• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

M A K A L A H

PERILAKU NGELEM PADA ANAK JALANAN

o l e h :

FEBRIANTO MANIK

4123131033

KIMIA DIK B 2012

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Peserta Didik mengenai Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan

Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah PPD. Namun, sepenuhnya Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya penyusun sendiri.

Medan, 10 Desamber 2014

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan 3

BAB II KAJIAN TEORI 4

2.1. Anak Jalanan 4

2.2. Pengertian Ngelem 4

2.3. Lingkungan Sekitar Anak Jalanan Mempengaruhi Timbulnya Perilaku

Ngelem 5

BAB III PEMBAHASAN 6

3.1. Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan 6

3.2. Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan 6

3.3. Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan 8

3.4. Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem 9

BAB IV PENUTUP 10

4.1. Kesimpulan 10

4.2. Saran 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anak adalah aset generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa baik buruknya hari depan sebuah bangsa ditentukan oleh tangan- tangan pengembannya. Dalam hal ini di tangan anaklah tergenggam masa depan bangsa. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara serta disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah.

Salah satu masalah sosial di indonesia yang membutuhkan pemecahan segera adalah perkembangan jumlah anak jalanan. Anak-anak jalanan tersebut membutuhkan perhatian khusus karena tidak hanya rawan terhadap perlakuan buruk bagi diri anak tersebut, tetapi juga memunculkan penyimpangan sosial yang ditimbulkan dari diri anak-anak jalanan itu sendiri.

Eksploitasi dan ancaman adalah dua hal yang sekaligus dialami oleh anak jalanan. Mereka sudah terbiasa mengalami tipuan oleh teman sendiri, caci maki bahkan menjadi korban pelecehan seksual oleh orang yang lebih dewasa, dipukuli petugas, hingga barang dagangan dirampas oleh preman. Peristiwa demi peristiwa kekerasan yang dihadapi anak jalanan justru mencerminkan adanya kecenderungan menjadikan anak-anak jalanan sebagai objek kekerasan dari pemegang otoritas, seperti orang tua, preman, orang yang lebih dewasa dan petugas keamanan. Kekerasan yang sering terjadi pada anak jalanan akan memberikan dampak atau pengaruh dalam kehidupan anak jalanan tersebut. Maka tidak jarang anak jalanan cenderung untuk terjerumus dalam tindakan menyimpang. Salah satu perilaku yang popular menyimpang adalah “ngelem”, yang secara harafiah berarti menghirup lem.

(5)

2

ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euforia ringan, mabuk, pusing kepala tapi masih dapat mengontrol pendapatnya.

Sesudah itu ia akan merasa bahwa dirinya tenang, namun pada akhirnya tidak jarang melakukan tindakan anti-sosial dan tindakan impulsif dan agressif. Anak jalanan yang telah ketagihan melakukan kegiatan ngelem akan menghirup aroma lem secara kontiniu sehingga mengakibatkan perubahan emosionalnya. Jika hal ini berkelanjutan maka akan meniimbulkan gejala psikotik akut seperti halusinasi dengan kesadaran berkabut dan amnesia.

Ngelem dijadikan sebagai pelarian terhadap adanya gangguan karakter pada diri anak, seperti marah, suntuk, kesal dan lain-lain. Tindakan ngelem juga terkadang dijadikan semacam syarat bagi anak untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu. Jika tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul. Ada semacam tekanan sosio-kultural seperti rasa bangga bila ngelem. Secara fisik ngelem dianggap memungkinkan untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya. Sementara secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stres.

Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa ngelem merupakan suatu masalah yang sangat serius karena tidak hanya dapat berakibat buruk bagi kesehatan, tetapi juga menimbulkan penyimpangan sosial dan masalah sosial bagi kehidupan anak-anak jalanan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas. Hal inilah yang menjadi latar belakang pemakalah memilih topik permasalahan perilaku ngelem pada anak jalanan. Pemakalah ingin mengkaji masalah anak jalanan yang terlibat dalam perilaku ngelem, menjawab faktor penyebab munculnya kebiasaan perilaku ngelem, solusi yang tepat untuk mengurangi kebiasaan ngelem dan cara merehabilitasi mereka.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah yaitu :

1. Apakah faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan?

2. Bagaimana dampak negative kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap kesehatan anak jalanan dan masyarakat sekitar?

(6)

1.3. Tujuan

Tujuan makalah perilaku ngelem pada anak jalanan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan.

2. Mengetahui dampak kebiasaan ngelem pada anak jalanan terhadap kesehatan anak jalanan dan masyarakat sekitar.

(7)

4

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Anak Jalanan

Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga anak mandiri, sesungguhnya adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang. Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Suyanto, 2010) :

1. Children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu:

a. Anak-anak jalanan yang masih tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari.

b. Anak-anak yang tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

2. Children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

3. Children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

2.2. Pengertian Ngelem

Menurut Gigengach, “Ngelem” merupakan istilah jalanan membahasakan penyalahgunaan zat hirup. Pilihan zat yang paling popular adalah lem bernama dagang Aica Aibon. Rata-rata merka menghabiskan satu kaleng lem dalam waktu dua minggu, dengan cara menghirup langsung dari kalengnya atai dari dalam kantong plastic (Ratta,2008).

Pada umumnya tempat yang dipilih “ngelem” adalah sudut-sudut emperan took, kolong jembatan, dibalik bak sampah atau tempat-tempat yang relative tersembunyi disepanjang jalan. Keadaan intoksitasi zat dilaporkan sebagai sensasi eforia, perasaan berani, keadaan seperti mimpi sampai dengan halusinasi baik penglihatan maupun pendengaran.

(8)

( menembus hambatan darah ke otak). Efeknya pada otak digolongkan kepada golongan depresan, misalnya Tinner, pembersih kuku, berbagai jenis ngelem, aerosol, bensin.

Inhalan atau inhalansia adalah zat adiktif dalam bentuk cair, zat ini mudah menguap. Penyalahgunaanya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Zat adiktifnya anatara lain : lem UHU, cairan pencampur, Aceton untuk pembersih warna kuku, cat tembok, Aica Abon, Castrol, Premix, TIPE-EX, Tinner. Oleh sebab itu banyak ditemukan atau digunakan dikalangan sosial ekonomi rendah (Indrawan, 2001).

(9)

6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kasus Ngelem Pada Anak Jalanan

Merdeka.com - Ini kisah Faisal, remaja 17 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen jalanan di kawasan Bale Endah, Bandung, Jawa Barat. Remaja ini sejak umur 10 tahun sudah mulai menghirup lem atau dalam bahasa kerennya disebut 'ngelem' sebagai salah satu cara menyiasati penggunaan miras dan ganja. "Sehari bisa habis satu sampai dua kaleng per hari," kata Faisal kepada merdeka.com, Selasa (17/10). Siang itu Faisal terlihat sedang asyik menghirup lem di tengah banjir yang mulai surut di kawasan Bale Indah.

Alasan remaja protolan kelas tiga SD itu karena biaya untuk membeli minuman keras dan ganja mahal. Pendapatannya sebagai pengamen setiap hari hanya berkisar Rp 50 ribu. Dengan uang itu, dia mampu membeli sekaleng lem seharga Rp 2.500. Kalau dua kaleng berarti Rp 5.000. Faisal mengaku sudah 'ngelem' sejak turun ke jalanan. Setelah DO dari kelas tiga sekolah dasar, dia langsung diajak teman-temannya ngamen di jalanan. Ketika berkumpul bareng teman-temannya itulah dia melihat ada yang ngelem, lalu dia tertarik dan mencoba sampai kecanduan.

Tempat ngelem pun tidak tentu. Tapi yang pasti dia ngelem bersama 4 teman-temannya di pinggir jalan dan emperan toko. Efeknya, setelah menghirup lem (berbentuk jel) hingga berubah kering, dalam waktu satu jam kepala menjadi pusing, ngantuk, lalu tertidur. "Karena pengaruh lingkungan. Banyak teman-teman seperti itu. Orang tua juga tidak tahu, sudah masa bodoh. Ngelem bisa ngelupain masalah, bisa tertidur," kata Faisal. Faisal bukannya tidak tahu dengan dampak negatif ngelem itu. Namun dia berdalih tidak ada cara lain karena sudah kecanduan. "Ya karena mau beli minuman dan ganja mahal," tuturnya. Apalagi, dia melanjutkan, ngelem juga aman dan tidak pernah ditangkap polisi

3.2. Faktor Penyebab Munculnya Kebiasaan Ngelem pada Anak Jalanan

Dari kasus diatas faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

3.2.1. Faktor Internal

(10)

karena hanya sekedar iseng-iseng ingin coba-coba untuk mencari reputasi sehingga anak tersebut terjerumus dalam perilaku “ngelem” dan meyakini bahwa perilaku “ngelem” merupakan gaya trend. Contohnya ia dikatakan bencong jika tidak ngelem.

Selain itu anak jalanan juga mengetahui dampak negatif dari “ngelem”, namun hal tersebut tak mengurungkan niat bagi sebagian dari mereka untuk tetap “ngelem” karena mereka menyukai sensasi memabukkan yang dihasilkan oleh “ngelem”.

3.2.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah :

1. Peran Keluarga yang Mendorong Anak Memulai “Ngelem”

Anak yang mendapatkan kurang perhatian dari keluarga karena permasalahan yang terjadi keluarganya seperti perselisihan atau konflik orang tua maupun antar anggota

keluarga lainnya, perceraian orang tua, sehingga ia mencari ketenangan sehingga mencoba untuk “ngelem”.

2. Peran Teman Sebaya Yang Mendorong Anak Menggalami Ketergantungan “Ngelem” Anak sering diajak melakukan aktivitas “ngelem” oleh teman dan mereka sering bersama sehingga mereka selalu melakukan aktivias “ngelem” bersama-sama dan mereka hampir tiap hari melakukan aktivitas “ngelem”, sehingga mengalami ketergantungan.

Hasil yang sama juga diungakapkan oleh Hawari yaitu kelompok remaja dapat menciptakan keterkaitan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya dapat pada saat perkenalan pertama dengan lem jenis fox, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap menyalahgunakan dan mengalami ketergantungan “ngelem”. Berbagai cara teman kelompok ini mempengaruhi seseorang, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak dan seterusnya sehingga turut menyalahgunakan atau mengalami ketergantungan “ngelem”.

3. Fungsi Sekolah Tidak Berjalan dengan Baik

(11)

8

sebuah kelompok dengan tinggal di jalanan. Anak mulai suka bolos sekolah dan menjadi menyukai hidup bebas tanpa aturan.

4. Ketersediaan dan Keterjangkauan Lem Tersebut.

Karena kurangnya ekonomi, anak pecandu Narkoba awalnya ia hanya pengguna narkoba dengan media seperti obat-obatan, ganja, suntikan tetapi setelah terlalau lama menjadi pecandu subjek tidak kuat untuk membeli Narkoba dan kemudian berpindah menggunakan Lem, karena informan merasa dari segi harga lebih murah dan terjangkau dan mendapatkannya lebih mudah.

Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan danpak fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan.

3.3. Dampak Negatif Ngelem bagi Anak Jalan

Ngelem” terkenal di kalangan anak-anak dan remaja yang sering berada di jalan, atau anak jalanan, biasanya karena faktor ekonomi keluarga di bawah kemiskinan atau kenakalan remaja semata. Dan kasus anak-anak jalanan ini biasanya terdapat di negara-negara miskin atau berkembang. Awalnya, ngelem terkenal karena anak-anak jalanan tersebut mencoba-coba mengendus lem dari mainan model pesawat atau mainan rakitan lainnya, kemudian mereka menemukan bahwa ngelem atau mengendus aroma lem dapat memberi efek euforia dan kegembiraan. Dan efek perasaan seperti itulah yang mereka inginkan untuk melupakan masa kanak-kanak mereka yang kurang bahagia.

Popularitas lem juga memicu zat lain yang dapat dihirup menjadi terkenal, seperti bensin, cairan pengoreksi tulisan pena, cat, bahan bakar pemantik api, cairan pembersih lantai atau toilet, hairspray (pengeras rambut) dan jenis gas erosol lainnya. Uap atau aroma yang biasa dihirup dari zat-zat di atas didapatkan dengan cara menumpahkan cairan zat tersebut ke permukaan sebuah kain lap, kertas atau kantung plastik, menghirup dengan cara memanaskan larutan zat di atas sebuah panci untuk meningkatkan penguapan dengan cepat. Penyemprotan secara langsung ke bagian belakang mulut juga biasa digunakan anak-anak itu.

(12)

dan akhirnya, rasa kantuk yang dapat membawa si korban kepada kondisi koma dan gagal pernapasan. Ketika anak-anak itu sedang berada di bawah pengaruh dampak ngelem, mereka akan tidak sadarkan diri dan kematian pun dapat terjadi saat mereka melakukan hal-hal yang mustahil, seperti terbang atau lompat dari gedung-gedung tinggi atau berenang di air yang dalam.

Kematian mendadak yang disebabkan oleh gagal jantung dapat terjadi jika si korban mengerahkan tenaga yang berlebihan setelah ngelem. Jika si korban menggunakan metode menghirup dari kantung plastik, dia bisa mati lemas. Lebih jauh lagi, ngelem dapat memicu keinginan si anak untuk mencoba hal “baru” yang menurut mereka lebih menantang, seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau Narkoba, seperti heroin. Perlu diperhatikan, zat yang terbuat dari tanaman opium dan diklasifikasi sebagai obat penghilang rasa sakit ( pain-killers) yang disebut narkotika ini memiliki efek euforia atau perasaan „high‟ atau sangat

berbahagia, terutama heroin yang disuntikkan, efek ini biasanya diikuti oleh rasa kantuk, mual, kram perut dan muntah-muntah.

3.4. Cara Mengatasi Permasalahan Remaja Yang Kecanduan Ngelem Cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah :

 Mengembalikan fungsi keluarga sebagai tempat memperkuat ikatan cinta, membangun hubungan kasih saying sehingga diharapkan anak mengenal kasih saying dan member tahu anak bahwa permbuatan ngelem tidak baik.

 Keluargah berkonsultasi dengan Dokter ataupun Pskiater bila anak telah menyalah gunakan lem atau zat-zat lainnya.

 Mengubah pendidikan menjadi pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang menanamkan kepribadian.

 Para penegak hukum member sanksi supaya jera dan memberi motivasi untuk menjahui perbuatan tersebut.

 Masyarakat setempat harus memperbaiki lingkunganya sendiri “ Marsipature Huta Na Be (MARTABE)” karena banyak keluarga yang berusaha keras mendidik anak dengan baik dirumah, namun kembali menjadi buruk disebabakan pengaruh lingkungan.

(13)

10

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa :

1. Ngelem adalah narkoba dengan jenis inhalan, jenis ini adalah berbagai zat kimia yang dapat larut dalam lemak dan dengan cepat dapat mempengaruhi kinerja kerja otak ( menembus hambatan darah ke otak).

2. Faktor penyebab munculnya kebiasaan ngelem pada anak jalanan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dimana faktor internal meliputi pengetahuan yang dimiliki anak dan faktor eksternal meliputi Peran Orangtua yang sibuk karena ekonomi tanpa memberikan kasih saya yang cukup pada anak, Peran Sebaya yang mengajak Ngelem, Peran sekolah yang tidak mendidik, dan ketersediaan lem yang mudah didapat dan harganya murah.

3. Dampak ngelem bagi anak jalan dibagi dua yaitu dampak psikologis dan dampak fisiologis. Dampak psikologisnya yaitu suka mengkhayal, ketergantungan, emosi yang tidak stabil, sulit untuk berpikir, sering melamun, tidak ada nafsu makan sedangkan dampak fisiologis yaitu pergeseran otot, kurus dan dapat menyebabkan kematian.

4. Cara mengatasi kecanduan Ngelem dapat dimulai dari diri sendiri dengan niat yang besar yang didukung oleh keluarga, memberikan rehabiltasi pada pihak yang berwewenang

4.2. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Andari, S., (2002), Solidaritas Sebagai Strategi Survival Anak Jalanan Study Kasus Di Lempuyangan Yogyakarta, Artikel, BALAI BESAR PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL,

Yogyakarta.

Anonim, (2014), Anak Jalanan, Artikel, http://id.wikipedia.org/ (Diakses 23 November 2014) Indrawan., (2001), Mengenal dan Mencegah Bahaya Narkoba, CV Pionir Jaya, Bandung Merdeka, (2014), Kisah Anak Jalanan 7 Tahun Ngelem Habis Dua Kaleng Sehari, Berita

Peristiwa, http://www.merdeka.com (Diakses 9 Desember 2014)

Ratta,G N., (2008), Dampak Psikologis Ngelem Pada Anak Jalanan, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Semarang.

Sopacua, J., (2014), Dampak “Ngelem” dan Kaitannya dengan Kecanduan Heroin pada

Anak-Anak, Artikel Kesehatan, http://www.hellodoctor.co.id (Diakses 9 Desember 2014)

Suyanto, B., (2010), Masalah Sosial Anak, Kencana, Jakarta.

Tamrin, M.,Nasir, M dan Riskiyani, S., (2013), Studi Perilaku “Ngelem” Pada Remaja Di Kec. Paleteang Kab. Pinrang Tahun 2013, Jurnal Kesehatan, PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi ini diselenggarakan guna memperoleh layanan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi yang akan membantu Pemerintah Kabupaten

Islam, Vol.. 12 menerusi tafsir surah al-Baqarah. Kajian ini lebih memfokuskan kepada perbandingan antara al-Jassas dan al-Qurtubi dari sudut metodologi tafsir ayat

Percakapan ini dilakukan oleh pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 189). Metode

Inventarisasi atau opname mengenai kerusakan jalan dan jembatan perlu dilakukan untuk mendeteksi jenis kerusakan jalan/jembatan seperti: jenis kerusakan yang terjadi,

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan untuk menjawab permasalahan belum

Di samping kemampuan perusahaan yang harus dipertimbangkan, maka manajemen perusahaan dapat menentukan beberapa kebijakan khusus ini misalnya pembulatan angka hasil

Hal ini disebabkan karena responden juga terpapar oleh pengaruh dari teman-teman sebaya dan faktor status ekonomi, sehingga meskipun responden memiliki pengetahuan

Peer Tutoring atau tutor sebaya adalah seorang/beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar serta