• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA MASA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROVER, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA MASA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROVER, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI FINANCIAL DISTRESS PADA MASA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI

COVID-19 DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROVER, SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI

(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Transportasi dan Logistik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

SINTIA MARSELINA NIM. C1C018101

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 Menggunakan Metode Grover, Springate dan Zmijewski (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Transportasi dan Logistik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun segi pengungkapannya. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini agar dapat memberikan manfaat terutama bagi peneliti dan pembaca.

Penelitian ini mungkin tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc., Ph. D., selaku Rektor Universitas Jambi.

2. Bapak Dr. Junaidi, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, beserta Wakil Dekan Bidang Akademik, Kerja Sama, dan Sistem Informasi, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

3. Ibu Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., Ak., CA., CIQaR., CIQnR., CIT., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi dan bapak Dr. Rico Wijaya Z, S.E., M.M., M.Si., Ak.

CIQnR., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

4. Ibu Dr. Hj. Fitrini Mansur, S.E., M.Si., CAAT., CIQnR., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.

5. Ibu Dr. Ratih Kusumastuti, S.E., M.M. M.Si., Ak., CA., CIQnR., selaku Dosen pembimbing skripsi 1 (satu) saya yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi.

(6)

v

6. Ibu Dr. Wiwik Tiswiyanti, S.E., M.M., Ak., CA., selaku Dosen pembimbing skripsi 2 (dua) saya yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi.

7. Bapak Gandy Wahyu Maulana Zulma, S.Pd., M.S., Ak selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA), terima kasih atas arahan dan bimbingan akademik selama peneliti menempuh pendidikan perkuliahan di Universitas Jambi ini.

8. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi khususnya Jurusan Akuntansi yang berjasa mendidik peneliti. Terima kasih atas ilmu yang diberikan selama ini kepada kami.

9. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayahku Hamin Meiqisal Matoke dan Ibuku Sutiyah yang selalu memberikan semangat, mendoakan dan memberikan dukungan moril, materil, kesabaran dan kasih saying yang tak terhingga.

10. Sahabat-sahabatku yaitu Fadia, Salsa, Michelle, Inge, dan Elin yang sudah menemaniku berjuang bersama-sama menempuh pendidikan ini. Terima kasih karena selalu ada disaat senang dan sedih serta dukungan dan semangat hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman kelas R-009 Akuntansi 2018 yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan semangat yang tak terhingga.

Kepada semua pihak yang disebut maupun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan kepada kalian dan membalas semua budi baik dari kalian dan peneliti berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Desember 2022

Sintia Marselina

(7)

vi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan menganalisis perbedaan potensi financial distress pada masa sebelum dan selama pandemi COVID-19 pada perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan metode grover, springate dan zmijewski. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 28 perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2021 sehingga diperoleh jumlah sampel keseluruhan yaitu 44 data. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.

Teknik analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan alat analisis yang digunakan yaitu uji beda Wilcoxon Rank Test dengan SPSS 26. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan potensi financial distress sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode grover dan zmijewski. Sedangkan berdasarkan metode springate, menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan potensi financial distress sebelum dan selama pandemi COVID-19.

Kata Kunci: COVID-19, Financial Distress, Grover, Springate, dan Zmijewski.

(8)

vii ABSTRACT

This study aims to identify and analyze differences in the potential for financial distress before and during the COVID-19 pandemic in transportation and logistics sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange using the grover, springate and zmijewski methods. The population in this study is 28 transportation and logistics sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2018-2021 period. The samples used in this study were 11 transportation and logistics sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for 2018-2021 so that a total sample of 44 data was obtained. The selection of the sample in this study was carried out using a purposive sampling method. Data analysis techniques and hypothesis testing in this study used comparative descriptive analysis with the analytical tool used, namely the Wilcoxon Rank Test with SPSS 26. The results of the study showed that there was no difference in the potential for financial distress before and during the COVID- 19 pandemic based on the grover and zmijewski. Meanwhile, based on the springate method, the results show that there are differences in the potential for financial distress before and during the COVID-19 pandemic.

Keywords: COVID-19, Financial Distress, Grover, Springate, and Zmijewski.

(9)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1 Teori Sinyal ... 12

2.1.2 Laporan Keuangan ... 13

2.1.3 Financial Distress ... 16

2.1.4 Kebangkrutan ... 19

2.1.5 Model Prediksi Kebangkrutan ... 21

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Pemikiran ... 26

2.4 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Pendekatan Penelitian ...31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...31

(10)

ix

3.3 Jenis dan Sumber Data ...32

3.4 Metode Pengumpulan Data ...32

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ...33

3.6 Definisi Operasional Variabel ...36

3.7 Teknik Analisis Data ...38

3.7.1 Uji Statistik Deskriptif... 41

3.7.2 Uji Asumsi Klasik (Normalitas) ...41

3.7.3 Uji Hipotesis...42

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...45

4.2 Hasil Analisis Data ...49

4.3 Uji Normalitas Shapiro Wilk ...55

4.4 Uji Hipotesis Wilcoxon Rank-test ...57

4.5 Pembahasan ...59

4.5.1 Perbedaan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 berdasarkan Metode Grover... 59

4.5.2 Perbedaan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 berdasarkan Metode Springate ...62

4.5.3 Perbedaan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 berdasarkan Metode Zmijewski ...65

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ...68

5.2 Saran ...68

5.3 Keterbatasan Penelitian ...69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 76

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih ... 4

Tabel 1.2 : Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih ... 6

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel 3.1 : Populasi Penelitian ... 33

Tabel 3.2 : Proses Pengambilan Sampel... 35

Tabel 3.3 : Sampel Penelitian ... 35

Tabel 3.4 : Definisi Operasional Variabel ... 37

Tabel 4.1 : Statistik Deskriptif Model Grover ... 45

Tabel 4.2 : Statistik Deskriptif Model Springate ... 46

Tabel 4.3 : Statistik Deskriptif Model Zmijewski ... 48

Tabel 4.4 : WC/TA & EBIT/TA tahun 2018-2021 ... 49

Tabel 4.5 : NI/TA & EBT/CL tahun 2018-2021 ... 50

Tabel 4.6 : Sales/TA & TD/TA tahun 2018-2021 ... 52

Tabel 4.7 : CA/CL & GROVER tahun 2018-2022 ... 53

Tabel 4.8 : SPRINGATE & ZMIJEWSKI tahun 2018-2021 ... 54

Tabel 4.9 : Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 56

Tabel 4.10 : Uji Hipotesis Wilcoxon Rank Test ... 57

Tabel 4.11 : Output Ranks Uji Wilcoxon ... 59

Tabel 4.12 : Pendapatan dan Laba Bersih Perusahaan CMPP & GIAA ... 61

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha ... 3 Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual ... 29

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Perhitungan Model Grover ... 76

Lampiran 2 : Tabel Perhitungan Model Springate ... 78

Lampiran 3 : Tabel Perhitungan Model Zmijewski ... 80

Lampiran 4 : Tabel Populasi ... 82

Lampiran 5 : Tabel Kriteria Penarikan Sampel... 84

Lampiran 6 : Tabel Sampel ... 85

Lampiran 7 : Hasil Analisis Statistik Deskriptif Model Grover ... 86

Lampiran 8 : Hasil Analisis Statistik Deskriptif Model Springate ... 87

Lampiran 9 : Hasil Analisis Statistik Deskriptif Model Zmijewski ... 88

Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Model Grover ... 89

Lampiran 11 : Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Model Springate ... 90

Lampiran 12 : Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk Model Zmijewski ... 91

Lampiran 13 : Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Rank Test Model Grover ... 92

Lampiran 14 : Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Rank Test Model Springate ... 93

Lampiran 15 : Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Rank Test Model Zmijewski ... 94

Lampiran 16 : Pendapatan dan Laba Bersih Perusahaan CMPP & GIAA .. 95

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Financial Distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami penurunan keuangan yang terjadi secara terus menerus sehingga dapat berujung pada kebangkrutan. Financial distress secara umum adalah kondisi di mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut (Yati & Afni Patunrui, 2017). Financial distress juga dapat dikatakan sebagai penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Perusahaan harus mewaspadai dan mengantisipasi kondisi seperti ini karena dapat menghambat kegiatan operasional perusahaan (Octavera & Syafel, 2022).

Sudaryanti & Dinar (2019) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kondisi kesulitan keuangan antara lain ditandai oleh terjadinya laba negatif yang dialami perusahaan secara berturut-turut. Akibatnya, perusahaan tidak memiliki sumber dana yang memadai untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhinya (perusahaan mengalami kebangkrutan). Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, maka akan terganggu kegiatan operasinya yang akan berdampak pada kelangsungan usaha dimasa yang akan datang atau akan mengalami kebangkrutan. Assaji & Machmuddah (2019) mengemukakan bahwa situasi dimana perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dapat dinilai dan dilihat melalui laporan keuangan yang tercatat pada indeks-indeks tertentu.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Sulistyowati, 2015). Bagi para pemegang saham, laporan keuangan diperlukan untuk menilai kinerja manajemen perusahaan sehingga pemilik dan para pemegang saham dapat menaksir keuntungan yang akan diterima dimasa yang akan datang serta memperkirakan nilai harga saham yang dimilikinya. Laporan keuangan juga dapat digunakan bagi manajemen perusahaan untuk mengukur tingkat biaya dari

(15)

2

berbagai kegiatan perusahaan, mengukur efisiensi dan kinerja tiap-tiap divisi dan individu dalam perusahaan sehingga manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan tentang perlu tidaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik (KUSUMA, 2018).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami financial distress selain dilihat dari sisi laporan keuangan, salah satunya berasal dari internal perusahaan yaitu manajemen perusahaan yang kurang berkompeten dalam menjalankan tanggung jawabnya sehingga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan yang ditentukan. Selain penyebab internal, penyebab dari luar atau eksternal juga dapat menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress sehingga harus diwaspadai dan diantisipasi.

Kondisi tersebut bisa terjadi karena penurunan harga produk atau jasa yang dihasilkan, penurunan jumlah permintaan, kondisi perekonomian secara makro baik domestik maupun internasional, dan sebagainya (Rudianto, 2013).

Peristiwa lain yang sedang mewabah akhir ini yaitu pandemi COVID-19, yang juga diduga sangat berimbas pada kinerja perusahaan baik keuangan maupun operasionalnya. Pandemi COVID-19 merupakan peristiwa menyebarnya penyakit coronavirus 2019 yang menjadi masalah kesehatan yang serius saat ini di berbagai negara termasuk di Indonesia. Fenomena virus COVID-19 yang terjadi pada akhir 2019 lalu telah menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap seluruh tatanan kehidupan terutama pada sektor perekonomian. Dengan banyaknya kasus yang terkonfirmasi positif COVID-19, secara global World Health Organization (2020) mencatat per 24 Oktober 2020 jumlah kasus sebanyak 41.809.078 sedangkan di Indonesia sendiri adalah 385.890 kasus. Hal tersebut berdampak pada terkontraksinya perekonomian Indonesia sesuai data BPS yaitu -5,32% YoY dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat akibat kekhawatiran juga kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah yang pada akhirnya berimbas pada banyaknya perusahan yang gulung tikar (Armadani et al., 2021).

(16)

Pada CNBC Indonesia 12 Mei 2020, Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menyebutkan bahwa 50 emiten mengalami kesulitan arus kas yang diakibatkan oleh adanya pandemi COVID-19, diantaranya adalah emiten otomotif terbesar yakni PT. Astra International Tbk (ASII) yang mengalami penurunan penjualan sebesar 40%. Selain perusahaan otomotif yang terdampak, terdapat beberapa sektor yang juga paling tertekan akibat dari pademi COVID-19 yaitu berasal dari sektor manufaktur, konstruksi, pariwisata, serta transportasi (CNBC, 2020).

Dalam CNN Indonesia pada 13 April 2020, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) mencatat pendapatan sektor transpotasi menurun 25%-50% sejak adanya pandemi COVID-19, sebagai dampak penerapan sosialiasi masif kepada masyarakat untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah yang diterapkan oleh pemerintah (CNN, 2020).

