan CYP 2E1 dan menghasilkan hepatotoksin.

Gambar 1. Metabolisme Isoniazid (Tostmann, 2007)

(9)

7

dihidrolisis langsung menjadi hidrazin serta terakumulasi sebagai asetil hidrazin yang berubah menjadi hidrazin (Tostmann, A., et.al., 2007).

Gambar 2. Kerangka Teori

INH Hidrazin (radikal

bebas)

Berikatan dengan makromolekul hepar

Ekstrak mahkota dewa (flavonoid sbg

antioksidan)

Kerusakan hepatosit (dilihat dari aktiviat

enzim ALT)

(10)

8

2. Kerangka konsep

Gambar 3. Kerangka konsep

INH Hidrazin (radikal

bebas)

Berikatan dengan makromolekul hepar

Ekstrak mahkota dewa (flavonoid sbg

antioksidan)

Kerusakan hepatosit (dilihat dari aktivitas

enzim ALT)

(11)

9

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (phaleria macrocarfa)

terhadap aktivitas enzim ALT Tikus Putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diinduksi isoniazid

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hati

Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh, beratnya rata- rata 1500 gram atau 2,5% berat badan pada orang dewasa (Price, Sylvia Anderson, 2006 ). Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks yang penting untuk mempertahankan hidup, yaitu :

a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu

Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu setiap hari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus.

b. Fungsi metabolik

Hati berperaan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan juga memproduksi energi. Hati mengubah amonia menjadi urea, untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus.

c. Fungsi pertahanan tubuh

(13)

11

dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding sinusoid hati.

d. Fungsi vaskuler hati

Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum.

Hati mampu mensekresikan enzim-enzim transaminase saat selnya

mengalami gangguan. Transaminase merupakan indikator yang peka pada kerusakan sel- sel hati (Husadha, 1996). Enzim- enzim tesebut adalah :

a. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)/ ALT (Alanine

Aminotransferase)

Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin dan asam alfa-ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan

konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5- 35 IU/ liter (Amirudin, 2006). SGPT lebih sensitif dibandingkan SGOT (Sacher dan McPerson, 2002). Pada tikus kadar SGPT normalnya 17,5-30,2 U/I

b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)/ AST (Aspartat

Aminotransaminase)

Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam alfa-ketoglutarat. SGOT terdapat lebih banyak di jantung

(14)

12

ginjal. Kadar normal dalam darah 10- 40 IU/ liter. Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark miokardium (Husadha, 1996). Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati (Gaze, 2007).

Aktivitas enzim AST dan ALT serum meningkat pada hampir semua penyakit. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang menyebabkan nekrosis hati yang luas, seperti hepatitis virus berat, cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan. Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun lokal (Podolsky dan Isselbacher, 2002). Ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim tersebut berada dalam darah, sehingga dapat diukur peningkatan aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati. Apabila kerusakan yang timbul oleh radang hati hanya kecil, aktivitas ALT lebih dini dan lebih cepat meningkat dari kadar AST (Widmann, 1995).

(15)

13

sedikit kondisi selain hati yang berpengaruh pada aktivitas ALT dalam serum (Widmann, 1995).

Tabel 1. Jumlah relative enzim ALT pada berbagai organ

Organ ALT (IU/l)

B. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Mahkota dewa merupakan salah satu tanaman tradisional yang berasal dari Papua, namun saat ini banyak terdapat di Solo dan Yogyakarta. Sejak dahulu kerabat keraton Solo dan Yogyakarta memeliharanya sebagai tanaman yang dianggap sebagai pusaka dewa karena kemampuannya menyembuhkan berbagai penyakit. Saat ini, pengobatan dengan memanfaatkan mahkota dewa semakin dirasakan khasiatnya oleh masyarakat umum dengan petunjuk beberapa pengobat herbal (Winarto, 2003)

1. Identifikasi

Mahkota dewa termasuk pohon perdu anggota famili Thymelaeceae. Tajuk

(16)

14

terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Mahkota dewa bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Menilik nama botaninya Phaleria papuana, mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1200 mdpl. (Lisdawati, 2003).

