• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) TAHUN ANGGARAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) TAHUN ANGGARAN 2016"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I

b

M)

TAHUN ANGGARAN 2016

TIM PELAKSANA :

Dr. Kadek Rachmawati,MKes.,drh Dr. Suherni Susilowati,Mkes.,drh

Dibiayai Oleh:

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Pengabdian Masyarakat

Nomor 004/SP2H/DRPM/II/2016, Tanggal 17 Februari 2016

UNIVERSITAS AIRLANGGA

OKTOBER, 2016

PENGGEMUKAN SAPI LOKAL MENGGUNAKAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS SWASEMBADA DAGING DAN

PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN MENJADI BIOGAS PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

(2)
(3)

RINGKASAN

PENGGEMUKAN SAPI LOKAL MENGGUNAKAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS SWASEMBADA DAGING DAN

PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN MENJADI BIOGAS PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

Kadek Rachmawati dan Suherni Susilowati

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan pada kelompok penggemukan sapi peranakan sapi Madura untuk menjawab permasalahan belum melaksanakan: 1) pengolahan limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri sebagai pakan ternak tanpa hijauan 2) pengolahan growth promotor asal empon-empon 3) penggemukan sapi Madura menggunakan pakan tanpa hijauan 4) pengolahan kotoran dan air kencing ternak menjadi biogas dan pupuk yang ramah lingkungan.

Tujuan dari IbM adalah 1) pengolahan pakan ternak sapi tanpa hijauan (complete

feed) 2) pengolahan growth promotor 3) penggemukan sapi lokal, sapi ongole, sapi Madura, sapi peranakan Limousi dan sapi peranakan Simental 4) pengolahan kotoran ternak menjadi biogas pengganti bahan bakar minyak dan pupuk ramah lingkungan. Manfaat dari IbM adalah meningkatkan SDM dan pendapatan petani ternak penggemukan sapi Madura dengan menekan biaya produksi dan pemanfaatan kotoran menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan

Metode yang digunakan pada kegiatan IbM adalah pendidikan dan pelatihan serta pembinaan penggemukan sapi peranakan Madura menggunakan pakan pakan tanpa hijauan, pengolahan kotoran menjadi biogas pengganti bahan bakar minyak dan pupuk bokhasi ramah lingkungan pada anggota UMKM penggemukan sapi di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. Kegiatan program IbM melibatkan 8 orang mahasiswa untuk meningkatkan jiwa wirausaha.

Hasilnya adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan berat badan perhari antara sapi lokal, sapi PO, sapi Madura, sapi peranakan Limousin dan sapi peranakan Simmental berturut-turut adalah 0,625 ± 0,048 kg, 0,753 ± 0,530 kg, 0,924 ± 0,067 kg, 1,673 ± 0,068 kg dan 2,105 ± 0,414 kg. 2) kotoran sapi dimanfaatkan menjadi biogas untuk memasak dan pupuk ramah lingkungan.

Disarankan kegiatan IbM dilakukan berkesinambungan setiap tahun untuk memantau perkembangan penggemukan khususnya sapi Madura di kabupaten Bojonegoro agar menjadi sentra dan memanfaatkan kotoran menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan dengan melibatkan dinas terkait dan mahasiswa untuk menciptakan wirausaha baru.

(4)

PRAKATA

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM), PENGGEMUKAN SAPI LOKAL MENGGUNAKAN PAKAN TANPA HIJAUAN (COMPLETE FEED) STRATEGIS SWASEMBADA DAGING DAN PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN MENJADI BIOGAS PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS dapat terselenggara dengan baik.

Tujuan dari IbM adalah 1) pengolahan pakan ternak sapi tanpa hijauan (complete

feed) 2) pengolahan growth promotor 3) penggemukan sapi lokal, sapi peranakan Ongole, sapi Madura, sapi peranakan Limousin dan sapi peranakan Simental 4) pengolahan kotoran ternak menjadi biogas pengganti bahan bakar minyak dan pupuk ramah lingkungan. Manfaat dari IbM adalah meningkatkan SDM dan pendapatan petani ternak penggemukan sapi peranakan Madura dengan menekan biaya produksi dan pemanfaatan kotoran menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan

Kegiatan IbM dilaksanakan mulai bulan Maret – Oktober 2016, dilakukan Staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Kegiatan ini bekerjasama dengan UMKM sapi potong di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselenggaranya kegiatan Program Ipteks bagi Masyarkat, disampaikan kepada :