Gambar 1.1

Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (c-to-c) (persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 1.1 diatas menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07% (c-to-c) dibandingan tahun 2019. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam

(17)

4

diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar -15,04%; perdagangan, reparasi mobil dan motor sebesar -3,72%; konstruksi sebesar -3,26%; jasa lainnya sebesar -3,08%; industry pengolahan sebesar -2,93%; serta pertambangan dan penggalian sebesar -1,95% (BPS, 2021).

Perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagian besar mengalami penurunan pendapatan dan laba bahkan terdapat perusahaan yang juga mengalami kerugian selama pandemi COVID-19.

Berikut merupakan data yang diperoleh penulis pada situs idx.co.id : Tabel 1.1

Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Per 31 Desember 2019 dan 2020

2019 2020 2019 2020

1. AKSI Rp474.271.493.696 Rp521.617.491.481 Rp4.177.237.649 Rp3.036.178.470 2. ASSA Rp2.334.222.192.085 Rp3.037.359.367.967 Rp91.614.940.880 Rp63.896.421.980 3. BIRD Rp4.047.691.000.000 Rp2.046.660.000.000 Rp315.622.000.000 -Rp163.183.000.000 4. BPTR Rp162.596.163.771 Rp162.257.365.449 Rp8.108.255.688 Rp3.116.278.755 5. CMPP Rp6.708.800.607.590 Rp1.610.973.387.045 -Rp157.368.618.806 -Rp2.754.589.873.561 6. DEAL Rp144.400.863.183 Rp71.141.862.149 -Rp146.699.139 -Rp51.690.228.917 7. GIAA Rp52.454.020.499.872 Rp16.935.488.140.658 -Rp619.533.026.015 -Rp34.932.938.153.979 8. HAIS Rp373.522.635.364 Rp310.349.248.348 Rp30.435.062.592 Rp18.626.074.488 9. HELI Rp318.024.503.004 Rp143.838.437.841 Rp22.186.962.539 Rp6.618.117.086 10. IATA Rp206.904.596.952 Rp108.940.143.470 -Rp69.128.977.950 -Rp90.435.950.111 11. KJEN Rp12.615.551.557 Rp13.158.116.600 Rp260.143.093 -Rp1.681.187.095 12. LRNA Rp124.579.469.969 Rp65.046.772.361 -Rp6.857.140.631 -Rp43.027.059.389 13. MIRA Rp131.033.025.029 Rp86.959.391.390 -Rp3.222.370.200 -Rp18.218.177.373 14. NELY Rp250.170.826.551 Rp230.662.117.776 Rp52.344.151.967 Rp43.944.061.538 15. SAFE Rp180.073.555.181 Rp143.961.352.119 Rp9.207.473.993 -Rp17.589.816.911 16. SAPX Rp394.765.940.589 Rp451.599.889.844 Rp39.507.538.392 Rp31.333.543.159 17. SDMU Rp106.273.588.474 Rp89.009.501.417 -Rp36.224.089.028 -Rp43.293.065.964 18. TMAS Rp2.512.269.000.000 Rp2.669.618.000.000 Rp100.615.000.000 Rp52.214.000.000 19. TNCA Rp75.622.705.756 Rp68.821.011.923 Rp2.318.303.630 -Rp3.185.219.424 20. TRUK Rp49.805.015.656 Rp42.839.805.962 Rp948.039.895 -Rp9.242.134.862 21. WEHA Rp146.173.217.700 Rp70.513.990.516 Rp4.518.959.735 -Rp33.601.480.667

Sumber : Bursa Efek Indonesia

Pendapatan Laba/Rugi Bersih

Nama Perusahaan

No. (Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)

Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa pendapatan dan laba bersih tahun 2020 pada dua puluh satu perusahaan sektor transportasi dan logistik mengalami penurunan. Seperti yang dikutip dalam CNN Indonesia pada 02 Juni 2021, PT

(18)

Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dikatakan mengalami kerugian pada kuartal III- 2020 sebesar US$ 1,07 miliar atau setara Rp 15,19 triliun, padahal di periode yang sama tahun 2019 perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$

122,42 juta atau setara Rp 1,73 triliun. Selain itu Direktur Utama PT Garuda Indonesia mengatakan bahwa rata-rata pendapatan perusahaan turun hampir 60%

pada 2020. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah penumpang secara drastis meskipun pengeluaran tetap tinggi (CNN, 2021).

PT. Blue Bird Tbk juga mengalami tekanan yang cukup berat karena permintaan pasar yang menurun secara drastis selama tahun 2020 yang diakibatkan oleh pembatasan kegiatan bisnis maupun sosial yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai upaya menekan laju penyebaran virus COVID-19. Pendapatan perusahaan pada tahun 2020 turun sekitar 49% dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2019, sehingga untuk pertama kali dalam perjalanannya, pada tahun 2020, perusahaan terpaksa harus membukukan kerugian.

Di sisi lain, ada tujuh perusahaan yang selama pandemi COVID-19 justru mengalami peningkatan pendapatan dan laba serta penurunan kerugian seolah- olah tidak terdampak adanya pandemi COVID-19. Perusahaan yang tidak terdampak salah satunya adalah PT. Armada Berjaya Trans Tbk, yang merupakan salah satu perusahaan di bidang industri angkutan yang turut membantu mendistribusikan bahan pangan, kertas, dan berbagai komoditi lainnya.

