• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP PERKEMBANGAN HAFALAN SANTRI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM KABUPATEN MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN TERHADAP PERKEMBANGAN HAFALAN SANTRI PONDOK PESANTREN NAHDLATUL ULUM KABUPATEN MAROS"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Aulia Astuti Yusuf NIM: 105191112916

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Aulia Astuti Yusuf. 105191112916. 2020. Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur`an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros. Dibimbing oleh Abd.Rahim Razaq dan Mahlani S.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode Tahfidzul Qur`an terhadap perkembangan hafalan santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros.

Subjek Penelitiannya adalah guru tahfidz dan siswanya. Pengumpulkan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Efektifitas metode pembelajaran tahfidzul qur’an sudah efektif dengan adanya perkembangan dan kelancaran hafalan para santri. Metode yang digunakan yaitu: 1) Bin-Nazar adalah membaca Alquran dengan melihat teks, proses ini dilakukan dalam rangka mempermudah proses menghafal Alquran dan biasanya dilakukan bagi santri pemula. 2) Bil- Ghaib adalah penguasaan seseorang dalam menghafal Ayat-ayat Alquran tanpa melihat teks mushaf. 3) Sima`an adalah saling mendengarkan hafalan (bil-ghaib atau bacaan bin-nazar) secara berpasangan (satu menghafal atau membaca, satu menyimak) dengan cara bergantian dalam kelompok juz. 4) Musyafahah adalah proses memperagakan hafalan didepan guru, proses ini lebih dititik beratkan pada hal-hal yang terkait dengan ilmu tajwid, seperti makhrijul huruf. 5) metode musyafahah digunakan untuk memperbaiki bacaan Alquran para santri. 6) Metode Talaqqi digunakan untuk proses memperdengarkan hafalan ayat-ayat Alquran secara langsung depan guru. Perkembangan hafalan santri sudah mengalami peningkatan dimana terdapat perkembangan hafalan di santri tahfidz dari tahun ketahun. Faktor pendukung adalah adanya semangat berkompetitif dalam lingkungan tahfidz, motivasi dari pembina tahfidz,dan pemberian reward. Faktor penghambat adalah adanya geadget, rasa malas. atau jenuh dan sulit untuk mengulang-ulang hafalan (metode muroja`ah). Upaya Pembina tahfidz dalam mengefektifkan metode pembelajaran yaitu menerapkan sistem talaqqi atau metode musyafahah, metode muroja’ah, ujian hafalan Alquran.

Kata kunci: Metode Tahfidzul Qur`an, Perkembangan Hafalan Santri.

(7)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektifitas Pembelajaran Metode Tahfidzul Qur`an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah menuntun jalan kebahagian hidup dunia dan akhirat.

Adapun tujuan penulis skripsi ini adalah untuk memenui syarat memperoleh gelar sarjana Sastra Satu (S.1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

Penulis menyadari bahwa dalam menyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ayahanda Drs.H.Muhammad Yusuf, M.M dan Ibunda Dra.Harlinah tercinta yang membesarkan, mendidik dan mendukung penulis dalam menempuh perjuangan ini. yang selalu mendoakan penulis disetiap langkah dan detik menuju cita-cita, atas semua pengorbanan semoga Allah swt membalasnya dengan nilai ibadah, dan senantiasa memberikan Taufik Hidayah-Nya serta memberikan kebahagiaan dunia akhirat.

(8)

ix

2. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse., M. Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah berjuang melakukan revolusi Kampus Biru.

3. Bapak Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam 4. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam

5. Bapak dan Ibu Wakil Dekan Fakultas Agama Islam beserta jajarannya 6. Segenap Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta para staf

yang telah membina serta berbagi ilmu kepada penulis.

7. Bapak Ass. Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta bantuan selama penulisan skripsi ini.

8. Bapak Mahlani S,S.Th.I., M.A pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memperbaharui skripsi ini dalam sela kesibukannya.

9. Kakak tersayang Muhammad Hidayat Yusuf S.E yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

10. Kakak ipar Dwi Utami Hidaya Nur, S.Pd. yang telah memberikan pengaraha, bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada M.Anis yang telah membantu dan memberikan semangat tiap harinya.

12. Keluarga besar Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga tersusunnya skripsi ini.

(9)

x

13. My Sisters yang sama-sama berjuang, Nurfadillah, Surahmi, Hardianti Rukmana, yang saling mensupport satu sama lain untuk sama-sama menyelesaikan skripsi.

14. Kepada teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2016 dan teman-temanku PAI kelas D angkatan 2016 yang selalu memberikan motivasi dan keceriaan.

15. Semua pihak yang terlibat yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang mebuat penyusunan skripsi ini menjadi lebih baik.

16. Almamaterku tercinta Univesitas Muhammadiyah Makassar, tempat menempuh studi dan menimba ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua agar kita selalu berada pada jalan yang benar. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya rabbal aalamiin

Makassar, 25 Juli 2020 Penulis

Aulia Astuti Yusuf Nim. 105191112916

(10)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 10

A. Pengertian Tahfidzul Qur’an ... 10

B. Keutamaan Menghafal Alquran ... 13

C. Hukum Menghafal Alquran ... 15

D. Persiapan Sebelum Menghafal Alquran ... 18

E. Syarat Menghafal Alquran ... 19

F. Macam- macam Metode Menghafal Alquran ... 21

G. Kaidah-kaidah Penting untuk Menghafal Alquran ... 27

H. Hambatan-hambatan Tahfidz Alquran ... 29

I. Manfaat Menghafal Alquran ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

1. Jenis Penelitian ... 33

2. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 34

(11)

xii

C. Fokus Penelitian ... 34

D. Sumber Data ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ... 41

2. Visi dan Misi ... 43

3. Program Pendidikan ... 44

4. Jadwal Pendidikan Santri dan Santriwati ... 45

5. Fungsi dan Peranan Pembina Asrama ... 47

6. Tata Tertib Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ... 47

7. Sumber Daya Manusia ... 48

B. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros ... 56

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros... 61

D. Upaya-upaya Mengefektifkan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Santri Di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum ... 67

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jadwal kegiatan Harian Santri dan Santirwati Pondok Pesantren

Nahdlatul Ulum kabupaten Maros ... 46

Table 4.2 Jumlah Santri dan Santriwati Madrasah Aliyah ... 48

Table 4.3 Jumlah Santri dan Santriwati Madrasah PDF ... 49

Tabel 4.4 Jumlah Santri dan Santriwati Madrasah Tsanawiyah ... 49

Tabel 4.5 Jumlah Guru Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros ... 51

Tabel 4.6 Daftar Nama Pembina Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros ... 51

Table 4.7 Sarana Santri dan Santriwati Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros ... 53

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros Periode 2019-2021 ... 55

(14)

1

Pendidikan agama bukanlah sekedar pengajaran agama yang hanya transfer-mentransfer pengetahuan, melainkan pendidikan agama mengandung makna yang sangat luas. Ketika sebuah pendidikan telah dapat tertransfer dengan proses saling mempengaruhi sudahkah hal demikian dikatakan pendidikan itu berhasil, tentunya belum. Ketika pengetahuan itu dapat tertransfer tetapi nilai-nilai yang tersirat belum menjadi sebuah perilaku maka pendidikan itu belum dikatakan berhasil, atusisi pengajaran berhasil, sisi yang lain mendidik tampaknya belum berhasil.

