EFEK PERMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley
YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK
Oleh
Diano Ramadhan Fauzan
ABSTRAK
Faktor resiko terjadinya aterosklerosis yaitu hipertensi, dislipidemia, hiperglikemia, obesitas, merokok, aktifitas fisik yang kurang, diet yang buruk, minum alkohol yang berlebihan, dan faktor genetik. Bawang putih memiliki efek menguntungkan pada faktor resiko kardiovaskular seperti dislipidemia, hipertensi, dan hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi pemberian ekstrak bawang putih dalam menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberikan pakan tinggi lemak.
Penelitian ini dilakukan selama 28 hari menggunakan 25 tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok dengan 5 ekor tikus tiap kelompok. Kelompok kontrol negatif (N) diberikan pakan standar. Kelompok kontrol positif (KT) diberikan diet tinggi lemak intermitten. Kelompok P1, P2 dan P3 diberikan diet tinggi lemak intermitten ditambah ekstrak bawang putih 0,5 ml, 0,025 ml, dan 0,1 ml. Hasil uji statistik One-Way ANOVA menunjukkan p<0,05 (p=0,024). Uji post hoc pada N-KT (p=0,912), KT-P1 (p=0,769), KT-P2 (p=0,535) tidak menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna. KT-P3 (p=0,015) menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pemberian ekstrak bawang putih secara statistik tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan kadar LDL.
THE EFFECT OF GARLIC EXTRACT (Allium sativum L.) TO LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) LEVEL OF WHITE MALE RAT (Rattus
novergicus) Sprague Dawley STRAIN GIVEN HIGH FAT DIET Oleh
Diano Ramadhan Fauzan
ABSTRACT
Risk factors of formation of atherosclerosis plaque are hypertension, dyslipidemia, hyperglicemia, obesity, smoking, sedentary life, bad diet, alcoholic, and genetic factor.Garlic have beneficial effects on atherosclerosis risk factor such as dyslipidemia, hypertension, and hyperglicemia.The objective of this study is to determine the effect of garlic extract to the depletion of LDL level of rat given high fat diet.
The 28 days study of the effect of garlic extract was investigated in apost test-only control group in 25 white male rats (Rattus novergicus) Sprague Dawley strain divided into 5 group (5 rats each). The negative control group (N) was given standard diet. Positive control group (KT) was given high fat diet. P1, P2 and P3 group was given high fat diet plus garlic extract 0.5 ml, 0.025 ml and 0.1 ml.Statistic results of this studyis One-Way ANOVAshowedp<0,05 (p=0,024). Post hocin N-KT (p=0,912), KT-P1 (p=0,769), KT-P2 (p=0,535) showed no significant mean different. KT-P3 (p=0,015) showed significant mean different.
Conclusion of this study is garlic extract statistically showed no significant result in the depletion LDL level
EFEK PERMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley
YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK
Oleh
DIANO RAMADHAN FAUZAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Wurdono dan Ibu Husnul Hayati.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Islamic Village Tangerang pada tahun 2005, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 75 Jakarta Barat tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 78 Jakarta Barat pada tahun 2011.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang syafaatnya semoga kita dapatkan kelak di Yaumil Akhir.
Skripsi dengan judul “EFEK PERMBERIAN EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orangtuaku yang senantiasa mendukung dan selalu ada untukku.
Terima kasih atas segala doa yang tak pernah terlupa di setiap shalatmu, segala bentuk dukungan, motivasi, nasehat, pengalaman hidup, dan kesabaran dalam menghadapi anakmu ini.
2. Dr. Sutyarso, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Kedokteran.
4. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp.PK selaku Pembimbing Kedua atas waktu, pikiran, saran, bimbingan, serta kesabarannya dalam membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.
5. Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima kasih telah menjadi role model penulis dalam menempuh ilmu, atas motivasi, dukungan, saran dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes, Sp.Mk selaku pembimbing akademik yang telah menjadi role model penulis yang mana pencapaian pendidikannya menjadi motivasi penulis untuk lebih baik.
7. Staf–staf dosen yang telah menjadi guru penulis, sangat banyak ilmu yang telah diberikan, dan hanya Tuhan yang bisa membalas semua hal yang telah diberikan kepada penulis.
8. Mba Novi, Mas Bayu, Mba Nur, Mba Qory, Mba Ida dan civitas akademi lainnya yang telah memberikan saran dan kemudahan dalam urusan administrasi sehingga skripsi ini selesai.
9. Saudara kandung tercinta, Diah Adni dan Diani DPM yang selalu memberikan dukungan dan perhatian.
10.Teman-teman SMA, Diar, Dian Anggun, Pea, Kepin, Rendy, dan Alfarodo. 11.Gugun Blues Shelter, White Shoes and the Couples Company, Efek Rumah
tak pernah lelah melantunkan nada dalam keseharian penulis selama menyusun skripsi ini meski hanya dalam iPod. Kalian luar biasa.
12.Teman seperjuangan skripsi alias tim skripsi eksperimental banget, Tryvanie R Putera dan Topaz K Tritama, yang kadang mengesalkan, yang selalu menumbalkan penulis untuk seminar pertama.
13.Teman-teman se-Animal House FK Unila yang selalu mengisi hari-hari penelitian dengan hal absurd serta tanpa makna dan obrolan kosong yang mengisi tapi sedikit berisi, Fadia Nadila, Tiara Anggraini, Rizky Bayu Aji, KGS Mahendra, Pacarnya KGS Mahendra, Roseane Maria, Anisa Djausal, Prianggara Rostu, Belda Evina, Pradila, Intan Ratna, dan Nur Ayu Virginia. Tanpa kalian Animal House tetap Animal House.
14.Sahabatku, teman seperjuangan, Tanty Yosela, Dina Rianti Fitri, Resty Ramdhani, Fatwa Maratus, Anisa Ika, Vandy Ikra, M Yogie Fadli, dan Danar Fahmi. Terimakasih atas segala suka dan duka yang telah kita lewati bersama dan juga segala waktu bahagia, tenaga tanpa pamrih, serta selalu memberikan jalan keluar disetiap permasalahanku. Semoga semua angan dan harapan yang kita inginkan akan tercapai kelak dan persahabatan ini tetap terjaga selamanya.
Semoga sukses adalah gelar kita dikemudian hari dan kita semua tetap seperti saudara.
16.Teman sejawat satu angkatan 2011. Terimakasih telah memberikan penulis kesempatan untuk mengenal kalian. Semoga kita dapat membanggakan almamater tercinta dan menjadi dokter yang berguna untuk nusa dan bangsa. Semoga cita-cita dan usaha kita meraihnya melangit dengan pribadi yang tetap membumi.
17.Teman–teman tutorial 7, Gita, Cici, Aulia, Dwitya, Hein, Sarah, Nordiansyah, Prianggara, dan Muflikha yang telah berbagi ilmu pada akhir semester di fakultas kedokteran.
18.Dan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah membantu dalam kelancaran skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 20 Desember 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...iii
DAFTAR GAMBAR...iv
BAB I PENDAHULUAN...1
I.1 Latar Belakang...1
I.2 Rumusan Masalah...4
I.3 Tujuan...4
I.3.1 Tujuan Umum...4
I.3.2 Tujuan Khusus...4
I.4 Manfaat...5
I.5 Kerangka Teori...6
I.6 Kerangka Konsep...7
I.7 Hipotesis...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
II.1 Lipid dan Lipoprotein...6
II.2 Metabolisme Lipoprotein...7
II.2.1 Jalur Eksogen...7
II.2.2 Jalur Endogen...8
II.2.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport...9
II.3 Dislipidemia...11
II.5 Tikus Putih (Rattus novergicus) ...14
II.6 Bawang Putih (Allium sativum L.)...16
II.7 Pengaruh Bawang Putih terhadap LDL...21
BAB III METODE PENELITIAN...29
III.1 Jenis Penelitian...29
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian...29
III.3 Populasi dan Subjek Penelitian...29
III.3.1 Populasi Penelitian...29
III.3.2 Sampel Penelitian...30
III.3.2.1.1 Kriteria Inklusi...30
III.3.2.1.2 Kriteria Eksklusi...30
III.3.2.1.3 Besar Sampel...30
III.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel...32
III.4.1 Identifikasi Variabel...32
III.4.2 Definisi Operasional Variabel...32
III.5 Alat dan Bahan Penelitian.. ...33
III.5.1 Alat Penelitian...33
III.5.2 Bahan Penelitian...33
III.6 Prosedur Penelitian...34
III.6.1 Prosedur Pemberian Pakan Tinggi Lemak...34
III.6.2 Prosedur Pemberian Ekstrak Bawang Putih...35
III.6.2.1 Cara Pembuatan Ekstrak Bawang Putih...35
III.6.2.2 Cara Perhitungan Dosis...35
III.6.2.3 Cara Pemberian Ekstrak Bawang Putih...37
III.6.3 Prosedur Pemeriksaan Kadar LDL...37
III.6.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel Darah... 37
III.6.3.3 Prosedur Pemeriksaan LDL...38
III.6.4 Jalannya Penelitian...38
III.6.5 Analisis Data...41
III.7 Etika Penelitian...41
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN...43
IV.1 Hasil... ...43
IV.1.1 Analisis Univariat...43
IV.1.2 Uji Normalitas...45
IV.1.3 Uji Homogenitas...46
IV.1.4 Uji One-Way Anova...46
IV.1.5 Uji Post-hoc...47
IV.2 Pembahasan...47
BAB V SIMPULAN dan SARAN...54
V.1 Simpulan...54
V.2 Saran...55
DAFTAR PUSTAKA...56
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi Kadar Trigliserida...13
Tabel 2 Klasifikasi Kadar LDL...13
Tabel 3 Klasifikasi Kadar HDL...13
Tabel 4 Data Biologi Tikus Putih (Rattus novergicus) ...16
Tabel 5 Definisi Operasional Variabel...32
Tabel 6 Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia...36
Tabel 7 Hasil Pemeriksaan LDL...43
Tabel 8 Hasil Pemeriksaan Kadar LDL Metode Langsung...44
Tabel 9 Rata-Rata Hasil Pemeriksaan Kadar LDL...45
Tabel 10 Uji Normalitas Shapiro-Wilk...45
Tabel 11 Uji Homogenitas...46
Tabel 12 Uji One-Way Anova...46
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jalur Eksogen...8
Gambar 2 Jalur Endogen... ...10
Gambar 3 Reaksi Pemecahan γ-glutamil-S-alkil-L-sistein...18
Gambar 4 Proses Penghambatan Biosintetis Kolesterol di Hati...22
Gambar 5 Senyawa larut air dan larut lemak bawang putih...23
Gambar 6 Jalur yang dihambat oleh ekstrak etanol bawang putih...24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Statistik Deskriptif dan Uji Normalitas
Lampiran 2 Uji Variansi Data dan ANOVA
Lampiran 3 Uji Post-Hoc
Lampiran 4 Bukti Lolos Etik Penelitian
Lampiran 5 Hasil Pemeriksaan Lab
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan, mulai meniru gaya hidup tersebut dengan memilih konsumsi junk food seperti humburger, pizza, kentucky/fried chicken dan lain-lain. Junk food merupakan makanan yang tinggi lemak jenuh, kolesterol dan rendah lemak tidak jenuh. Banyaknya asam lemak jenuh dan sedikit asam lemak tidak jenuh lebih cendrung untuk sintesis Low Density Lipoprotein (LDL). Efek yang dapat terjadi yaitu penyakit seperti dislipidemia yang merupakan salah faktor resiko terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit penyempitan pembuluh darah akibat menumpuknya lipid maupun kolesterol di dinding pembuluh darah yang meliputi inflamasi kronik, kematian sel dan trombosis yang memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler (Simanjuntak, 2011).
2
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2005, dari 58 juta kematian, 17,5 (30%) diantaranya disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah, terutama serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 juta). Tahun 2015, diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkat sekitar 20 juta orang. Penelitian di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah seperti hipertensi sangat tinggi, sebesar 31,7%, penyakit jantung 7,2%, stroke 8,3 per 1000 penduduk. Penderita jantung dan pembuluh darah tidak lagi mengenal status ekonomi masyarakat. Tidak sedikit penderita jantung dan pembuluh darah yang justru datang dari kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, tergolong masyarakat miskin, tidak mampu dan kurang mampu, yang kemungkinan disebabkan perubahan gaya hidup yang tidak sehat dan meningkatnya faktor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah (Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).
Terapi obat-obatan konvensional sudah diteliti secara luas untuk memperbaiki keadaan dislipidemia dan dikenal beberapa golongan. Berbagai riset mendukung bukti ilmiah obat-obatan di atas secara efektif menurunkan kadar kolesterol serum, tetapi juga menyebabkan berbagai efek sampingan yang serius (NHLBI, 2002).
3
putih. Dua senyawa organosulfur paling penting dalam umbi bawang putih, yaitu asam amino non-volatil γ-glutamil-Salk(en)il-L-sistein dan minyak atsiri S-alk(en)ilsistein sulfoksida atau alliin. Dua senyawa tersebut merupakan prekursor bagi sebagian besar senyawa organosulfur lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih memiliki efek menguntungkan pada faktor resiko kardiovaskuler seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi, dan kadar glukosa tinggi. Bawang putih juga memiliki efek antioksidan, antiagregasi trombosit, dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik. Ada dukungan bukti-bukti ilmiah yang cukup kuat bahwa penggunaan bawang putih bermanfaat pada orang yang mempunyai kadar kolesterol darah yang tinggi (Elkayam dkk, 2013).
Bawang putih diperkirakan memiliki efek untuk menurunkan kolesterol dengan cara menghambat sintesisnya melalui dua cara, yaitu penghambatan pada reaksi enzim hydroxymethylglutaryl-CoA reduktase dan penghambatan pada reaksi enzim lain, seperti squalene mono-oksigenase dan lanosterol-14-demethylase (Gupta dan Porter, 2001).
Tikus Sprague Dawley yang merupakan jenis outbred tikus albino serbaguna digunakan secara ekstensif dalam riset medis. Keuntungan utamanya adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya dibandingkan jenis Wistar. Dibandingkan dengan mencit, keuntungannya tidak mudah stress dan volume lambungnya lebih besar. Tikus jenis ini pertama kali diproduksi oleh peternakan Sprague Dawley (kemudian menjadi Perusahaan
4
Investigasi klinis efek dari preparat bawang putih pada dislipidemia masih kontroversial. Beberapa penelitian menunjukkan hasil negatif. Penelitian Simon dkk. Yang menggunakan tablet bawang putih, seperti dikutip Sobenin dkk. (2008), menunjukkan hasil yang negatif. Penelitian lainnya dengan desain meta-analyses menunjukkan bahwa tablet bawang putih kurang efektif untuk menurunkan kadar kolesterol. Ketidaksamaan ini kemungkinan karena perbedaan komposisi preparat bawang putih satu dengan yang lainnya dan respon tubuh yang ditimbulkannya, kurangnya penelitian mengenai dosis, tidak adanya standardisasi pembuatan preparat, dan durasi dari pengobatan (Sobenin dkk., 2008). Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah pemberian ekstrak etanol bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberi pakan tinggi lemak?
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
5
I.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui fungsi pemberian ekstrak bawang putih untuk menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus yang diberikan pakan tinggi lemak
I.4 Manfaat
1. Memberikan informasi ilmiah apabila ekstrak bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol LDL
2. Menstimulasi peneliti lain untuk mencari bahan-bahan natural dalam penurunan kolesterol LDL untuk mengurangi angka mortilitas dan morbiditas akibat penyakit kardiovaskular
6
I.5 Kerangka Teori
Kuning telur Pakan tinggi lemak Disfungsi endotel Akumulasi LDL di tunika intima
LDL meningkat Ekspresi Molekul adhesi permukaan endotel LDL teroksidasi Memakan LDL Migrasi monosit Foam cell Proliferasi dan migrasi sel otot
polos Aktivasi Sitokin Fatty Streak Plak Aterosklerosis Penumpukan elastin dan kolagen Ruptur plak Trombosis Hipoksia jaringan Stenosis lumen
7
I.6 Kerangka Konsep
Keterangan
Penghambatan
Proses
I.7 Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum, L.) dapat menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diberi pakan tinggi lemak.
Kuning telur Pakan tinggi
lemak
Disfungsi endotel
Akumulasi LDL di tunika intima LDL
meningkat
LDL teroksidasi Bawang
Putih
S-alil-sistein (SAC) Ekstraksi dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lipid dan Lipoprotein
Lipid tidak larut dalam larutan air dan tidak beredar dalam bentuk bebas dalam darah. Asam lemak bebas (free fatty acid (FFA) akan diikat albumin, sedangkan kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam bentuk kompleks lipoprotein. Kompleks ini sangat meningkatkan kelarutan lipid. Kepadatan lipoprotein berbanding terbalik dengan kadar lemaknya. Secara umum, lipoprotein terdiri dari inti hidrofobik trigliserida dan kolesterol ester dikelilingi oleh fosfolipid dan protein. Organisasi lipoprotein ini ke jalur eksogen, yang mengangkut lipid dari usus ke hati, dan jalur endogen, yang mengangkut lipid ke dan dari jaringan (Ganong, 2005).
Ada enam jenis lipoprotein berdasarkan hasil ultrasentrifusi yaitu
high-density-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL),
intermediete-density-lipoprotein (IDL), very-low-density-lipoprotein
9
II.2 Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein dimetabolisme melalui tiga jalur yaitu jalur eksogen, endogen, dan reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berkaitan dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida. Jalur reverse cholesterol transport berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL (Adam, 2009).
II.2.1 Jalur Eksogen
10
kehilangan trigliserida dengan sisa kolesterol ester lalu dibawa ke hati (Adam, 2009).
Gambar 1. Jalur Eksogen dan Endogen (Ganong, 2005).
II.2.2 Jalur Endogen
11
reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag endotel pembuluh darah dan akan menjadi sel busa (foam cell) (Adam, 2009).
Telah diketahui bahwa LDL dapat masuk menembus endotel arteri dan kemudian mengalami perubahan, menjadi minimally modified
LDL lalu menjadi oxidized LDL, dan akhirnya ditangkap oleh sel makrofag dan membentuk sel busa (foam cell). Sudah banyak studi epidemiologis yang menunjukkan bahwa LDL merupakan faktor resiko utama pembentukan plak aterosklerosis, dimana peningkatan kadar kolesterol LDL memberikan peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular (PKV). Kadar kolesterol LDL 170 mg/dL dibandingkan dengan kadar 100 mg/dL memberikan resiko PKV hampir 3x lipat. Penurunan kadar kolesterol LDL sebanyak 1,0 mg/dL akan menurunkan kejadian PKV sebanyak 1% juga. Menurut National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), berdasarkan faktor resiko ganda, maka bila didasarkan pada kategori resiko PJK dan ekuivalen PJK maka kadar sasaran kolesterol LDL adalah <100 mg/dL bila faktor resiko ganda >2 dan <160 mg/dL bila 0-1 faktor resiko (Suryaatmadja, 200-10-1).
II.2.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport
12
tersimpan di makrofag. Kolesterol di endotel dibawa ke permukaan oleh triphosphate-binding cassete transporter-1 (ABC-1).
Gambar 2. Reverse Cholesterol Transport (Longo dkk., 2012).
Kolesterol bebas dari makrofag kemudian diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol acyltransferase (LCAT). Terjadi dua jalur pengiriman kolesterol ester. Jalur pertama adalah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 (SR-B1). Jalur berikutnya adalah kolesterol ester dalam HDL ditukar dengan trigliserida dari VLDL dan LDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP) (Adam, 2009).
13
antiaterosklerotik juga didapat dari adanya apolipoprotein A-II dan apolipoprotein C-II dan CIII yang dikaitkan dengan regulasi LPL dan kadar trigliserida. Fungsi antioksidan HDL didapat karena adanya enzim paraooxonase-I (PON-1) yang mengkatalisis hidrolisis asam lemak teroksidasi pada lipoprotein terutama LDL. Selain itu, ada juga
platelet activating factor-acetyl hydrolase (PAF-AH), suatu enzim yang menghidrolisis PAF yang merupakan mediator proinflamasi. HDL berfungsi sebagai antiinflamasi dengan menghambat sitokin yang menginduksi ekspresi molekul adhesi pada sel endotel (Imanuel, 2011).
II.3 Dislipidemia
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan adanya peningkatan ataupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama ialah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, serta penurunan HDL (Mansjoer dkk., 2005). Kelainan ini memicu aterosklerosis dan mempertinggi resiko penyakit kardiovaskuler (Barnes, 2002).
Menurut Eropean Atherosclerosis Society (EAS), dislipidemia diklasifikasikan secara klinis menjadi 3, yaitu: hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan campuran hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (dislipidemia campuran).
14
endotel, timbulnya bercak lemak dan reaksi inflamasi yang menyebabkan peningkatan permeabilitas, pembentukan plak dan dapat memperparah oksidasi LDL yang tidak bergantung reseptor di endotel pembuluh darah setelah proses ini terjadi. Hal ini bisa menimbulkan komplikasi lebih lanjut berupa trombosis dan oklusi arteri (Price dan Wilson, 2006).
15
Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol pada manusia yang dikutip dari ATP III (Adult Treatment Panel III) yang ditetapkan oleh National Cholesterol Education Program, National Institutes of Health, Lung and
[image:32.595.136.485.277.374.2]Blood Institutes (2002)
[image:32.595.135.491.463.562.2]Tabel 1. Klasifikasi Kadar Kolesterol LDL (NHLBI,2002).
Tabel 2. Klasifikasi Kadar Trigliserida (NHLBI, 2002).
Total Kolesterol (mg/dL) Kolesterol LDL (mg/dL)
<200 Yang diharapkan <100 Optimal
200-239 Borderline 100-129 Sedikit Optimal
≥240 Tinggi 130-159 Borderline
160-189
≥190 Tinggi Sangat Tinggi
Kategori Trigliserida Level ATP II Level ATP III
Trigliserida normal <200 mg/Dl <150 mg/dL
Borderline-high trigliserida 200-399 mg/dL 150-199 mg/dL
Trigliserida tinggi 400-1000 mg/dL 200-499 mg/dL
Trigliserida sangat tinggi >1000 mg/dL ≥500 mg/dL
Tabel 3. Klasifikasi Kadar HDL (NHLBI, 2002).
Serum Kolesterol HDL (mg/dL)
<40 Rendah Kolesterol HDL
[image:32.595.133.493.643.683.2]16
II.4 Pakan Tinggi Lemak
Pemberian diet kuning telur intermitten dengan dosis 10 mg dalam penelitian yang dilakukan oleh Awal Prasetyo, Udadi Sadhana dan Ika Pawitra Miranti telah membuktikan bahwa dapat menaikkan kadar profil lipid, terutama kadar kolesterol total dan trigliserida. Diet kuning telur yang kaya kolesterol dan trigliserida diuraikan oleh enzim lipase lambung dan pankreas, setelah sebelumnya diemulsikan oleh garam empedu. Hasil penguraiannya berupa asam lemak bebas dan dua monogliserida dalam bentuk misel dalam usus halus. Asam lemak bebas dan monogliserida akan disintesis kembali oleh epitel usus halus, menjadi trigliserida dan fosfolipid, kemudian bergabung dengan kilomikron, diangkut menuju hati dan jaringan. Kecepatan sintesis kolesterol dalam tubuh akan semakin menurun dengan semakin banyaknya kolesterol yang diabsorbsi (Prasetyo, 2000).
II. 5 Tikus Putih (Rattus novergicus)
Tikus putih atau yang disebut Rattus norvegicus memiliki klasifikasi dari taksonomi, jenis, serta biologis sebagai berikut.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentai
17
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, karena kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai manusia. Galur Tikus yang sering digunakan dalam penelitian antara lain
Wistar, Sprague Dawley, Long Evans, dan Holdzman.
18
Tabel 4. Data Biologi Tikus Putih (Rattus novergicus) (Isroi, 2010)
Data Biologi Keterangan
Lama hidup 2,5 – 3,5 tahun
Berat badan
Newborn 5 - 6 gr
Pubertas 150 - 200 gr
Dewasa jantan 300 - 800 gr
Dewasa betina 200 - 400 gr
Reproduksi Kematangan seksual 65 - 110 hari
Siklus estrus 4 - 5 hari
Gestasi 20 - 22 hari
Penyapihan 21 hari
Fisiologi
Suhu tubuh 35,90– 37,50 C Denyut jantung 250 - 600 kali/menit
Laju nafas 66 - 144 kali/menit
Tekanan darah diastole 60 - 90 mmHg Tekanan darah sistol 75 - 120 mmHg
Feses Padat, berwarna coklat tua, bentuk memanjang dengan ujung membulat
Urine Jernih dan berwarna kuning
Konsumsi makan dan air
Konsumsi makan 15 – 30 gr/hari atau 5 – 6 gr/100 grBB Konsumsi air 24 – 60 ml/hari atau 10 -12 ml/100
grBB
Tikus putih (Rattus norvegicus) sering digunakan sebagai hewan percobaan karena tikus juga dapat menderita suatu penyakit dan sering dipakai dalam studi nutrisi, tingkah laku, kerja obat dan toksikologi (Isroi, 2010).
II.6 Bawang Putih (Allium sativum L.)
Berikut adalah klasifikasi tanaman bawang putih
Divisi : Spermatophyta
19
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L.
Ribuan tahun sebelum Masehi, manusia telah memiliki pengetahuan tradisional tentang pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan. Lebih dari 13.000 jenis tanaman digunakan untuk membuat ribuan resep ramuan pengobatan tradisional dari berbagai belahan dunia (Lee dkk., 2000). Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat adalah bawang putih (Allium sativum L.). Informasi paling awal tentang khasiat obat tanaman dimulai sekitar tahun 3000 SM oleh bangsa Cina dan suku-suku pengelana Asia Tengah yang menggunakannya untuk mengusir roh jahat dan menjaga kesehatan. Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan bawang putih sebagai bumbu masakan. Bawang putih digunakan pula untuk mengobati tekanan darah tinggi, gangguan pernafasan, sakit kepala, ambeien, sembelit, luka memar atau sayat, cacingan, insomnia, kolesterol, flu dan gangguan saluran kencing (Hernawan dan Setyawan, 2003).
20
sebagian besar senyawa organosulfur lainnya. Kadarnya dapat mencapai 82% dari keseluruhan senyawa organosulfur di dalam umbi (Zhang, 1999).
[image:37.595.126.509.399.579.2]Senyawa -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein merupakan senyawa intermediet biosintesis pembentukan senyawa organosulfur lainnya, termasuk alliin. Senyawa ini dibentuk dari jalur biosintesis asam amino. -glutamil-S-alk(en)il-L-sistein akan mengalami reaksi enzimatis yang menghasilkan banyak senyawa turunan melalui dua cabang reaksi, yaitu jalur pembentukan thiosulfinat dan S-allil sistein (SAC). Jalur pembentukan thiosulfinat menghasilkan senyawa allisin. Selanjutnya dari jalur ini akan dibentuk kelompok allil sulfida, dithiin, ajoene dan senyawa sulfur lain (Song dan Milner, 2001).
Gambar 3. Reaksi Pemecahan g-glutamil-S-alkil-L-sistein (Amagase, 2001).
21
bumbu masakan, enzim allinase menjadi aktif dan menghidrolisis alliin menghasilkan senyawa intermediet asam allil sulfenat (allisin) (Hernawan dan Setyawan, 2003).
Pemanasan dapat menghambat aktivitas enzim allinase. Enzim ini inaktif pada suhu di atas 60oC,. Asam amino alliin akan segera berubah menjadi allisin begitu umbi diremas. Allisin bersifat tidak stabil, sehingga mudah mengalami reaksi lanjut, tergantung kondisi pengolahan atau faktor eksternal lain seperti penyimpanan, suhu dan lain-lain. Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol pada suhu di bawah 0oC akan menghasilkan alliin. Ekstraksi dengan etanol dan air pada suhu 25oC akan menghasilkan allisin dan tidak menghasilkan alliin. Ekstraksi dengan metode distilasi uap (100oC) menyebabkan seluruh kandungan alliin berubah menjadi senyawa allil sulfida (Zhang, 1999). Pemanasan dapat menurunkan aktivitas antikanker ekstrak bawang putih. Pengolahan ekstrak dengan microwave selama 1 menit menyebabkan hilangnya 90% kinerja enzim allinase. Pemanasan dapat menyebabkan reaksi pembentukan senyawa allil-sulfur terhenti. Allisin merupakan prekursor pembentukan allil sulfida, misalnya diallil disulfida (DADS), diallil trisulfida (DATS), diallil sulfida (DAS), metallil sulfida, dipropil sulfida, dipropil disulfida, allil merkaptan dan allil metil sulfida. Kelompok alllil sulfida memiliki sifat dapat larut dalam minyak. Oleh karena itu, untuk mengekstraknya digunakan pelarut non-polar (Gupta dan Porter, 2001).
3-vinil-(4H)-1,2-22
dithiin, juga berawal dari pemecahan allisin. Senyawa organosulfur lain yang terkandung dalam umbi bawang putih antara lain, propilsistein (SPC), S-etil-sistein (SEC), dan S-mS-etil-sistein (SMC). Umbi bawang putih juga mengandung senyawa organoselenium dan tellurium, antara lain Se-(metil)selenosistein, selenometionin, dan selenosistein. Senyawa-senyawa di atas mudah larut dalam air. Beberapa senyawa bioaktif flavonoid penting yang telah ditemukan antara lain: kaempferol-3-O- -Dglukopiranosa dan iso-rhamnetin-3-O- -Dglukopiranosa. Senyawa frukto-peptida yang penting,
yaitu Nα-(1-deoxy-Dfructose-1-yl)-L-arginin (Hernawan dan Setyawan,
2003).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih memiliki efek menguntungkan pada faktor resiko kardiovaskular seperti dislipidemia, tekanan darah tinggi dan kadar glukosa tinggi. Bawang putih juga memiliki efek antioksidan, antiagregasi trombosit dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik. Penelitian Elkayam dkk. (2013) menjelaskan bahwa bawang putih menurunkan tekanan darah sistolik secara signifikan dari 190 ± 7,5 mmHg ke 168 ± 5,7 (P < 0,0001) dan kadar trigliseridaa dari 96 ± 25 mg/dl ke 71 ± 19 (P =0,009).
23
pada saat permulaan studi, setelah 4 minggu dan setelah 8 minggu (akhir studi). Kemudian dilakukan pemeriksaan serum kolesterol, trigliseridaa, LDL, VLDL dan indeks aterogenik. Marmut yang diberi Bawang putih, terdapat penurunan kadar kolesterol yang signifikan (Imelda dan Kurniawan, 2013).
Penelitian in vitro ekstrak segar umbi bawang putih 1g/L menunjukkan 50% inhibitory concentration (IC50) pada aktivitas enzim squalene mono-oksigenase. Enzim tersebut adalah enzim yang berperan dalam biosintesis kolesterol. Senyawa bawang putih yang menunjukkan aktivitas inhibisi adaah selenosistein, SAC, aliin, DATS dan DADS (Gupta dan Porter, 2001).
II.7 Pengaruh Bawang Putih terhadap LDL
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa pemberian suplemen bawang putih terhadap hewan terbukti menurunkan aktivitas dari beberapa enzim kolesterol, termasuk 3-hidroksi-3-metilglutaril (HMG)-CoA reduktase
dan asetil CoA sintetase dan sangat memungkinkan adanya enzim lain yang diinhibisi.
Squalene mono-oksigenase atau squalene epoksidase adalah suatu enzim yang mengkatalisis pertama kali pada proses oksidatif biosintesis kolesterol. Squalene mono-oksigenase terbukti memainkan peran penting pada keseluruhan regulasi dari biosintetis kolesterol. Kultur sel dengan aktivitas squalene mono-oksigenase yang lebih rendah, menekan aktivitas
24
Gambar 4. Proses Biosintetis Kolesterol di Hati. Garis merah menunjukkan
enzim yang dihambat (Mayes, 2003).
25
Gambar 5. Senyawa larut air dan larut lemak bawang putih. Senyawa yang menginhibisi squalene mono-oksigenase digarisbawahi (Gupta dan Porter, 2001).
26
Gambar 6. Jalur yang dihambat oleh ekstrak 96% etanol bawang putih pada kotak hitam (King, 2014).
Selain itu, menurut Sunarto dan Susetyo dalam Priskila (2008), diallil disulfida (DADS) mempunyai rantai allil yang dengan mudah akan tereduksi menjadi rantai propyl yang jenuh, sehingga akan menurunkan kadar NADH dan NADPH (digunakan bersama squalene mono-oksigenase) yang penting untuk sintesa trigliserida dan kolesterol. Allisin juga mempunyai sifat mengikat SH group yaitu suatu bagian fungsional dari Ko-A yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol.
27
dan allil metil sulfida. DADS dan DATS menunjukkan efek inhibisi aktivitas squalene monooksigenase pada percobaan in vitro (Gupta dan Porter, 2001).
Bioavaibilitas dari senyawa aktif pada bawang putih sangat penting. S-alil sistein (SAC) adalah salah satu senyawa organosulfur yang larut air pada bawang putih. Konsentrasinya meningkat selama proses ekstraksi dan juga pendiaman (pada Aged garlic extract). Farmakokinetik SAC diketahui dengan baik. SAC bisa terdeteksi di plasma, liver dan ginjal setelah asupan peroral. Bioavaibilitas SAC 103% pada mencit, 98,2 % pada tikus dan 87,2% pada anjing. N-asetil-SAC telah teridentifikasi sebagai produk metabolit SAC pada urin anjing dan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa SAC bisa ditransformasi oleh N-asetiltransferase. SAC dan metabolitnya bisa digunakan sebagai penanda kepatuhan untuk studi klinis yang melibatkan bawang putih. SAC juga bisa dijadikan untuk standardisasi dan atau untuk perbandingan dengan preparat lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design.
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Hewan coba dipelihara di Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam periode Oktober – November 2014. Pembuatan ekstrak bawang putih dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Pengambilan darah tikus dilakukan di Balai Vetenarian Bandar Lampung dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung. Perhitungan kadar LDL hewan coba dilakukan di Laboratorium Klinik Duta Medika.
III.3 Populasi dan Subyek Penelitian
III.3.1 Populasi Penelitian
29
putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley
III.3.2 Sampel Penelitian
III.3.2.1 Kriteria Inklusi
a. Tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley sehat (bergerak aktif)
b. Tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley berumur 2-3 bulan
c. Tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley dengan berat badan 200-300 gram
III.3.2.2 Kriteria Eksklusi
a. Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut kusam atau rontok)
III.3.2.3 Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini akan menggunakan rumus Federer untuk uji eksperimental, yaitu :
(t-1) (n-1) 15
Keterangan :
30
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah :
4 (n-1) 15
4n-4 15
n 4,75
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa dibutuhkan jumlah sampel minimal sebanyak lima ekor tikus setiap kelompok.
31
III.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
III.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :
a. Variabel Bebas (Independen) adalah Ekstrak etanol 96% bawang putih (Allium sativum L.) yang diberikan kepada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley
b. Variabel Tergantung (Dependen) adalah kadar LDL tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley
III.4.2 Definisi Operasional
Tabel 5. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Hasil ukur Skala
1 Ektrak etanol
96% bawang
putih (Allium
sativum L.)
Sediaan bawang putih yang dibuat
dengan metode maserasi cara dingin
dengan suhu 25oC
mg numerik
2 Kadar
kolesterol
LDL
Nilai LDL tikus putih jantan (Rattus
novergicus) galur Sprague Dawley
hasil pemeriksaan dengan
spektrofotometer
32
III.5 Alat dan Bahan Penelitian
III.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Kandang hewan
b. Tempat pakan hewan c. Tempat minum hewan d. Alat tulis
e. Rotary evaporator
f. Sonde lambung g. Disposable spuit
h. Handschoen
i. Pipet tetes j. Pipet mikro k. Sentrifuge
l. Tabung vacuum venojact
m.Spektrofotometer
III.5.2 Bahan Penelitian
a. Hewan coba berupa tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur
Sprague Dawley yang berasal dari Institut Pertanian Bogor dan memenuhi kriteria inklusi. Hewan coba diberi pakan standar dan minum secara ad libitum.
b. Bahan perlakuan berupa : 1. Pakan standar tikus
33
c. Bahan untuk tindakan terminasi berupa : 1. Ketamine 75-100 mg/kg
2. Xylazine 5-10 mg/kg
d. Bahan pemeriksaan kadar kolesterol LDL berupa :
Reagen untuk pemeriksaan kadar kolesterol LDL dan sampel darah tikus
III.6 Prosedur Penelitian
III.6.1 Prosedur Pemberian Pakan Tinggi Lemak
34
III.6.2 Prosedur Pemberian Ekstrak Bawang Putih
III.6.2.1 Cara Pembuatan Ekstrak Bawang Putih
Umbi bawang putih 3,6 kg kulitnya dicuci bersih kemudian dihaluskan. Lalu bawang putih yang telah dihaluskan tersebut ditambah 6000 mL etanol teknis dingin, diaduk selama 15 menit, kemudian didiamkan selama 24 jam, lalu disaring. Proses tersebut diulang sebanyak 3 kali. Filtrat yang dihasilkan kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator. Hasil proses pemanasan tersebut dihasilkan ekstrak kental yang kemudian dituang dalam cawan porselin dan dipanaskan dengan pemanas water bath sambil terus diaduk, sehingga dihasilkan ekstrak bawang putih.
III.6.2.2 Cara Perhitungan Dosis Ekstrak Bawang Putih
Dosis penggunaan bawang putih segar pada manusia
dewasa adalah 1⁄2 sampai 2 siung (2-6 gram) sekali sampai
4 kali sehari (Priskila, 2008). Dalam penelitian ini digunakan dosis bawang putih sebesar 6 gram, 4 kali sehari.
Dosis bawang putih: 6 gram x 4= 24 gram/hari
35
[image:52.595.104.524.274.581.2]3,6 kg umbi bawang putih menghasilkan 450 ml ekstrak bawang putih. 1 gram umbi bawang putih segar setara dengan 0,125 ml ekstrak bawang putih. Dosis : 0,432 gram umbi bawang putih segar setara dengan 0,05 ml ekstrak bawang putih.
Tabel 6. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia (Harmita dan Radji, 2008).
Mencit 20 gr Tikus 200 gr Marmut 400 gr Kelinci 2 kg Kucing 2 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg
Mencit 20 gr 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
Tikus 200 gr 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
Marmut 400 gr
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci 2 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
Kucing 2 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
III.6.2.3 Pemberian Ekstrak
36
III.6.3 Prosedur Pemeriksaan Kadar LDL
III.6.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel Darah Tikus
Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 29 penelitian. Tikus dipuasakan selama 8-10 jam. Setelah itu, dilakukan terminasi pada tikus dengan cara anastesi tikus menggunakan Ketamine-xylazine 75-100 mg/Kg dan 5–10 mg/Kg secara intra peritoneal (IP) lalu dengan menggunakan metode cervical dislocation
dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan di kedua sisi leher di dasar tengkorak. Tangan lainnya ditempatkan pada pangkal ekor atau kaki belakang dan dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antar tulang leher dan tengkorak (Leary dkk., 2013). Setelah itu ambil darah sekitar 2-3 ml diambil dari bagian jantung dengan menggunakan alat suntik, kemudian langsung dimasukan ke dalam tabung vacuum venojact. Bangkai tikus langsung dikremasi setelah diambil darahnya.
III.6.3.2 Prosedur Pengambilan Serum
37
menggunakan pipet mikro.
III.6.3.3 Prosedur Pemeriksaan LDL
Pemeriksaaan kadar kolesterol LDL menggunakan rumus Friedwald yaitu LDL=Kolesterol total-HDL-Trigliserida/5 dengan total-HDL-Trigliserida/5 merupakan asumsi jumlah VLDL. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan kadar trigliserida, HDL dan kolesterol total metode langsung dengan reagen masing-masing.
III.6.4 Jalannya Penelitian
1. Pada minggu pertama tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley diadaptasikan sebelum diberikan perlakuan. Hewan coba diberi pakan standar pada masa adaptasi ini.
38
perlakuan diberikan kepada tiap kelompok.
3. Hari ke 29 tikus dianastesi menggunakan Ketamine-xylazine 75-100 mg/Kg dan 5–10 mg/Kg secara IP kemudian diterminasi.
4. Pengambilan sampel darah diambil dari jantung tikus sebanyak 2-3 ml kemudian tikus di kremasi.
5. Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL
39
25 ekor tikus Sprague Dawley jantan umur 2-3 bulan dengan berat badan 200-300 gr
Adaptasi selama 1 minggu dengan diet standar
Pembagian menjadi lima kelompok
Kelompok KT diberikan diet kuning telur 10
mg secara intermiten selama 28 hari Kelompok N
diberikan diet standar selama 28
hari
Kelompok P1 diberikan diet kuning telur 10
mg secara intrermiten selama 28 hari
Dibarengi pemberian ekstrak bawang
putih 0,05 ml selama 28 hari
Tikus dipuasakan 8-10 jam
anastesi tikus menggunakan Ketamine-xylazine 75-100 mg/Kg + 5 – 10 mg/Kg
secara IP dan terminasi
Pengambilan sampel darah dari jantung 2-3 ml
Dan kremasi tikus
Pemeriksaan kadar kolesterol LDL
Analisis Data
Kelompok P2 diberikan diet kuning telur 10
mg secara intrermiten selama 28 hari
Kelompok P3 diberikan diet kuning telur 10
mg secara intrermiten selama 28 hari
Dibarengi pemberian ekstrak bawang
putih 0,025 ml selama 28 hari Dibarengi
pemberian ekstrak bawang
40
III.6.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan perangkat lunak pengolah data statistik. Pengolahan menggunakan uji parametrik. Langkah pertama dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk
karena jumlah sampel kurang dari 50 dan uji homogenitas
Levene. Setelah memenuhi kedua syarat uji parametrik tersebut, dilakukan uji One-Way ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat varians data yang berbeda secara bermakna atau tidak. Uji ini dianggap bermakna bila nilai p<0,05. Setelah itu dilakukan uji post hoc LSD. Jika tidak memenuhi syarat uji parametrik, maka dilakukan uji alternatif menggunakan uji Kruskal-Wallis
dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
III.7 Etika Penelitian
Penelitian ini akan menerapkan prinsip etik 3R yaitu :
1. Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah di
perhitungkan secara seksama, dari pengalaman terdahulu maupun
literatur.
2. Reduction, adalah dalam penelitian jumlah hewan harus dikaji dengan
menggunakan berbagai macam perhitungan sehingga digunakan hewan
dalam jumlah sedikit tanpa menghilangkan arti suatu penelitian.
41
dengan memperhatikan :
a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba akan
diberikan pakan standar dan minum secara ad libitium.
b. Bebas dari ketidaknyamanan, pada penelitian ini hewan coba akan
di tempatkan di animal house yang berada jauh dari bising dan
aktivitas manusia dengan suhu 20-25oC.
c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program
kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap
BAB V
SIMPULAN dan SARAN
V.1 Simpulan
Pemberian ekstrak etanol 96% bawang putih pada dosis 0,5 ml, 0,025 ml dan 0,1 ml tidak menunjukkan perbedaan rerata yang bermakna terhadap penurunan kadar LDL tikus putih (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley
yang diberi pakan tinggi lemak
V.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif dari ekstrak bawang putih
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan hewan coba yang berbeda 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode pemeriksaan kadar
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F. 2009. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo, A.W., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S.K., Siti, S., (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam volume 3 edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. Hlm 1984-92
Amagase, H., Brenda, L.P., Hiromichi, Shigeo, K., dan Yoichi, I. 2001. Intake of garlic and its bioactive component. J. Nutr., 131: 955-62
Barness, J. 2002. Herbal therapeutics: hyperlipidaemia. The Pharmaceutical Journal, 269: 193-5
Delima, Miharja L., Siswoyo, H. 2009. Prevalensi dan faktor determinan penyakit jantung di indonesia. Bul. Penelit. Kesehat., 37(3): 142-59
Elkayam, Amitai, Edna P., Grossman. E., Shabtay, Z.V.T., and Sharabi. Y. 2013. Effects of allicin on cardiovascular risk factors in spontaneously hypertensive rats. IMAJ, 15:170-3
Ganong, W.F. 2005. Review of medical physiology. 22nd Ed. New York: The McGraw-Hill.
Gupta, N. dan Porter, T.D. 2001. Garlic and garlic-derived compounds inhibit human squalene monooxygenase. J. Nutr., 131:1662-7
Halliwell, B. 2012. The antioxidant paradox: less paradoxical now?. Br J Clin Pharmacol, 75(3): 637-44
Harlan. 2012. Sprague dawley. Diakses dari Www.harlan.com tanggal 29 September 2014
Harmita, Radji M. 2008. Buku ajar analisis hayati. Ed 3. Jakarta: EGC. Hlm 66 Hernawan, U.E., Setyawan, A.D. 2003. Review: Senyawa organosulfur bawang
putih (Allium sativum L.) dan aktivitas biologinya. Biofarmasi, 1(2): 65-76 Imanuel, S. 2011. High density lipoprotein sebagai faktor protektif atau faktor
resiko penyakit kardiovaskuler. Dalam Timan, I.S., Oesman, F., ed.
Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2011. Jakarta: Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hlm 50-3 Imelda, M., Kurniawan. S. 2013. Peranan garlic (bawang putih) pada pengelolaan
Isroi. 2010. Biologi rat (Rattus novergicus). Diakses dari
http://isroi.wordpress.com tanggal 30 September 2014
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 854 Tahun 2009
Pengendalian Penyakit Jantung. 25 September 2009. Jakarta
King, M.W. 2014. Introduction of cholesterol metabolism. Diakses dari
http://themedicalbiochemistrypage.org/cholesterol.php. tanggal 19 September 2014
Leary, S., Underwood, Anthony, R., Cartner, S., Corey, D., Grandin, T. 2013.
AVMA Guidelines for Eusthanasia of Animals. Hlm. 30-8
Lee, K.H., Wang, H.K., Itokawa, H., and Morris-Natschke, S.L. 2000. Current perspectives on chinese medicines and dietary supplements in china, japan and the united states. Journal of Food and Drug Analysis, 8(4): 219–28. Longo, D.L., A.S. Fauci, D.L. Kasper, S.L. Hauser, D.L. Jameson, J. Loscalzo
(eds). 2012. Harrison’s Internal Medicine. 18th Ed. New York: The McGraw-Hill
Mansjoer A., Triyanti K., Savitri R., Wardhani W.I., Setiowulan W., (eds). 2005.
Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius. hlm: 588
Mayes, P.A. 2003. Sintesis, pengangkutan, dan ekskresi kolesterol. Dalam Murray, R.K., Dryer, R.L., Conway, T.W., dan Spector, A.A. 2003.
Harper’s biochemistry. 25th ed. Terjemahan Andry Hartono. 2003.
Biokimia harper. Ed 25. Jakarta: EGC. hlm: 273
National Health, Lung, and Blood Intitute. 2002. Third Report of the National Cholesterol Educating Program (NCEP) on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adults Treatment Panel III). National Institute of Health:USA
Prasetyo A, Sadhana U, Pratiwi I. 2000. Profil lipid dan ketebalan dinding arteri abdominalis tikus wistar pada injeksi inisial adrenalin intra vena (IV) dan diet kuning telur intermitten. Media Medika Indonesiana. 35(3): 149-57 Price, S.A., L.M., Wilson. 2002. Pathophysiology: clinical concepts of disease
processes. 6th Ed.Michigan.Elsevier Science. Terjemahan Brahm U.P, Huriawati H., Pita W., dan Dewi A.M. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Jakarta:EGC hlm. 578-87
Priskila, Maria. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak bawang putih (allium sativum,
Simanjuntak, K. 2011. Pengaruh diet tinggi lipid terhadap tingginya penyakit.
Bina Widya 22(4):191-9
Sobenin, I.A., Irina, V.A., Olga, N.D., Tatiana, V.G., dan Alexander, N.O. 2008. Lipid-lowering effects of time-released garlic powder tablets in double-blinded placebo-control randomized study. J Atheroscler Thromb, 15(6): 334-8
Song, K. dan J. A. Milner. 2001. The influence of heating on the anticancer properties of garlic. J. Nutr 131: 1054S–7S
Suryaatmadja, M. 2010. Summit lipid update. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org tanggal 20 Desember 2014
_________________. 2011. Low density lipoprotein dan apoprotein B sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler. Dalam Timan, I.S., Oesman, F (ed).
Pendidikan berkesinambungan patologi klinik 2011. Jakarta: Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Indonesia. Hlm 71
Vliet, A. 2000. Cigarettes, cancer, and carotenoids: a continuing, unresolved antioxidant paradox. Am J Clin Nutr, 72: 1421-3
Yeh, Y.Y., dan L. Liu. 2001. Cholestrol-lowering effects of garlic extracts and organosulfur compounds: human and animal studies. J. Nutr 131: 989S-93S.