 Rektor Universitas Airlangga

 Ketua LP4M Universitas Airlangga

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

RINGKASAN ……… i

PRAKATA ………. ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. iv DAFTAR GAMBAR ………. v DAFTAR LAMPIRAN ……….. vi BAB 1. PENDAHULUAN ………. 1 1.1. Analisis Situasi ………... 1 1.2. Permasalahan Mitra ………... 7 1.3. Tujuan Kegiatan ………... 7 1.4. Manfaat Kegiatan ………... 8

BAB 2. TARGET DAN LUARAN ……… 9

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ………... 10

3.1.Kerangka pemecahan masalah ………... 10

3.2.Realisasi Pemecahan Masalah ………... 10

3.3.Khalayak Sasaran ………... 11

3.4.Metode yang Digunakan ………... 11

BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ………. 13

BAB 5. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ………….. …………. 15

BAB 6. KESIMPULAN ………. 19

DAFTAR PUSTAKA ……… 20

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Peningkatan berat badan sapi ……… 15 Tabel 5.2. Hasil analisis pakan ternak tanpa hijaun (Complete feed) …………. 16 Tabel 5.3. Hasil analisis pakan tape jerami/tebon ……….. 17

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Foto kegiatan ……… 20

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransfer kepada Mitra ……….. 22 Lampiran 2. Pengolahan pakan tanpa hijauan ……….. 23 Lampiran 3. Peta lokasi Wilayah mitra ... 24 Lampiran 4. Mahasiswa yang terlibat dalam Iptek bagi Masyarakat …….. 25

(9)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Analisis Situasi

Embargo sapi potong oleh Australia yang pernah terjadi pada tanggal 13 Juni 2011 terhadap Indonesia langsung di respon oleh pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern seperti supermarket dan hypermarket. Hal ini menunjukkan bahwa betapa besar ketergantungan impor daging sapi dan atau sapi bakalan untuk keperluan konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian menyebutkan bahwa impor daging sapi pada tahun 2008 dalam bentuk sapi bakalan maupun daging sapi beku dan daging segar sebesar 35% dari kebutuhan daging sapi nasional, yakni sebesar 135.1 ribu ton dari permintaan sebesar 385 ribu ton, atau setara dengan pemotongan 1.750.000 ekor sapi. Impor daging sapi dari tahun ketahun cendrung meningkat sejalan dengan peningkatan pertambahan jumlah penduduk, diperkirakan pada tahun 2013 impor sapi potong akan mencapai 1.200.000 ekor atau setara 60% dari kebutuhan nasional, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan Indonesia tidak punya ternak sapi lagi untuk dipotong. Artinya kebutuhan daging sapi sepenuhnya tergantung dari impor (Meles dkk, 2010)

Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Peternakan (2013), jumlah populasi sapi potong dari 33 provinsi di Indonesia mencapai lebih dari 13 juta ekor. Apabila di asumsikan secara genetik, populasi sapi jantan dan sapi betina berimbang, maka jumlah sapi betina mestinya lebih dari 6,5 juta ekor, dan katakanlah 50% (3,25 juta ekor) saja yang mampu berreproduksi, dan katakanlah keberhasilan kawin suntik dan kawin alam minimal sebesar 50%, seharusnya terdapat tambahan sapi sebesar lebih darai 1,6 juta ekor per tahun, setara dengan 352.000 ton daging (rendemen daging sapi 55% dengan berat sapi yang dipotong rata-rata 400 kg). Kalau data yang disajikan itu benar maka seharusnya kita tidak perlu melakukan impor daging sapi. Artinya Swasembada daging sudah tercapai. Tapi kenapa impor daging dan sapi bakalan dari tahun ketahun terus meningkat. Ini menunjukkan terjadi kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat dalam upaya mewujudkan swasembada daging sapi.

Secara nasional wilayah propinsi Jawa Timur merupakan salah satu pengembangan peternakan sapi potong yang sangat potensial. Hal ini ditunjang oleh ketersediaan bahan pakan yang bersumber dari limbah pertanian sangat mencukupi. Wilayah Jawa Timur

(10)

mampu berswasembada daging sapi, bahkan mampu mensuplai kebutuhan daging keluar daerah. Kegiatan usaha ternak di upayakan untuk memanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan industri dengan memadukan antara usaha ternak dengan usaha tani yang tidak dapat dipisahkan.