Pendidikan agama meliputi penguasaan konsep serta penguasaan materi, hal ini dapat diukur dengan adanya perubahan tingkah laku. Dalam pendidikan agama memuat kajian-kajian teoritis serta kajian-kajian praktis. Kajian-kajian teoritis memahami konsep-konsep dasar maupun seluruh keilmuan yang ada, dimana pendidikan agama memuat seluruh tatanan kehidupan. Sementara kajian- kajian praktis mencakup praktisnya seseorang hamba beribadah pada sang Khaliq.

Efektifitas merupakan faktor yang sangat penting dalam pelajaran karena menentukan tingkat keberhasilan suatu model pembelajaran yang digunakan.

Efektifitas Pembelajaran merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapkan oleh seorang guru.

(15)

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya.

Dalam proses pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni mentrasfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih signitifikan dibanding dengan materi sendiri penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya terlalu menarik, sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik, maka materi itu sendiri kurang

(16)

dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.1

Sedangkan program pendidikan menghafal Alquran adalah program menghafal Alquran dengan mutqin hafalan yang kuat terhadap lafazh-lafazh Alquran dan mengahafal makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghindarkan setiap menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana Alquran senantiasa ada dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk menerapkan dan mengamalkannya.2

Allah swt. memberikan garansi bahwa Dia senantiasa menjaga Alquran sepanjang masa. Penjagaan Allah swt. terhadap Alquran bukan berarti Allah dengan menghafalkannya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yang mulia, yang sangat dianjurkan agama. Bahkan menghafal Alquran merupakan salah satu metode yang digunakan Rasulullah saw. dalam menerima wahyu melalui perantaraan Jibril as.

Menghafal Alquran bukanlah tugas dan perkara yang mudah, artinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu upaya terpenting diperhatikan dalam pembinaan tahfizh Qur’an adalah metode.3 Sebab metode mempunyai peranan penting dan sangat dibutuhkan. Dengan adanya metode akan biasa membantu seseorang untuk menentukan keberhasilan belajar menghafal Alquran

1 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 39

2 Khalid Bin Abdul Karim Al-Lahim, Megapa Saya Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h 19

3Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, Metode Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Kabupaten Kampa, Jurnal Ushuluddin Vol. 24 No. 1 Januari – Juni 2016 h. 93

(17)

dan meningkatkan hafalannya secara terprogram. Disamping juga diharapkan nantinya dapat membantu hafalan menjadi efektif.

Pada zaman yang serba canggih saat ini, ditemukan banyak sekali metode yang biasa digunakan untuk membantu proses penghafalan Alquran. Metode efektif yang digunakan penghafalan Alquran beragam, ada dengan cara membaca secara cermat ayat-ayat Alquran yang akan dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang (an-nadzar), menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru (talaqqi), menghafal sedikit demi sedikit Alquran yang telah dibaca secara berulang-ulang (takrir), mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada teman maupun kepada jama’ah lain (tasmi’), dan sebagainya. Kemudian dalam melaksanakan metode tahfidz Qur’an hendaknya dipandu dan dibimbing langsung oleh pemandu tahfidz yang berkompeten dalam penghafalan Alquran, supaya hafalan yang sudah didapatkan bisa dipantau dan dibina oleh pemandu tahfidz bila ada kesalahan dan sebagainya.

Allah akan selalu menjaga kemurnian Alquran sejak diturunkannya, sampai sekarang dan sepanjang masa. Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk dapat mempelajari Alquran. Tahap pertama yaitu belajar membaca dengan fasih sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Banyak cara yang dilakukan untuk dapat membaca Alquran yang pada awalnya secara klasik kini telah berkembang seiring dengan perkembangan metode pembelajaran. Banyak metode bermunculan seperti metode Iqra‘dan metode Qira‘ati dan berbagai metode yang mempunyai tingkat kemudahan untuk mempelajari dan membaca Alquran. Tahap kedua yaitu memahami arti dan kandungan ayat. Di sinilah letak kelemahan Umat Islam,

(18)

karena mempelajari Alquran masih banyak yang belum sampai memahami arti dan kandungan ayat.

Secara operasional menjadi tugas dan kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya ialah dengan menghafalkannya.

Namun keadaan di zaman modern sekarang ini, masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Alquran. Untuk menarik minat mereka ialah perlu adanya metode pembelajaran yang memudahkan dan sistematis. Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ini biasa dipandang salah satu upaya pendidikan Alquran.

Menghafal Alquran merupakan ibadah yang dimuliakan oleh Allah karena Alquran merupakan kitab suci di dalamnya terdapat ajaran-ajaran yang mengandung syiar agama. Menghormati syariat agama yang tertulis dalam kitab suci Alquran termasuk bentuk penghormatan kepada Allah swt yang merupakan wujud dari adanya ketakwaan hati. Begitu pula sebaliknya, mengabaikan syiar agama merupakan bentuk lain kurangnya perhatian terhadap keagungan Allah.4

Menghafal Alquran adalah merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah zat yang menurunkan Alquran kepada hambanya yang terpilih. Semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan kemuliaan ini dan Allah menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh menghafalnya.

Kemudahan yang dimaksud meliputi hal membaca, menghafal, memahami, mempelajari serta mengetahui keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya.5

4 Mukhlisoh Zawawie, Pedoman Membaca, Mendengar dan Menghafal Al-Qur’an (Solo : Tinta Medina, 2011) h. 9

5 Abdul al-Kahil, Thariqah Ibdaiyyah Li Hifzh al-Qur’an: Hafal al-Qur’an Tanpa Nyantri Cara Inovatif menghafal al-Qur’an Penerji Ummu Qadha Nahbah al-Uqofi, Solo:

Pustaka Arafah,2010, h.13

(19)

Karena dalam lafadz-lafadz Alquran, redaksi-redaksinya dan ayat-ayatnya yang mengandung keindahan kenikmatan dan kemudahan.6

Keuntungan atau kemanfaatan lainnya lebih cepat khatam menghafalnya.