2. Morfologi

a. Batang

Batangnya terdiri dari kulit kayu. Kulit batangnya berwarna cokelat kehijauan, sementara kayunya berwarna putih. Batangnya bulat, permukaannya kasar, dan bergetah, percabangan simpodial. Diameter batang tanaman dewasa mencapai 15 cm. Percabangan batang cukup banyak. Batang ini secara empiris terbukti bisa mengobati penyakit kanker tulang (Harmanto, 2003)

b. Bunga

Bunga keluar sepanjang tahun. Letaknya tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih dan harum (Lisdawati, 2003).

c. Buah

(17)

15

bervariasi, dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel merah. Penampilannya tampak menawan dan merah menyala. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Biji bulat, keras, dan

berwarna cokelat (Lisdawati, 2003).

d. Akar

Berakar tunggang dan berwarna kuning kecokelatan. Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya. Panjang akarnya bisa mencapai 100 cm (Harmanto, 2003)

e. Daun

(18)

16

3. Kandungan Mahkota Dewa

Penggunaan buah mahkota dewa dalam pengobatan alternatif telah terbukti berhasil mengobati berbagai macam penyakit berbahaya seperti kanker, diabetes, asam urat, gangguan ginjal, hati, penyakit kulit, kolesterol dan sebagai obat untuk ketergantungan narkoba. Bahkan ekstrak mahkota dewa juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit pada hewan piaran. Seorang ahli farmakologi dari Fakultas Kedokteran UGM dr Regina Sumastuti berhasil membuktikan bahwa mahkota dewa mengandung zat antihistamin. Zat ini merupakan penangkal alergi. Dengan begitu dari sudut pandang ilmiah, mahkota dewa bisa menyembuhkan aneka penyakit alergi yang disebabkan oleh histamin seperti biduran, gatal-gatal, salesma dan sesak napas.

Penelitian dr Regina juga membuktikan mahkota dewa mampu

berperan seperti oksitosin atau sitosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga persalinan bisa berlangsung lancar. Begitu juga hasil pengujian yang dilakukan Vivi Lisdawati yang membuktikan buah mahkota dewa memiliki efek antioksidan dan antikanker (Harmanto, 2003)

(19)

17

Dari penelitian ilmiah yang sangat terbatas diketahui bahwa tanaman mahkota dewa memiliki kandungan kimia yang kaya itu pun belum semuanya terungkap. Dalam daun dan kulit buahnya terkandung alkaloid, saponin dan flavonoid. Selain itu di dalam daunnya juga terkandung polifenol. (Harmanto, 2003)

Gambar 4. Buah mahkota dewa

4. Flavonoid

(20)

18

Senyawa tersebut berfungsi sebagai antioksidan yang efektif dan produk radikal bebas senyawa-senyawa ini menstabilkan secara resonansi sehingga tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas lain (Fesenden, 2002).

Gambar 5. Struktur flavonoid berfungsi sebagai anti-oksidan (Wijoyo, 2003).

Flavonoid memiliki proses metabolismenya tersendiri dalam tubuh. Saluran gastrointestinal amat berperan penting dalam metabolisme dan konjugasi polifenol ini sebelum akhirnya memasuki hati. Ketika masuk ke lambung, struktur dari oligomer flavonoid akan terpecah menjadi unti monomerik yang lebih kecil. Kemudian sesampainya pada usus halus, unit monomerik ini akan diabsorbsi dalam bentuk O-methlated glucuronoides, O-metylated dan aglycone yang

(21)

19

flavonoid akan dimetabolisme lagi dan diubah menjadi bentuk O-methylated, sulphates, dan glucuronides. O-methylated akan masuk ke dalam sel dan berfungsi melawan kematian apoptosis sel yang diinduksi oleh hidrogen peroksida. Kemampuan O-methylated dalam memproteksi sel berhubungan dengan kemampuannya mendonorkan atom hidrogen. Fakta inilah yang menghubungkan fungsi flavonoid dalam memproteksi kematian sel akibat induksi oksidan melalui mekanisme independen antioksidan (Spencer, 2003). Berikut gambaran metabolisme flavonoid dalam tubuh.