Pakan hijauan merupakan salah satu faktor yang penting dalam usaha peternakan terutama pada penggemukan sapi potong, karena hampir 70% total biaya produksi adalah biaya pakan. Pakan hijauan sulit didapat pada musim kemarau, belum lagi mahalnya pakan tambahan berupa konsentrat. Apabila sapi diberi pakan rumput basah dibutuhkan + 40 kg /ekor/hari dan pakan konsentrat 5 kg dan growth promotor buatan pabrik, sehingga biaya untuk kebutuhan pakan saja bisa mencapai Rp. 25.000,-/ekor/hari. Tetapi dengan menggunakan pakan dari limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri yang difermentasi dan penggunaan perangsang pertumbuhan buatan sendiri kebutuhan untuk pakan hanya Rp. 15.000,-/hari. Secara tradisional, UMKM dalam melaksanakan penggemukan sapi hanya menggunakan pakan hijauan saja, sehingga masa penggemukan lebih lama karena pertumbuhan berat badan sapi sangat lambat, yaitu berkisar 0,5-0,6 kg/ekor/hari (Hariadi dkk, 2011)

Keberhasilan pelaksanaan penggemukan sapi lokal menginspirasi untuk dikembangkan di kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah lumbung pertanian karena dilalui oleh sungai brantas yang merupakan sarana pengairan pertanian yang mengalir sepanjang tahun. Sebagai daerah lumbung pertanian kabupaten Bojonegoro menghasilkan limbah pertanian seperti bekatul, bonggol jagung, kulit batang kedelai, kulit kacang, kulit singkong, jerami padi, slamper/tumpi jagung dan limbah perkebunan kulit kopi dan kulit kakao, biji kapuk, limbah pelepah sawit serta limbah industri ampas sawit, ampas kelapa, ampas bir, ampas tahu yang berlimpah untuk di manfaatkan sebagai sumber pakan ternak khususnya pakan sapi (Meles dkk,2006, Wurlina dkk.,2007

UMKM Kelompok sapi potong yang terletak di kecamatan Sumberejo desa Sumberejo dan kecamatan Kedungadem desa Drokilo kabupaten Bojonegoro, hanya melaksanakan penggemukan sapi lokal menggunakan pakan rumput saja sehingga kecepatan pertambahan berat badan sapi sangst lambat. Peternak belum memanfaatkan jerami padi atau limbah pertanian untuk bahan pakan ternak sapi sehingga menjadikan usaha yang dikerjakan menjadi kurang menguntungkan.

(11)

Kecamatan Kedungadem terletak 13 km dari kabupaten Bojonegoro, merupakan daerah pertanian. Untuk setiap hektar sawah dapat menghasilkan jerami kering 3,5 - 4 ton. Jerami sebanyak itu merupakan limbah pertanian yang dibuang atau dibakar. Pada hal jerami padi tersebut setelah dikeringkan dan diolah menggunakan teknologi fermentasi secara sederhana dapat digunakan untuk pakan ternak sapi andalan yang bergizi tinggi (Meles dkk, 2007, Wurlina dkk, 2005) Dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tidak perlu lagi ngarit atau membeli hijauan segar untuk pakan sapi. Upaya penggemukan sapi bakalan secara cepat dengan pakan menggunakan pakan tanpa hijauan asal limbah pertaian, limbah perkebunan dan limbah industri serta diberi tambahan growth promotor yang berasal dari tanaman empon-empon diharapkan dapat meningkatkan berat badan sapi secara cepat sehingga kebutuhan sapi dapat terpenuhi sekaligus dapat mengurangi ketergantungan impor daging sapi maupun sapi bakalan yang pada akhirnya akan menghemat devisa negara.

Hasil samping dari usaha penggemukan sapi adalah kotoran dan air kecing sapi Pencemaran yang terjadi di lingkungan peternakan sapi potong karena limbah kotoran dan air kencing akan berdampak terhadap: 1) Pencemaran Air. Menurunkan konsentrasi O2 akibat proses nitrifikasi dan menurunkan kualitas perairan, adanya bakteri Salmonella sp dapat membahayakan kesehatan manusia. 2) Pencemaran Udara. Limbah ternak apabila telah kering akan menjadi debu yang sangat membahayakan bagi kesehatan manusia dan 3) Pencemaran Tanah. Merupakan media tempat berkembang biak lalat dan mengurangi kesuburan tanah pada tempat penimbunan kotoran. Pada peternakan selain menghasilkan limbah kotoran dan air kencing, juga mneghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini merupakan salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon. Limbah kotoran dan air kencing belum dimanfaatkan sebagai biogas pengganti minyak dan gas serta pupuk ramah lingkungan (Sembiring, 2005, Suhut dkk., 2006)

Penghematan pemakaian bahan bakar harus digerakkan karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu cara untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).