Akan tetapi, bacaannya bukan hanya lancar, melainkan harus baik, benar, dan fasih serta benar-benar menguasai dan memahami ilmu tajwid. Kenapa hal tersebut diperlukan? Sebab, agar tidak terjadi kesalahan terhadap materi yang dihafalkannya. Jika bacaannya salah maka hasil yang dihafalkannya pun akan salah, sehingga untuk memperbaikinya dibutuhkan ketelitian yang akan membutuhkan waktu cukup lama.

Sulitnya mengaji Alquran ditambah menghafal Alquran secara harfiah, tampaknya tidak lepas dari keberadaan pondok pesantren khususnya, serta guru Alquran pada umumnya baik secara menejerial, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM), metodologi maupun sarana prasarana yang ada. Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan nonformal yang telah diakui keberadaannya baik secara nasional maupun internasional, tentunya dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah, pesantren telah memainkan peranan yang benar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta membina akhlak yang mulia. Pondok pesantren Nahdlatul Ulum menyelenggarakan program pendidikan 12 tahun yang terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA). Untuk

6 Supian, Ilmu-Ilmu al-Qur’an Praktis Tajwid Tahfizh dan Adab Tilawah al-Qur’an AlKarim,ditashih oleh Ust. Dzul Adzmi al-Hafiz. Jakarta: Gilang Persada (GP) Pers, 2012, h.190

(20)

Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah nantinya akan memperoleh 2 (dua) Ijazah yakni Ijazah Nasional dan Ijazah Pesantren.

Selain jenjang pendidikan tersebut, Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum membuka Program Pendidikan Takhassus (KHUSUS) yaitu Program Diniah Formal (PDF). Program lainnya yang merupakan ciri khas kepesantrenan seperti Bahasa Arab, Tahfidzul Qur’an, Kajian Kitab. Sedangkan untuk mengembangkan bakat dan minat para santri maka Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum memberikan program pengembangan diri atau lebih dikenal istilah ekstrakurikuler. Hal ini dalam rangka menjaga keseimbangan antara aspek keilmuan dan aspek amaliyah yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang menjadi ciri khas pesantren.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur’an memiliki ruang khusus tersendiri, dimana Tahfidzul Qur’an merupakan ciri khas kepesantrenan dan pelaksanaan metode pembelajaran Tahfidzul Qur’an sebagai salah satu upaya untuk menjaga Alquran.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut, dengan mengangkat judul

“Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros”.

B. Rumusan Masalah

(21)

1. Bagaimana Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros?

2. Faktor apa saja yang pendukung dan penghambat Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros?

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam mengefektifkan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros

2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Efektifitas Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kabupaten Maros

3. Untuk Mengetahui Upaya-upaya yang dilakukan dalam Mengefektifkan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Terhadap Perkembangan Hafalan Santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

D. Manfaat penelitian

1. Dari segi teori kependidikan: memperkaya pemikiran dan memperluas pemahaman tentang konsep pembelajaran Alquran

(22)

2. Dari segi praktek kependidikan memberikan informasi kualitatif tentang beberapa metode pembelajaran Alquran yang efektif dalam bidang pendidikan yang sebaiknya diaplikasikan oleh guru dalam menjalankan aktifitas tanggung jawab kesehariannya.

(23)

10 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Tahfidz Qur’an

Tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza - yahfadzu – hifdzan. Menurut bahasa Alquran berasal dari kata qa-ra-a yang artinya membaca. para ulama’ berbeda pendapat mengenai pengertian atau definisi tentang Alquran. Hal ini terkait sekali dengan masing- masing fungsi dari Alquran itu sendiri.

Pengertian Alquran menurut istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah saw, ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Setelah melihat definisi menghafal dan Alquran di atas dapat disimpulkan bahwa Tahfidz Qur’an adalah proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.

Sedangkan menurut Abdul Aziz Rauf definisi menghafal adalah “proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar.” Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal.

Kesulitan menghafal Alquran bukan perkara gampang, apabila tidak didasari niat karena Allah. Banyak metode menghafal Alquran yang cepat dan mudah seperti, membaca sebanyak 20 kali, mushafnya jangan ganti-ganti, jika ayatnya panjang penggal menjadi beberapa bagian.

(24)

Ada istilah-istilah yang lazim digunakan di lingkungan pesantren tahfiz dan merupakan bagian dari cara atau metode dalam proses tahfiz. Namun demikian, dalam penerapannya bisa berbeda antara pesantren satu dengan yang lainnya, atau ada juga diantaranya yang tidak menerapkan cara tersebut. Istilah- istilah tersebut yaitu:7

1. Nyetor. Istilah ini digunakan dalam rangka mengajukan setoran baru ayat- ayat yang akan dihafal. Caranya, para santri menulis jumlah ayat atau lembaran yang akan dihafalkan pada alat khusus, bisa berupa blangko atau alat lainnya, yang telah pojok sesuai yang dikehendaki santri.

2. Muraja’ah. Proses menghafal ayat yang dilakukan para santri dengan mengulang-ulang materi hafalan yang telah disetorkan, proses ini dilakukan secara pribadi.

3. Mudarasah. Saling memperdengarkan hafalan (bil-ghaib) atau bacaan (bin-nazar) antara sesama santri dalam kelompok juz pada satu majelis.

Cara ini dapat dilakukan secara bergantian per ayat atau beberapa ayat sesuai yang disepakati oleh pengasuh.

4. Sima’an. Saling memperdengarkan hafalan (bil-ghaib) atau bacaan (bin- nazar) secara berpasangan (satu menghafal atau membaca, satu menyimak) dengan cara bergantian dalam kelompok juz.

5. Takraran (Takrir). Menyetorkan atau memperdengarkan materi hafalan ayat-ayat sesuai dengan yang tercantum dalam Ngeloh/Saba/Setoran dihadapan pengasuh dalam rangka men-tahqiq atau memantapkan hafalan

7 Tim Lajnah Pentashihah Mushaf Al-Qur’an, Para Penjaga Al-Qur’an, (Kementrian Agama: 2011), h. 13-14

(25)

dan sebagai syarat dapat mengajukan setoran hafalan yang baru. Takraran biasanya dilakukan tidak hanya pada hafalan ayat-ayat yang tercantum dalam satu setoran, akan tetapi juga dilakukan pada beberapa setoran sebelumnya.

6. Talaqqi. Proses memperdengarkan hafalan ayat-ayat Alquran secara langsung di depan guru. Proses ini lebih dititik beratkan pada bunyi hafalan.

7. Musyafahah. Proses memperagakan hafalan ayat Alquran secara langsung di depan guru. Proses ini lebih dititik beratkan pada hal-hal yang terkait dengan ilmu tajwid, seperti makharijul huruf. Antara talaqqi dan musyafahah sebenarnya sama dan dilakukan secara bersamaan dalam rangka men-tahqiq-kan hafalan santri kepada gurunya.

8. Bin-Nazar. Membaca Alquran dengan melihat teks, proses ini dilakukan dalam rangka mempermudah proses menghafal Alquran dan biasanya dilakukan bagi santri pemula. Kelancaran dan kebaikan membacanya sebagai syarat dalam memasuki proses tahfiz.

9. Bil-Ghaib. Pengusaan seseorang dalam menghafal ayat-ayat Alquran tanpa melihat teks mushaf 8

B. Keutamaan Menghafal Alquran

8 Ahmad Lutfy, Metode Tahfidz Al-Qur’an, Jurnal Holistik Vol 14 Number 02, 2013/1435 H, h. 162

(26)

Inilah diantara keutamaan menghafal Alquran:

1. Mendapat kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah. Seorang penghafal Alquran sudah pasti cinta kepada Kalamullah. Allah mencintai mereka yang cinta kepada kalam-Nya.

2. Penghafal Alquran akan meraih banyak sekali pahala. Bisa digambarkan, jika setiap huruf yang dibaca seorang mendapatkan 10 pahala, jumlah huruf Alquran (sebagaimana disebutkan Imam Sayuthi dalam al-Itqan) adalah 671.323 huruf maka bisa dibayangkan berapa juta pahala yang dihasilkan ketika seorang penghafal Alquran berulang kali membaca ayat- ayat Alquran.

3. Penghafal Alquran yang menjunjung nilai-nilai Alquran dijuluki dengan

“Ahlullah” atau keluarga Allah atau orang yang dekat dengan Allah.

4. Nabi Muhammad saw pernah menyegerakan penguburan sahabat yang meninggal dalam perang uhud, yang hafalannya lebih banyak daripada lainnya. Ini penghargaan bagi mereka yang hafal Alquran.

5. Nabi Muhammad saw memerintahkan para sahabat yang menjadi imam shalat adalah mereka yang paling bagus bacaan Alqurannya, yang sekaligus juga hafal.

6. Nabi menjanjikan bahwa orangtua penghafal Alquran akan diberi mahkota oleh Allah pada hari kiamat nanti.

7. Penghafal Alquran telah mengaktifkan sel-sel otaknya yang berjumlah miliaran melalui kegiatan menghafal. Kegiatan ini potensi untuk menjadikan otaknya menjadi semakin kuat dan cerdas.

(27)

8. Penghafal Alquran termasuk orang-orang terdepan dalam menjaga keaslian, kemurnian, kelestarian kitab suci Alquran.

9. Seorang penghafal Alquran yang selalu membaca ayat-ayat suci Alquran akan menciptakan dirinya menjadi manusia saleh.

10. Penghafal Alquran akan mendapat syafaat Alquran pada hari kiamat.

Alquran akan terus mengawal “shabib”nya semenjak dari kubur sampai masuk surga.

11. Penghafal Alquran yang selalu muraja’ah (mengulang hafalan) ia sebenarnya tengah melakukan olahraga otak dan lidah.

12. Karena Alquran adalah kitab “Mubarak” yang penuh berkah atau tempat menumpuknya kebaikan.9

13. Penghafal Alquran akan memakai mahkota kehormatan.

14. Para malaikat berkerumunan di sekelilingnya.

Bahwa orang-orang yang membaca Alquran dan mempelajarinya berada dalam keadaan aman dan penuh keselamatan. Karena keberadaan mereka (para malaikat) akan menjaga mereka mereka dari setiap mara bahaya yang mengancam.10

Pada saat di alam kubur Alquran hadir melindungi hingga dia bisa tidur nyenyak di Padang Mahsyar, Alquran hadir mengayomi, melintasi jembatan,

9 K.H.Ahsan Sakho Muhammad, Menghafalkan Al-Qur’an (Jakarta Selatan: PT. Qaf Media Kreativa,2017) h. 27-33

10 Musthafa al-Bagha dan Muhyidin, Pokok-pokok Ajaran Islam (Jakarta: Rabbani Press,2002), h. 436

(28)

Alquran membimbingnya hingga lolos menuju surga. Ketika di surga, Alquran hadir menghibur dan membahagiakan.11

C. Hukum Menghafal Alquran

Mengenai hukum menghafal Alquran, apakah hukumnya wajib atas semua umat? ataukah wajib atas sebagiannya saja?. Dalam hal ini para ulama menegaskan bahwa menghafal Alquran jangan sampai terputus jumlah (bilangan) tawatur didalamnya, sehingga tidak dimungkinkan untuk penggantian dan pengubahan. Apabila di antara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya12

Selain alasan demi menjaga keutuhan Alquran, alasan lain adalah agar tidak terputus periwayatan mutawatirnya. Maka Alquran tetap autentik, diriwayatkan dari orang banyak oleh orang banyak dan bersinambung selamanya.

Keautentikannya dipertanggung jawabkan langsung oleh orang hidup yang cerdas dan terpercaya. Tidak terhenti pada buku atau catatan saja.13

Alquran memperkenalkan diri dengan berbagai ciri dan sifatnya. Salah satunya ialah bahwa ia merupakan salah satu kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah swt. Sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian.

11 Khirotul Idawati dan Hanifuddin Mahaddun, Teknik Menghafal Kontemporer Al- Qur’an Model File Komputer (ayat, terjemah dan nomor urut) Metode Hanifida (Jombang: Tanpa Penerbit, 2009), h. ii

12 Abdurrab Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h.

13 H.A Muhaimin Zein, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an: Pembinaan Qari’ Qariah dan Hafizh Hafizhah, (Jakarta: Pimpinan Pusat JHQ, 2006), h.148.

(29)

Dengan jaminan Allah dalam ayat tersebut tidak berarti umat Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh-musuh Islam yang tak henti-hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Alquran.

Menghafal Alquran adalah simbol bagi umat Islam dan duri bagi masuknya musuh-musuh Islam. James Mansiz berkata, “Boleh jadi, Alquran merupakan kitab yang paling banyak dibaca di seluruh dunia. Dan, tanpa diragukan lagi, ia merupakan kitab yang paling mudah dihafal.14

Dalam hal ini, maka menghafal Alquran menjadi sangat dirasakan perlunya dengan beberapa alasan:

1. Alquran diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Nabi saw. Secara hafalan.

2. Hikmah turunnya Alquran secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya hikmah untuk menghafal, dan Rasulullah merupakan figur Nabi yang dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara hafalan, agar ia menjadi teladan bagi umatnya. Maha suci Allah yang telah memudahkan Alquran untuk dihafal.