(22)

20

C. Isoniazid (INH)

1. Mekanisme Kerja

Kerja obat ini adalah dengan menghambat enzim esensial yang penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakteri. Isoniazid dapat menghambat hampir semua basil tuberkel, dan bersifat bakterisidal terutama untuk basil tuberkel yang tumbuh aktif. Obat ini kurang efektif untuk infeksi mikobakteri atipikal meskipun M. kansasii rentan terhadap obat ini. Isoniazid dapat bekerja baik intra maupun ekstraseluler

(Katzung.1998).

Gambar 7. Struktur Isoniazid (INH)

2. Farmakokinetik

(23)

21

isonikotinik dan hidrazin. Waktu paruh: mungkin bisa diperpanjang pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau gangguan ginjal parah. Asetilator cepat: 30-100 menit. Asetilator lambat: 2-5 jam. Waktu puncak

konsentrasi serum: oral: dalam 1-2 jam. Eliminasi: 75% sampai 95% diekskresikan dalam urin sebagai obat tidak berubah dan metabolit; jumlah kecil diekskresi dalam tinja dan saliva. Dialisis: dialisis (50% sampai 100%) (Katzung.1998).

Metabolisme utama INH adalah asetilasi oleh enzim n-asetiltransferase 2 (NAT2) dan CYP 2E1 dan menghasilkan hepatotoksin.

Hidrazin merupakan penyebab hepatotoksisitas pada penggunaan INH. Penelitian pada mikrosom liver tikus menunjukkan bahwa terbentuk radikal NO2 selama proses metabolisme hidrazin secara oksidasi, yang kemungkinan merupakan penyebab utama hepatotoksisitas. Penelitian menunjukkan bahwa ATDH lebih mudah terjadi dan dapat menjadi parah pada kelompok asetilator lambat. Pada asetilator lambat lebih banyak INH yang tertinggal untuk dihidrolisis langsung menjadi hidrazin serta

terakumulasi sebagai asetil hidrazin yang berubah menjadi hidrazin (Tostmann, A., et.al., 2007)

Di dalam hepar, isoniazid diasetilasi menjadi acetylisoniazid, kemudian dihidrolisis menjadi acetylhydrazine dan dihidrolisis kembali membentuk hydrazine. Diketahui bahwa hydrazine merupakan metabolit toksik

isoniazid yang mempunyai efek merusak sel hepar. Hydrazine

(24)

enzim-22

obat. Ikatan ini dikenal sebagai antigen oleh sel T sitolitik dan berakibat kematian sel (Tostmann dkk., 2007).

Gambar 8. Metabolisme Isoniazid (Tostmann, 2007)

3. Efek Samping

(25)

23

kemerahan, dan hepatitis. Efek toksik ini meliputi neuritis perifer, insomnia, lesu, kedut otot, retensi urin, dan bahkan konvulsi, serta episode psikosis. Kebanyakan efek ini dapat diatasi dengan pemberian piridoksin yang besarnya sesuai dengan jumlah INH yang diberikan (Katzung.1998).

Pemakaian isoniazid untuk terapi tuberkulosis paru dapat menyebabkan kerusakan hepar karena terjadi nekrosis multilobular. Gangguan fungsi hepar diperlihatkan oleh peningkatan enzim transaminase yang terjadi pada 4-8 minggu pengobatan. Peningkatan enzim transaminase hingga 4 kali nilai normal terjadi pada 10 – 20 % pasien. Peningkatan kadar enzim ini juga dipengaruhi oleh umur penderita, dimana semakin tua penderita, maka risiko peningkatan ini semakin besar. Kerusakan fungsi hepar ini jarang terjadi pada usia di bawah 35 tahun (Istiantoro dan Setiabudy, 2007).

4. Dosis

Dewasa dan anak: 5 mg/kg BB/hari (4-6 mg/kg BB/hari; maksimal 300mg atau 10 mg/kg BB 3x seminggu atau 15 mg/kg BB 2x seminggu) (Katzung.1998).

Dosis toxic untuk dewasa dengan berat 70 kg adalah 30 mg/kgBB

(26)

24

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley

Gambar 9. Tikus Putih

1. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentai

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Species : Rattus norvegicus

2. Jenis

(27)

25

dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas

mamalia,sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai manusia.

Tikus putih (Rattus norvegicus) juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino, kepala kecil dan ekor lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhan cepat, tempramen baik, kemampuan laktasinya tinggi dan tahan terhadap perlakuan. Keuntungan utama tikus putih Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).

