• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) TAHUN ANGGARAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) TAHUN ANGGARAN 2016"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I

b

M)

TAHUN ANGGARAN 2016

PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN SAPI PERANAKAN SIMENTAL MENGGUNAKAN INSEMINASI BUATAN SPERMATOZOA HASIL SEXING

DAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS PERCEPATAN SWASEMBADA DAGING

TIM PELAKSANA :

Prof. Dr. Wurlina,MS,drh

: 0018095405

Prof. drh. Mas’ud Hariadi,MPhil,PhD : 0005025103

Dibiayai Oleh:

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor 004/SP2H/DRPM/II/2016, Tanggal 17 Februari 2016

UNIVERSITAS AIRLANGGA

OKTOBER, 2016

(2)
(3)

RINGKASAN

PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN SAPI PERANAKAN SIMENTAL MENGGUNAKAN INSEMINASI BUATAN SPERMATOZOA HASIL SEXING

DAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS PERCEPATAN SWASEMBADA DAGING

Wurlina dan Mas’ud Hariadi

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan untuk menjawab permasalahan belum melaksanakan 1) inseminasi buatan pada sapi lokal menggunakan spermatozoa Y hasil sexing guna mendapatkan anak jantan 2) pengolahan limbah pertanian, perkebunan dan limbah industri sebagai pakan ternak tanpa hijauan (complete feed) 3) pengolahan jerami padi menjadi tape jerami sebagai pakan ternak 4) pengolahan growth promotor asal tanaman empon-empon dan temu-temuan

Tujuan dari IbM adalah 1) IB pada sapi lokal menggunakan spermatozoa Ysapi Simental hasil sexing 2) pengolahan pakan ternak tanpa hijauan (complete feed) 3) pengolahan tape jerami 4) pengolahan growth promotor. Manfaat dari IbM adalah meningkatkan SDM, produksi anak sapi jantan dengan umur sama dan meningkatkan pendapatan petani ternak penggemukan sapi menggunakan pakan tanpa hijauan dan tape jerami guna menekan biaya produksi.

Metode yang digunakan pada kegiatan IbM adalah pendidikan dan pelatihan meliputi: sinkronisasi birahi pada induk sapi lokal, inseminasi buatan menggunakan spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing, penggemukan sapi bakalan peranakan Simental menggunakan pakan pakan tanpa hijauan dan tape jerami serta growth promotor pada anggota UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong Kegiatan program IbM melibatkan 8 orang mahasiswa guna meningkatkan jiwa wirausaha.

Hasilnya adalah sebagai berikut : 1) Sebanyak 20 ekor induk sapi mengalami birahi bersamaan menggunakan PGF2α sebesar 100%, 2) Inseminasi buatan menggunakan spermatozoa hasil sexing pada induk sapi sebanyak 20 ekor mempunyai anak rata-rata satu ekor sekelahiran, berjenis kelamin jantan sebesar 85% dan berjenis kelamin betina sebesar 15% 3) Peningkatan berat badan rata rata perhari antara sapi lokal, sapi PO, Limousin dan Simmental berturut-turut adalah 0,625 ± 0,048 kg, 0,924 ± 0,067 kg, 1,673 ± 0,068 kg dan 2,105 ± 0,414 kg.

Disarankan kegiatan IbM dilakukan berkesinambungan setiap tahun untuk memantau perkembangan anak sapi di kabupaten Lamongan agar menjadi sentra pembibitan sapi peranakan Simental dengan melibatkan dinas terkait dan mahasiswa untuk menciptakan wirausaha baru.

Kata Kunci : IB spermatozoa sexing, complete feed, tape jerami, growth promotor,

(4)

PRAKATA

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN SAPI PERANAKAN SIMENTAL MENGGUNAKAN INSEMINASI BUATAN SPERMATOZOA HASIL SEXING DAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS PERCEPATAN SWASEMBADA DAGING dapat terselenggara dengan baik.

Tujuan dari IbM adalah 1) IB pada sapi lokal menggunakan spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing 2) pengolahan pakan ternak tanpa hijauan (complete feed) 3) pengolahan tape jerami 4) pengolahan growth promotor. Manfaat dari IbM adalah meningkatkan SDM, produksi anak sapi jantan dengan umur sama dan meningkatkan pendapatan petani ternak penggemukan sapi peranakan simental menggunakan pakan tanpa hijauan dan tape jerami guna menekan biaya produksi.

Kegiatan IbM dilaksanakan mulai bulan Maret – Oktober 2016, dilakukan Staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Kegiatan ini bekerjasama dengan UMKM sapi potong di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya kegiatan Program Ipteks bagi Masyarkat, disampaikan kepada :

Rektor Universitas Airlangga Ketua LP4M Universitas Airlangga

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

RINGKASAN ……… i

PRAKATA ………. ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. iv DAFTAR GAMBAR ………. v DAFTAR LAMPIRAN ……….. vi BAB 1. PENDAHULUAN ………. 1 1.1. Analisis Situasi ………... 1 1.2. Permasalahan Mitra ………... 6 1.3. Tujuan Kegiatan ………... 7 1.4. Manfaat Kegiatan ………... 7

BAB 2. TARGET DAN LUARAN ………. 9

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ………... 11

3.1.Kerangka pemecahan masalah ………... 11

3.2.Realisasi Pemecahan Masalah ………... 11

3.3.Khalayak Sasaran ………... 12

3.4.Metode yang Digunakan ………... 12

BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ………. 14

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………….. ………….. 15

BAB 6. KESIMPULAN ……… 20

DAFTAR PUSTAKA ……….. 21

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Target yang akan dicapai pada kegiatan IbM... 9

Tabel 5.1. Jumlah induk sapi mengalami birahi setelah penyuntikan PGF2α .. 15

Tabel 5.2. Rata-rata jumlah induk sapi yang bunting dan jenis kelamin anak yang dilahirkan setelah IB ... 16

Tabel 5.3. Peningkatan berat badan sapi ……….. 16

Tabel 5.4. Hasil analisis pakan sapi tanpa hijaun (Complete feed) ………. 17

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Foto kegiatan ... 22

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada mitra ……… 23

Lampiran 2. Pengolahan pakan, growth promotor dan fermentor ………….. 24

Lampiran 3. Peta lokasi wilayah mitra ……… 26

(9)
(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Analisis Situasi

Pada tahun 2020 mendatang, diperkirakan tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia akan meningkat dari 1,8 kg/kapita/tahun menjadi 2,5 kg/kapita/tahun. Kenaikan konsumsi itu setara dengan pemotongan 2,2 juta ekor ternak sapi. Ini berarti diperlukan tambahan 100.000 ekor sapi potong baru setiap bulan yang berasal dari peternakan rakyat. Kebutuhan daging sapi saat ini diperkirakan + 781.000 ton, sedangkan produksi daging sapi Nasional hanya dapat memenuhi sekitar 434.300 ton yang dipenuhi dari peternakan sapi rakyat, sehingga terjadi kekurangan sebanyak 248.700 ton. Dengan demikian kebutuhan akan daging sapi telah jauh melampaui laju produksi sapi lokal sehingga kekurangannya harus dipenuhi dengan impor sapi dan daging beku (Wurlina dkk., 2006, Ratnani dkk., 2007). Mengingat pertumbuhan populasi sapi potong nasional hanya berkisar 0,98 % diperkirakan akan terjadi pengurasan atau eksploitasi yang tidak terkendali terhadap ternak lokal rakyat, yang pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan populasi ternak nasional. (Direktur Jendral Peternakan, 2007).

Ketergantungan akan impor daging sapi masih sangat besar, hal ini dapat dilihat dari semenjak Pemerintah mewacanakan rencana untuk mengurangi impor daging dari Australia menyebabkan harga daging sapi langsung meroket naik, bahkan sampai saat ini harga daging sapi terus meningkat mencapai lebih dari Rp. 100.000,-/kg dan tidak pernah turun. Hal ini menunjukkan bahwa betapa besar ketergantungan impor daging sapi dan atau sapi bakalan untuk keperluan konsumsi masyarakatkita. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa impor daging sapi pada tahun 2008 dalam bentuk sapi bakalan maupun daging sapi beku dan daging segar sebesar 35% dari kebutuhan daging sapi nasional, yakni sebesar 135 ribu ton dari permintaan sebesar 385 ribu ton, atau setara dengan pemotongan 1.750.000 ekor sapi. Peningkatan impor daging sapi dari tahun ke tahun akan cendrung meningkat sejalan dengan peningkatan pertambahan jumlah penduduk.

Salah satu upaya untuk dapat meningkatkan populasi sapi dan sekaligus meningkatkan produksi daging sapi secara cepat adalah melalui perbaikan genetik sapi lokal yakni betina lokal dengan metode penyerentakan birahi (sinkronisasi birahi) dan penerapan teknologi inseminasi buatan menggunakan spermatozoa hasil sexing dari

(11)

pejantan sapi Simental, sehingga anak sapi yang lahir dapat diprediksi dengan jenis kelamin jantan (Wurlina dkk, 2005). Berdasarkan penelitian peningkatan berat badan sapi peranakan Limosin dan Simental dengan pakan yang seimbang jauh lebih cepat dari pada sapi lokal. Sehingga diharapkan penggemukan ternak sapi diarahkan pada pemeliharaan ternak sapi peranakan Simental.

Sapi potong jenis Simental merupakan sapi potong turunan Bos taurus dengan bulunya masing-masing berwarna merah mulus dan krem, agak coklat atau merah seperti sapi Bali. Berat badan sapi jantan dewasa dapat mencapai 850 kg - 1,1 ton bahkan 1,4 ton pada umur 3 tahun. Jenis sapi tersebut, apabila dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang bergizi, kenaikan berat badannya dapat mencapai 1,5 - 2,1 kg perhari atau rata–rata 1,8 kg perhari. Saat ini harga sapi bakalan peranakan Limousin atau Simental berumur 1,5-2 tahun di Jawa Timur Rp. 45.000,- /kg berat hidup dengan berat badan berkisar 400 kg. Sehingga harga sapi bakalan untuk digemukkan berkitar Rp. 18.000.000,-/ ekor.

Masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak dalam penggemukan sapi potong adalah memperoleh sejumlah bibit sapi bakalan jantan hasil inseminasi buatan (IB) dalam jumlah yang memadai dengan umur hampir sama untuk digemukkan dan dengan kualitas genetik sesuai harapan yakni pertumbuhan berat badan cepat dan efisien dalam penggunaan pakan. Pada umumnya bibit sapi atau sapi bakalan yang akan digemukkan oleh UMKM diperoleh dari pasar hewan yang berlangsung setiap seminggu sekali atau kadang seminggu 2 kali di setiap kabupaten. Penerapan teknologi sinkronisasi birahi pada sekelompok sapi betina yang akan dilakukan inseminasi buatan, diharapkan akan dapat lahir anak sapi dengan umur yang sama, dengan kualitas genetik seperti kualitas pejantan yang di inseminasikan.

Pemanfaatan teknologi inseminasi buatan sangat tepat diperuntukkan bagi usaha peternakan sapi potong yang bergerak dalam bidang penggemukan sapi khususnya pada UMKM Sapi Potong di Jawa Timur. Menurut Wurlina dkk.(2005) dan Ratnani dkk. (2007) menyatakan usaha penggemukan sapi potong yang dilaksanakan oleh UMKM umumnya selama ini hanya memanfaatkan sapi bakalan yang merupakan hasil inseminasi buatan yang dibeli dari pasar hewan, sehingga kualitas sapi bakalan yang di peroleh untuk digemukkan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan khususnya terhadap pertambahan berat badan sapi perhari yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena selama ini pengusaha yang bergerak dalam dibidang penggemukan sapi potong memperoleh bibit untuk sapi bakalan hanya mengandalkan pasar lokal sapi pada setiap pasar hewan di

(12)

kabupaten, sehingga sapi bakalan yang digunakan sebagai bibit kadang kurang jelas genetiknya, status pemeliharaannya termasuk pakan, sistem pemeliharaan dan pencegahan terhadap penyakit selama dipelihara sejak lahir sampai di jual sebagai sapi bakalan.

Pakan hijauan merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peternakan terutama pada penggemukan sapi potong, karena hampir 70% total biaya produksi adalah biaya pakan. Pakan hijauan sulit didapat pada musim kemarau, belum lagi mahalnya pakan tambahan berupa konsentrat. Apabila sapi diberi pakan rumput basah dibutuhkan + 40 kg /ekor/hari dan pakan konsentrat 5 kg dan growth promotor buatan pabrik, sehingga biaya untuk kebutuhan pakan saja bisa mencapai Rp. 30.000,-/ekor/hari. Tetapi dengan menggunakan pakan dari limbah pertanian dan limbah perkebunan yang difermentasi dan penggunaan perangsang pertumbuhan buatan sendiri kebutuhan untuk pakan hanya Rp. 16.000,-/hari.

Secara tradisional, UMKM dalam melaksanakan penggemukan sapi potong hanya menggunakan pakan hijauan saja, sehingga masa penggemukan lebih lama karena pertumbuhan berat badan sapi sangat lambat, yaitu berkisar 0,5-1 kg/ekor/hari. Kecamatan Kedungpring desa Gunungrejo dan desa Kedungpring ± 10 km dari kabupaten Lamongan, merupakan daerah pertanian. Untuk setiap hektar sawah dapat menghasilkan jerami kering 3,5 - 4 ton. Jerami sebanyak itu merupakan limbah pertanian yang dibuang atau dibakar. Pada hal jerami padi tersebut setelah dikeringkan dan diolah menggunakan teknologi fermentasi secara sederhana dapat digunakan untuk pakan ternak sapi andalan yang bergizi tinggi. Dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tidak perlu lagi ngarit atau membeli hijauan segar untuk pakan sapi. Kandungan nutrisi jerami adalah protein 4,5-5,5%, lemak 1,4-1,7%, serat kasar 31,5-46,5%, abu 19,9-22,9%,. Kalsium 0,19%, fosfor 0,1% dan BETN 27,8-39,9% (Hariadi dkk, 2011). Dengan demikian karakteristik jerami sebagai pakan ternak tergolong bermutu rendah. Dengan teknologi sederhana, jerami padi dapat difermentasi dengan penambahan urea, molase dan bekatul dapat dihasilkan jerami yang beraroma seperti karamel yang mudah dicerna sehingga meningkatkan palatabilitas sapi yang merupakan pakan bergizi dan berenergi (Meles dkk.,2006; 2007).

Hasil sampingan dari pengilingan padi, akan dihasilkan dedak, yang menurut jenisnya ada 3 macam, yaitu dedak kasar, dedak halus dan bekatul (lunteh) dan yang terbaik adalah bekatul. Dari setiap ton gabah kering digiling dapat menghasilkan 50 - 80 kg bekatul. Selain jerami di kabupaten Lamongan juga menghasilkan limbah pertanian

(13)

dan limbah industri seperti kulit kacang, kulit kopi, kulit kakao, kulit singkong, kulit batang kedelai, bonggol jagung, slamper, klenteng, ampas sawit yang apabila digunakan sebagai pakan ternak dengan menambahkan bekatul, polar dan molase dan difermentasikan menghasilkan pakan ternak tanpa hinauan (complete feed) sehingga saat musim kemarau tiba peternak tidak perlu kawatir tidak tersedianya hijauan segar (Wurlina dkk.,2005; 2007).

Pembibitan dan Penggemukan sapi bakalan peranakan Simental memiliki peluang pasar yang berprospek cerah. Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari usaha pembibitan dan penggemukan sapi adalah sebagai berikut :

1. Anak sapi yang dihasilkan berjenis kelamin jantan dengan umur yang hampir bersamaan

2. Sapi bakalan peranakan Simental merupakan sapi potong yang cepat kenaikan berat badannya yaitu pada umur 2,5-3 tahun dapat mencapai 800 kg - 1100 kg.

3. Daging sapi merupakan sumber protein utama yang paling diminati oleh masyarakat.

4. Modal untuk penggemukan sapi bakalan cepat kembali karena lama penggemukan hanya 5-6 bulan tergantung keinginan pemilik ternak dan permintaan pasar. 5. Dengan lahan sempit dapat untuk memelihara sapi secara kereman

6. Pada usaha skala besar (industri), penggemukan sapi bakalan dapat membuka dan memperluas lapangan kerja terutama bagi kaum muda sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani ternak sekaligus mengurangi impor sapi dan daging sapi beku.

Informasi tentang mitra UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong

Industri kecil pedesaan UMKM 1, terletak didesa Gunungrejo kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan, pembibitan dan penggemukan sapi memiliki 5 orang tenaga untuk menjalankan usaha pembibitan dan penggemukan sapi. Industri ini managemennya dipegang oleh Bapak Suparto dengan pendidikan sarjana, Pekerja lainnya seorang berpendidikan SMU sebagai pencatat hasil produksi dan 4 orang lainnya berpendidikan SMP sebagai tenaga kan/dang. UMKM tersebut memiliki anggota atau plasmanya 20 orang dengan kepemilikan 3 sampai 10 ekor. Untuk breeding menggunakan IB tanpa spermatozoa sexing. Cara penggemukan menggunakan pakan rumput dan belum

(14)

menggunakan pakan tanpa hijauan atau tape jerami. Selain itu juga belum menggunakan

growth promotor untuk mempercepat pertumbuhan berat badan sapi.

Industri kecil pedesaan UMKM 2 terletak didesa Kedungpring, kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan. penggemukan sapi memiliki 4 orang tenaga untuk menjalankan usaha penggemukan sapi potong. Industri ini managemennya dipegang oleh Bapak Tamin dengan pndidikan SMU. Semua pekerja berpendidikan SMP sebagai sebagai tenaga pencatat dan tenaga kandang. UMKM tersebut memiliki anggota atau plasmanya 10 orang dengan kepemilikan 3 sampai 8 ekor. Untuk menghasilkan anak sapi potong belum menggunakan IB spermatozoa hasil sexing. Cara penggemukan menggunakan pakan rumput dan belum menggunakan tape jerami atau pakan tanpa hijauan. Selain itu juga belum menggunakan growth promotor untuk perangsang tumbuh.

Pengalaman para peternak pada kedua UMKM adalah semula hanya penggemukan sapi potong dan telah berjalan selama 8 tahun mulai pertama kali mendapat bantuan pemerintah, sehingga pengetahuan pemilihan bibit cukup dapat dipercaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan populasi didaerah tersebut mencapai lebih 1500 ekor.

Manajemen dan Investasi

Peternak pembibitan dan penggemukan sapi potong perakan Simental selama ini tanpa bimbingan teknis dan hanya mengandalkan dari pengalaman, selalu menjalin komunikasi antar anggota dalam pakan, peningkatan berat badan dan pemasaran. Kebersamaan antar anggota peternak sapi potong dan aparat pemerintahan berjalan serasi dan komunikatif. Untuk pembibitan belum menggunakan IB spermatozoa Y hasil sexing sehingga jenis kelamin kemungkinan sama jantan atau betina. Penggemukan sapi potong diwilayah tersebut tidak terganggu karena tersedia limbah hasil pertanian dan limbah industri seta limbah jerami yang belum dimanfaatkan. Manajemen yang diterapkan pada kedua UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong adalah sistem kekeluargaan dan saling percaya, dimana pembukuan dilakukan sangat sederhana. Pola pemasaran dilakukan dengan cara ada uang ada barang dengan mengambil di tempat atau diantar. UMKM tersebut belum berani memberi pinjaman pada peternak kecil yang akan mengikuti untuk penggemukan sapi disebabkan kekurangan modal, sehingga sistem pembelian kontan. Untuk pembibitan belum melaksanakan IB spermatozoa Y hasil Sexing.

(15)

Keadaan Produksi Industri Mitra

Jumlah sapi sebagai percontohan (inti) adalah 50 ekor. Sedangkan bersama plasmanya yang merupakan URT mencapai 300 ekor. Penngkatan berat badan sapi lokal, peranakan onggole, peranakan Limosin dan peranakan Simental yang digemukkan sangat rendah yaitu 0,5 -1 kg/ekor/hari, sehingga dibutuhkan waktu lama untuk mencapai berat yang diinginkan.

Lokasi kelompok peternak pembibitan dan penggemukan sapi peranakan Simental yaitu kecamatan Kedungpring terletak 10 km dan 13 km dari kota Lamongan. Selain itu Dinas Peternakan kabupaten Lamongan sangat mendukung dilakukan kegiatan pembibitan menggunakan IB pada sapi lokal dengan spermatozoa Y Simental hasil sexing dan penggemukan sapi peranakan Simental menggunakan pakan tanpa hijauan dan tape jerami. Kerjasama yang baik antara kedua UMKM dalam pembibitan dan penggemukan sapi potong, Dinas Peternakan kabupaten lamongan dengan Universitas Airlangga

menyebabkan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tujuan dari IbM dapat tercapai

serta manfaatnya dapat langsung dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat petani ternak sapi potong dan sekaligus dapat mengentas kemiskinan dan gerakan kembali kedesa dapat terwujud.

1.2.Permasalahan Mitra

Kabupaten Lamongan merupakan daerah lumbung padi, sehingga limbah pertanian dan limbah industri yaitu kulit kacang, kulit kopi, kulit kakao, kulit singkong, kulit batang kedelai, bonggol jagung, slamper, klenteng, ampas sawit kulit batang kedelai, serta jerami padi belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penggemukan sapi bakalan jenis sapi Simental di Kedungpring kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan masih berjalan secara konvensional yakni menggunakan pakan rumput segar sehingga pada saat musim kemarau panjang terjadi masalah tidak didapat rumput segar. Pemilihan sapi bakalan yang akan digemukkan masih seadanya sapi potong yang ada didaerah tersebut. Sampai saat ini penggemukan sapi di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan belum mencapai tingkat keberhasilan yang optimal. Pembibitan belum menggunakan IB spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing sehingga jenis kelamin anak yang dilahirkan dapat jantan atau betina, sedangkan untuk penggemukan yaitu sapi jantan. Permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut :

(16)

1. Bibit sapi bakalan untuk digemukkan diperoleh dari pasar yang sulit untuk di prediksi kulitasnya karena sistem pemeliharaan sejak bunting, sapi bakalan lahir sulit dideteksi sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan saat digemukkan. 2. Belum menerapan teknologi sinkronisasi birahi untuk mendaoatkan anak dengan umur sama, teknologi mendeteksi sapi birahi, sapi bunting dan teknologi inseminasi buatan pada sapi lokal menggunakan spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing untuk perbaikan mutu genetik ternak yang akan digemukkan.

3. Belum memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan dan industri dengan fermentasi sebagai pakan ternak tanpa hijauan.

4. Belum memanfaatkan jerami padi menjadi tape jerami. 5. Belum diketahui pembuatan growth promotor

1.3.Tujuan Kegiatan

Tujuan Ipteks bagi masyarakat pada UMKM di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

1. IB sapi lokal menggunakan spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing. 2. Pengolahan pakan ternak tanpa hijauan (complete feed) dan tape jerami 3. Pengolahan growth promotor

4. Penggemukan sapi lokal, sapi peranakan ongole, peranakan Limousin dan peranakan Simental

1.4. Manfaat Kegiatan

Manfaat bagi tim pelaksana dan perguruan tinggi

1. Memperkaya wawasan tim pelaksana tentang penggemukan sapi potong yang dilakukan oleh pengusaha mitra.

2. Tempat sarana diskusi antara pelaksana kegiatan, pengusaha mitra dan mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis dan pemasaran sapi potong.

3. Perguruan Tinggi dapat memfungsikan pelaksananya secara integral untuk melatih kegiatan kewirausaha bagi mahasiswa yang berorientasi agribisnis.

Manfaat bagi UMKM

1. Meningkatkan volume produksi karena pengusaha mendapat tambahan tenaga kerja dari mahasiswa

(17)

2. Mendapat masukan dari Tim pelaksana dan dari mahasiswa peserta IbM tentang pakan sapi menggunakan bahan baku pakan lokal yaitu pakan tanpa hijauan dan tape jerami.

3. Mendapat kontribusi positif sehubungan dengan keselamatan dan kesehatan pekerja, manajemen pemeliharaan dan pencegahan serta pengobatan penyakit.

Manfaat bagi mahasiswa dari sisi ketrampilan dan manajemen

1. Ketrampilan penggemukan sapi menjadi meningkat karena mahasiswa terlibat secara langsung pengolahan pakan sapi.

2. Alih teknologi dan transfer pengetahuan khususnya cara penggemukan sapi potong yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM.

3. Calon wirausaha baru sesuai dengan basis iptek yang dimiliki yaitu pengolahan pakan dan growth promotor, pembuatan pupuk ramah lingkungan.

4. Menguasai aspek teknologi, manajemen (pemasaran, keuangan dan personalia).

Ipteks yang di implementasikan

1. Inseminasi buatan menggunakan spermatozoa Y hasil sexing 2. Pengolahan jerami dan pakan tanpa hijauan sebagai pakan ternak 3. Pengolahan temu-temuan dan empon-empon sebagai growth promoter 4. Pencegahan penyakit

(18)

BAB 2

TARGET DAN LUARAN

Target yang akan dicapai pada kegiatan IbM tentang pembibitan dan penggemukan sapi di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1. Target yang akan dicapai pada kegiatan IbM

Sebelum Kegiatan IbM Setelah Kegiatan IbM

Tanpa sinkronisasi Sinkronisasi birahi menggunakan PGF2α

IB menggunakan spermatozoa tanpa sexing IB menggunakan spermatozoa Y hasil sexing

Hasil IB, anak lahir berjenis kelamin tidak dapat diperkirakan

Hasil IB, anak lahir berjenis kelamin jantan

Pakan rumput 35-40 kg/ekor/hari Pakan tanpa hijauan 8 kg/ekor/hari

Pakan tape jerami 8-10 kg/ekor/hari

Belum mengenal growth promotor Growth promotor empon-empon dan

temu-temuan 20 ml/ekor/hari

Penggemukan sapi lokal Penggemukan sapi Peranakan Limosin dan

Simmental Peningkatan berat badan sapi lokal 0,5-0,6

kg/ekor/hari

Peningkatan berat badan rata-rata sapi PL dan PS 1,6-2,1 kg/ekor/hari

Belum mengenal penyakit reproduksi Mengetahui penyakit reproduksi dan cara

pencegahan dan terapi

Kotoran sapi belum dimanfaatkan Kotoran sapi untuk pupuk ramah

lingkungan

Target Keberhasilan IbM

Target keberhasilan IbM pembibitan menggunakan teknologi IB pada sapi lokal dengan spermatozoa Y sapi Simental hasil sexing dan penggemukan sapi peranakan Simental menggunakan pakan tanpa hijauan (complete feed) dan tape jerami di kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut:

1. Anak sapi peranakan Simental berjenis kelamin jantan

2. Produksi pakan tanpa hijauan dengan harga Rp. 1200 - 1500,-/kg 3. Produksi pakan tape jerami dengan harga Rp. 1200 -1500,-/kg 4. Produksi growth promotor dengan harga Rp. 10.000,-/ 500 ml

(19)

Luaran KegiatanIbM

1. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional

Penggemukan sapi lokal menggunakan formula pakan tape jerami dan pakan tanpa hijauan dengan nilai gizi terstandar

Peningkatan berat rata-rata sapi lokal, peranakan ongole, peranakan Limousin dan peranakan Simental per ekor per hari

2. Buku Ipteks bagi Masyarakat “Penggemukan sapi potong, Membuat Biogas dan Pupuk” yang dibagikan saat pendidikan dan pelatihan.

(20)

BAB 3.

METODE PELAKSANAAN

3.1.Kerangka Pemecahan Masalah

Metode Pendekatan yang ditawarkan untuk mendukung realisasi program IbM

Bekerjasama dengan UMKM sapi potong kabupaten Lamongan. Keberhasilan program ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam meningkatkan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui penggemukan sapi potong secara kereman. Untuk mencapai

keberhasilan program IbM dilakukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan SDM

dan penghasilan pendapatan pada anggota UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong di Kabupaten Lamongan sebagai berikut :

1. Pengenalan jenis sapi Limousin dan Simmental sebagai sapi yang mempunyai

peningkatan berat badannya 1,5 - 2 kg/ekor/hari.

2. Penerapan sinkronisasi birahi pada 20 ekor induk sapi lokal menggunakan PGF2 α

dosis 25 mg/ekor, penyuntikan dilakukan 2 kali selang waktu 11 hari. Induk sapi birahi setelah penyuntikan PGF2 α kedua, dilakukan inseminasi buatan menggunakan spermatozoa sapi Simental hasil sexing agar anak yang dilahirkan berkelamin jantan.

3. Pengolahan pakan tanpa hijauan asal limbah pertanian, perkebunan dan limbah

industri dan pengolahan jerami padi menjadi tape jerami

4. Pengolahan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan

5. Ragam penyakit pada sapi dan cara pencegahannya

6. Menumbuhkan jiwa wirausaha (melibatkan mahasiswa tingkat akhir) dan

menghitung analisis usaha

3.2.Realisasi pemecahan masalah

1. Memasyarakatkan Intan Sejati serta prospek usaha peternakan sapi secara agribisnis menuju 2020 melalui pembinaan dan pelatihan pada peternak sapi potong serta penerapan teknologi inseminasi buatan menggunakan spermatozoa hasil sexing, penggemukan sapi menggunakan pakan tanpa hijauan atau tape jerami serta pemberian growth promotor guna mempercepat peningkatan berat badan. Diharapkan peternak ikut melestarikan lingkungan dan menjaga kualitas

(21)

2. Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan UMKM

sapi potong. Keberhasilan program ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam penyediaan bibit sapi potong dan peningkatan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui inseminasi buatan dan penggemukan sapi peranakan Limousin dan peranakan Simental.

3.3.Khalayak sasaran

Sasaran program IbM adalah anggota dari UMKM sapi potong kecamatan

Kedungpring kabupaten Lamongan. Namun tidak menutup kemungkinan peserta pelatihan berasal dari desa lain maupun di kecamatan lain namun masih dalam satu kabupaten.

Partisipasi Mitra IbM dari UMKM pembibitan dan penggemukan sapi

Partisipasi dari UMKM penggemukan sapi potong adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan sapi lokal milik mitra 10 Ekor untuk di IB menggunakan spermatozoa Y hasil sexing

2. Menyediakan tempat untuk pertemuan dan pelatihan yaitu di tempat UMKM

pembibitan dan penggemukan sapi untuk membahas tentang program IbM

pembibitan dan penggemukan sapi tidak hanya sapi peranakan Simmental

3. Menyediakan alat pemotong jerami maupun limbah pertanian dan limbah industri 4. Menyediakan blender jumbo untuk pembuatan growth promotor

5. Menyediakan tempat untuk pembuatan pakan sapi tanpa hijauan dan tape jerami

3.4.Metode yang digunakan

Program IbM pada UMKM sapi potong di Kabupaten Lamongan menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pembekalan Ilmu Pengetahuan tentang inseminasi buatan dan penggemukan sapi yang meliputi:

- Sinkronisasi birahi {penyerentakan birahi)

- Inseminasi buatan menggunakan spermatozoa Y hasil sexing - Pengenalan ragam sapi potong, sapi Limousin dan Simmental - Pembuatan pakan tanpa hijauan dan tape jerami

- Growth promotor - Pencegahan penyakit

(22)

2. Praktek

- IB pada sapi menggunakan spermatozoa Y hasil sexing - Pembuatan pakan ternak tanpa hijauan dan tape jerami

- Pembuatan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan - Pembuatan pupuk ramah lingkungan

Indikator tingkat keberhasilan

Indikator keberhasilan yang diharapkan pada kegiatan program IbM di kecamatan

Kedungpring kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut : 1. Jenis kelamin anak yang dilahirkan berjenis kelamin jantan 2. Pembuatan pakan tanpa hijauan dan tape jerami

3. Pembuatan growth promotor empon-empon dan temu-temuan

4. Peningkatan berat badan sapi lokal, sapi peranakan ongole, peranakan Limousin dan peranakan Simental per ekor perhari

Evaluasi

Evaluasi keberhasilan program IbM pada anggota UMKM penggemukan sapi

potong kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan. adalah setelah dilaksanakan pendidikan dan pembinaan serta pelatihan inseminasi buatan menggunakan spermatozoa Y hasil sexing. penggemukan sapi potong kereman dengan menggunakan sumber bahan baku pakan lokal di evaluasi sebagai berikut :

1. Menguji ketrampilan pembuatan pakan hijauan dan tape jerami serta growth promotor 2. Mencatat jenis kelamin anak yang dilahirkan

3. Mencatat pertambahan berat badan penggemukan sapi jenis sapi lokal dan bakalan peranakan Limousin dan Simmental hasil IB hingga sapi tersebut siap untuk dijual. 4. Penghitungan analisa usaha penggemukan sapi potong kreman.

(23)

BAB 4.

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Kinerja Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan secara inovatif, integratif dan komprehensif. Kerjasama dan jejaring (networking) yang dilakukan LP4M ditujukan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada pencapaian produk unggulan berupa bioexcellent product maupun model

excellent, sehingga akan membawa manfaat yang nyata untuk kepentingan institusi

maupun masyarakat dengan capaian luaran berupa inovasi teknologi, produk, maupun market yang berlandaskan pada hasil riset. Selesainya kegiatan IbM dharapkan dapat mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for poor) secara ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam.

Tim pelaksana kegiatan Program IbM terdiri dari 2 orang mempunyai keahlian

masing-masing. Ketua pelaksana berpengalaman dalam pembibitan dan penggemukan ternak sapi secara kereman (2005), pengolahan pakan tape jeramai (2005), pengolahan pakan tanpa hijauan (2007), pengolahan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan (2006) serta asal limbah kulit nanas (2008), pembuatan pupuk bokhasi dan pupuk cair ramah lingkungan. (2005). Sedangkan anggota merupakan tim pelaksana pengabdian kepada masayarakat sejak tahun 2005 – sekarang. Pengalaman dan keahlian tim pelaksana menunjang keberhasilan dalam membina UMKM pembibitan dan penggemukan sapi potong di Lamongan, khususnya penggemukan sapi peranakan Simental. Dalam pelaksanaan IbM melibatkan mahasiswa S1 pendidikan dokter hewan dan S2 Ilmu Biologi Reproduksi (IBR). Tugas Tim pelaksana kegiatan adalah sebagai berikut :

NAMA STATUS KEAHLIAN TUGAS

Prof.Dr.Wurlina,MS,drh Ketua Tim Pelaksana

IB pada tenak, Sexing spermatozoa,

Penggemukan ternak, pengolahan pakan

Merancang kegiatan IbM,

bimbingan teknis skill, manajemen dan pemantauan kesehatan Prof.drh Mas’ud Hariadi,MPhil,PhD Anggota Tim

Pelaksana

Reproduksi dan Penyakit reproduksi

Pengolahan tape jerami, growth promotor dan penyakit reproduksi Prof. Dr. Dewa Ketut Meles,MS,drh Konsultan

Pelaksana

Penggemukan Formula pakan tanpa hijauan dan growth promotor.

(24)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Pendidikan dan pelatihan peternakan

Peserta pendidikan dan pelatihan IB pada sapi menggunakan spermatozoa hasil sexing dari pejantan sapi Simental merupakan anggota UMKM peternak sapi , dokter hewan, mantri hewan yang ada di kabupaten Lamongan.

Kegiatan di pusatkan UMKM sapi kecamatan Kedungpring kabupaten Lamongan. Dipilihnya tempat tersebut karena UMKM sapi tersebut merupakan Binaan LP4M Unair serta agar masyarakat mengenal kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Unair yang dilakukan secara terbuka untuk umum yang merupakan salah satu kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat. Bentuk kegiatan tidak hanya sekedar pendidikan dan pelatihan IB pada sapi saja tetapi dilakukan diskusi antar peternak sapi terutama para peternak sapi pemula dan yang telah berproduksi untuk saling tukar pikiran, suka duka usaha beternak sapi, pemasaran sapi maupun cara mengurangi polusi bau. Disamping itu dilakukan percontohan penggemukan sapi secara agribisnis milik peternak bapak Suparto drh. Diskusi tidak hanya pada usaha sapi saja, namun tidak menutup kemungkinan ternak lain seperti, sapi perah, kambing, domba, ayam petelur, ayam pedaging, itik dan diversifikasi produk.

5.2. Sinkronisasi birahi pada sapi

Sinkronisasi birahi bertujuan untuk mendapatkan induk sapi birahi secara bersamaan dan memudahkan melalaksanakan inseminasi buatan. Induk sapi sebanyak 20 ekor dilakukan sinkronisasi birahi menggunakan prostaglandin F2 α (PGF2α). Dosis yang digunakan untuk sinkronisasi birahi pada sapi sebesar 25 mg/ekor. Penyuntikan dilakukan dua kali selang waktu 11 hari. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Jumlah induk sapi mengalami birahi setelah penyuntikan PGF2α

Jumlah induk sapi Induk sapi birahi pada penyuntikan PGF2α

Pertama Kedua

(25)

Pada penyuntikan PGF2α pertama ternyata terdapat 8 ekor (40%) induk sapi yang menunjukkan birahi. Hal ini disebabkan induk kambing dalam fase luteal. Sedangkan induk kambing yang tidak birahi sebanyak 12 ekor (60%) dalam fase folikuler. PGF2α bekerjanya pada fase luteal yang berfungsi dan tidak efektif pada fase folikuler. Pada penyuntikan PGF2α kedua ternyata semua induk sapi menunjukkan birahi. Hal ini disebabkan semua induk sapi dalam fase luteal.

5.3.Inseminasi Buatan pada sapi menggunakan spermatozoa hasil sexing

Pada pelatihan ini inseminasi menggunakan straw yang berisi spermatozoa hasil sexing. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rata-rata jumlah induk sapi yang bunting dan jenis kelamin anak yang dilahirkan setelah IB

Tidak bunting Bunting Anak

hidup

Anak mati Jenis Kelamin

Jantan Betina

0 20 20 0 17 3

0 % 100 % 100 % 0 % 85% 15%

Hasil dari kawin suntik menggunakan spermatozoa hasil sexing 10 ekor induk sapi ternyata induk bunting sebanyak 20 ekor (100%), induk tidak bunting sebanyak 0 ekor (0%). Jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 20 ekor (rata-rata 1 ekor) sedangkan yang mati sebanyak 0 ekor (0 %). Anak yang hidup sebanyak 20 ekor ( 100 %), berjenis kelamin jantan sebanyak 17 ekor (85%) dan betina sebanyak 3 ekor (15 %).

5.4.Penggemukan sapi potong menggunakan pakan tanpa hijauan

Penggemukan terhadap 4 jenis sapi potong yaitu sapi lokal, peranakan onggole, peranakan Simental dan peranakan Simental masing masing sebanyak 10 ekor menggunakan pakan hijaun menggunakan formula dari PKM dan growth promotor . Hasilnya dapat dilihat pada table 5.3.

Tabel 5.3. Peningkatan berat badan sapi

Jenis sapi Rerata peningkatan berat badan perhari (kg)

Sapi lokal 0,625 ± 0,048

Peranakan Ongole (PO) 0,924 ± 0,067

Peranakan Limousin (PL) 1,673 ± 0,068

(26)

Kandungan dari empon-empon sebagai growth promotor yang merupakan enzim protease yang bersifat proteolitik yang mampu memecah protein, protease dan peptida. Kandungan empon-empon dapat mengadakan reaksi kompleks dengan protein dan reaksi yang terjadi dapat bersifat hidrolisa protein, sintesis protein, reaksi transferase. Empon-empon menyebabkan hidrolisa protein secara sempurna menjadi asam amino bebas. Empon-empon memecah protein menjadi peptida yang selanjutnya menghasilkan asam amino dan amonia. Amonia tersebut digunakan oleh mikroba rumen ternak ruminansia untuk memecah serat kasar. Selain itu growth promotor tersebut dapat langsung bereaksi dengan mikroba membentuk protein mikroba sehingga kerja dari rumen dalam memecah partikel makanan dapat meningkat dan lebih efektif, sehingga hasil dari pemecahan partikel makanan tersebut dapat digunakan oleh tubuh untuk keperluan pertumbuhan dan peningkatan produksi sehingga peningkatan berat badan ternak menjadi cepat dan ternak menjadi gemuk.

Mekanisme kerja empon-empon dalam rumen adalah sebagai berikut : produk akhir dari makanna dalam rumen adalah Volatyl Fatty Acid (VFA) atau asam lemak terbang, karbon dioksida dan methan. Asam lemak terbang terdiri dari asetat, propionat dan butirat. Energi yang hilang sebagai panas dan methan. ATP diproduksi dengan mengubah makanan menjadi asam lemak dan unsuryang lain untuk pertumbuhan sel. ATP merupakan energi utama untuk pertumbuhan mikroorganisme. Karbohidrat yang berupa pati, gula dan serat kasar akan difermentasikan dalam rumen menjadi asam lemak, karbon doksida dan methan.

Tabel 5.4. Hasil analisis pakan sapi tanpa hijaun (Complete feed) Pakan

Sapi

Hasil Analisis pakan tanpa hijaun (Complete feed) (%) Bahan kering Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca BETN TDN Pakan 1 87,77 9,76 10,01 10,56 31,52 0,14 25,90 67,38 Pakan 2 93,59 10,37 10,53 6,22 32,08 1,11 34,36 67,56 Pakan 3 87,50 10,24 10,62 4,17 16,50 0,97 45,95 69,57 Pakan 4 74,41 8,89 9,23 8,16 12,51 0,58 35,61 68,35 Pakan 5 90,44 10,22 10,34 5,47 17,30 0,93 47,10 68.72

(27)

Tabel 5.5. Hasil analisis pakan tape jerami/tebon Pakan

Sapi

Hasil Analisis pakan tape jerami (%) Bahan kering Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca BETN TDN Pakan 1 56,77 6,65 8,91 3,77 16,00 0,97 21,43 41,94 Pakan 2 44,81 4,60 7,87 3,55 13,83 1,14 14,94 33,84

5.6. Pencegahan dan pengobatan

Pemeriksaan adanya penyakit pada sapi dilakukan pada saat dilaksanakan pendidikan dan pelatihan peternakan, namun bila tempatnya jauh dari pusat kegiatan maka Tim IbM yang datang ke lokasi. Kasus penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah sebagai berikut :

Diare saat musim hujan dan kembung. Apabila belum terlambat maka ternak tersebut masih dapat ditangani namun bila telah jatuh (ambruk) maka dianjurkan diberi minyak kelapa.

Mata merah sering terjadi pada sapi, dianjurkan pemberian salep antibiotika sedangkan kebiasaan di pedesaan pengobatan mata dengan diberi air jeruk nipis. Kluron (keguguran) pada sapi. Dianjurkan pemberian pakan yang teratur dan

jangan terlalu banyak diberi daun lamtoro, bekas kluron segera dibersihkan dengan desinfektan, dan kandang tidak digunakan selama 2 minggu agar tidak terjadi kluron yang sama pada ternak yang lain.

Kejang pada anak sapi. Kejang diduga berasal dari rumput yang diberikan atau hijauan yang diberikan.

Cacingan pada ternak sapi. Disarankan tidak memberikan rumput yang baru dipetik, disarankan untuk jemur di sinar matahari 10-15 menit agar telur cacing mati.

5.7. Diskusi dan tanya jawab

Dari diskusi peserta pendidikan dan pelatihan inseminasi buatan pada sapi menggunakan spermatozoa hasil sexing dan penggemukan pada sapi, tidak hanya bertanya tentang sapi potong saja namun juga pada ternak lain yaitu padasapi perah, kambing, domba, ayam dan itik. Selain itu diskusi peluang wirausaha yang dapat

(28)

dilakukan di pedesaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Peluang yang dapat dilakukan adalah produksi bibit sapi karena ternak sapi dapat beranak setiap tahun .

Petani ternak sapi menghendaki perguruan tinggi sebagai pusat Iptek ikut berperan dalam peningkatan populasi dengan menerapkan teknologi pada ternak sapi perah, kambing dan domba

(29)

BAB 6.

KESIMPILAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Induk sapi yang mengalami birahi pada penyuntikan PGF2 alfa pertama sebesar 40 % dan pada penyuntikan PGF2 alfa kedua sebesar 100%

2. Inseminasi buatan menggunakan spermatozoa hasil sexing menghasilkan kebuntingan 100% dan jumlah anak jantan sebesar 85%.

3. Limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri yang diolah menjadi pakan tanpa hijauan merupakan pakan ternak yang bergizi dan berenergi serta dapat menekan biaya produksi

4. Jerami padi difermentasi secara sederhana dapat digunakan sebagai pakan sapi utamanya saat musim kemarau

5. Empon-empon dan temu-temuan yang diolah menjadi growth promotor dapat merangsang pertumbuhan berat badan sapi potong.

6. Peningkatan berat badan perhari antara sapi lokal, sapi PO, Limousin dan Simmental berturut-turut adalah 0,625 ± 0,048 kg, 0,924 ± 0,067 kg, 1,673 ± 0,068 kg dan 2,105 ± 0,414 kg.

Saran

Iptek bagi Msyarakat (IbM) hendaknya dilakukan secara berkesinambungan untuk menguatkan UMKM hingga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Hariadi M, Wurlina, Hermadi A.H, Utomo B, Rimayanti, Triana, I dan Ratnani H. 2011. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2006. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi secara kereman. Iptekda-Lipi. LPM Unair. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2007. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan kambing PE tanpa hijauan . Iptekda-Lipi. LPM Unair. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2010. Penggemukan sapi menggunakan pakan tanpa hijauan dan growth promoter di Blitar. Iptekda-lipi.

Wurlina, Meles D.K, Rachmawati K. 2005. Materi pendidikan dan pelatihan Penggemukan sapi. Pengolahan jerami padi menjadi pakan sapi bergizi dan berenergi. LPM Unair. Surabaya

Wurlina, Meles D.K, Rachmawati K. 2007. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi . Pengolahan growth promotor LPM Unair. Surabaya

(31)

(32)

Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransferkan kepada mitra

IB spermatozoa Sinkronisasi Simental hasil PGF2α sexing

Fermentasi Fermentasi Fermentasi

Penggemukan Penggemukan

Peningkatan berat badan 1,5-2 kg/ekor/hari Sapi Lokal

Sapi bunting

Anak sapi jantan peranakan

Simental

Jerami kering Empon-empon

Temu-temuan Limbah pertanian Limbah perkebunan Limbah industri Pakan tanpa hijaun Pakan tape jerami Growth promotor Bakalan sapi siap digemukkan Bakalan sapi siap digemukkan Sapi peranakan Simental siap dijual Pendapatan peternak meningkat

(33)

Lampiran 2. Pengolahan pakan, growth promotor dan fermentor

Pengolahan limbah pertanian dan limbah perkebunanakan ternak menjadi pakan tanpa hijauan (Wurlina dkk, 2005) hasil dari Pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai berikut :

Limbah kulit kacang, kulit kedelai (onggok), kulit kopi, kulit kakao digiling Diberi katul dan polar dicampur hingga rata

Molase (tetes) di encerkan menggunakan air dengan perbandingan 1 : 10, kemudian disiramkan pada campuran pakan secukupnya (jangan terlalu basah) diberi probiotik (lactobacillus sp, streptococcus sp, closteridium dan

Bifidobacterium) sebanyak 1 liter (1 liter probiotik diencerkan dengan 10 liter air) Kemudian dimasukkan dalam drum plastik, dilakukan fermentasi dengan ditutup

plastik selama 5 hari.

Pakan terfermentasi berwarna kecoklatan dan berbau harum dengan gizi 15-17% siap diberikan pada sapi

Pengolahan jerami padi menjadi tape jerami (Wurlina dkk, 2004) hasil dari Pengabdian kepada masyarakat Unair,2004) adalah sebagai berikut :

Jerami padi yang kering dipadatkan pada tempat yang telah disediakan dengan ketebalan + 20 cm dan siap dilakukan fermentasi.

Molase (tetes) di encerkan menggunakan air dengan perbandingan 1 : 10, kemudian disiramkan pada tumpukan jerami kering tersebut secukupnya (jangan terlalu basah)

Selanjutnya tumpukan jerami, diatasnya ditaburi dedak dengan ketebalan 2 cm Selanjutnya ditaburi dengan bubuk urea secukupnya.

Buat tumpukan jerami lagi dan beri molase, dedak dan urea seperti tumpukan jerami pada lapisan pertama, demikian seterusnya hingga tempat yang disediakan penuh dan sesuai dengan kebutuhan akan pakan menggunakan jerami.

Selanjutnya tumpukan jerami tersebut diberi probiotik (lactobacillus sp, streptococcus sp, closteridium dan Bifidobacterium) sebanyak 1 liter (1 liter probiotik diencerkan dengan 10 liter air)

Kemudian terakhir tumpukan jerami dilakukan fermentasi dengan ditutup plastik selama 14 -18 hari.

Jerami terfermentasi berwarna harum dan mempunyai nilai gizi protein 17-18% yang siap diberikan pada sapi.

(34)

Pengolahan Growth Promotor (Wurlina dkk, 2005)

Bahan : Jahe, laos, kunyit, kencur, serai, sirih, kemangi, bengkuang, temu lawak, temu mangga, temu ireng, kunci, kunir putih, blimbing wuluh, benkuang masing- masing ¼ kg.

fermentor 1liter dan molase (tetes) 1 liter serta air 20 liter Cara membuat :

Semua bahan dihaluskan dengan diblender

Tambahkan fermentorsebanyak 1 liter dan molase sebanyak 1 liter Masukakan 20 liter air dan diaduk hingga rata

Masukkan dalam derijen dan setiap hari tutup dibuka untuk mengeluarkan gas biarkan selama 10 - 15 hari.

Larutan tersebut disaring dan masukkan dalam jerigen 1 liter dan dapat dijual Ampasnya untuk pupuk tanaman,

Dosis untuk Sapi 20 ml/hari dan untuk kambing/ domba 10 ml/hari Pengolahan fermentor

Limbah sis rumen asal RPH sebanyak 10% Molase/tetes sebanyak 10%

Air 80%

Semua bahan dicampur dan difermentasikan dan masukkan jerigen, setiap hari dibuka agar gasnya hilang biarkan 10-14 hari

Airnya disaring sebagai fermentor sedangkan ampasnya sebagai pupuk

Pengolahan jenang/dodol tetes dan Suplemen sapi potong Bahan : Urea : 7 % = 0,7 kg

Kapur/enjet : 1 % = 0,1 kg

Mineral campur : 5 % = 0,5 kg

Katul : 30 % = 3 kg

Tetes /molase : 42 % = 4,2 liter

Jagung giling : 15 % = 1,5 kg

Cara Membuat :

Semua bahan diaduk hingga rata

Panasi diatas kompor hingga menjadi jenang/dodol Dinginkan, kemudian bungkus seperti dodol/jenang

(35)

Lampiran 3. Peta lokasi wilayah mitra

U Surabaya 20 km 20 km Gresik 26 km 14 km Lamongan 10 km Kedungpring

Bojonegoro (Lokasi kegiatan)

(36)

Lampiran 4. Mahasiswa yang terlibat dalam IbM

Mahasiswa S1 yang terlibat dalam Iptek bagi Masyarakat (IbM)

No Nama mahasiswa NIM Tugas

1 Cahyani Kartika 061513143034 Pengolahan pakan

2 Ni Made Mentari 061413143085 Pengolahan pakan

3 Rizki rostantinata 061413143130 Mendeteksi birahi

4 Nuril Fadhilah 061413143081 Mendeteksi birahi

5 Yayan Oki Istyana 061413143022 Penyakit reproduksi

6 Dandy Narindra 061413143105 Mendeteksi birahi

7 M. Taufiqurahman 061413143019 Daignosa kebuntingan

8 Rian Rizky Octaviani 061413143136 Daignosa kebuntingan

Mahasiswa S2 Ilmu Biologi Reproduksi yang terlibat dalam Iptek bagi Masyarakat (IbM)

No Nama mahasiswa NIM

1 Riaqyatul Fithriyah Evaluasi hasil IB

2 Nevranindy Rohma Evaluasi hasil IB

3 Sanddhy Kartika Evaluasi berat badan

Gambar

Tabel 5.2. Rata-rata jumlah induk sapi yang bunting   dan jenis kelamin anak yang                     dilahirkan setelah IB
Tabel 5.4. Hasil analisis pakan sapi tanpa hijaun (Complete feed)
Tabel 5.5. Hasil analisis pakan tape jerami/tebon   Pakan
Gambar 1. Foto kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Pengabdian kepada Masyarakat ini rencananya akan dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak “Tani Mulyo Asri’ dan kelompok tani ‘Sri Mulyo’ Desa Rejomulyo Kecamatan

Pengrajin Emping yang tergabung dalam kelompok “Redjo Makmur” dan ”Sujilah Emping” sebagai usaha kecil dan menengah, dalam perkembangannya masih mengalami berbagai

Rencana kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah pertama pembuatan diktat materi pelatihan dan penyebaran undangan pelatihan, kedua memberikan

IKM Debiana Bakery memiliki permasalahan yang hamper sama dengan IKM 2A Snack and Catering yaitu produksi masih belum menggunakan peralatan otomatis seperti

Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah:1) meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan/skill, para santri di Ponpesdengan memberikan pelatihan produk berbasis

Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha kerupuk bawang UKM Desa Madiredo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang tersebut, dalam Pengabdian

Adapun kelompok produsen makanan berbasis pangan lokal tersebut yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Edelweiss ketuanya Ibu Dwi Yullistari, KWT Sido Makmur ketuanya

Data lain yang menunjang adalah hasil survey yang telah dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) tahun 2012