3. Firman Allah pada surah Al-Hijr 9

َنوُظِف ََٰحَل ۥُهَل اَّنِإ َو َر ۡكِّذلٱ اَنۡل َّزَن ُن ۡحَن اَّنِإ

Terjemahnya:

14 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-qur’an ( Jogjakarta: Diva Press,2012), h. 27

(30)

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan pasti Kami (pula) yang Memeliharanya.15

Ayat bersifat aplikatif, artinya bahwa jaminan pemeliharaan terhadap kemurnian Alquran itu adalah Allah yang memberikannya, tetapi tugas operasional secara riil untuk memeliharanya harus dilakukan oleh umat yang memilikinya.

4. Menghafal Alquran hukumnya adalah fardhu kifayah. Ini berarti bahwa orang yang menghafal Alquran tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Alquran. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya.

5. Hukumnya orang yang hafal Alquran kemudian melupakannya, membacanya adalah ibadah yang melembutkan hati, menundukkan hawa nafsu, dan berbagi keutamaan lainnya yang tidak terhingga. Tidak pantas orang yang hafal Alquran melupakan bacaannya dan tidak wajar ia lalai dalam menjaganya. Tetapi seharusnya ia mengatur waktu untuk menjadikan Alquran sebagai wirid harian agar terbantu untuk mengingat dan menjaganya agar tidak lupa, karena mengharap pahala dan faedah dari hukum-hukumnya secara akidah dan pengamalan. Orang yang hafal Alquran kemudian lupa termasuk dosa besar, tapi jika disebabkan karena malas atau ceroboh.

D. Persiapan Sebelum Menghafal Alquran

15 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung, CV Penerbit Di Ponegoro,2013 h.262

(31)

1. Tekad yang kuat

Menghafal Alquran merupakan tugas yang sangat agung dan besar. Tidak ada yang sanggup kecuali orang yang memiliki semangat dan tekad yang kuat serta keinginan yang membaca.

2. Menentukan tujuan

Agar tujuan dapat terwujud, maka seseorang harus memenuhi tiga hal dalam menghafal Alquran:

a. Jangan pernah mengeluh bahwa tidak ada pernah dapat dihafal dalam Alquran.

b. Jadikan seseorang sebagai teladan, dalam hal menghafal Alquran dan teladan dalam segala hal

c. Catatlah segala apa yang terjadi jika telah hafal Alquran 3. Memilih waktu yang tepat

a. Sepertiga malam terakhir b. Ketika hati sedang bersemangat c. Waktu-waktu senggang16

4. Pentingnya berdo’a

5. Kekuatan motivasi dan kebenaran keinginan untuk menghafal Alquran Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

E. Syarat Menghafal Alquran

1. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya.17

16 Bahirul Amali Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Alqur’an (Jogjakarta: Pro-U Media, 2012), h. 38-39

(32)

2. Harus membersihkan diri dari segala sesuatu perbuatan yang kemungkinan dapat merendahkan nilai studinya, kemudian menekuni secara baik dengan hati terbuka, lapang dada dan dengan tujuan yang suci.

3. Niat yang ikhlas, Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Alquran. Sebab, apabila seseorang melakukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka amalannya hanya akan sia-sia. Ikhlas merupakan merupakan landasan pokok dari berbagai macam ibadah18. Muhammad Mahmud Abdullah mendefinisikan ikhlas dengan, “Mengarahkan seluruh perbuatan hanya karena Allah serta mengharap keridaan-Nya tanpa ada sedikit pun keinginan mendapat pujian manusia”19

4. Memiliki keteguhan dan kesabaran, keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang sangat penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Alquran.

5. Istiqomah, yang dimaksud istiqomah yaitu konsisten terhadap hafalannya.

Seorang penghafal Alquran harus senantiasa menjaga efisiensi waktu, berarti seorang penghafal akan menghargai waktu dimanapun dan kapanpun saja waktu luang. Seorang peghafal Alquran harus bias istiqomah, baik istiqomah dalam proses menghafal maupun muraja’ah.

17 Ahsin W. Al-Hafidz. op.cit, h. 49

18 Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Bening, 2010), h.21

19 Achmad Yaman Syamsudin, Lc. Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an. (Solo: Insan Kami, 2007), h. 42

(33)

Keduanya harus seimbang, prinsipnya tiada hari tanpa menghafal dan muraja’ah.20

6. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela.

7. Mampu membaca dengan baik, sebelum penghafal Alquran memulai hafalannya, hendaknya penghafal mampu membaca Alquran dengan baik dan benar, baik dalam tajwid maupun makharij al-hurufnya , karena hal ini akan mempermudah penghafal untuk melafazkannya dan menghafalkannya.21

8. Menggunakan satu mushaf saja untuk menghafal.

Syarat ini merupakan salah satu perkara yang dapat membantu menghafal Alquran. Penjelasannya, seseorang biasa menghafal melalui penglihatannya sebagaimana dia biasa menghafal melalui pendengarannya.

Letak ayat-ayat di dalam mushaf akan terekam di dalam ingatan seiring dengan banyaknya membaca dan melihat mushaf yang sama.22

9. Menguatkan hafalan sebelum beralih ke hafalan baru.

20 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara cepat Menghafal Al-Qur’an. (Yogyakarta: Diva Press, 2012) h. 72

21 Raghib al-Sirjani, Cara Cerdas Menghafal Al-Qur’an, (Solo: Aqwan, 2007) h.63

22 Majdi Ubaid, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam,2014) h.172

(34)

Salah satu hal yang dapat membantu menguatkan hafalan ini adalah terus mengulang-ulang apa yang telah dihafal setiap kali dia memiliki waktu luang.23

F. Macam – Macam Metode Menghafal Alquran

Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Thurikuh yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Bila dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam bentuk pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dicerna dengan baik.24

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

1. Hasan Langgulung: cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Abd. Al-Rahman Ghunaimah: cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pendidikan

3. Al-Ahrasy: jalan yang seseorang ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode dalam berbagai pelajaran.25

Menghafal Alquran merupakan pekerjaan yang sangat panjang dan penuh dengan kesulitan. Meskipun demikian, ada beberapa faktor luar yang apabila diperhatikan akan membantu mempermudah kita dalam menjalani prosesi hafalan

23 Ahmad Salim Badwilan. Op.Cit. h.24-25

24 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 2-3

25 Ramayulis, Metode bacaannya, lalu dihafalkan. Pendidikan Al-Qur’an (Jakarta: rinoka Cipta, 2005), h.3

(35)

Alquran, yaitu metode. Ada beberapa metode yang lazim dipakai oleh penghafal Alquran, yaitu :

a. Metode wahdah26

Wahdah yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

b. Metode kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya.

Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

c. Metode sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif

bagi penghafal yang punya daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Alquran.

26 W. Ahsin Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal AlQur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 63.

(36)

d. Metode gabungan

Metode ini merupakan metode gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.

e. Metode jama’i

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama- sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kedua, instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya.

f. Metode Talaqqi

Metode talaqqi atau metode audio adalah metode menghafal Alquran dengan cara mendengarkan, baik dari bacaan gurunya maupun melalui media.

Menurut KH. Ahsin Sakho, metode ini sangat efektif bagi para penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama tunanetra dan anak-anak di bawah umur yang belum mengenal baca tulis.27

Termasuk pengaruh media, saat ini sangat membantu anak-anak dalam menghafal Alquran. Dengan seringnya bacaan Alquran diperdengarkan, anak akan dapat mudah menghafal dan melatih sehingga lisan terbiasa dan lentur dalam mengucapkan huruf-huruf Alquran.

27 Masagus H.A.Fauzan Yayan,SQ,Quantum Tahfidz, (Jakarta: Penerbit Erlangga,2015), hal.82

(37)

Ada dua bentuk metode audio/talaqqi’, yaitu pertama, biasanya dilakukan cara guru membacakan Alquran dengan hafalan atau melihat mushaf, kemudian murid mendengarkan bacaan tersebut di majelis atau di luar majelis, dan bisa juga mendengar bacaan teman yang menghafal Alquran.

Dalam hal seperti ini, guru dituntut berperan aktif, sabar, dan teliti dalam membaca dan membimbing mereka, karena ia akan membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkan, baru kemudian dilanjutkan ayat-ayat berikutnya sampai selesai.

Kedua, merekam terlebih dahulu ayat yang akan dihafal ke dalam media perekam dan semacamnya sesuai kebutuhan dan kemampuannya, kemudian diputar untuk didengarkan sambil mengikuti perlahan-lahan, setelah itu diulang lagi seterusnya sampai ayat-ayat tersebut betul-betul hafal di luar kepala.

g. Metode Takrir

Takrir artinya pengulangan, yaitu metode mengulang kalimatnya, waqafnya, dan lain-lain. Hafalan yang sudah pernah disetorkan kepada guru diulang-ulang terus dengan dilakukan secara sendiri atau meminta orang lain untuk mendengarkan mengoreksi hafalannya.

h. Metode Tartil

Yaitu metode menghafal dengan pegucapan yang baik sesuai dengan pengaturan tajwid mengenai peraturan hurufnya, kalimatnya, berhentinya, dan lainnya.

i. Metode Gerakan dan Isyarat

(38)

Teknik menghafal cepat menggunakan gerakan dapat diterapkan luas.

Teknik ini sangat membantu terutama untuk menghafal suatu ungkapan yang harus sama persis, tepat, tanpa ada kesalahan kata demi kata. Umumnya sangat bermanfaat untuk menghafal ungkapan-ungkapan dalam bahasa asing.

Teknik ini pada dasarnya banyak yang sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika mengerjakan shalat. Ketika seseorang shalat, ia membaca ayat-ayat Alquran seperti Al-Fatihah dan surah/ayat tertentu dengan tepat tanpa kesalahan sedikit pun. Anak-anak biasanya sudah hafal bacaan Alquran untuk shalat ini di usia balita yang kalau ditulis kira-kira 10 halaman.

Balita ini dapat menghafal dengan cara melakukan gerakan shalat sambal mengucapkan bacaan. Tetapi kalau ia disuruh menghafalkan bacaan ini tanpa melakukan gerakn shalat, biasanya mereka tidak akan berhasil. Jadi, gerakan benar-benar membantu dalam proses menghafal cepat.28

j. Metode One Day One Ayat

Metode ini tidak hanya menghafalkan satu ayat satu hari, namun lebih dari itu. Artinya, kandungannya, dan yang terpenting adalah mengamalkannya.

Dengan demikian kerja otak semakin bertambah dalam hitungan detik dan menit, karena diperkaya dengan wawasan dan pengalaman yang ada selama ini dengan informasi dari Alquran yang dihafal. One day One ayat lebih cocok dilakukan dengan bimbingan seorang ustadzah. Pertama, ustadzah membacakan secara berulang-ulang satu ayat yang dihafal dengan dipotong-potong. Kemudian, ustadz mempersilahkan santri untuk membaca ayat tersebut. Setelah hafal, ustadz

28 Ibid, hal 92

(39)

menjelaskan artinya perkata, sambil menanyakan ke santri jika mereka sudah tahu arti pada kata-kata tertentu. Setelah tahu artinya, ustadzah mengulangi kembali ayat dan terjemah yang sudah dihafal itu.

Metode one day one ayat juga efektif dengan memperdengarkan santri satu ayat yang akan dihafal melalui media-media elektronik, seperti MP3, MP4, atau Alquran Digital. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti secara perlahan lahan bacaan tersebut berulang-ulang hingga hafal. Setelah hafal baiknya diperdengarkan dengan orang lain, teman, atau guru. Dapat juga dilakukan dengan cara langsung membaca satu ayat tersebut secara tartil dan berulang-ulang serta tidak tergesa-gesa.29

k. Metode Tabarak

Metode tabarak, merupakan metode mudah menghafal Alquran yang dikembangkan oleh Syeikh Kamil El Laboudy – seorang pakar tahfiz Qur’an internasional dan motivator asal Mesir. Melalui pelatihan ini, para peserta dilatih cara mengajarkan hafalan bagi anak-anak di bawah umur lima tahun walaupun mereka belum biasa membaca Alquran.

Langkah metode menghafal Alquran ala Tabarak sebelum menghafal diantaranya:

1) Niat ikhlas mencari ridha Allah, 2) Berdoa pada waktu mustajab, 3) Menentukan jadwal harian,

4) Menyiapkan kotak hadiah yang dibungkus.

29 Ibid, hal 98

(40)

Ketika menghafal diantaranya:

Menyediakan tempat yang cocok, Mendengarkan murrotal para Syeikh, Memulai hafalan dari surat An-Naba’30

Jadi, Metode Tabarak cocok untuk anak balita yang mempunyai pikiran yang jernih dan pemahaman yang masih fitrah. Oleh karena itu, menghafal Alquran pada anak usia balita sangat dianjurkan dalam islam.

G. Kaidah-Kaidah Penting untuk Menghafal Alquran 1. Memperbaiki bacaan dan ucapan

Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendengar dari seorang Qori’ yang bagus atau penghafal sempurna.

2. Menentukan persentase

Bagi orang yang ingin membaca Alquran, wajib menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari.

3. Jangan melampaui kurikulum harian hingga bagus hafalannya secara sempurna tidak boleh berpindah kepada kurikulum baru dalam hafalan kecuali jika ia telah menyelesaikannya secara sempurna hafalan yang lama.

Tujuannya adalah agar hafalan menjadi mantap dalam ingatan.

4. Konsisten dengan satu ras mushaf hafalan.

Termasuk yang bisa membantu hafalan secara sempurna adalah jika seorang penghafal menjadikan satu mushaf khusus, tidak diganti-ganti secara mutlak.

5. Pemahaman adalah cara menghafal

30 Fatin Masyud, Ida Husnur Rahmawati, Rahasia Sukses 3 Hafizh Qur’an Cilik Mengguncang Dunia (Jakarta Timur: Zikrul Hakim,2016), h.229

(41)

Diantara bantuan terbesar dalam menghafal adalah pemahaman terhadap ayat-ayat yang dihafal dalam mengetahui aspek keterkaitan antara bagian ayat dengan yang lainnya.

6. Jangan melampaui surat hingga terkait atau terikat antara awal dan akhir surat.

Setelah menyelesaikan suatu surat, seorang penghafal jangan berpindah pada surat lain terlebih dahulu kecuali setelah menyempurnakan hafalannya dan mengikat awal surat dengan akhirnya, serta lidahnya dapat mengucapkannya dengan mudah, tanpa susah-susah berpikir atau berusaha mengingat ayat dan mengikuti bacaan.

7. Memperdengarkan secara rutin

Seorang penghafal jangan bersandar pada hafalannya sendiri saja, tetapi mesti memperlihatkan hafalannya itu kepada orang lain, atau mengikuti mushaf. Betapa indah jika ini dilakukan bersama seorang hafidz yang kuat hafalannya.

8. Mengulangi secara rutin

Penghafalan Alquran berbeda dengan yang lain karena Alquran cepat hilang dari pikiran. Oleh karena itu, ketika penghafal Alquran meninggalkannya sedikit saja, maka Alquran akan kabur darinya. Dan ia akan melupakannya dengan cepat.

Untuk menguatkan hafalan, hendaknya mengulangi halaman yang sudah dihafal sesering mungkin, jangan sampai merasa sudah hafal satu halaman,

(42)

kemudian tinggal hafalan tersebut dalam waktu yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.

9. Perhatian pada ayat-ayat serupa

Alquran itu seringkali serupa dalam makna, lafadz, dan ayatnya.

10. Penggunaan tahun-tahun yang tepat untuk menghafal

Tahun-tahun yang tepat untuk menghafal yang telah benar-benar disepakati, yaitu dari umur 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya, manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini merupakan tahun- tahun menghafal yang tepat.31

Jadi, menghafal Alquran pada usia dini sangat dianjurkan, karena menghafal di usia tersebut sangat cepat dan tepat dan akan menghasilkan hafalan yang kuat dan tidak mudah lupa. Sangat berbeda hasil yang akan dicapai ketika menghafal di usia yang tidak ideal, biasanya cepat hafal namun cepat pula lupa.

H. Hambatan-Hambatan Tahfidz Alquran

Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia selalu mempunyai hambatan dalam

31 Ahmad Salim Badwilan, op. cit, h, 104-116

(43)

kehidupan sehari-hari, baik dari diri manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia.32

Menurut Rochman Natawijaya hambatan cenderung bersifat negative, yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang. Dalam melakukan kegiatan seringkali ada beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya. Hal itu merupakan rangkaian hambatan yang dialami seseorang dalam belajar.33

Ada beberapa hal yang membuat seseorang sulit untuk menghafal Alquran dan juga mempertahankan hafalannya. Orang yang ingin menghafal Alquran harus menyadari hal itu dan menjauhinya. Berikut adalah beberapa hambatan yang menonjol:

1. Banyak dosa dan maksiat. Karena hal itu membuat seorang hamba lupa pada Alquran dan melupakan dirinya pula serta membutakan hatinya dari ingatan kepada Allah.

2. Tidak senantiasa mengikuti, mengulang-ulang, dan memperdengarkan hafalan Alquran.

3. Perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia menjadikan hati terikat dengannya, dan pada gilirannya hati menjadi keras, sehingga tidak bisa menghafal dengan mudah.

4. Menghafal banyak ayat pada waktu yang singkat dan pindah ke selainnya sebelum menguasainya dengan baik.

32 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga Bahasa Depdiknas (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 385

33 Sutriant, factor penghambat pembelajaran (Yogyakarta: FIK UNY, 2009), h.7

(44)

5. Semangat yang tinggi untuk menghafal di permulaan membuatnya menghafal banyak ayat tanpa menguasainya dengan baik, ia pun malas menghafal dan meninggalkannya.34

I. Manfaat Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Alquran ternyata membawa manfaat yang banyak, antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Spiritual

Suatu hal yang harus diyakini saat sedang menghafalkan Alquran: Alquran adalah kitab yang penuh dengan keberkahan. Keberkahan berarti banyaknya kebaikan pada sesuatu. Jika Alquran adalah kitab yang penuh berkah, maka mereka yang menghafalkan Alquran akan mengunduh keberkahan itu secara terus-menerus.

2. Manfaat Etika dan Akhlak

Menghafalkan Alquran bisa menciptakan generasi yang penuh etika.

Sebagai gambaran, seorang penghafal Alquran harus menyetorkan hafalannya kepada gurunya. Ketika berhadapan dengan guru, mereka harus beretika terhadap guru. Seorang murid harus menunjukkan etika dan kesopanannya.

3. Manfaat Intelektual

Salah satu manfaat menghafal Alquran adalah penguatan otak. otak adalah salah satu anggota tubuh. jika digunakan terus-menerus anggota tubuh akan semakin kuat. Begitu juga dengan otak manusia. Otak manusia

34 Ibid, h. 203-204

(45)

seperti kumparan dalam mesin listrik. Ketika menghafal ayat-ayat Alquran, kumparan itu terus berjalan, mesin itu akan aktif dan dinamis.

4. Manfaat Keilmuan

Diantara manfaat menghafal Alquran secara keilmuan, khususnya bagi mereka yang sudah bisa mengerti isi kandungan Alquran, adalah mereka akan menemukan banyak sekali ungkapan yang terkait dengan berbagai macam keilmuan, yaitu:

a. Banyak menghafal kosa kata. Seorang yang hafal Alquran secara otomatis akan hafal 77.934 kosa kata.

b. Terkait dengan poin di atas, penghafal Alquran akan banyak menghafalkan kaidah-kaidah nahwu dan sharaf.

c. Banyak menghafal dalil-dalil hukum. Dalam Alquran terdapat sekitar 500 ayat-ayat hokum, mulai dari fiqih ibadah, fiqih muamalat, fiqih munakahat dan fiqih jinayat.

d. Banyak menghafal dalil sejarah. Dalam Alquran juga banyak diceritakan kisah-kisah menarik.

e. Banyak menghafal kata-kata hikmah. Dalam Alquran juga banyak kata hikmah yang sangat berguna bagi kehidupan. Hampir di setiap surah banyak di jumpai kata-kata hikmah.

f. Banyak menghafal ayat-ayat kauniyah. Dalam Alquran juga banyak ayat terkait dengan fenomena alam semesta.

g. Mengahafal ribuan ayat tentang akidah, ratusan ayat tentang kisah masa lalu, banyak ayat yang berkaitan dengan tema-tema kehidupan.

(46)

h. Bagi mereka yang ingin membikin tafsir tematik, baik untuk bahan ceramah atau membikin makalah ilmiah, dia dengan cepat mampu menghadirkan ayat- ayat yang terkait dengan satu tema.35

35 K.H.Ahsan Sakho Muhammad, op. cit, hlm 19

(47)

33 1. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana peneliti harus melibatkan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti data. Dalam upaya mencapai wawasan imajinatif ke dalam dunia responden, peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif tetapi tetap mengambil jarak. Pada hakikatnya penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan antara lain. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini meyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.37

Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang akan menghasilkan kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan menghasilkan data yang berupa angka-angka. Jika ditinjau dari sudut kemampuan dan kemungkinan penelitian dapat memberikan informasi atau penjelasan, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif.

37 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9

(48)

Oleh karena itu, hasil dari pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang utuh dan terorganisasi dengan baik tentang komponen- komponen tertentu, sehingga dapat memberikan kevalidan dari hasil penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasar perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan sosial manusia. Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang bertujuan memahami suatu masalah kemanusiaan yang didasarkan pada penyusunan suatu gambaran yang kompleks dan menyeluruh menurut pandangan yang rinci dari para informan serta dilaksanakan di tengah setting alamiah.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti lakukan di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum.

Berlokasi di JL. Samudra No.37 Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros Sulawesi Selatan Alasan peneliti menjadikan Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum sebagai lokasi penelitian karena peneliti tertarik dengan sekolah tersebut

Adapun objek dari penelitian yang dilakukan adalah guru tahfid, siswa dan kepala sekolah Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum.

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Penelitian

Penelitian kualitatif ini difokuskan pada metode Tahfidzul Qur’an. Dengan fokus permasalahan tersebut, kajian yang dibahas mencakup efektifitas pembelajaran

(49)

metode Tahfidzul Qur’an terhadap perkembangan hafalan santri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum.

Deskripsi fokus penelitian yaitu:

Tahfidz yang berarti menghafal, menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa arab hafidza - yahfadzu – hifdzan. Menurut bahasa Alquran berasal dari kata qa-ra-a yang artinya membaca.

Jadi, Menghafal Alquran adalah merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah zat yang menurunkan Alquran kepada hambanya yang terpilih. Semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkan kemuliaan ini dan Allah menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh menghafalnya. Kemudahan yang dimaksud meliputi hal membaca, menghafal, memahami, mempelajari serta mengetahui keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya.38 Karena dalam lafadz-lafadz Alquran, redaksi-redaksinya dan ayat-ayatnya yang mengandung keindahan kenikmatan dan kemudahan39

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

38 Abdul al-Kahil, loc.cit

39 Supian, loc.cit

(50)

1) Sumber Data Utama (data primer)

Data primer adalah data yang didapat langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagi sumber informasi yang dicari. Dalam bidang pendidikan data primer ini diperoleh atau berasal dari hasil tes maupun wawancara dengan guru dan siswa.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber informasi atau responden untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian adalah:

a) Guru tahfidz, berupa wawancara.

b) Siswa tahfidz, berupa wawancara.

2) Sumber Data Tambahan (data sekunder)

Data sekunder adalah sumber data yang tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen.40Data ini berupa dokumen-dokumen sekolah seperti keadaan geografis lembaga pendidikan, profil sekolah, struktur kepengurusan sekolah, visi dan misi dan lain sebagainya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dilapangan.Penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian, yang diharapkan dapat melengkapi data dan

40 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), h. 8

(51)

membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi41

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa pengumpulan data dapat dikerjakan berdasarkan pengalaman. Memang dapat dipelajari metode-metode pengumpulan data yang lazim digunakan, tetapi bagaimana mengumpulkan data di lapangan dan bagaimana menggunakan teknik tersebut di lapangan.

Maka, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Observasi (pengamatan)

Observasi adalah adalah cara untuk mengumpulkan data dengan mengamati atau mengobservasi objek penelitian atau peristiwa baik berupa manusia, benda mati, maupun alam. Data yang diperoleh adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku manusia, benda mati atau gejala alam. Sedangkan alat yang digunakan adalah pedoman observasi. Kelebihan observasi adalah data yang diperoleh lebih dapat dipercaya karena dilakukan pengamatan sendiri.

2) Metode Dokumentasi

41 Ibid,.h. 61

(52)

Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data, dengan cara mencari data atau informasi, yang sudah dicatat/dipublikasikan dalam beberapa dokumen yang ada, seperti buku induk, buku pribadi, dan surat-surat keterangan lainnya.

Metode ini digunakan peneliti untuk mencatat tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sekolah, data tentang Strategi Pengembangan Kedisiplinan dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum yaitu strategi sorogan dan setoran. dalam menghafal Alquran pada siswa.

3) Metode Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewanwancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, pewawancara, dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Metode interview indepth ini digunakan untuk mewawancarai guru Tahfidzul Qur’an, Kepala sekolah, serta para santri di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum.

Metode ini digunakan untuk menggali data tentang strategi sorogan dan setoran, pelaksanaan, dan disiplin dalam menghafal Alquran para siswa dalam pembelajaran Tahfidzul Qur’an.

Referensi

Dokumen terkait

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada TUHAN YESUS KRISTUS karena berkat dan bantuanya skripsi ini dapat penulis kerjakan dan selesaikan dengan judul Analisis

Ketika seorang siswa berusaha mencapai tujuan belajar atau dia ingin mencapai prestasi belajar yang optimal maka dia akan menjumpai sejumlah faktor-faktor yang dapat mendorong

Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan

Sel mast adalah sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong, bergaris tengah 20-30 µm, sitoplasmanya bergranul kasar dan basofilik. Intinya agak kecil, bulat, letaknya di

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh