ABSTRAK
PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI
Robertus Sandy Purna Putra
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang Peneriman Diri Penderita HIV dan AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita umur 29 tahun yang positif menderita HIV dan AIDS, karena tertular dari suaminya. Saat ini subjek sudah memiliki seorang putrid buah cinta dari pernikahan dengan suaminya. Subjek awalnya mengalami keterpurukan dan tidak menerima keadaan dirinya yang dinyatakan menderita HIV dan AIDS. Seiring berjalanya waktu subjek mampu menerima keadaan dirinya sebagai penderita HIV dan AIDS.
Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.
viii ABSTRACT
SELF-ACCEPTANCE OF HIV AND AIDS SUFFERER PHENOMENOLOGY STUDY
Robertus Sandy Purna Putra
Sanata Dharma University
2017
This research is aimed at getting description of self-acceptance of an HIV and AIDS sufferer. The subject of this research was a woman aged 29 years old who was diagnosed with AIDS who got HIV from her husband. At the moment, subject already has a daughter as the result of her marriage to her husband. At first, subject was devastated and unable to accept her condition, which was diagnosed with HIV and AIDS. As time went by, subject could accept her condition as an HIV and AIDS sufferer.
This research is a phenomenology study research with qualitative method and its data collection tool is interview and observation. Data collection in this research was interview arranged based on 7 aspects of self-acceptance, which are (1) Self-knowledge (2)
Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek
PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Robertus Sandy Purna Putra NIM: 101114066
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kita akan lebih menghargai sisa
hidup kita ketika kita menemukan
kehidupan kita yang sebenarnya di
diri orang lain
( Mika )
Mungkin kita dilahirkan untuk kalah, tetapi kita
tidak di lahirkan untuk menyerah
( Suck Seed )
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Orangtuaku tercinta
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
Orang-orang yang ku cinta
Teman-teman BK Angkatan 2010
ABSTRAK
PENERIMAAN DIRI PENDERITA HIV DAN AIDS STUDI FENOMENOLOGI
Robertus Sandy Purna Putra
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang Peneriman Diri Penderita HIV dan AIDS. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita umur 29 tahun yang positif menderita HIV dan AIDS, karena tertular dari suaminya. Saat ini subjek sudah memiliki seorang putrid buah cinta dari pernikahan dengan suaminya. Subjek awalnya mengalami keterpurukan dan tidak menerima keadaan dirinya yang dinyatakan menderita HIV dan AIDS. Seiring berjalanya waktu subjek mampu menerima keadaan dirinya sebagai penderita HIV dan AIDS.
Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hidup penderita HIV dan AIDS mampu menerima diri dan ingin melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati. Subjek juga sudah menerima akan keadaan dirinya sekarang sebagai penderita HIV dan AIDS. Keberanian subjek juga bersikap tegar dalam menghadapi penderitaan untuk melanjutkan hidupnya. Harapan untuk menikah dan mewujudkan impian-impian yang sempat tertunda.
viii ABSTRACT
SELF-ACCEPTANCE OF HIV AND AIDS SUFFERER PHENOMENOLOGY STUDY
Robertus Sandy Purna Putra
Sanata Dharma University
2017
This research is aimed at getting description of self-acceptance of an HIV and AIDS sufferer. The subject of this research was a woman aged 29 years old who was diagnosed with AIDS who got HIV from her husband. At the moment, subject already has a daughter as the result of her marriage to her husband. At first, subject was devastated and unable to accept her condition, which was diagnosed with HIV and AIDS. As time went by, subject could accept her condition as an HIV and AIDS sufferer.
This research is a phenomenology study research with qualitative method and its data collection tool is interview and observation. Data collection in this research was interview arranged based on 7 aspects of self-acceptance, which are (1) Self-knowledge (2)
Penelitian ini adalah adalah penelitian studi fenomonologi dengan metode kualitatif dan dengan alat pengumpulan data wawancara dan observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang disusun berdasarkan 7 aspek penerimaan diri, yaitu (1) Pengetahuan Diri (2) Penelitian Diri Pantulan (3) Penerimaan Dasar (4) Pembandingan Antara Real dan Ideal (5) Pengungkapan Diri (6) Penyesuian Diri (7) Memanfaatkan Potensi Secara Efektif. Analisis data yang dilakukan dengan proses reduksi data dan pengkodean untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan subjek
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta
penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak
pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. Diah yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam
penelitian ini.
5. Orangtuaku tercinta Ignatius Sutadi dan Ibu Yustina Widiastuti, serta
kakak, adik dan keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .. vi
ABSTRAK ... vii
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peneriman Diri . 12 B. HIV dan AIDS ... 17
1. Sejarah HIV dan AIDS ... 17
2. Pengertian HIV dan AIDS ... 17
3. Penularan HIV dan AIDS ... 18
xii
5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain/ Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 23
C. Metode Pengumpulan Data ... 24
D. Analisis Data ... 28
E. Validasi Penelitian ... 30
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 32
B. Subjek ... 33
C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya ... 36
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan AIDS ... 42
E. Trianggulasi Teori Penerimaan Diri ... 48
F. Trianggulasi Penerimaan Diri HIV dan AIDS ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 53
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Wawancara... 24
Tabel 2. Hasil observasi………. 26
Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek I ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Verbatim I
Lampiran 2 Verbatim II
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang
mendeskripsikan mengenai fenomologi yang terjadi di lapangan. Selain itu pada
bab ini juga dideskripsikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia dalam hidupnya mendambakan kehidupan yang
bahagia. Tetapi bila pada suatu kenyataan bahwa dirinya divonis menderita
suatu penyakit yang parah bahkan obat penyembuhannya belum ada, seperti
penyakit HIV dan AIDS, maka dari itu manusia menjadi putus asa. Selain itu
penderita juga akan sedih, depresi berat dan bisa sampai kehilangan arti
dalam sebuah hidup dan pada akhirnya mencari jalan pintas untuk mengakhiri
hidupnya.
Pada usia 30-39 tahun, sebanyak 393 kasus ditemukan sebanyak 116
kasus didentifikasi sebagai HIV dan 227 kasus lainya adalah AIDS.
Mengingat HIV dan AIDS berdampak pada aspek kesehatan, maka dari itu
penelitian terhadap HIV dan AIDS merupakan hal yang sangat penting utuk
menemukan solusi-solusi terbaik. Apalagi HIV dan AIDS memiliki stigma
bagi para penderitanya yang berarti melibatkan pula masalah kemanusian.
Pasuhuk (1996) menunjukan bahwa dimensi stigma dari HIV-AIDS dan
kanker mempunyai dampak negatif terhadap unsur-unsur diri dari penderita
tanpa memandang jenis penyait-penyakitnya. Dampak ini tentu juga dapat
mempengaruhi motivasi untuk memeroleh kesembuhan di pihak penderita,
pada giliranya dapat berakibat negatife bagi proses pengobatannya.
Penerimaan Diri (self aceptance) adalah kemampuan individu dalam
menyadari dan mengakui karakteristik dirinya dalam menjalani hidup tanpa
memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri. Peneriman diri yang awal
belum menerima akan dirinya menjadi mampu menerima akan dirinya. Hal
tersebut terjadi di salah satu LSM di Yogyakarta. Seringkali penderita kaget
ketika pertama kali mengetahui positif terkena HIV dan AIDS. Hal tersebut
terlihat dari perilaku penderita yang mengurung diri, menangis setiap hari,
tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat, melakukan kegitan juga tidak
mau, dan dalam dirinya hanya jengkel dan marah. Keadaan demikian tetap
terjadi meskipun banyak kegitan yuang sudah dilakukan di Lembaga
penanggulangan HIV dan AIDS, misalnya kegitan sosial, olahraga,
kunjungan lembaga lain, dan setiap bulan ada pertemuan penderita HIV dan
AIDS. Dalam penelitian ini akan melakukan fenomenologi terhadap salah
satu penderita yang terjangkit HIV dan AIDS di lembga bersangkutan terkait
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Upaya apa seorang penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri penderita HIV
dan AIDS?
C. Tujuan
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahaui bagaimana seorang
penderita HIV dan AIDS mampu menerima dirinya.
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peneriman diri
penderita HIV dan AIDS.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat,
antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
pengetahuan ilmu pengetahuan Bimbingan dan Konseling, khususnya
menyangkut penerimaan diri seorang penderita HIV dan AIDS.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini dapat masukan tentang pentingnya pemenuhan
menderita HIV dan AIDS, agar dapat memberikan dukungan moril dan
material si penderita
b. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini masukan agar masyarakat tidak mengucilkan orang
yang hidup dengan HIV dan AIDS, sebaiknya dapat mendampingi
mereka untuk menerima dan menghadapi kenyataan hidupnya.
c. Bagi penulis
1. Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya keterampilan
penulisan dalam memberikan layanan konseling, dengan
memadukan unsur-unsur penemuan akan penerimaan diri pada
konseli yang dilayani.
2. Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis dimasa
mendatang dan mendampingi kaum muda, baik yang belum
terkena virus sebagai pencegahan maupun yang sudah terjangkit
virus tersebut supaya dapat menemukan arti dalam sebuah
kehidupan.
E. Batasan Istilah
1. Penerimaan diri merupakan sikap penderita HIV dan AIDS yang merasa
puas dengan dirinya sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakat sendiri,
serta pengakuan akan keterbatasan diri.
2. Penderita adalah seseorang yang terjangkit HIV dan AIDS
3. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang item
4. AIDS (Acquierd Immune Deficiency syndrome) adalah kumpulan gejala
atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekekbalan tubuh akibat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penerimaan Diri
1. Definisi Penerimaan Diri
Berdasarkan kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Bastaman
(2007), penerimaan diri diartikan sebagai sikap seseorang yang merasa
puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, dan bakat-bakatnya sendiri,
serta pengakuan akan keterbatasan diri. Ada dua hal penting dalam arti
penerimaan diri tersebut, pertama adanya persaan puas terhadap apa yang
telah dimiliki, kedua adanya pengakuan akan keterbatasan yang
dimilikinya.
Pengakuan dan rasa puas terhadap diri dapat mendatangkan rasa
berharga. Misalnya, individu mengakui akan ketidakmampuan berjalan
bila tidak menggunakan alat bantu dan individu dapat menerima keadaan
tersebut. sikap yang demikian membuat individu tidak akan mencela diri
sendiri ketika menemukan hambatan beraktivitas akibat cacat kakinya.
Individu yang dapat menghargai diri sendiri akan membantu proses
penerimaan dirinya.
Menurut Supratiknya (2004) menerima diri adalah memiliki
penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau tidak bersikap
merendahkan terhadap diri sendiri. Ini berarti seseorang yang mampu
menerima dirinya mampu melihat kebaikan sekaligus kekurangan yang
ada dirinya. Penghargaan yang tinggi bukan berarti memiliki sikap tinggi
hati, melainkan dapat menghargai diri sendiri beserta kekurangan dan
kelebihannya. Individu yang menghargai dirinya tidak akan mencela diri
atas kekurangan yang dimiliki.
Keadaan kurang terkadang membuat individu memimpikan
keadaan yang sebaliknya, yaitu kesempurnaan, namun senantiasa berada
pada mimpi akan membuat diri melayang dan lupa diri. Individu perlu
menampak pada kenyataan yang ada tentang dirinya, agar proses
penerimaan diri menjadi lebih mudah. Schultz Duane (1991)
mengungkapkan bahwa menerima diri dimaksudkan agar individu dapat
menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri individu tersebut
bukan khayalan dan impian. Usaha yang perlu dilakukan adalah
memelihara keadaan jasmaninya, wajah, kekuatan, kelembutan yang
dimilikinya sendiri, serta memanfatkannya secara efektif. Misalnya, saat
individu memiliki kaki bengkok maka yang lebih utama dilakukan adalah
merawat kaki tersebut dan menjaganya agar tidak terkena penyakit yang
dapat memeburuk keadaan kakinya, daripada mengkhayalkan dirinya
menjadi seorang model.
Ketidakmampuan menerima diri sendiri membuat individu sering
mengeluhkan hal-hal buruk tentang dirinya kepada orang lain. Keluhan
yang tidak berkesudahan dapat membuat orang lain terganggu, sehingga
membuat orang lain menjaga jarak dengan individu tersebut. Terganggu
karena merasa tidak memiliki teman, sebaiknya jika individu dapat
menerima diri sendiri maka itu dapat memberikan persaan yang nyaman
bagi individu yang bersangkutan dan lingkungannya. Artinya diri sendiri
menjadi senang orang lain pun ikut senang.
Hurlock (1990) juga berpendapat bahwa menerima diri sendiri
dapat menimbulkan perilaku yang membuat orang lain menyukai dan
menerima remaja. Ini kemudian mendorong perilaku remaja yang baik dan
mendorong persaan menerima diri sendiri. Sikap menerima diri dapat
menentukan kebahagian seseorang.
Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa
penerimaan diri adalah kemauan individu untuk dapat mengakui dan
menerima diri apa adanya diawali proses mengetahui kelebihan,
kekurangan, dan atribut pribadi lainnya, sehingga individu mampu
membadingkan antara dirinya yang ideal dengan yang riil. Selanjutnya
individu mampu menyesuaikan diri dengan keadaaanya dengan cara
memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif dan memiliki tanggung
jawab untuk melakukan perubahan kearah positif tidak mengritik dan tidak
bersikap merendah diri, menerima pujian secara wajar dan mampu
memberikan pujian, sehingga timbul rasa menghargai diri sendiri, mampu
bersikap baik dan berani mengungkapkan diri kepada lingkungan. Dampak
yang ditimbulkan adalah persaan membuat diri sendiri dan orang lain
mersa senang.
2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri
Sobur (2009) mengemukakan beberapa Aspek-aspek yang
terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan Diri
Menurut Bastaman (2007) proses penerimaan diri dapat ditempuh
melalui pengetahuan terhadap diri sendiri terutama keterbatasan diri
sehingga individu tidak berbuat berpura-pura sanggup melakukan sesuatu.
Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri, baik secara
internal maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan
dengan cara menilai diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan,
sifat-sifat, dan lain-lain. Seacara eksternal pengenalan diri dilakukan dengan
cara menilai diri menurut pandangan orang lain.
b. Peneriman Diri Pantulan (reflected self-acceptance)
Penerimaan diri pantulan yaitu membuat kesimpulan tentang diri
kita berdasarkan penangkapan kita tentang bagaimana orang lain
memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta
pendapat orang lain tentang diri sendiri (Supratiknya, 2004).
c. Penerimaan Diri Dasar (basic self-acceptance)
Penerimaan diri dasar yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara
intrinsic dan tanpa syarat. Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada
urusan personal individu. Individu mampu menghargai dan menerima diri
apa adanya serta tidak menempatkan standar atau syarat yang tinggi di luar
d. Pembandingan antara yang Real dan Ideal (real-ideal comparison)
Pembandingan antara yang real dan ideal yaitu penilaian tentang
diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang
di inginkan (Supratiknya, 2004). Kesenjangan antara diri ideal dan real
hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah
frustasi.
e. Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat
ditempuh dengan upaya mengasah keberanian untuk mengungkapkan diri
(pikiran, perasaan atau lainnya) kepada orang lain (Supratiknya, 2004).
Pengungkapan diri dapat member informasi kepada individu tentang siapa
dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback
yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya.
Pengungkapan pikiran atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif
sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian
yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Menurut (Sobur, 2009)
elemen penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol
emosi. Upaya mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif,
sebab didalam asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan
diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak
f. Penyesuaian Diri
Menurut Bastaman (2007) di dalam penerimaan diri terdapat
penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu menyesuaikan diri
menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya,
ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus
menyesuaikan diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima
menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu
menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi
negative bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa,
frustrasi, mengacuhkan dirinya,dll. Reaksi tersebut menunjukkan
bahwa individu berupaya melakukan penolakan terhadap cacat
tubuhnya. Jika keadaan ini di biarkan maka individu tidak akan
mampu menerima dirinya.
g. Memanfaatkan potensi secara efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara
efektif dapat membantu terciptanya penerimaan diri. Supratiknya
(2004) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti mampu menerima
diri apa adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif.
Pendapat Hurlock (1990) mengandung dua hal, yaitu: pertama, proses
penerimaan diri terdapat kemampuan untuk mengenali potensi diri.
Kedua, ada upaya yang positif untuk memanfaatkan apa yang
dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan
3. Ciri-Ciri Penerimaan Diri
Hurlock (1990) mengemukakan beberapa cirri penerimaan diri
untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dengan
orang yang menolak keadaan diri. Berikut ini adalah cirri dari orang
yang menerima keadaan dirinya:
a. Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis
terhadap keadaannya dan menghargai dirinya sendiri.
b. Yakin akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa
terpaku pada pendapat oranglain.
c. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat
pada dirinya sendiri secara irasional.
d. Menyadari asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk
menarik atau melakukan semua keinginannya.
e. Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peneriman Diri
Hurlock (1990) mengemukakan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam peneriman diri adalah:
a. Adanya Pemahaman tentang Diri Sendiri
Hali ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk
mengenali kemampuan dan ketidakkemampunya. Individu yang
dapat memahami dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari
untuk penemuan diri sendiri, maksudknya semakin orang dapat
memahami dirinya, maka semakin ia dapat menerima dirinya.
b. Adanya Hal yang Realistik
Hali ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya
dengan disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuanya,
dan bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya
dengan memiliki harapan yang realistik, maka akan semakin besar
kesempatan tercapainya harapan itu, dan hal ini akam
menimbulkan kepuasan diri yang merupakan hal penting dalam
peneriman diri.
c. Tidak Adanya Hambatan di Dalam Lingkungan
Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik,
tetapi jika lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan
atau bahkan menghalangi, maka harapan individu tersebut akan
sulit tercapai.
d. Sikap-sikap Anggota Masyarakat yang Menyenangkan
Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan
terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu
mengikuti kebiasaan lingkungan.
e. Tidak Adanya Gangguan Emosional yang Berat
Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik
f. Pengaruh Keberhasilan yang Dialami, Baik Secara Kualitatif
Maupun Kuantitatif
Keberhasilan yang dialami individu akan dapat
menimbulkan peneriman diri dan sebaliknya jika kegagalan yang
dialami individu akan dapat mengakibatkan adanya penolakan
diri.
g. Identifikasi Dengan Orang yang Memiliki Penyesuian Diri yang
Baik
Individu yang mengenidentifikasi dengan individu yang
memiliki penyesuian diri yang baik akan dapat membangun
sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku
dengan baik yang menimbulkan penilaian diri yang baik dan
peneriman diri yang baik
h. Adanya Perspektif Diri yang Luas
Yaitu memperhatikan pandangan orang lain tentang diri
perspektif yang luas ini diperoleh melalui pengalaman dan
belajar. Dalam hal ini usia dan tingkat pendidikan memegang
peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan perpektif
dirinya.
i. Pola Asuh Dimana Kecil yang Baik
Seorang anak yang diasuh secara demokratis akan
cenderung berkembang sebagai individu yang dapat menghargai
j. Konsep Diri yang Stabil
Individu yang tidak memiliki konsep diri yang stabil, akan
sulit menunjukkan pada orang lain, siapa ia yang sebenarnya,
sebab ia sendiri ambivelen terhadap dirinya.
Ada faktor lain yang dapat mengambat peneriman diri yaitu
konsep diri yang negatif, kurang terbuka dan kurang menyadari
perasan-perasan yang sesungguhya, kurang adanya kenyakinan
terhadap diri sendiri, merasa rendah diri
Sedangkan menurut Sobur (2009) faktor-faktor yang
menghambat peneriman diri, antara lain:
a. Sikap anggota masyarakat yang tidak menyenagkan atau
kurang terbuka
b. Adanya hambatan dalam lingkungan
c. Memiliki hambatan emosional yang berat
d. Selalu berfikir negatif tentang masa depan
Pendapat lain dikemukakan oleh Bastaman (2007)
mengenai beberapa komponen yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan
hidup tak bermakna. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. Pemahaman Diri ( Self Insight)
Yakni meningkatkan kesadaran atas buruknya kondisi
diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan
b. Makna Hidup ( The Meaning Of Life)
Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan
pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang
harus dipenuhi dan pengarah kegitan-kegitannya.
c. Pengubahan Sikap (Changing Attitude)
Merubah diri yang bersikap negatif menjadi positif dan
lebih tepat dalam menghadapi masalah.
d. Keikatan Diri (Self Commitment)
Merupakan komitmen individu terhadap makna hidup
yang ditetapkan. Komitmen yang kuat akan membawa diri
pada hidup yang lebih bermakna dan mendalam.
e. Kegiatan Terarah (Directed Activities)
Suatu upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan
sengaja, berupa pengembangan potensi pribadi yang positif
serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk mencapai tujuan
hidup.
f. Dukungan Sosial (Social Support)
Yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang
akrab, dapat dipercaya, dan selalu memberi bantuan pada
B. HIV dan AIDS
1. Sejarah HIV dan AIDS
Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981.
Meskipun demikian dari beberapa literature sebelumnya ditemukan kasus
yang cocok dengan definisi surveilans AIDS, dimana para peneliti
Amerika mendiagnosa duabelas kasus infeksi opurtunitik pada kaum
homoseksual, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006). Dalam kasus-kasus
ini mereka mengobservasi jika bakteri, virus, fungi dan protoa yang
biasanya tidak merugikan manusia tetapi disini dapat menimbulkan infeksi
berat seperti radang paru, radang selaput otak, radang lambung yang cukup
fatal. Setelah diteliti, infeksi itu sebagai suatu manifestasi dari suatu
divensi pada item kekebalan tubuh yakni kerapuhan definisi tubuh. Maka
disebutlah fenomena itu AIDS.
Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh
departemen kesehatan RI tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara
belanda di Bali. Kasus yang kedua ditemukan pada bulan maret 1987 di
rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada pasien hemophilia dan termasuk
jenis nonprogreor artinya kondisi kesehatan dan kekebalan cukup baik
selama 17 tahun tanpa pengobatan serta masih berobat jalan sampai tahun
2002, Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)
2. Pengertian HIV dan AIDS
AIDS sinngkatan dari (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome)
infeksi oleh Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk
family retroviridae, AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV,
Samsuridjal. D dan Djurban. Z (2006)
AIDS (Acquierd Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh.
Berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri disebabkan virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Pada dasarnya, HIV adalah jenis parasit obligat
yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. virus ini
berkembang biak pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih
seperti darah, cairan plasenta, air mania tau cairan sperma, cairan sumsum
tulang, cairan vagina, air susu ibu.
3. Penularan HIV dan AIDS
AIDS adalah penyakit yang berkaitan dengan pola hidup, siapa saja
bisa mengidap AIDS tetapi ada beberapa orang yang beresiko besar
terjangkit virus HIV. Kelompok-kelompok tersebut antara lain:
a. Homoseksual dan Biseksual
Kaum homoseksual dalam hal ini adalah pasangan sejenis
laki-laki dengan laki-laki-laki-laki, melakukan aktifitas seksualnya secara anal. Oleh
karena itu resiko mengalami luka sangat besar. Jika ada bagian yang
luka dan salah satu pasangan ada yang terinfeksi virus HIV maka virus
b. Pemakai obat terlarang melalui suntikan
Jika jarum suntik tersebut habis digunakan oleh seorang yang
terinfeksi HIV, kemudian jarum suntuk tersebut digunakan oleh orang
lain lagi, maka orang lain tersebut sangat beresiko tertular HIV.
c. Pengidap hemophilia atau gangguan koagulasi lainnya
Hemophilia yaitu penyakit yang berhubungan dengan darah.
Sehingga penderitanya harus sering mendapat tranfusi darah. Jika
darah yang ditranfusi tersebut sudah terdapat virus HIV maka akan
sangat mudah penularannya kependerita hemophilia tersebut.
d. Kontak heteroseksual dengan penderita AIDS atau dalam resiko AIDS
Jika homoseksual aktivitas seksualnya dengan sejenis maka
heteroseksual aktivitas seksualnya laki-laki dengan perempuan. Bila
salah satu pasangan sudah ada yang tertular, maka virus akan mudah
masuk ke tubuh pasangan yang lainnya melalui cairan yang terdapat
pada alat kelaminnya.
e. Orang yang pernah ditranfusi darah dan darah tersebut positif HIV
Hal ini sudah jelas sekali karena virus HIV ini penularannya
paling cepat melaui darah ke darah.
f. Bayi yang lahir dari ibu yang telah terinfeksi HIV
Penularan melalui ASI yang diberikan oleh ibu kepada bayinya
karena ASI itu sebenarnya adalah darah. Oleh karena itu ibu yang
4. Tahapan Dari Infeksi Virus HIV Sampai AIDS
Menurut UN AIDS (lembaga dibawah PBB yang mengurusi
masalah HIV-AIDS) dalam sebuah situsnya menyebutkan ada beberapa
tahapan ketika mulai terinfeksi HIV sampai timbul gejala AIDS:
a. Tahap 1: Periode jendela
HIV masuk kedalam tubuh sampai terbentuknya antibody
terhadap HIV dalam darah tidak ada tanda-tanda khusus, penderita
HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV belum bisa mendeteksi
keberadaan virus ini. Tahap ini umumnya berkisar 2 minggu-6 bulan.
b. Tahap 2: HIV positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
HIV berkembang biak dalam tubuh, tidak ada tanda-tanda
khusus penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat, tes HIV sudah
dapat mendeteksi status HIV seseorang karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10
tahun tergantung daya tahan tubuhnya.
c. Tahap 3: HIV positif (muncul gejala)
Item kekebalan tubuh semakin turun, munculnya gejala infeksi
opurtuni seperti pembengkakan kelenjar limfa, diare, flu,dll. Umumnya
berlangsung selama lebih dari 1 bulan tergantung daya tahan tubuhnya.
d. Tahap 4: AIDS
Kondisi item kekebalan tubuh lemah, berbagai penyakit lain
5. Upaya Pencegahan HIV dan AIDS
Kontak biasa dengan penderita AIDS tidak mudah membuat orang
terkena penyakit itu. Sampai saat ini belum ada kasus yang dilaporkan
berkaitan dengan hal ini. Petugas kesehatan dan laboratium harus meneliti
prosedur standar keamanan bila mengenai darah dan sampel dari pasien
yang mengidap penyakit menular termasuk AIDS, harus hati-hati jangan
sampai terluka oleh jarum suntik.
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan
dibeberapa Negara dan amat dianjurkan oleh badan kesehatan WHO
sebagai upaya pencegahan HIV dan AIDS antara lain :
a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa
b. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai
kelompok sasaran
c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik dalam
memberikan penyuluhan
d. Paket pencegahan komperhensif untuk pengguna narkoba, termasuk
pengadaan jarum suntik steril
e. Program pendidikan agama
f. Pelatihan keterampilan hidup
g. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
Program pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa
universitas dan remaja yang ada di luar supaya tepat sasarannya, D.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang desain/jenis penelitian, subjek
penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, dan validitas penelitian.
A. Desain/ Jenis Penelitian
Penelitian studi fenomenologi merupakan jenis penelitian kualitatif.
Studi kasus adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam
untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang studi kasus dan
pendidikan yang diteliti, dan menggunakan satu subyek. Penelitian
fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran
pengalaman manusia. Konsep utama dalam studi kasus adalah makna. Makna
merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu
karena studi kasus merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki
pengalaman manusia.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi fenomenologi
terkait dengan judul adalah, penghayatan sendiri berarti kesadaran diri dalam
menghadapi suatu peristiwa yang kemudian menjadi sebuah pengalaman.
Kesadaran diri merefleksikan pada sesuatu yang dilihat, dipikirkan, diingat
dan diharapkan, inilah yang disebut dengan menjadi studi kasus.Penelitian ini
dibuat untuk mendapatkan deskripsi mengenai penghayatan kehidupan
penderita HIV dan AIDS yang notabene menjalani kehidupan selibat.
Penelitian ini juga akan mempelajari bagaimana penderita HIV dan AIDS
merasakan dan mengalami kehidupan seksualitas dan bagaimana cara
mengelolanya.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang dipilih pada penelitian ini ialah seorang penderita HIV
dan AIDS, yang bernama Diah, umur 29 tahun. Tempat tinggal Diah di
Kalasan bersama ibunya dan anaknya. Diah bekerja di LSM sebagai
motivator, agama Diah Islam.
C. Metode Pengumpulan Data
Ada empat macam metode pengumpulan data pada peneltian kualitatif,
yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi (Muhadjir, 2000).
Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara mendalam juga
observasi.
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi
yang dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang
dilakukan peneliti adalah menetapkan kepada siapa wawancara itu akan
dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak
lanjut wawancara yang telah di diperoleh Moleong (2009). Selain itu
peneliti menyiapkan alat rekam suara seperti tape recorder ataupun
handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek. Hasil
menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Dalam
penelitian ini peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur.
Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Panduan wawancara
NO ASPEK ITEM PERTANYAAN
1. Pengetahuan Diri Internal
a. Diah apa hoby anda?
b. Menurut anda apa
kekurangan yang anda miliki?
External
a. Bagaimana pendapat dari orang lain mengenai diri anda?
b. Apakah pendapat orang lain mempengaruhi perubahan diri anda
2. Peneriman Diri Pantulan a. Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai diri anda dan apa pendapat orang tersebut? 3. Peneriman Diri Dasar a. Apakah anda puas dengan
keberadaan diri anda? b. Kalau tidak kenapa?
4. Pembadingan Real dan ideal a. Menurut anda type orang seperti apa?
b. Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?
5. Pengungkapan Diri a. Upaya apa yang anda lakukan untuk merubah diri anda lebih baik?
b. Apa komunikasi upaya tersebut?
c. Apakah dalam berkomunikasi
tersebut anda mengungkapkan pikiran atau
perasan anda?
6. Penyusuain Diri a. Bagaimana respon anda
b. Apa yang anda pikirkan dan rasakan saat itu?
c. Apakah anda dapat menerima kondisi saat ini?
7. Memanfatkan potensi secara
efektif
a. Adakah kegiatan yang mendukung hoby?
b. Sering anda mengikuti kegiatan tersebut?
c. Apakah menurut anda kegiatan tersebut bermanfaat? d. Perubahan apa yang terjadi
dalam diri anda setelah mengikuti kegitan tersebut?
2. Observasi
Teknik pengumpulan data kedua yang dilakukan oleh peneliti
adalah observasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
peneliti untuk mengamati perilaku dan proses kerja subjek. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipatif moderat
dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari subjek. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh subjek
dalam beberapa kegiatan. Dengan observasi pastisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam setiap observasi ini
peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap perilaku dan
proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan juga sering
digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik wawancara
Table 2. Hasil Observasi
Perilaku Pikiran Perasaan
tulisan-Analisis data pada penelitian ini ialah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan
lapangan yang didapatkan melalui observasi secara langsung, sehingga mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Proses analisis
data sendiri dimulai dari pembuatan verbatim melalui rekaman wawancara,
reduksi data, coding, dan analisisnya. Verbatim adalah percakapan wawancara
dengan cara menuliskan setiap kata per kata jawaban dan pertanyaan yang
sudah diajukan kepada subjek. Sebelum menganalisis, peneliti melakukan
proses reduksi data. Selanjutnya peneliti menentukan coding untuk
sendiri hanya diketahui oleh peneliti. Selanjutnya peneliti membuat analisis
berdasarkan data yang sudah ada, dan menyajikannya dalam bentuk teks
deskriptif. Berikut ini merupakan prosedur kerja reduksi data dan coding
dalam membantu analisis penelitian ini:
1. Reduksi Data
Reduksi data peneliti mengidentifikasi adanya satuan yaitu bagian
terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah penelitian (Moleong, 2009). Setelah itu peneliti
mulai memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau
tema dan membuang data-data yang tidak perlu
2. Pengkodean/Coding
Pengkodean/coding yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengkodean terbuka/open coding (Muhadjir 2000). Pengkodean terbuka
merupakan bagian dari analisis yang terutama berkaitan dengan pemberian
nama dan melalui pemeriksaan data yang cermat. Dalam penelitian ini
hanya ada dua prosedur yang digunakan oleh peneliti yaitu:
a. Pelabelan Fenomenologi
Pelabelan study kasus, peneliti memisah-misahkan amatan,
kalimat, paragraf, dan menamai insiden, ide, atau peristiwa-peristiwa
dengan sesuatu yang mewakili study kasus. Kalau tidak, maka akan
menemukan kesulitan dan sangat kebingungan karena akan terlalu
banyak nama (Muhadjir 2000). Peneliti menggunakan kode yang
b. Variasi cara pengkodean terbuka
Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses
pengkodean terbuka yaitu, analisis dengan pengkodean baris per baris,
per kalimat atau paragraf, dan analisis dengan pengkodean yang
menggunakan seluruh dokumen, pengamatan, atau wawancara.
Penelitian ini sendiri menggunakan analisis dengan pengkodean
kalimat per kalimat atau paragraf. Peneliti menentukan gagasan utama
yang terkandung dalam kalimat atau paragraf dari wawancara dan
catatan lapangan dan memberikannya nama/kode. Selanjutnya
dilakukan analisis yang lebih rinci melalui pengkodean yang telah
dibuat oleh peneliti (Muhadjir 2000).
E. Validitas Penelitian
Dalam wawancara untuk mengumpulkan informasi, peneliti
menggunakan teknik triangulasi untuk melihat validitas penelitian. Moleong
(2009) menjelaskan bahwa ada dua jenis triangulasi yaitu, triangulasi teknik
dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peniliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Sedangkan triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Data diperoleh dari beberapa
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2009). Hal itu dapat
dicapai dengan jalan, Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang pelaksaaan penelitian, dan informasi-informasi yang
telah diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi dengan metode
seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Informasi diperoleh langsung dari
subjek dan dari pihak terkait. Penulis berusaha mendalami tentang keadaan
subjek.
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan Subjek dimulai pada hari kamis, tanggal 2
November 2015 dengan datang ke LSM. Peneliti mempersiapkan pedoman
wawancara, perekam suara berupa handphone dan surat persetujuan untuk
menjadi subjek. Penelitian terus berlanjut sampai pada awal bulan Desember.
Sebelum melakukan penelitian tentunya peneliti sudah melakukan
pendekatan dengan Subjek penelitian baik melalui media sosial, alat
komunikasi, maupun bertemu langsung. Berikut agenda pertemuan peneliti
dengan Subjek, dan Informan terkait:
Tabel 3. Agenda pertemuan peneliti dengan subjek, dan informan
SUBJEK
No. Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan 1. Senin, 2
November 2015
Wawancara Kegiatan Subjek di LSM
2. Kamis, 5
November 2015
Wawancara Pandangan Subjek mengenai peneriman diri
3. Selasa, 10 November 2015
Wawancara Aspek-aspek peneriman diri berdasarkan pedoman
wawancara yang telah dibuat oleh peneliti
4. Senin, 16 November 2015
Menggali Informasi Informasi mengenai data diri subjek
5. Rabu, 18
November 2015
Mengggali informasi
Melihat kegiatan subjek dari pagi sampai siang
6. Jumat, 20 November 2015
Wawancara a. Latar belakang kehidupan keluarga
b. Lingkungan Fisik, sosio ekonomi, dan sosio kultural
c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan
wawancara yang telah dibuat
B. Subjek
1. Penghimpunan Data Subjek
Nama : Diah
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 18 Febuari 1986
Usia : 29
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jawa Tengah
Alamat Sekarang : Yogyakarta
Penampilan Fisik : Tinggi, putih agak hitam, mata sipit
Penampilan Psikis : Tenang, murah senyum, tegas
2. Sejarah subjek
Berawal dari chating Diah berkelanan dengan N saling tukar
Diah berpacaran dengan N, seiring berjalanya waktu keduanya menikah dan
dikarunia anak. Hari terus berjalan dan rasa keluargaan yang kental,
keharmonisan selalu muncul dalam keluarga tersebut. Entah kenapa Diah
yang begitu sabar dan baik hati selalu salah dimata N. Waktu itu sempat
KDRT, namun tidak sampai kefisik hanya bicara kotor dan tidak sopan
terhadap wanita. Tingkah laku N yang seharusnya tidak perlu dilakukan
seperti narkoba dan minuman keras, tapi N tetap saja melakukan bersama
teman-temannya. Dengan sabar Diah selalu berdoa dan sholat, semoga N
segera sadar akan kelakuanya. Tidak terduga pada tanggal 8 Desember 2006
N meningal dunia karena narkoba, Diah dan keluarga besar sudah
mengikhlaskan perginya N. Setelah 3 hari meninggal dunia N, Diah pergi ke
rumah sakit untuk periksa dan hasilya positif terkena HIV dan AIDS.
Diah hanya merenung dan diam lesu dirumah sakit, 2006-2008
Diah belum bisa menerima akan penyakit yang Diah derita. Dari situ Diah
menyadiri apabila penyakit HIV dan AIDS yang terus dipirkan
lama-kelaman hanya bersedih dan jengkel. Hati yang sudah diketuk untuk
semangat dan menjalani hidup dengan baik Diah tergugah dari pikiran yang
negatif menjadi positif. 2 tahun yang begitu lama dan pengobatan yang terus
dilakukan, namun sampai sekarang penyakit HIV dan AIDS yang diderita
Diah belum bisa disembuhkan. Diah ikhlas menerima keadaan yang sampai
saat. Yang berlalu sudahlah berlalu, semua itu hanya cobaan dan menjadi
3. Analisis Data Subjek
a. Latar belakang kehidupan keluarga
Keluarga besar Diah beragama Islam, kedua orang tuanya tinggal
diyogyakarta. Diah anak yang terakhir dari 5 bersaudara. Diah tinggal
bersama mertua dan putrinya. Kedua orang tua Diah ibunya sudah
meninggal dan bapaknya menikah lagi.
b. Lingkungan fisik, sosio-ekonomi dan sosio kultural
Lingkungan daerah asal Diah termasuk golongan menengah dalam
hal ekonomi karena Diah tinggal di daerah perumahan. Kebanyakan
masyarakat di sana bekerja di kantoran setempat. Lingkungan sosialnya
baik tidak ada saling menjatuhkan dan saling membantu. Sosio-kultural
di daerah Diah kebanyakan asli suku Jawa. Tidak banyak pendatang yang
tinggal di daerah mereka.
c. Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan
Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan Diah sangat baik jika
berdasarkan rekam medisnya. Walaupun Diah terkena penyakit HIV dan
AIDS Diah tetap percaya diri dan penyakit tersebut tidak ada.
Pengalaman Diah tersebut tidak mempengaruhi kondisi
kesehatannya sampai saat ini, Diah tidak mengingat hal itu sebagai
pengalaman yang menyakitkan sehingga hal itu tidak mempengaruhi
d. Perkembangan sosial dan status sosial sekarang ini
Perkembangan sosial Diah cukup menarik. Diah merupakan tipe
pribadi yang cukup mudah membangun hubungan dengan orang lain.
Jiwa sosial yang tinggi Diah disegani oleh teman dan keluarga.
Tolong-menolong sebagai kewajiban bagi Diah dan pada saat diah perlu bantuan
pasti sekelilingnya juga membantu Diah.
e. Ciri-ciri kepribadian
Diah memiliki kepribadian yang baik. Diah dikenal sebagai pribadi
yang cukup tenang. Baik itu dalam mengerjakan tugas dan tanggung
jawabnya, maupun mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya maupun
lingkungannya. Diah adalah pribadi semangat, ulet dan ramah kepada
orang lain. Diah tipe orang yang suka menghabiskan waktu sendirian dan
menikmati emosi yang dalam dirinya.
C. Cara Seorang Penderita HIV dan AIDS Mampu Menerima Dirinya 1. Pengetahuan Diri
Semua kegitan harus dilakukan dan perlu dicoba, hal baru
merupakan tantangan bagi kita sebelum melakukan dan mencoba agar
hasilnya sempurna. Hoby merupakan kegiatan yang telah digeluti selama
hati dan perasan yang telah diketuk agar tangan dan pikiran berjalan selama
melakukan apa yang kita inginkan. Entah itu hobynya membaca buku,
kuliner dan memasak. Dari situ apabila kegitan itu membuat hati senang
pasti hoby tersebut akan memuaskan dan bangga akan dirinya. Hoby
apabila kita malas-malasan dan tidak melakukan hal baru, pasti hanya itu-itu
aja yang dilakukan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:
Hoby saya memasak, kuliner dan membaca buku mas. Tapi yang paling aku suka adalah memasak, biasa mas jadi ibu kalau gak bisa masak gak enak sama mertua. Dan yang enggak saya suka adalah mencuci pring, gelas dan perabotan masak.
Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa hoby yang digeluti
luar biasa. Dari situ Diah ingin menunjukan bahwa Diah mampu melakukan
apa yang diinginkan. Tetapi ada sisinya yaitu malas, dari situ kekurangan
dan kelebihan Diah. Saya menyimpulkan hoby merupakan kegitan yang
membuat kita senang, terkadang kalau melalakukan hoby tidak dari hati dan
hanya asal-asalan hasilnya kurang memuaskan.
Pendapat dari orang lain terkadang menyakitkan, apakah itu
masukan atau sidiran yang membuat kita jatuh. Banyak orang itu masukan
agar kedepanya menjadi lebih baik. Tujuan untuk saling terbuka dan
kepercayaan membuat kita tidak sungkan pada saat bercerita dengan teman
maupun keluarga. Dari situ kita dapat masukan pendapat dari seseorang
yang dipercaya, entah itu rahasia atau sharing tentang sifat dan tingkah laku
sehari-hari. Ini kutipan saya dengan Diah.
Bagaimana pendapat orang lain mengenai diri anda?
kata orang-orang saya itu pantang menyerah, semangat, percaya diri dan tolong menolong. Selama saya bisa ya saya lakukan dengan cara apapun. Sesuatu itu kalau dilakukan dengan hati pasti hasilnya baik
Pernyataan Diah diatas menunjukkan bahwa kepribadian Diah jiwa
disegani oleh teman maupun keluarga. Tindakan merupakan awal kita yang
akan dinilai oleh orang lain, apakah bisa dipercaya atau sebaliknya. Maka
dari itu banyak-banyaklah bersyukur dan tolong menolong.
2. Peneriman Diri Pantulan
Seseorang akan menyimpulkan tentang diri kita berdasarkan
penangkapan kita tentang bagaimana orang lain memadang diri kita. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta pendapat orang lain mengenai
tentang diri sendiri. Dengan cara tersebut kekurangan dan kelebihan kita
dapat dinilai oleh orang lain. Kutipan wawancara dengan Diah:
Apakah anda pernah menanyakan pendapat orang lain mengenai
diri anda?
Pernah mas, pendapatnya oramg-orang saya tenang, bertanggung jawab, pantang menyerah. Saya kalau menanyakan diri saya dengan ibu mertua terkadang sam teman saya mas, dari situ saya tau tentang diri saya.
Melihat dari wawancara Diah sering bercerita dengan ibu
mertuanya etah itu bercerita dirinya sendiri atau anaknya. Kedekatan
dengan keluarga merupakan tanda keharmonisan yang untuh dan sangat
tinggi nilainya. Orang lain yang dekat dengan kita sering juga memberikan
saran dan pendapat agar kedepanya menjadi baik.
3. Peneriman Diri Dasar
Keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsic dan tanpa syarat.
Peneriman diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu.
Individu mampu menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak
Kemampuan mampu mengukur diri kita, sampai mana kekuatan kita dan
kekurangan yang perlu diperbaiki. Kutipan wawancara dengan Diah:
Apakah anda puas dengan keberadaan diri anda ?
Puas, dengan keadaan seperti ini saya bangga akan diri saya, walupun saya punya penyakit tidak membuat saya lemah, malah menjadi semangat hidup.
Apabila kita mempunyai prinsip yang kuat dan yakin semua apa
yang kita miliki akan menjadi kemampuan kita untuk melakukan sesuatu
entah itu tugas berat atau ringan. Setiap individu pasti mempunyai
kekurangan dan kelebihan, dari situ bagaimana cara kita menghargai
tentang hidup. Semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Keluarga dan
sahabat hanya dorongan semangat unyuk menjalani kehidupan. Tidak ada
kata menyerah dan menyesal sebelum kita melakukan atau mencoba.
4. Pembandingan Antara Yang Real dan Ideal (real-ideal comparison) Penilaian tentang diri yang sebenarnya di bandingkan dengan diri yang di impikan atau yang di inginkan. Kesengjangan antara diri ideal dan
real hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas diri dan mudah
frustasi. Kepribadian seseorang terkadang dibadingkan oleh orang lain,
bagaimana penampilan saya, selama ini perbuatan apa yang telah aku
lakukakan terhadap orang lain, bermanfaat atau tidak bagi orang lain.
Hal-hal seperti itu perlu dipertanyakan pada diri kita. Kutipan wawancara
dengan Diah
Anda ingin menjadi orang yang seperti apa?
Keinginan seseorang menjadi lebih baik dan kemarin tindakan
yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Sesuatu apabila dilakukan dengan
ikhlas pasti hasilya berkah, dari situ kita bisa menilai kemampuan kita.
Kekurangan tidak mengurangi harga diri kita, maka dari itu berbuatlah
baik pada orang lain agar kita dihargai dan disegani.
5. Pengungkapan Diri
Peneriman diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian
untuk mengungkapkan diri (pikiran dan perasaan) kepada orang lain.
Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang siapa
dirinya sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapatkan feedback
yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya.
Pengungkapan pikiran atau persaan hendaknya dilakukan secara asertif
sebab tindakan tersebut lebih mendukung pada perkembangan kepribadian
yang sehat dari pada cara agresif maupun pasif. Kutipan wawancara dengan
Diah:
Upaya saya untuk merubah diri ialah tanyakan pada diri saya dan mengetuk hati saya, apakah saya baik kepada orang lain, anak, dan keluarga Semua itu selalu saya tanyakan pada diri saya, entah saya merenung dan sholat. Komunikasi sering saya dengan keluarga terutama anak dan ibu. Saya selalu sharingkan kepada ibu dan anak, dengan itu kejujuran dan keterbukaan selalu saya utamakan demi keluarga yang harmonis.
Ungkapan yang begitu luar biasa dari Diah, dengan kemampuan
pikiran dan perasaan semua jadikan satu demi kelurga dan orang lain.
Dengan situasi apapun apabila di bawa dengan pikiran dan perasaan yang
ialah mendekatkan pada tuhan agar kemampuan, pikiran, dan persaan
selalu hadir pada saat kita terjatuh dan saat kita lemah.
6. Penyesuian Diri
Dalam penyesuian diri individu tidak mampu menyesuikan diri
menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika
individu memiliki cacat pada tubuhnya maka individu harus menyesuikan
diri dengan cacat tersebut agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari
dirinya. Sebaliknya, bila tidak mampu menyesuiakan diri maka individu
cenderung mengembangkan reaksi negative bagi dirinya seperti terus
menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan dirinya, dll. Reaksi
tersebut menunjukan bahwa individu berupaya melakukan penolakan
terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka individu tidak
akan mampu menerima dirinya. Kutipan wawancara dengan Diah:
Respon saya saat terkena HIV-AIDS saya diam, merenung dan saat itu saya kan dirumah sakit hanya tidur kalau tidak sholat biar tenang. Yang saya rasakan dan dalam pikiran saya jengkel, marah dan kenapa harus saya terkena penyakit ini kok tidak yorang lain. Lama kelaman saya menyadari apabila saya seperti ini terus saya hanya mengeluh dan putus asa. Lebih baik saya jalani dengan keadaan seperti ini. Dan saya bisa menerima semua ini dengan tegar.
Peneriman diri dan penyesuian diri yang kuat bagi Diah yang
awalnya tidak menerima akan keadaanya dan butuh waktu yang lama bisa
menerima akan penyakit yang Diah alami. Pikiran dan perasan yang
membuat Diah untuk berfirkir keras, dengan doa Diah bisa menerima
keadaanya. Arti dalam perjuangan menghasilkan benih-benih pengharapan
7. Memanfatkan Potensi Secara Efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif
dapat mebantu terciptanya peneriman diri. Proses peneriman diri terdapat
kemampuan untuk mengenali potensi diri. Upaya yang positif untuk
memanfaatkan apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk
mencapai masa depan yang baik. Kutipan wawancara dengan Diah:
Yang mendukung kegiatan saya berkebun, siram tanaman biasa mas jadi seorang ibu hehe..setiap hari pasti melakukan biar enggak bosan. Kegitan tersebut sangat bermanfaat mas. Saya tidak sibuk dirumah juga, pasti saya selalu kekantor Victory dengan kegitan Victory saya bisa berbagi dengan orang lain dan teman-teman. Bahkan kalau ada acara seminar pasti saya datang dan mengikuti acara tersebut bahkan bisa menjadi motivator. Kegitan ini sangat bermanfaat banget mas bagi saya. Itulah kegitan dan kesibukan saya selama ini mas.
Kegiatan dan hoby yang digeluti Diah sangat bermanfaat,
kesibukan di rumah dan di Victory Diah bisa mengatur waktu. Dengan
adanya kegitan Diah menjadi peran utama bagi keluarganya, keluarganya
tak henti-hentinya selalu mendukung dan memberi semangat untuk
menjalani hidupnya. Waktu yang sangat penting dan berharga bisa
digunakan Diah manfaatkan. Semoga kegitan yang Diah tekuni selalu
diberikan kemudahan dan diberi kesehatan bagi Diah dan keluarganya.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Penderita HIV dan AIDS
1. Adanya Pemahaman Tentang Diri Sendiri
Hal ini timbul adanya kesempatan seseorang untuk mengenali
dirinya sendiri tidak akan hanya tergantung dari kemampuan
intelektualnya saja, tetapi juga pada kesempatannya untuk penemuan diri
sendiri, maksudknya semakin orang dapat memahami dirinya, maka
semakin ia dapat menerima dirinya. Inilah kutipan saya wawancara dengan
Diah;
Kemampuan saya mudah begaul, ramah, rendah hati, peduli
sama orang lain dan baik. Inilah diri saya yang sebenarnya
Dari hasil ungkapan Diah saya menyimpulkan, bahwa Diah orang
yang mudah bergaul dan sosialisasinya baik. Diah tidak memandang itu
siapa cowok atau cewek, yang terpenting Diah nyaman bergaul dengan
siapapun. Kepedulian yang selalu ditonjolkan pada Diah itu bermanfaat
bagi dirinya, selama Diah bisa pasti pasti di bantu.
2. Adanya Hal Yang Realistik
Hal ini timbul jika individu menentukan sendiri harapanya dengan
disesuaikan dengan pemahaman dengan kemampuannya, dan bukan
diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuanya dengan memiliki
harapan yang realistik, maka akan semakin besar kesempatan tercapainya
harapan itu, dan hal ini akan menimbulkan kepuasan diri yang merupakan
hal penting dalam penerimaan diri. Inilah hasil wawancara bersama Diah:
Harapan kedepanya saya mau menikah, dan sampai sekarang belum puas dan pastinya selalu usaha. Dan serahkan pada Tuhan agar kedepanya tercapai, tak lupa selalu berdoa
Dari hasilnya saya menyimpulkan bahwa Diah ingin segera
menikah, dan saat bercerita sama saya Diah sudah mendapatkan calonya.
semakin akrab. Semoga kedepanya Diah tercapai dengan harapanya dan
tak lupa selalu berdoa.
3. Tidak Adanya Hambatan Di Dalam Lingkungan
Walapun seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, jika
lingkungan disekitarnya memberikan kesempatan. Maka harapan individu
tersebut akan tercapai. Inilah hasil kutipan wawancara dengan Diah:
Dalam lingkungan saya baik dengan tetangga maupun masyarakat lainya. Dalam medis HIV dan AIDS ( B20 ) saya tidak bercerita dengan lingkungan rumah saya, dan masyarakat kampung saya tidak mengetahui kalau saya penderita HIV dan AIDS. Hanya teman yang mengetahuinya itu saja yang akrab dan kenal.
Kepribadian Diah yang tidak asal bicara dengan orang, hanya
teman dekat yang Diah mau cerita. Perlu teman yang benar-benar bisa
dipercaya, tanpa itu rahasia benar-benar harus di jaga karena itu semua
setengah dari hidup. Dalam masyarakat Diah baik, dan tidak ada hambatan
yang Diah alami dalam bermasyarakat.
4. Sikap-sikap Anggota Masyarakat Yang Menyenangkan
Tidak menimbulkan prasangka, karena adanya penghargaan
terhadap kemampuan sosial orang lain dan kesedian individu mengikuti
kebiasaan lingkungan. Kutipan wawancara dengan Diah:
Ikut serta dalam kelompok Ibu PKK dan apabila lahiran, nikah dan kematian ikut nyumbang.
Singkat dalam menjawab dan menghasilkan apa yang saya
maksudk. Ikut kesertaan wajib sebagai Ibu, kelompok Ibu PKK
kampung ada pernikahan, layatan, lahiran Diah ikut menyumbang dan
layaknya umum di masyarakat.
5. Tidak Adanya Gangguan Emosional Yang Berat
Akan terciptanya individu yang dapat bekerja sebaik mungkin dan
merasa bahagia. Inilah hasil wawancara bersama Diah:
Sangat bahagia dan bermanfaat bagi orang lain, dan semua itu saya merasa kepuasan sendiri. Dari kata Bob Sadino kerja kalau kita kerja mengerjakan hoby kita.
Arti dalam sebuah hidup pasti kita punya tokoh entah itu siapa saja,
asalkan tokoh tersebut selalu memberikan inspirasi buat kedepanya.
Contoh seperti Diah, sampai saat ini Diah bangga dan bahagia akan
pekerjaan yang digelutinya. Bahkan insipirasi-insipirasi Diah bermanfaat
bagi orang lain, itu semua merupakan kebanggaan tersendiri bagi Diah.
Semoga kedepnya inspiranya selalu menyinari bagi orang disekitarnya
6. Pengaruh Keberhasilan Yang Dialami, Baik Secara Kualitatif maupun
Kuanti
Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan
penerimaan diri dan sebaliknya jika kegagalan yang dialami individu akan
dapat mengakibatkan adanya penolakkan diri. Inilah hasil wawancara saya
bersama Diah: