Akumulasi Pb dan pengaruhnya pada kondisi daun Swietenia
macrophylla King
*.
Accumulation and effect of lead on the condition of Swietenia macrophylla
King.’s leaves
Ebynthalina Sembiring1 , Endah Sulistyawati2
1) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, e-mail : ebyn.sembiring@gmail.com.id
2) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, e-mail : endah@sith.itb.ac.id
Abstrak
Pencemaran udara akibat pemakaian bensin bertimbal merupakan problem lingkungan serius di kota-kota besar di Indonesia termasuk Bandung. Salah satu pendekatan untuk mereduksi kandungan partikel timbal di udara adalah dengan bioremediasi menggunakan tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan berpotensi sebagai agen bioremediasi jika mampu menyerap pencemar tanpa mengalami kerusakan atau gangguan pertumbuhan. Dalam penelitian ini ingin dilihat apakah Swietenia macrophylla King (mahoni), pohon pelindung jalan yang cukup banyak di Bandung mampu menyerap dan mengakumulasi Pb di daun dan mengamati apakah akumulasi Pb tersebut berpengaruh pada kondisi daun. Sampel daun untuk pengujian konsentrasi Pb dan pengamatan kondisinya (kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata) diambil dari empat jalan yang berbeda tingkat kepadatan lalulintasnya yaitu : Jalan Kyai Gde Utama, Kapten Tendean, Ir. H. Djuanda dan Siliwangi. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di seluruh sampel daun berkisar antara 0.038 sampai 2.281 μg/g. Uji ANOVA dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa konsentrasi Pb daun dari keempat jalan tidak berbeda nyata. Hasil analisis regresi linear menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata seiring dengan naiknya konsentrasi Pb daun, namun nilai koefisien korelasi untuk ketiga parameter tersebut sangat kecil, (0.0132, 0.0109, 0.0003). Secara umum dapat disimpulkan bahwa S. macrophylla mampu menyerap dan mengakumulasi Pb pada daun dan akumulasi Pb tidak menunjukkan pengaruh terhadap kondisi daun, paling tidak dalam kisaran konsentrasi antara 0.038- 2.281 μg/g, sehingga jenis ini dapat dipertimbangkan sebagai agen bioremediasi polusi timbal.
Kata kunci : bioremediasi, Pb, pencemaran udara, Swietenia macrophylla.
Abstract
Air pollution caused by leaded-gasoline is a serious problem in many cities in Indonesia including Bandung. A method to reduce particle lead content from the air is by using plant as biormediation agent. A plant can be used as bioremediation agent only if it can absorb pollutants without causing damage and retarding growth. This study aims to study the ability of Swietenia macrophylla King (mahoni), a common roadside tree in Bandung, to absorb and accumulate lead on the leaf and investigates the impact of lead accumulaiton on the leaf condition. Leaf samples for investigating lead concentration and analyzing their condition with regards to chlorophyll content, leaf area and number of stomata were taken from four streets having different level of traffic density, i.e : Kyai Gde Utama, Capitan Tendean, Ir. H. Juanda, and Siliwangi. The result showed that range of the lead concentration in all leaves samples were 0.038- 2.281 μg/g. The analysis using ANOVA showed that there was no statistical difference in the concentration of lead among the leave samples taken from those four streets. The analysis using regression linear showed that the decrease in chlorophyll content, leaf area and number of stomata tended to be followed by the increase in the concentration of lead, although the coefficient correlations for those relationships were very low (0.0132, 0.0109, 0.0003). In general this study showed that Swietenia macrophylla has ability to absorb lead and accumulate lead on its leaves and lead accumulation did not negatively affect its performance, at least
*
within the concentration of 0.038- 2.281 μg/g. This suggests that S. macrophylla is potential to become a bioremediation agent for improving air quality.
Key words : air pollution, bioremediation, lead, Swietenia macrophylla.
PENDAHULUAN
Pb merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu yang lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah (Brass dan Strauss, 1981). Pb dapat mencemari udara, tanah, air, tumbuhan, hewan dan bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat melalui pencernaan bersamaan dengan tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh, dan sayur-sayuran. Ahmad (1994) melaporkan bahwa beberapa jenis sayuran yang ditanam di pinggir jalan di kota besar mengakumulasi Pb di daunnya. Selain melalui pencernaan, Pb masuk ke tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Sekitar 25-50 % Pb akan diserap oleh paru-paru karena ukurannya yang kecil (< 0,5μm) sehingga lebih mudah diserap oleh alveoli (Francis, 1994; Ahmad, 1994).
Akumulasi Pb pada anak-anak di bawah usia 12 tahun dapat mengakibatkan penurunan IQ. Selain itu Pb dapat menghambat pertumbuhan otak, menurunkan kemampuan belajar dan membaca, kurangnya pendengaran, gagap, dan kecenderungan menggunakan kekerasan. Pada orang dewasa, Pb dapat menyebabkan penyakit yang berkenaan dengan kardiovaskular, tekanan darah tinggi, serangan jantung, kerusakan paru-paru, gangguan sistem reproduksi, keguguran dan bahkan menimbulkan kanker. (Ghai et al., 2003; Lestari, 2005, Haro dan Pujadas dalam Ebadi et al., 2005).
Penyumbang polusi Pb terbesar di udara adalah sektor transportasi, yang diakibatkan oleh penggunaan Pb sebagai zat aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bahan bakar. Di Indonesia, sebagian besar BBM masih mengandung Pb, kecuali pada beberapa kota di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Kadar Pb pada bensin yang beredar di Bandung kurang lebih 0.117 g/L, padahal kadar Pb dalam BBM yang diperbolehkan adalah 0.013 g/L (www.indonesian-lic.org). Mengingat sebagian besar Pb dalam BBM (70-80%) akan dikeluarkan sebagai partikulat ke udara (Francis, 1994), maka jumlah kandungan Pb dalam BBM di Bandung secara tidak langsung mengindikasikan besarnya emisi Pb di kota Bandung.
Melihat besarnya dampak negatif Pb terhadap manusia maka diperlukan tindakan untuk mereduksi Pb dari udara. Selain dengan mengganti semua bahan bakar dengan bahan bakar bebas timbal, ada cara lain yang dapat digunakan untuk mereduksi Pb di udara dengan dengan menggunakan tumbuhan sebagai agen bioremediasi. Tumbuhan dapat dikatakan sebagai agen bioremediasi untuk pereduksi polusi timbal di udara bila mampu menyerap Pb namun tidak menunjukkan gejala kerusakan yang signifikan (Larcher, 1995).Untuk memilih tumbuhan yang dapat mereduksi Pb dari udara maka diperlukan pengkajian mengenai respon tumbuhan terhadap Pb.
Swietenia macrophylla merupakan salah satu pohon peneduh jalan yang cukup banyak dijumpai di Kota Bandung (Usman, 1993a). Fakuara (1996) mengindikasikan bahwa pohon ini berpotensi untuk menurunkan kadar Pb di udara. Permukaan anak daun S.
macrophylla yang cukup lebar diperkirakan mampu menyerap lebih banyak Pb
penelitian ini ingin dipelajari sejauh mana S. macrophylla mampu mengakumulasi Pb dan apakah akumulasi Pb menyebabkan pengaruh pada organ daun.
PROSEDUR PENELITIAN Penentuan Lokasi Pencuplikan
Peningkatan jumlah kendaraan yang melintas di suatu jalan akan diikuti dengan jumlah emisi bahan bakar yang umumnya mengandung Pb. Dalam penelitian ini akan dipelajari apakah terdapat hubungan antara tingkat kepadatan lalulintas, sebagai parameter pengganti tingkat emisi bahan bakar di udara, dengan kandungan Pb pada pohon pelindung jalan, dengan melakukan pencuplikan pada pohon yang terletak pada jalan-jalan yang memiliki tingkat kepadatan yang berbeda. Untuk tujuan tersebut dipilih empat jalan yaitu : Jalan Kyai Gde Utama, Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Kapten Tendean dan Jalan Siliwangi.
Penghitungan Kepadatan Lalulintas
Untuk mengetahui kepadatan lalulintas, pada setiap titik dari keempat lokasi jalan dilakukan penghitungan jumlah kendaraan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari, masing-masing selama satu jam. Dalam satu minggu, penghitungan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Jadi pada setiap jalan dilakukan penghitungan jumlah kendaraan sebanyak sembilan kali.
Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan pada kedua arah jalan. Jumlah kendaraan yang melintas dihitung dengan menggunakan alat counter terhadap semua jenis kendaraan bermotor.
Pengambilan Sampel Daun
Dari setiap jalan dipilih 10 pohon S. macrophylla dan dari setiap pohon diambil sampel daun untuk dianalisis. Anak daun yang diambil adalah yang terletak pada lapisan tajuk paling bawah karena bagian tersebut paling dekat dengan sumber emisi. Selain itu daun diambil dari cabang yang dekat pada batang utama, dan yang berwarna hijau tua.
Pengukuran Konsentrasi Pb di Daun
Sampel daun dipanaskan dalam oven bersuhu 70 °C sampai mencapai berat kering yang konstan. Sampel daun hasil pengeringan diabukan dalam furnace bersuhu 600 °C selama 1 jam. Abu daun diberi HNO3 pekat (65%) dan akuades masing-masing sebanyak 5
mL, dipanaskan, dan ditambah air sampai tanda batas 25 mL. Larutan tersebut diukur kadar timbalnya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometery). Perhitungan kadar Pb daun :
W V Cy
Cy'= × (bisa tidak penjelasan dimulai dari baris ini / sejajar dengan rumus untuk
menghemat tempat?)
Cy’ = kandungan Pb pada jaringan daun (μg/g) Cy = konsentrasi Pb terukur pada AAS (μg/mL) V = volume pengenceran (mL)
W = berat kering daun (g)
Pengukuran Kadar Klorofil Daun
Sampel daun sebanyak satu gram diekstraksi menggunakan alkohol 95% dengan cara menggerusnya dalam mortar sampai seluruh klorofil terlarut. Larutan tang diperoleh ditambah alkohol sampai tanda batas 25 mL. Absorbansi diukur dengan menggunakan
optical density 649 dan 665 nm pada Spectronis-20 Baush and Lamb. Kandungan klorofil
Pengukuran Luas Daun
Pada kertas kalkir digambar bujursangkar dengan luas 1 cm², yang kemudian ditimbang beratnya. Potongan bujursangkar ini akan menjadi standar untuk mengukur luas daun. Pola setiap helai daun digambar pada kertas kalkir dan ditimbang beratnya. Untuk mengetahui luas masing-masing daun tersebut digunakan rumus :
2
1cm Wi Wt
A= ×
A = luas daun (cm²)
Wt = berat kertas dari masing-masing sampel daun (g) Wi = berat kertas yang dijadikan standar (g)
Penghitungan Jumlah Stomata
Pada permukaan bawah daun diberi cutex bening untuk mendapatkan cetakan stomata, setelah mengering lapisan dibentuk berukuran 1x1 cm. Lapisan bening ini kemudian diamati dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x, untuk melihat jumlah cetakan stomata.
Pengolahan Data
Untuk mengetahui kemampuan penyerapan Pb oleh Swietenia macrophylla maka dilakukan uji ANOVA (Analyses of Variance) terhadap konsentrasi Pb daun dari keempat lokasi (Walpole dan Meyrs, 1986). Sedangkan untuk mengamati pengaruh Pb terhadap daun S. macrophylla, yang ditinjau dari kadar klorofil, luas permukaan dan jumlah stomatanya, maka dilakukan regeresi liner dengan melihat nilai koefisien korelasi antara konsentrasi Pb pada daun dengan ketiga parameter tersebut. Uji ANOVA dilakukan dengan menggunakan statistik dengan perangkat program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Jumlah Kendaraan pada keempat Lokasi
Dari penghitungan jumlah kendaraan pada keempat lokasi (Tabel 1) terlihat bahwa jalan Kyai Gde Utama memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang paling rendah sedangkan jalan Siliwangi memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena jalan Kyai Gde terletak pada kawasan perumahan sedangkan jalan Siliwangi merupakan jalan utama yang menghubungkan kawasan perkantoran, pertokoan dan pendidikan, dan dilalui beberapa trayek angkutan kota.
Tabel 1. Jumlah kendaraan yang melintasi empat ruas jalan di Kota Bandung pada bulan Maret 2005. Data adalah rata-rata ± standar deviasi dari tiga kali pengulangan
Lokasi
Rata-rata
Pagi Siang Sore KG Utama 552 ± 32.70 561 ± 90.57 581.33 ± 14.01
Kapt.Tandean 817.66 ± 9.87 773.33 ± 51.87 823 ± 32.70 Ir.H.Djuanda 2549 ± 366.33 3469.33 ± 565.16 2844.33 ± 454.37
Siliwangi 4484 ± 764.42 4322.33 ± 513.08 4372 ± 964.22
Konsentrasi Pb pada Sampel Daun
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan temuan-temuan penelitian lain seperti pada daun teh dengan konsentrasi Pb rata-rata 4.42 – 5.30 ppm (Ebadi et al., 2005); Plantago
lanceolata dengan konsentrasi Pb rata-rata 21 – 311 ppm per berat kering, Cynodon
dactylon dengan konsentrasi rata-rata 10 – 21 ppm (Wu dan Janis, 1976). Perbedaan
kemampuan daun dalam mengakumulasi Pb selain dipengaruhi oleh jenis daun (majemuk atau tunggal), juga dipengaruhi oleh struktur daun. Daun yang memiliki rambut dan yang permukaan daunnya kasar biasanya mampu menyerap Pb lebih banyak dibandingkan dengan daun yang tidak berambut dan permukaannya halus (Flnagen et al 1980 dalam Siregar 2005).
Tabel 2. Rata-rata konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla ± standar deviasinya dari 10 ulangan
Lokasi
Rata-rata konsentrasi Pb (μg/g)
KG Utama 0.6305 ± 0.25 Kapt. Tandean 0.3173 ± 0.17 Ir.H.Djuanda 0.5360 ± 0.65 Siliwangi 0.3677 ± 0.22
Pada penelitian ini konsentrasi Pb di udara tidak diukur. Diasumsikan bahwa tingkat kepadatan lalulintas akan menggambarkan tingkat pencemaran Pb di udara karena semakin tinggi kepadatan lalulintas pada suatu daerah maka semakin besar emisi Pb yang dilepaskan ke udara di daerah tersebut. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tumbuhan yang hidup pada daerah dengan tingkat kepadatan lalulintas tinggi akan mengandung Pb lebih besar dibandingkan dengan yang hidup pada daerah dengan tingkat kepadatan lalulintas rendah (Dudka et al., 1999 ; Haro dan Pujadas, 2000 dalam Ebadi et al., 2005). Namun, dalam penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi Pb rata-rata daun S.
macrophylla pada keempat lokasi tersebut tidak memiliki perbedaan yang nyata
berdasarkan uji ANOVA pada selang kepercayaan 95 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat kepadataan lalulintas pada keempat lokasi pencuplikan. Hubungan antara tingkat kepadatan lalulintas keempat lokasi dengan konsentrasi Pb pada daun Swietenia
Gambar 1. Kadar Pb daun S. macrophylla di keempat jalan dengan tingkat kepadatan lalulintas yang berbeda
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi Pb daun yang berasal dari Jalan Kyai Gde Utama dan Jalan Ir.H.Djuanda memiliki rata-rata konsentrasi Pb yang tidak jauh berbeda, sedangkan Jalan Hegarmanah memiliki konsentrasi Pb daun yang tidak jauh berbeda dengan sampel daun yang berasal dari Jalan Siliwangi. Kecenderungan miripnya tingkat konsentrasi Pb daun dari lokasi-lokasi yang berdekatan kemungkinan berkaitan dengan adanya kecenderungan penyebaran emisi buangan dari titik dimana emisi itu dikeluarkan seperti dikemukakan Mengel dan Kirkby (2001 dalam Olivares, 2003), sehingga konsentrasi Pb udara pada suatu lokasi akan dipengaruhi juga oleh emisi yang dikeluarkan dari kawasan sekitarnya. Mengel dan Kirkby menyatakan bahwa Pb hasil emisi kendaraan bermotor sebanyak 50% akan menyebar sampai jarak 100 meter dari sumbernya. Dalam kasus ini, meskipun di jalan Kyai Gde Utama tingkat kepadatan lalulintasnya rendah, tingginya konsentrasi Pb daun di lokasi ini tampaknya berkaitan dengan kedekatannya dengan ruas-ruas jalan yang memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang tinggi yaitu : Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Dipati ukur dan Jalan Hasanuddin. Karena perbedaan tingkat kepadatan lalulintas tidak mempengaruhi konsentrasi Pb di daun maka analisis selanjutnya mengenai pengaruh konsentrasi Pb pada kondisi daun S.
macrophylla tidak dilakukan berdasarkan tingkat kepadatan lalulintasnya. Analisis
hubungan antara konsentrasi Pb dan kondisi daun (kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata) dilakukan berdasarkan data gabungan dari seluruh sampel daun.
Kandungan Klorofil Daun
Gambar 2 menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya penurunan kadar klorofil seiring dengan naiknya kadar Pb. Beberapa pustaka telah menyatakan adanya kaitan antara konsentrasi Pb dengan perubahan kandungan klorofil total pada daun, dimana kandungan klorofil total akan mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya kadar Pb (Ewais, 1997; Xiong, 1997; Kastori et.al, 1998; Fargaśová, 2001 dalam Olivares 2003). Perubahan kandungan klorofil akibat meningkatnya konsentrasi Pb terkait dengan rusaknya struktur kloroplas. Pembentukan struktur kloroplas sangat dipengaruhi oleh nutrisi mineral seperti Mg dan Fe. Masuknya logam berat secara berlebihan pada tumbuhan, misalnya logam berat Pb akan mengurangi asupan Mg dan Fe sehingga menyebabkan perubahan pada volume dan jumlah kloroplas (Kovacs, 1992
Walaupun kandungan klorofil S. macrophylla menunjukkan adanya kecenderungan penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi Pb di daun namun nilai koefisien korelasinya sangat kecil yaitu R = 0.0655. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi kandungan klorofil daun.
y = -4.0369x + 29.933
Gambar 2. Pengaruh Pb terhadap kandungan klorofil pada daun tua S. macrophylla
Luas Permukaan Daun
Hubungan antara konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun dinyatakan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan terjadinya penurunan luas permukaan daun seiring dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada daun. Menurunnya luas permukaan daun dapat dipengaruhi oleh menurunnya kandungan klorofil akibat akumulasi Pb. Penurunan kandungan klorofil mengakibatkan penurunan laju proses fotosintesis sehingga hasil proses fotosintesis juga berkurang. Terhambatnya asupan hasil fotosintesis kepada sel-sel apikal akan menyebabkan terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel sehingga mempengaruhi pertumbuhan luas permukaan daun (Kovacs, 1992).
Walaupun luas permukaan daun S. macrophylla menunjukkan adanya kecenderungan penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi Pb di daun namun nilai koefisien korelasinya sangat kecil yaitu R = 0.0109. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi luas permukaan daun dari
Jumlah Stomata Daun
Hubungan antara konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun dinyatakan pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring dengan peningkatan konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla. Berkurangnya jumlah stomata mengindikasikan bahwa jumlah CO2 yang masuk ke tumbuhan juga akan
berkurang, sehingga dapat mengganggu jalannya proses fotosintesis. Dan terganggunya proses fotosintesis dapat mereduksi pertumbuhan tanaman tersebut.
y = -8.5953x + 78.215
Gambar 3. Pengaruh Pb terhadap luas permukaan daun pada S. macrophylla
Gambar 4. Pengaruh Pb terhadap jumlah stomata pada S. macrophylla
Stomata adalah salah satu jalur yang digunakan tumbuhan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Fungsi utama stomata adalah sebagai tempat pertukaran gas seperti CO2,
2μ) sedangkan ukuran pembukaan sel penjaga dari stomata adalah 10μ x 27μ, sehingga partikulat Pb dapat masuk dengan mudah melalui stomata (Siregar, 2005).
Respon daun terhadap perubahan lingkungannya dengan mengurangi jumlah stomata telah diamati pada tumbuhan Arabidopsis. Suatu penelitian mengenai pengaruh CO2
terhadap kerapatan stomata menyatakan stomata Arabidopsis mengalami penurunan ketika dipaparkan pada konsentrasi CO2 yang lebih tinggi daripada yang biasanya (Lake et al.,
2001 dalam Anonim, http : // users.ron.com). Adanya kecenderungan penurunan jumlah stomata pada S. macrophylla kemungkinan juga menunjukkan bentuk responnya terhadap polutan-polutan di lingkungannya termasuk Pb.
Walaupun jumlah stomata pada S. macrophylla menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada daun namun nilai koefisien relasinya sangat kecil yaitu R = 0.0003. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi jumlah stomata pada daun dari S. macrophylla.
Kesimpulan dan Saran
• Swietenia macrophylla King memiliki kemampuan mengakumulasi Pb dengan kisaran
antara 0.038 – 2.281 μg/g, namun banyaknya Pb yang diserap tidak sebanding dengan tingkat emisi Pb di sekitar lokasi pohon tersebut.
• Walaupun ada kecenderungan bahwa peningkatan konsentrasi Pb di daun mengakibatkan penurunan kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata, namun secara statistik hubungan antara Pb dengan ketiga parameter tersebut kurang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan konsentrasi Pb antara 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi kondisi daun.
• Terdapatnya kemampuan S. macrophylla dalam mengakumulasi Pb dan tidak tampaknya pengaruh akumulasi Pb pada kondisi daun mengisyaratkan bahwa S.
macrophylla memiliki potensi untuk dijadikan sebagai agen bioremediasi polusi Pb
dari udara. Potensinya sebagai agen bioremediasi menjadi semakin berarti bila ditinjau dari besarnya biomassa daun yang dimiliki oleh S. macrophylla.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, R. 1994. Monster itu Bernama Timbal. www.menlh.go.id 2. Anonim. Gas Exchange in Plants. http : // users.ron.com.
3. Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology. 2nd ed. Collier Mc Millan Publisher. London 4. Brass, G. M., Strauss, W. 1981. Air Pollution Control. Part IV. John Willey&sons. New York. 5. Dudka, S., Piotrowska, M., Chlopecka, A. 1999. Effect of Elevated Concentration of Cd and Zn in
Soil on Spring Tea Yield. Black Well Science,inc. pp 398-403.
6. Ebadi, A. G., Zare, S., Mahdavi, M., Babaee, M. 2005. Study and Measurement of Pb, Cd, Cr and Zn in Green Leaf Of Tea Cultivated in Gillan Province of Iran. Pakistan Journal of Nutrition4 (4) : 270-272.
7. Fakuara, Y. 1996. Studi Toleransi Tanaman Peneduh Jalan Kemampuan Mengurangi Polusi Udara.
Jurnal Penelitian dan Karya Universitas Trisakti 2 (7). Jakarta.
8. Francis, B. M. 1994. Toxic Substances in The Environment. John Willey&Sons, inc. Canada. 9. Ghai, O.P., Gupta,P. and Paul,V.K. 2003. Ghai Essential Pediatrics. 5th Ed. Mehta Publisher. New
Delhi.
10. Haro, A., Pujadas, A. 2000. Phytoremediation of the Polluted Soils after the Toxic Spill of the Aznalcollar Mine by Using Wilf Species Collected In Situ. Fresenius Environment Bull., 9 : 275 – 580.
12. Larcher, Walter. 1995. Physiological Plant Ecology. Third Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
13. Lestari, P. 2005. Kualitas Udara Kota Bandung Dinilai Semakin Buruk. 10 Mei 2005. www.pikiran-rakyat.com.
14. Olivares, E. 2003. The Effect of Lead on Phytochemistry of Tithonia diversifolia Exposed to Roadside Automotive Pollution or Grown in Pots of Pb-suplemented Soil. Brazilian Journal Plant Physiology15 (3) : 149-158.
15. Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman, dan Pengaruhnya pada Manusia. Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.
16. Usman, F. 1993a. Identifikasi Kondisi Pohon Pelindung Pinggir Jalan dan Taman Kota di Kotamadya Bandung. Laporan Kerja Praktek. Jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
17. Usman, F. 1993b. Hubungan antara Beberapa Karakteristika Daun Ki Sabun (Filicium decipiens Thw.) dengan Kepadatan Lalulintas. Skripsi. Jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
18. Walpole, R. E. dan Meyrs, R. H. 1986. Ilmu Peluang dan Statistika unutk Insinyur dan Ilmuwan. Penerbit ITB. Bandung
19. Wu, L. and Janis, A. 1976. Experimental Ecological Genetics in Plantago II. Lead Tolerance in Plantago lanceolata and Cynodon dactylon from Roadside. Ecology 57 : 205-208
20. www.indonesian-lic.org