Diberlakukannya kebijakan PSBB juga membantu kelancaran proses distribusi dan memangkas waktu pengiriman, sehingga komoditi dapat diantarkan ke tujuan dengan lebih cepat dan efisien. Berikut merupakan data yang diperoleh penulis pada situs idx.co.id :

(19)

6

Tabel 1.2

Data Pendapatan dan Laba/Rugi Bersih Per 31 Desember 2019 dan 2020

2019 2020 2019 2020

1. BLTA Rp278.741.378.494 Rp259.036.011.780 -Rp12.127.274.103 -Rp11.525.816.120 2. JAYA Rp63.419.433.727 Rp65.475.480.450 Rp1.472.313.967 Rp3.027.214.839 3. PPGL Rp101.427.062.442 Rp136.611.673.628 Rp3.530.554.078 Rp6.767.526.619 4. PURA Rp88.464.453.282 Rp95.955.756.721 Rp5.063.989.535 Rp6.768.585.403 5. SMDR Rp6.100.667.369.360 Rp6.923.298.594.797 -Rp837.088.722.078 -Rp32.736.035.609 6. TAXI Rp134.251.103.000 Rp21.541.634.000 -Rp276.072.942.000 -Rp53.221.960.000 7. TRJA Rp401.336.284.977 Rp402.461.051.428 Rp30.564.435.089 Rp38.318.498.356 Sumber : Bursa Efek Indonesia

No. Nama Perusahaan

Pendapatan Laba/Rugi Bersih

(Dalam Rupiah) (Dalam Rupiah)

Tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa pada tujuh perusahaan sektor transportasi dan logistik mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih bahkan penurunan kerugian pada tahun 2020. Perusahaan PT. Armada Berjaya Trans Tbk merupakan salah satu perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih, yaitu sebesar 3,24% dan 105%. Meskipun perusahaan tengah menghadapi tantangan pandemi COVID-19, tetapi industri angkutan tetap dapat mempertahankan kinerjanya karena PT. Armada Berjaya Trans merupakan salah satu industri penopang keberlangsungan distribusi logistik kepada masyarakat.

PT Samudera Indonesia Tbk juga mengalami peningkatan pendapatan dan penurunan kerugian pada tahun 2020. Pemulihan ekonomi yang disertai dengan kenaikan harga komoditas dan relaksasi lockdown di beberapa negara memicu kenaikan permintaan kontainer sehingga hal tersebut menyebabkan kenaikan tarif angkutan kontainer bulan Desember 2020 sampai dengan 164% bila dibandingkan dengan bulan April 2020. Kenaikan tarif angkutan untuk kontainer internasional tersebut mendorong peningkatan pendapatan bagi para perusahaan pelayaran kontainer. Pandemi COVID-19 memaksa berbagai negara menurunkan tingkat mobilitas sosial, termasuk di area kerja. Hal tersebut berdampak terhadap turunnya produktivitas pelabuhan yang menyebabkan kemacetan dan keterlambatan dalam proses bongkar/muat kargo. Keterlambatan yang terjadi

(20)

membuat kontainer menumpuk di beberapa pelabuhan, namun langka di pelabuhan lainnya sehingga perlu dilakukan relokasi atas kontainer kosong.

Kegiatan perubahan posisi secara signifikan ini meningkatkan permintaan untuk jasa pelayaran yang menyebabkan kenaikan yang sangat tinggi pada tarif angkutan kontainer.

Model analisis untuk memprediksi kondisi financial distress ada beberapa macam dan penulis memilih menggunakan model Grover, Springate dan Zmijewski dalam penelitian ini karena model-model tersebut relatif mudah untuk digunakan. Berdasarkan hasil penelitian - penelitian terdahulu, ketiga model tersebut juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Yunita & Wibowo (2021) dalam penelitian yang dilakukannya menyatakan bahwa model terbaik dalam memprediksi financial distress adalah model Grover. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Edi & Tania (2018) memperlihatkan bahwa model Springate adalah model prediksi terbaik untuk financial distress diantara model lainnya, dan menurut penelitian Gunawan et al. (2017) model Zmijewski memiliki tingkat akurasi tertinggi dalam memprediksi kondisi financial distress.

Penelitian yang membahas tentang financial distress karena fenomena tertentu, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Estiani (2021) yang menganalisis kinerja keuangan sebelum dan selama krisis moneter pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu pada tahun 1995-1996 dan tahun 1998-1999. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat sejumlah bank yang mengalami kesulitan keuangan selama krisis dan krisis berdampak negatif terhadap kinerja bank, hal ini tampak dari adanya perbedaan yang signifikan terhadap ratio WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, E/TA sebelum dan selama krisis.

Selain itu, penelitian Sari & Setyaningsih (2022) yang menganalisis financial distress dan financial performance sebelum dan selama pandemi COVID-19, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dibandingkan antara sebelum dan selama pandemi COVID-19 menggunakan model prediksi Grover Score.

(21)

8

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh E. Gunawan & Debbianita (2022) yang meneliti terkait perbedaan financial distress sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 menggunakan model altman dan springate, dimana kedua model tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan financial distress sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 pada perusahaan sub industri penerbangan dan kereta api yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nakamura (2021), ketika ada krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009 menunjukkan hasil prediksi financial distress pada BUMN sektor Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak mengalami perbedaan prediksi sebelum, saat, dan sesudah krisis keuangan global.

Penelitian yang dilakukan oleh Estiani (2021) dan Nakamura (2021) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, fenomena dan metode pengukuran financial distress. Kemudian penelitian Sari &

Setyaningsih (2022) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian dan periode penelitian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh E. Gunawan & Debbianita (2022) memiliki perbedaan dengan penelitian ini yang terletak pada objek penelitian dan model prediksi financial distress yang digunakan. Adanya perbedaan hasil penelitian yang beragam dan tidak konsisten tersebut serta berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dijelaskan diatas, membuat penulis tertarik untuk meneliti perbedaan tingkat financial distress sebelum dan selama pandemi COVID-19.

Permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan fenomena yang ada yaitu bagaimanakah perbedaan potensi financial distress pada masa sebelum dan selama adanya pandemi COVID-19 dengan menggunakan model grover, springate dan zmijewski. Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang berada dalam sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan beberapa rasio keuangan yang termuat dalam model grover, springate dan zmijewski untuk menggambarkan kondisi perusahaan apakah berada dalam kondisi financial

(22)

distress atau tidak, sehingga masing-masing perusahaan dapat melakukan antisipasi dan perbaikan kinerja diperusahaannya.

Alasan penulis memilih perusahaan sektor transportasi dan logistik sebagai objek penelitian ini dikarenakan sektor transportasi dan logistik adalah salah satu sektor yang terkena dampak adanya pandemi COVID-19. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya pendapatan dan laba perusahaan bahkan meningkatnya kerugian yang dialami oleh perusahaan selama masa pandemi COVID-19. Selain itu, menurut Silondae (2016) dalam perkembangan sistem transportasi, secara langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi. Jika pergerakan moda transportasi tersebut berhenti, tentu akan menimbulkan dampak lain terutama akan terganggunya aktivitas di bidang sosial dan juga rantai perekonomian masyarakat.

Adanya pertimbangan fenomena dan fakta diatas, maka perlu dilakukan analisis penelitian untuk memprediksi kondisi financial distress dengan melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan model grover, springate dan zmijewski. Apalagi menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) pendapatan sektor transpotasi menurun 25%-50% sejak adanya pandemi COVID- 19. Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Potensi Financial Distress Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19 Menggunakan Metode Grover, Springate dan Zmijewski (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Transportasi dan Logistik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019- 2020)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Grover?

(23)

10

2. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Springate?

3. Apakah terdapat perbedaan potensi financial distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Zmijewski?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Grover.

2. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Springate.

3. Perbedaan potensi Financial Distress pada perusahaan sektor transportasi dan logistik sebelum dan selama pandemi COVID-19 berdasarkan metode Zmijewski.

1.4 Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu manfaat untuk teoritis dan praktik yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis a. Penulis

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan penulis untuk memperdalam ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan juga memberikan pemahaman serta kemampuan analisis yang lebih baik mengenai prediksi financial distress dengan menggunakan metode Grover, Springate dan Zmijewski.

b. Akademis

(24)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi khususnya pembahasan isu pandemi COVID-19 dalam dunia akuntansi, serta dapat dijadikan bahan rujukan tambahan mengenai kinerja keuangan dan tingkat kebangkrutan ditengah krisis global.

2. Manfaat Praktis a. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan kinerja. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi perusahaan dalam memilih kebijakan yang paling tepat untuk mengantisipasi prediksi buruk terhadap perusahaan.

b. Investor dan Kreditur

Hasil dari penelitian ini dapat membantu investor dan kreditur dalam menganalisis sebelum memutuskan akan melakukan investasi atau memberikan pinjaman kepada perusahaan. Selain itu, penelitian ini dapat membantu investor dan kreditur untuk melihat kondisi financial distress pada suatu perusahaan, sehingga keputusan investasi dan pemberian pinjaman menjadi lebih tepat.

(25)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Teori Sinyal

Pada dasarnya, teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan menjadi pihak yang terdorong untuk menyajikan informasi seputar laporan keuangan terhadap pihak-pihak pemangku kepentingan sehingga situasi perusahaan dapat diketahui.

Harapannya adalah supaya pihak-pihak pemangku kepentingan dapat memberikan penilaian secara tepat kepada perusahaan (Assaji & Machmuddah, 2019). Teori sinyal digunakan untuk menjelaskan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk memberi sinyal positif (good news) maupun sinyal negatif (bad news) kepada para pengguna laporan keuangan. Teori sinyal membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada pemilik (principal) (Masdiantini & Warasniasih, 2020).

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya akan sangat diminati investor dan pemegang saham, khususnya jika informasi tersebut merupakan berita baik (good news) (Susilawati, 2019). Informasi disajikan berupa laporan keuangan yang menggambarkan kondisi keuangan serta performa kinerja perusahaan (Nakamura, 2021). Dengan laporan keuangan, investor dapat menganalisis kondisi kesehatan suatu perusahaan, apakah cenderung menguntungkan atau justru sedang berada dalam kondisi financial distress. Oleh sebab itu, sangat diharapkan agar manajemen dapat menyajikan laporan keuangan yang relevan dan akurat tentang kondisi keuangan perusahaan.

Teori sinyal dalam topik financial distress menjelaskan bahwa jika kondisi keuangan dan prospek perusahaan baik, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi liberal. Sebaliknya, jika perusahaan dalam kondisi financial distress dan mempunyai prospek yang buruk, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif. Oleh karena itu, teori sinyal digunakan untuk memberikan sinyal kepada para manajer tentang informasi yang

(26)

baik dan buruk bagi perusahaan agar seseorang manajer dapat mengambil tindakan atau langkah cepat dalam menyelesaikan masalah khususnya masalah kesulitan keuangan (financial distress) yang timbul di suatu perusahaan (Octavera

& Syafel, 2022). Informasi terkait kondisi kesehatan keuangan perusahaan sangatlah penting untuk diketahui oleh seluruh pemegang saham maupun calon- calon investor dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, karena informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan mengambil keputusan.

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan (Hery, 2016).

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasikan dianggap memiliki arti penting dalam menilai suatu perusahaan, karena informasi laporan keuangan itu dapat dianalisa apakah perusahaan itu baik atau tidak baik bagi yang berkepentingan. Berdasarkan konsep keuangan maka laporan keuangan sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya (Hidayat, 2018).

Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan terdiri dari (Haeruddin & Jamali, 2021):

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

b. Relevan

(27)

14

Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Materialistis

Dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).

d. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material atau bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

e. Substansi mengungguli bentuk

Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan.

f. Pertimbangan sehat

Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keandalan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan.

g. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.

(28)

h. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antarentitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

i. Tepat waktu

Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

j. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi biaya bermanfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

Pada hakikatnya, laporan keuangan menjadi acuan bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan pada kurun waktu tertentu. Analisa terhadap laporan keuangan dapat diteliti menggunakan rasio-rasio keuangan yang menjadi tolok ukur kinerja keuangan perusahaan termasuk kemungkinan terjadinya financial distress atau bahkan kebangkrutan (Assaji & Machmuddah, 2019). Analisis laporan keuangan adalah proses menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk tujuan pengambilan keputusan. Bagi pihak eksternal, analisis laporan keuangan ini dapat digunakan untuk memahami kondisi kesehatan perusahaan atau bisnis secara keseluruhan serta untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan nilai bisnis. Sedangkan pihak internal menggunakannya sebagai alat pemantauan untuk mengelola keuangan.

(29)

16

Menurut Putra et al., (2021) analisis laporan keuangan pada sebuah perusahaan bertujuan :

a. Untuk mengetahui perubahan posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu

b. Untuk menilai kinerja manajemen pada tahun berjalan

c. Agar mengetahui kelebihan dan kelemahan apa saja yang dimiliki perusahaan d. Untuk mengetahui langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan, yang

tentu saja berkaitan dengan posisi keuangan dan kinerja perusahaan e. Membantu manajemen dalam mengambil keputusan penting

f. Sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut

g. Mengetahui kesalahan yang mungkin terjadi dalam suatu laporan keuangan Dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan pada waktu lampau dan waktu yang sedang berjalan (Mandalurang et al., 2019). Manajemen dapat menentukan tindakan yang akan diambil untuk masa yang akan datang setelah mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan pencapaian yang telah diraih pada masa lalu ataupun masa yang sedang berjalan.

2.1.3 Financial Distress

Financial distress dan kebangkrutan merupakan kondisi yang berbeda tetapi secara umum keduanya sering dianggap sama. Kebangkrutan dapat diidentifikasi lebih awal dan financial distress merupakan indikasi awal dari kebangkrutan (Nakamura, 2021). Financial distress adalah tahap penurunan situasi pendanaan yang terjadi sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut atau mengalami kebankrutan maupun likuidasi. Kesulitan keuangan dapat dimulai dari kesulitan likuiditas dalam jangka pendek yang dianggap sebagai kondisi financial distress ringan hingga ada pada pernyataan kebangkrutan yang dianggap sebagai financial distress terberat (Assaji & Machmuddah, 2019).

(30)

Kesulitan dan kegagalan keuangan diakibatkan oleh kerugian kronis yang menyebabkan peningkatan kewajiban yang tidak proporsional yang disertai dengan penyusutan nilai aset. Selain itu, kesulitan keuangan terjadi ketika perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga. Kondisi ini dapat memberikan dampak buruk bagi suatu perusahaan karena dapat berpengaruh terhadap kepercayaan investor maupun kreditor, serta pihak-pihak eksternal yang lainnya (Armadani et al., 2021).

Hery (2017) menyatakan, ada beberapa definisi kesulitan keuangan menurut tipenya, antara lain sebagai berikut :

1. Economic Failure

Kegagalan ekonomi merupakan kondisi dimana pendapatan perusahaan tidak cukup untuk menutupi total biaya, termasuk cost of capital. Dalam kondisi ini perusahaan dapat melanjutkan operasinya sepanjang kreditur bersedia menerima tingkat pengembalian (rate of return) yang di bawah pasar.

2. Business Failure

Kegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang dihentikan aktivitas operasinya, dengan alasan mengalami kerugian.

3. Technical Insolvency

Sebuah perusahaan bisa dikatakan dalam keadaan technical insolvency apabila suatu perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban lancarnya ketika jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar utang secara teknis menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami kekurangan likuiditas yang bersifat sementara, di mana jika diberikan perpanjangan waktu, maka kemungkinan perusahaan bisa membayar utang dan bunganya tersebut. Di sisi lain, apabila technical insolvency merupakan gejala awal kegagalan ekonomi, ini mungkin bisa menjadi sebuah tanda awal menuju kebangkrutan.

4. Insolvency in Bankruptcy

Insolvency in Bankruptcy bisa terjadi di suatu perusahaan apabila nilai buku utang perusahaan tersebut melebihi nilai pasar asset saat ini. Kondisi ini bisa dianggap lebih serius jika dibandingkan dengan technical insolvency, karena pada umumnya hal tersebut merupakan tanda kegagalan ekonomi, bahkan

(31)

18

mengarah pada likuidasi bisnis. Perusahaan yang sedang mengalami keadaan seperti ini tidak perlu terlibat dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.

5. Legal Banckruptcy

Perusahaan dapat dikatakan mengalami kebangkrutan secara hukum apabila perusahaan tersebut mengajukan tuntutan secara resmi sesuai dengan undang- undang yang berlaku.

Financial distress dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Hery, 2017):

1. Faktor Internal

Faktor internal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari dalam perusahaan, yang biasanya bersifat mikro. Faktor internal tersebut adalah :

a. Kredit yang diberikan kepada pelanggan terlalu besar

Kebijakan perusahaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan kredit, baik melalui saluran distribusi maupun langsung kepada pelanggan dengan persyaratan mudah.

Dalam jangka pendek, likuiditas akan terganggu karena tingginya investasi pada piutang yang bisa berdampak kurang baik terhadap tujuan jangka panjang perusahaan.

b. Lemahnya kualifikasi sumber daya manusia

Lemahnya kualifikasi sumber daya manusia dalam hal keterampilan, keahlian, pengalaman, responsif, dan inisiatif dapat menghambat tercapainya tujuan perusahaan. Terlebih jika fungsi pengendalian manajemen lemah, maka akan mempercepat proses kesulitan keuangan.

c. Kekurangan modal kerja

Hasil penjualan yang tidak memadai atau yang tidak dapat menutup harga pokok penjualan dan beban operasional, secara terus-menerus akan menyebabkan kekurangan modal kerja dan lebih lanjut mengarah pada kebangkrutan.

d. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan

(32)

Rendahnya kualitas individu dari pelaku di perusahaan dan kurangnya pengawasan yang baik memudahkan terjadinya penyalahgunaan wewenang dan timbulnya kecurangan-kecurangan sehingga menimbulkan suasana kerja yang tidak sehat dan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab financial distress merupakan faktor yang timbul dari luar perusahaan yang biasanya bersifat makro. Faktor eksternal dapat berupa :

a. Persaingan bisnis yang ketat.

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan.

c. Turunnya harga jual secara terus menerus.

d. Kecelakaan atau bencana alam yang menimpa dan merugikan perusahaan sehingga mempengaruhi jalannya aktivitas perusahaan.

2.1.4 Kebangkrutan

Kebangkrutan merupakan suatu kondisi dimana kesulitan keuangan yang dialami sebuah perusahaan sudah sangat parah sehingga perusahaan tersebut tidak mampu lagi untuk beroperasi dengan baik (Masdiantini & Warasniasih, 2020).

Menurut Yati & Afni Patunrui (2017) kebangkrutan secara umum didefinisikan sebagai keadaan di mana perusahaan mengalami kegagalan menjalankan operasional perusahaan sehingga tidak dapat menghasilkan laba dan membayar kreditur mereka. Perusahaan dapat mengetahui potensi kebangkrutan melalui analisis prediksi kebangkrutan sehingga pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. Selain itu, pihak manajemen juga dapat melakukan perbaikan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi pada perusahaan.

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini (Hanafi & Halim, 2016):

(1) Pemberi Pinjaman (seperti pihak bank).

(33)

20

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

(2) Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

(3) Pihak Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda- tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

(4) Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.

(5) Manajemen

Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat hokum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-

(34)

tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

2.1.5 Model Prediksi Kebangkrutan

Ada berbagai macam model untuk menganalisis potensi kebangkrutan perusahaan antara lain model grover, springate dan zmijewski.

a. Model Grover

Jeffrey S. Grover secara konsisten melakukan pengembangan atas model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score yang dibangun oleh Altman pada tahun 1968. Bahkan dalam penelitiannya, Grover menggunakan sampel yang sesuai dengan model Altman Z-Score, yaitu menetapkan jumlah sampel yang seimbang dengan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Sampel yang ditetapkan sebanyak 70 perusahaan dengan 35 perusahaan yang bangkrut dan 35 perusahaan yang tidak bangkrut pada 1982 sampai dengan 1996. Pada awalnya Grover melakukan perancangan dan pengevaluasian ulang model Altman Z-Score dengan menambahkan tiga belas rasio keuangan baru, tetapi akhirnya pada 2001 Grover merumuskan model prediksi kebangkrutan dengan membatasi rasio-rasio keuangan yang digunakan dan mengubah bobot tertimbang keofisien atas masing-masing rasio dengan nilai cutoff 0,01 dan -0,02. Hal ini berarti perusahaan yang nilai G-nya lebih besar dari atau sama dengan 0,01 diprediksi tidak berpotensi bangkrut, sedangkan perusahaan yang nilai G-nya lebih kecil dari atas sama dengan -0,02 diprediksi dalam keadaan bangkrut (Irfani, 2020). Model Grover dapat digunakan dalam menganalisis perusahaan dengan asumsi perusahaan memiliki data laporan keuangan yang lengkap. Data-data yang dibutuhkan yaitu total asset, net income, EBIT, current asset dan current liabilities.

Berikut ini merupakan persamaan model Grover:

G = 1,650 X1 + 3,404 X2 – 0,016 X3 + 0,057 Keterangan:

X1 = Working Capital / Total Asset X2 = EBIT / Total Asset

(35)

22

X3 = Net Income / Total Asset

b. Model Springate

Metode Springate diciptakan oleh Gordon L. V pada tahun1978. Metode prediksi kebangkrutan perusahaan ini menggunakan 4 rasio keuangan yang dipilih berdasarkan 19 rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi terhadap prediksi kebangkrutan perusahaan. Keempat rasio keuangan digabungkan dalam formula yang disebut model Springate. Metode Springate memiliki nilai cutoff 0,862 yang artinya jika nilai S-nya lebih kecil dari atau sama dengan 0,862 maka perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kesulitan keuangan dan berpotensi mengalami kebangkrutan. Sedangkan jika nilai S-nya lebih besar dari atau sama dengan 0,862 maka perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak berpotensi mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan (Hutabarat, 2020). Model Springate dapat digunakan dalam menganalisis perusahaan dengan asumsi perusahaan memiliki data laporan keuangan yang lengkap. Data-data yang dibutuhkan yaitu total asset, sales, EBT, EBIT, current asset dan current liabilities.

Berikut ini merupakan persamaan model Springate:

S = 1,03 X1 + 3,07 X2 + 0,66 X3 + 0,4 X4

Keterangan:

X1 = Working Capital / Total Asset X2 = EBIT / Total Asset

X3 = EBT / Current Liabilities X4 = Sales / Total Asset

c. Model Zmijewski

Menurut Zmijewski (1983) model ini menggunakan teori yang berbeda, yaitu bahwa rasio profitabilitas (X1), rasio leverage (X2), dan rasio liquiditas (X3) perusahaan sebagai variabel terpenting dalam memprediksi kebangkrutan. Teori ini bisa disamakan dengan teori liquidity, profitability, dan wealth. Nilai cutoff yang berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti

(36)

perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami kebangkrutan di masa depan (Effendi, 2018). Model Zmijewski dapat digunakan dalam menganalisis perusahaan dengan asumsi perusahaan memiliki data laporan keuangan yang lengkap. Data-data yang dibutuhkan yaitu total asset, net income, total debt, current asset dan current liabilities. Berikut ini merupakan persamaan model Zmijewski:

X = -4,3 – 4,5 X1 + 5,7 X2 – 0,004 X3

Keterangan:

X1 = Net Income / Total Asset X2 = Total Debt / Total Asset

X3 = Current Asset / Current Liabilities

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Terdapat berbagai penelitian terdahulu mengenai analisis financial distress menggunakan beberapa model prediksi baik pada masa sebelum maupun selama adanya pandemi COVID-19. Berikut ini disajikan tabel mengenai penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang digunakan sebagai rujukan dan perbandingan dalam penelitian ini dan memiliki kaitan dengan judul penelitian yang diajukan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis

(Tahun)

Hasil Perbedaan

1. Analisis Financial Distress Saat Krisis

Keuangan Global: Studi Empiris Pada BUMN Non- Keuangan

Tiffany Mica Nakamura (2021)

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan prediksi sebelum, saat, dan sesudah krisis keuangan global. Uji akurasi menyatakan ketiga model

Menggunakan uji Kruskall-Wallis dan menggunakan subjek penelitian perusahaan

BUMN sektor non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek

(37)

24

prediksi tepat digunakan tetapi Altman Z-Score merupakan model dengan tingkat akurasi tertinggi.

Indonesia periode 2005-2012.

2. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah

Merger dan Akuisisi

Periode 2011- 2014

Septiawan

& Rasmini (2018)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress tidak mengalami peningkatan pasca merger dan akuisisi.

Menggunakan subjek penelitian perusahaan- perusahaan yang melaporkan aksi korperasi merger dan akuisisinya pada Komisi Pengawas

Persaingan Usaha pada periode 2011-2014

3. Analisis Z- Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk

Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar Di BEI Pada Masa Pandemi COVID-19

Sembe et al., (2021)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan meningkat sebesar 19,5 % pada tahun 2020 setelah adanya pandemi COVID-19.

Menggunakan model prediksi Altman Z-Score.

4. Analisis Rasio Kebangkrutan Perusahaan pada Masa Pandemi COVID-19

Armadani, Abid Ilmun Fisabil &

Dexta Tiara Salsabila (2021)

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesulitan baik secara financial dan likuiditas dan mengalami

penurunan dalam

Menggunakan subjek penelitian perusahaan jasa dan perhotelan yang Initial Public Offering (IPO) dalam

(38)

kemampuan

perusahaan untuk bertumbuh yang memungkinkan terjadinya

kebangkrutan pada masa pandemi COVID-19.

Bursa Efek Indonesia

minimal sejak 2018 ke bawah.

5. Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Selama Pandemi COVID-19

Sullivan &

Widoatmodj o (2021)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rasio CAR, NPL,

BOPO yang

signifikan terhadap kinerja bank sebelum dan selama pandemi, sementara untuk rasio ROE dan LDR terdapat perbedaan yang tidak signifikan terhadap kinerja bank sebelum dan selama pandemi.

Menggunakan subjek penelitian perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2019- 2020.

6. Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19

Hilman &

Laturette (2021)

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja ROA dan SG sebelum dan selama masa pandemi COVID-19, terdapat perbedaan signifikan kinerja CR sebelum dan selama masa pandemi COVID-19, serta tidak terdapat perbedaan signifikan

kinerja DER

sebelum dan selama

Menggunakan subjek penelitian perusahaan

konstruksi dan consumer goods yang terdaftar di BEI tahun 2019- 2020.

(39)

26

pandemi COVID-19.

7. Analisis Financial Distress Pada PT. Sarimelati Kencana Tbk.

Sebagai Dampak Pandemi COVID-19

Kurniawati

& Puspasari (2021)

Hasil penelitian menyatakan bahwa selama tahun 2020 yaitu pada saat pandemi COVID-19, perusahaan termasuk dalam kategori sehat berdasarkan hasil prediksi

menggunakan

metode Springate dan Zmijewski.

Sedangkan

berdasarkan metode Altman Z-Score perusahaan termasuk dalam kategori grey area.

Menggunakan subjek penelitian PT. Sarimelati Kencana Tbk.

Tahun 2020

8. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Selama Krisis Moneter Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tri Indah Estiani (2021)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sejumlah

bank yang

mengalami kesulitan keuangan selama krisis dan krisis berdampak negatif terhadap kinerja bank.

Menggunakan subjek penelitian

bank yang

terdaftar di BEI Tahun 1995-1996 dan 1998-1999.

Sumber : Berbagai penelitian

2.3 Kerangka Pemikiran

Pandemi COVID-19 menimbulkan banyak dampak, salah satunya yaitu dalam bidang perekonomian. Hampir seluruh sektor ekonomi terkena dampak buruk pandemi COVID-19. Akibat dari adanya pandemi ini, pemerintah menerapkan PSBB atau pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka menekan

(40)

penyebaran COVID-19. Penerapan PSBB ini sangat berdampak terhadap penurunan pendapatan dan laba perusahaan. Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang terkena dampak buruk dari diberlakukannya penerapan PSBB akibat pandemi COVID-19.

Perekonomian yang kurang stabil dapat menyebabkan penurunan kinerja keuangan hingga dapat membuat perusahaan berada dalam kondisi kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan atau biasa disebut financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami penurunan keuangan yang terjadi secara terus menerus sehingga dapat berujung pada kebangkrutan. Perusahaan yang sudah mengalami financial distress sebelum adanya pandemi COVID-19 kemungkinan akan lebih parah tingkat financial distressnya selama adanya pandemi COVID-19.

Kemungkinan juga, ada perusahaan yang tetap berada dalam kondisi sehat, baik sebelum maupun selama pandemi COVID-19 dan tidak mengalami peningkatan kondisi financial distress. Oleh karena itu, akan timbul perbedaan tingkat financial distress sebelum dan selama pandemi COVID-19. Adanya perbedaan tingkat financial distress tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.3.1 Perbedaan tingkat financial distress sebelum dan selama COVID-19 berdasarkan model grover

Penelitian yang dilakukan oleh Sari & Setyaningsih (2022) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dibandingkan antara sebelum dan selama pandemi COVID-19 menggunakan model prediksi Grover Score. Perusahaan manufaktur menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak dari adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah selama pandemi COVID- 19 ini. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah et al., (2022) juga menunjukkan bahwa kondisi keuangan sektor transportasi dan pariwisata mengalami penurunan kesehatan keuangan sejak adanya COVID-19, dimana sektor transportasi dan pariwisata sebelum terjadi COVID-19 rata-rata aman tetapi setelah adanya COVID-19 mengalami kenaikan tingkat distress dan posisi amannya mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Yunita &

Wibowo (2021) menunjukkan bahwa model Grover adalah model prediksi terbaik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Pambekti (2014) menyimpulkan bahwa model Zmijewski adalah model prediksi financial distress yang paling tepat digunakan untuk memprediksi financial

Hasil analisis dengan menggunakan metode Springate menunjukkan bahwa terdapat 5 (50%) perusahaan yang mengalami kondisi financial distress atau berpotensi bangkrut

Tujuan penelitan mengetahui gambaran financial distress dan faktor apa yang menyebabkan perbedaan financial distress pada PT Lippo Cikarang, Tbk dan PT Bukit Darmo Property,

Penelitian mereka menunjukkan bahwa keempat model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dan Springate merupakan model yang paling tepat

Setiap model prediksi memiliki kekurangan dan kelebihan dalam memprediksi financial distress, dengan demikian penelitian ini mencoba menganalisis dan memprediksi

v ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BURSA EFEK INDONESIA SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 Oleh: Yuswinta Adjeng Pratiwi 17412093

Selanjutnya,pimpinan wilayah muhamadiyah sumatera selatan menerapkan protokol covid 19 tentang tuntunan ibadah lanjutan pada masa pandemi covid-19 Nomor 05/I.0/E/2020 Tanggal 12 Syawal

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara nilai MCQ pembelajaran luring sebelum pandemi dan MCQ pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 pada