3. Biologi tikus putih

Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar. Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan dengan berat tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram (FKH UGM, 2006).

Berikut ini terdapat data biologis tikus putih (Rattus sp.), yaitu diantaranya:

Konsumsi pakan perhari : 5 gram/100 gram BB

(28)

26

Denyut jantung : 300-500x/ menit

(Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

Anatomi Hati

Hati tikus terdiri dari empat lobus utama, separuh bergabung satu sama lain. Lobus bagian dorsal dibagi menjadi bagian lobus kanan dan lobus kiri. Lobus lateral kiri tidak terbagi dan lobus lateral kanan yang dibagi menjadi bagian anterior dan posterior. Lobus caudal terdiri dari dua lobus yaitu lobus dorsal dan ventral (Harada et al. 1996).

(29)

27

hepatika kedalam vena sentralis tiap lobulus. Darah yang lewat sinusoid adalah campuran darah dari cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika. Setiap lobulus hati terbangun dari berbagai komponen, yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit), vena sentralis, sinusoid, cabang-cabang vena porta, cabang-cabang arteri hepatika, sel Kuppfer dan kanalikuli biliaris. Sel-sel Kuppfer yang berada di dalam lumen sinusoid bertindak sebagai makrofag yang memiliki fungsi fagositik (Ganong 2003).

Hati mendapat vaskularisasi ganda, yaitu melalui vena porta dan arteri hepatika. Darah yang berasal dari saluran pencernaan dan organ abdomen termasuk limpa, pankreas, dan kantung empedu masuk melalui vena porta. Darah yang masuk mengandung berbagai nutrisi yang baru diserap dan siap untuk diproses lebih lanjut oleh hati. Selain nutrisi, pembuluh darah porta dapat menjadi jalan masuk untuk berbagai mikroorganisme dan toksin yang harus diolah, dihancurkan atau juga disimpan. Sebanyak 75-80 % darah pada organ hati tikus berasal dari vena porta. Sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-25 % darah yang kaya akan oksigen (Mac Lachan dan Cullen 1995).

Histologi Hati

(30)

28

Fisiologis Hati

Secara fisiologis, hati merupakan kelenjar terbesar yang memiliki fungsi kompleks yang meliputi: fungsi eksokrin (sintesis dan sekresi empedu dan kolesterol), fungsi endokrin (sintesis dan sekresi glukosa dan protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, lipoprotein, dan prothrombin ke dalam darah); metabolisme (protein, karbohidrat, lemak, hemoglobin, obat, steroid, deiodination dari triiodothyronine, dan tiroksin);

glikogenolisis (katabolisme glikogen menjadi glukosa) dan

glyconeogenesis (pemeliharaan dari konsentrasi glukosa normal dalam darah); konjugasi (zat beracun, hormon steroid); esterifikasi (asam lemak bebas untuk trigliserida); penyimpanan (glikogen, lemak, zat besi, dan vitamin); detoksifikasi (berbagai racun); hematopoiesis (di dalam embrio dan saat dewasa), dan fagositosis (benda asing) (Harada et al. 1996).

Hepatosit pertama kontak dengan banyak asam amino, lipida, karbohidrat, vitamin, mineral, dan xenobiotik yang masuk ke hati dari hasil penyerapan bahanbahan tersebut di saluran pencernaan. Bahan-bahan nutrisi tersebut kemudian dimetabolisme dan akhirnya didistribusikan ke darah dan sebagian ke cairan empedu. Glukosa dan asam asetoasetat adalah sumber energi utama di hati. Namun, hati juga mensintesis lipid untuk

(31)

29

dalam membantu penyerapan dan pencernaan nutrisi di usus (Harada et al. 1996).

Patologi Hati

Fungsi hati yang utama adalah melakukan detoksifikasi untuk menghindari terjadinya kerusakan seluler akibat adanya racun. Hal ini disebabkan hati menerima suplai darah sekitar 80 %, dari vena porta yang mengalir dari saluran pencernaan. Bahan-bahan toksik dari saluran cerna seperti yang berasal dari tumbuhan, fungi, dan produk bakteri akan diabsorbsi kedalam pembuluh darah portal dan ditransfer ke hati (Mac Lachlan dan Cullen 1995). Hati dapat mengalami beberapa perubahan. Kerusakan pada hati dapat bersifat irreversible (tetap) dan reversible (sementara) (Mac Lachlan dan Cullen 1995). Degenerasi merupakan kerusakan yang reversible, dimana sel mengalami perubahan dari struktur normalnya. Penyebab degenerasi sel bermacam-macam antara lain gangguan metabolisme, toksin, dan trauma. Apabila degenerasi sel berlangsung terus-menerus, maka dapat menyebabkan kematian sel (nekrosa) (Mac Lachlan dan Cullen 1995).

Kematian Sel Hati

Nekrosis hepatoseluler dapat ditemukan pada hati tikus yang mengalami penuaan. Morfologi yang khas adalah nekrosis koagulasi dengan

(32)

30

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Nina. 2008. Efek Hepatoprotektor Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Pada Tikus Putih (Rattus novergicus) yang Diinduksi Isoniazid. Skripsi jurusan kedokteran. Universitas Sebelas Maret

Arsyad Z.,1996. Evaluasi FaaI Hati pada Penderita Tuberkulosis Paru yang

Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis.

http://en.wikipedia.org/wiki/Cermin Dunia Kedokteran (2 Oktober 2012)

Correira,1998. Biotransformasi obat. Dalam : Bertram G. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI. EGC. Hal 53-9

Dewanti, W Tri., Wulan, Siti Narsitoh, dan Nur, C Indira.2004. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Produk Kering, Instan Dan Effervescent Dari Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ).10 halaman : 4-5 diunduh dari http://www.iptek.net.id. Diakses tanggal 1 Oktober 2012

Fessenden , R.J. and Fessenden J.S. 1994. Kimia Organik. Vol 2. Penerbit Erlamgga. Jakarta.

FKH UGM. 2006. Tikus laboratorium. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Gaze D.C. 2007. The role of existing and novel cardiac biomarkers for cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drugs. 8 (9): 711-7.

Giboney P.T. 2005. Mildly elevated liver transaminase levels in the asymptomatic patient. Am Fam Physician. 71(6):1105-10.

(34)

53

Harada T, Imaki J, Ohki K, Ono K, Ohashi T, Matsuda H, Yoshida K (1996) Cone-associated c-fos gene expression in the light-damaged rat retina. Invest Ophthalmol Vis Sci 37:1250–1255.

Harmanto, Ning. 2003. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta : Agro Media Pustaka

Harmanto, N., 2002 Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. Cetakan empat, Tangerang, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta

Harun, N dan Syar,i W. 2002. Aktivitas antioksidan ekstrak daun dewa dalam menghambat sifat hepatotoksik halotan dengan dosis sub anastesi pada mencit. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. Padang: Genta Kirana Grafika, 7(2):63-70

Husadha Y, 1996. Fisiologi dan Pemeriksaan Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal : 224- 226.

Isroi. 2009. Biologi Rat (Rattus Norvegicus). Diunduh dari

http://isroi.wordpress.com Diakses tanggal 1 Oktober 2012

Istiantoro, Y. H., dan Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. 616619, Penerbit FKUI, Jakarta.

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23th. Jakarta : EGC.

Katzung B.G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinis. Ed IV. Jakarta : EGC

Kerthikeyan. 2004. Hepatotoxicity of Isoniazid:a Study on The Activityof Marker Enzymes of Liver Toxicity in Serum and Liver Tissue of Rabbit. Indian Pharmacology. Vol 34. pp.244-250

(35)

54

MacLachlan NJ, Cullen JM. 1995. Liver, biliary system and exocrine pancreas. In: Thomsons Special Veterinary Pathology (Carlton WW, Donald McGavin M, eds). St. Louis, MO:Mosby Year Book,

Mitruka BM. Clinical, Biochemical and Hematological Reference Value in Normal Experiment Animals and Normal Human.2nd ed. Year Bokk Medical Publisher Inc, Chicago 1981.

Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode laboratorium dalam

Toksikologi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM. Yogyakarta, pp:94-152

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Tuberkulosis. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika, pp:1-2

Podolsky dan Isselbacher, 2002. Tes Diagnostik pada Penyakit Hati. Dalam: Harisson Prinsip- Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13.Volume 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 1623-1624.

Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. EGC. Jakarta. 1232-1234 hlm.

Rahmawati, Erni, Dewoto, Hedi R, Wuyung, Puspita Eka. 2006. Anticancer activity study of ethanol extract of Mahkota dewa fruit pilp (Phaleria macrocarfa (Scheff.) Boerl.) in CH3 mouse mammary tumor induced by tranplantion. Anticancer activity of Mahkota dewa. Vol 15. Hal 217-222

Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung:

Penerbit ITB, hal :193

Sacher dan McPerson. 2002. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Edisi 11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 369-370.

Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan

(36)

55

Spencer, J,P.E. 2003. Metabolism of Tea Flavonoids in The Gastrointestinal

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N. S. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarfa (Scheff) Boerl] terhapad Struktur Histopatologis Heoar Tikus (Rattus norvegicus L.) setelah perlakuan dengan Karbon Tetraklorida (CCl4) secara oral. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

Tostmann, Alma., Boeree, Martin J., Aarnoutse, Rob E., Lange, Wiel C M de., Ven, Andre J A M van der., dan Dekhuijzen, Richard., 2007, Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: Concise up-to-date review, Journal of Gastroenterology and Hepatology, 23:192-202.

Widmann F.K. 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal :331.

Wilmana F. 1995. Analgesik Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid dan Oba t Pirai. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI. Hal: 214-215.

Wilson dan Lester, 1995. Hati, Saluran Empedu, dan Pankreas. Dalam:

Patofisiologi. Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 426.

(37)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN

AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

(Skripsi)

Oleh RINAVI ADRIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

(38)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN

AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

Oleh

RINAVI ADRIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Progran Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

(39)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Metabolisme isoniazid ... 6

2. Diagram kerangka teori ... 7

3. Diagram kerangka konsep ... 8

4. Buah mahkota dewa ... 17

5. Struktur flavonoid ... 18

6. Ringkasan bagan metabolisme dan konjugasi flavonoid ... 19

7. Struktur isoniazid ... 20

8. Metabolisme isoniazid ... 22

9. Tikus Putih ... 24

10. Diagram alur penelitian ... 38

(40)

DAFTAR ISI

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Kerangka Pemikiran ... 6

3. Kandungan Mahkota Dewa ... 16

4. Flavonoid ... 17

C. Isoniazid (INH) ... 20

1. Mekanisme kerja ... 20

(41)

iii

3. Efek samping ... 22

4. Dosis ... 23

D. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley ... 24

1. Klasifikasi ... 24

E. Prosedur penelitian ... 34

F. Identifikasi variabel dan defenisi operasional variabel ... 39

G. Analisis data ... 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil ... 42

B. Pembahasan ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

VI. DAFTAR PUSTAKA ... 52

(42)

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1. Jumlah relatif enzim ALT pada berbagai organ ... 13

2. Hasil pengukuran aktivitas enzim ALT ... 42

(43)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Agustyas T Sp. PK _______

Sekretaris : dr. Oktafani _______

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Wiranto Basuki Sp. PK _______

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP 19570424 198703 1 001

(44)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH

MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa)

TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN

AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH

(Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague

dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

Nama Mahasiswa : Rinavi Adrin

Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011072

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

dr. Agustyas T Sp.PK dr. Oktafani

NIP. 197208292002122001 NIP. 197610162005011003

2. Dekan Fakultas Kedokteran

(45)

A

lhamdulillah…

Terucap rasa syukur kehadirat Allah SWT atas

terselesaikannya skripsi ini

Cukup Allah sebagai penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik

pelindung

(QS 3: 173)

Ku persembahkan karya ini kepada:

Papa & Bunda tercinta yang telah

mendidik dan senantiasa mencurahkan cinta

dan kasih sayangnya yang tulus dan tiada

(46)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Penguasa

Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia–Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak henti-hentinya shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan ummat Rasulullah

SAW. Skripsi berjudul ” Pengaruh pemberian ekstrak mahkota dewa (Phaleria Macrocarfa) terhadap aktivitas enzim Alanin Aminotransferase (ALT) tikus putih (Rattus Norvegicus) jantan yang diinduksi isoniazid” ini disusun merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan, baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan antara lain kepada :

1. Dr. Sutyarso, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran

(47)

3. dr. Oktafani selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak membimbing dan mengarahkan sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik

4. dr. Wiranto Basuki Sp.PK selaku pembahas yang telah memberikan masukan-masukan, kritik dan saran yang berarti dalam penyusunan skripsi ini

5. dr. Syazili Mustafa selaku pembimbing akademik yang bersedia

menyempatkan waktu untuk bercerita dan memberikan masukan serta dorongan dalam menempuh pendidikan dokter

6. Papa dan Bunda tersayang yang telah membesarkanku, mengasuhku dan

mendidikku serta yang tak pernah henti-hentinya memberikan semangat, dorongan, doa dan perhatiannya padaku selama ini.

7. Untuk adik-adikku Irvan dan Oci yang kakak sayangi

8. Untuk seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan.

9. dr. Exsa Hadibrata, dr. Fidha Ramayani, dr. Dewi Nur Fiana, dr. Iswandi Darwis terima kasih atas semua bantuan dan perhatian dalam pembuatan skripsi ini dari awal sampai akhir

10.Widhi, Pasca, Kharisma, Arif, Diah teman seperjuangan, dalam suka dan duka selama penelitian dan pembuatan skripsi ini.

11.dr. Iswandi Darwis yang selalu menemaniku dan membantuku. Terima

kasih atas semua perhatian, semangat plus dorongannya yang tiada ternilai juga ide-ide dan pikirannya

(48)

13.Mba Nur dan Mas Bayu selaku Asisten Laboratorium yang sudah sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian sehingga penulis bisa melaksanakan penelitian dengan baik dan benar.

14.Untuk sahabat-sahabatku Ghina, Ummi, Friska, Ayu, Widhi, Arif, Utari, Diah, Shinta, Nora, Rosdiana, Tetra, Pasca, Nabila dan semua teman-teman angkatan 2009

15.Arbenta _ers Nora, Shinta, Nabila, Ebi dan adik-adik tak dapat disebutkan satu persatu

16.All 2009 members, teman-teman seperjuangan selama menuntut ilmu di

FK Unila. Terima kasih atas kebersamaam selama ini.

17.Angkatan 2007, 2008, 2010, 2011, 2012 atas kebersamaan selama ini. 18.Generasi El-Fataya 32.7 yang sudah mejadi saudara, teman, bahkan

keluarga, smoga ukhuwah kita akan tetap terjalin hingga tua nanti. 19.Seluruh Civitas Akademika Program Studi Pendidikan Dokter yang

tidak dapat disebutkan satu–persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 30 Juni 1991, putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Azhari dan Ibu Novia Yenni Amd.Keb yang bertempat tinggal di Pakan Sinayan, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam.

Pendidikan penulis :

Sekolah Dasar Negeri 28 Pakan Kamis (1997 – 2003)

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tilatang Kamang (2003 – 2006)

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Padang Panjang (2006 – 2009)

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (2009 – sekarang) melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Gambar

Gambar 1. Metabolisme Isoniazid (Tostmann, 2007)
Gambar 2. Kerangka Teori
Gambar 3.  Kerangka konsep
Tabel 1.  Jumlah relative enzim ALT pada berbagai organ
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesadaran akan arti penting daerah dalam perjuangan kemerdekaan memiliki makna bagi pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung jawab dalam kerangka Negara Kesatuan

Menentukan jarak dua garis sejajar adalah dengan membuat garis yang tegak lurus dengan keduanya. Jarak kedua titik potong merupakan jarak kedua garis tersebut. 5) Jarak Garis

Apabila tidak mencuci tangan sebelum makan, maka kotoran dan bakteri yang menempel pada tangan akan ..... bersama makanan yang

Ada juga yang mendefinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga

Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pendekatan yang bersifat yuridis normatif, dengan data primer didapatkan berdasarkan hasil dari wawancara kepala

Berdasarkan hasil penelitian yang dikembangkan dari tiga jenis kesalahan, dapat diketahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam menyelesaikan operasi

Isilah dengan jelas dan benar biodata di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. KETERAN GAN PRI

Penelitian yang dilakukan yaitu berupa survei volume lalu lintas (LHR) untuk melihat tingkat kepadatan kendaraan, kemudian survei kecepatan kendaraan dan survey