(12)

Bahan bakar minyak tanah untuk keperluan memasak kerapkali menjadi issu permasalahan dan menjadi perbincangan, karena membuat pusing masyarakat terutama yang tinggal di pedesaan. Permasalahan muncul setiap kali terjadi kenaikan harga minyak tanah yang merupakan bahan bakar utama untuk memasak di pedesaan.

Mahalnya bahan bakar minyak dan gas (LPG) yang dirasa sangat memberatkan masyarakat terurama pedesaan, perlu dicari pemecahannya. Keberadaan teknologi tepat guna yang murah dan tepat sasaran sangat dinantikan adalah alternatif bahan bakar pengganti minyak dan gas yang ramah lingkungan dan murah karena bahan yang digunakan adalah limbah peternakan berupa kotoran ternak.

Melalui teknologi terapan pembuatan biogas dari kotoran dan air kencing ternak sapi potong berpeluang menjadi solusi alternatif atas masalah bahan bakar minyak tanah dan peningkatan produksi ternak menuju swasembada daging serta mendorong perbaikan lingkungan. Energi lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa kotoran ternak di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Menurut hasil penelitian, kebutuhan keluarga dengan anggota sejumlah 5 orang terhadap biogas yang digunakan khusus untuk memasak adalah 1,25 m3/ hari atau 0,25 m3 /hari/ orang. Sementara itu setiap 10 kg kotoran ternak sapi (jumlah yang dihasilkan seekor ternak sapi per hari) berpotensi menghasilkan 0,36 m3 biogas, sehingga untuk 1 keluarga dengan 5 anggota keluarga membutuhkan 4 ekor ternak sapi, dengan perhitungan perolehan kotoran ternak sejumlah 40 kg/ hari dan akan menghasilkan biogas sejumlah 1,44 m3 /hari (Sembiring, 2006, Suhut dkk, 2006)

Kabupaten Bojonegoro merupakan dataran rendah dengan tanah subur yang memiliki potensi besar dalam pengembangn peternakan sapi potong lokal terutama peranakan sapi madura. Sapi Madura merupakan bangsa sapi lokal Indonesia penghasil daging yang perlu di lestarikan yang merupakan aset nasional yang sangat potensial dalam mensuplai kebutuhan daging dalam negeri (Hahudi dkk,2002). Populasi sapi Madura di Indonesia sebesar 1. 389.000 ekor atau 12 % dari total populasi sapi potong di Indonesia. Oleh karena demikian populasi sapi Madura selayaknya harus dikembangkan sehingga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi peternak di kabupaten Bojonegoro, namun limbah kotoran yang merupakan pencemaran belum dimanfaatkan.

(13)

Teknologi terapan yang ramah lingkungan, biaya murah serta mudah diterapkan dan sangat sesuai dengan kondisi pedesaan saat ini adalah pembuatan biogas dari kotoran dan air kencing ternak Daya bakar dari biogas sangat baik, tidak ber-asap sehingga makanan tetap bersih. Melalui teknologi biogas : peternak memasak dengan murah, bersih, ramah lingkungan, mendorong kelesta-rian alam, meningkatkan produksi ternak, menghemat devisa negara, mendukung perbaikan ekonomi rakyat. Sisa kotoran setelah pengolahan biogas dapat digunakan sebagai pupuk ramah lingkungan.

Perguruan Tinggi yang merupakan pusat Ilmu Pengetahuan dan gudangnya teknologi bertanggung jawab dan berkuajiban untuk memasyarakatkan teknologi tepat guna dan berhasil guna pengolahan kotoran sapi menjadi biogas pengganti bahan bakar minyak dan gas.

Informasi tentang mitra UMKM Penggemukan sapi

Industri kecil pedesaan UMKM 1, kecamatan Sumberrejo kabupaten Bojonegoro, penggemukan sapi memiliki 4 orang tenaga untuk menjalankan usaha penggemukan sapi peranakan Madura. Industri ini managemennya dipegang oleh Bapak Sumadi dengan pendidikan SMU. Pekerja lainnya seorang berpendidikan SMU sebagai pencatat hasil produksi dan 3 orang lainnya berpendidikan SMP sebagai tenaga kandang. UMKM penggemukan sapi. UMKM tersebut memiliki anggota atau plasmanya 20 orang dengan kepemilikan 5 sampai 15 ekor. Cara penggemukan menggunakan pakan rumput dan belum menggunakan pakan tanpa hijauan. Selain itu juga belum menggunakan growth promotor untuk perangsang tumbuh. Limbah kotoran dan air kencing belum dimanfaatkan sebagai biogas dan pupuk yang ramah lingkungan.

Industri kecil pedesaan UMKM 2 terletak kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. penggemukan sapi memiliki 3 orang tenaga untuk menjalankan usaha penggemukan sapi lokal. Industri ini managemennya dipegang oleh ibu Sumiati dengan pndidikan SMU. Semua pekerja berpendidikan SMP sebagai sebagai tenaga pencatat dan tenaga kandang. UMKM tersebut memiliki anggota atau plasmanya 10 orang dengan kepemilikan 5 sampai 10 ekor. Cara penggemukan menggunakan pakan rumput dan belum menggunakan pakan tanpa hijauan. Selain itu juga belum menggunakan growth promotor untuk perangsang tumbuh. Limbah kotoran dan air kencing belum dimanfaatkan sebagai biogas dan pupuk yang ramah lingkungan

(14)

Pengalaman peternak Bapak Sumadi maupun ibu Sumiati adalah penggemukan sapi peranakan Madura yaitu 10 tahun mulai pertama kali mendapat bantuan pemerintah, sehingga pengetahuan pemilihan bibit cukup dapat dipercaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan populasi didaerah tersebut mencapai lebih 900 ekor.

Manajemen dan Investasi

Peternak penggemukan sapi peranakan Madura selama ini tanpa bimbingan teknis dan hanya mengandalkan dari pengalaman, selalu menjalin komunikasi antar anggota dalam pakan, peningkatan berat badan dan pemasaran. Kebersamaan antar anggota peternak sapi dan aparat pemerintahan berjalan serasi dan komunikatif. Pennggemukan sapi diwilayah tersebut tidak terganggu karena tersedia limbah hasil pertanian yang belum dimanfaatkan. Tempat usaha penggemukan sapi sangat sederhana dan telah berjalan 10 tahun. Manajemen yang diterapkan pada UMKM penggemukan sapi peranakan Madura adalah sistem kekeluargaan dan saling percaya, dimana pembukuan dilakukan sangat sederhana. Pola pemasaran dilakukan dengan cara ada uang ada barang dengan mengambil di tempat atau diantar. Industri tersebut belum berani memberi pinjaman pada peternak kecil yang akan mengikuti untuk penggemukan sapi disebabkan kekurangan modal, sehingga sistem pembelian kontan.

Keadaan Produksi

Jumlah sapi sebagai percontohan adalah 50 ekor. Sedangkan bersama plasmanya yang merupakan URT mencapai 300 ekor. Peningkatan berat badan sapi yang digemukkan sangat rendah yaitu 0,5-0,6 kg/ekor/hari, sehingga dibutuhkan waktu lama untuk mencapai berat lebih 400 kg/ekor.

Lokasi kelompok peternak penggemukan sapi peranakan Madura yaitu kecamatan Kedungadem terletak 13 km dari kota Bojonegoro. Selain itu Dinas Peternakan kabupaten Bojonegoro sangat mendukung dilakukan kegiatan penggemukan sapi peranakan Madura menggunakan pakan tanpa hijauan dan kotoran ternak dijadikan biogas serta pupuk ramah lingkungan. Kerjasama yang baik antara UMKM dan Dinas Peternakan dan Kesehatan kabupaten Bojonegoro dengan Perguruan Tinggi Unair menyebabkan kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan tujuan dari IbM dapat tercapai serta manfaatnya dapat langsung dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan.

(15)

1.2.Permasalahan Mitra

Sampai saat ini penggemukan sapi peranakan Madura masih menggunakan pakan hijauan sehingga saat musim kemarau berkepanjangan kesulitan untuk mencari hijauan. Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, dipenuhi oleh minyak tanah dan gas yang memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak dan gas di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting kering dan tidak jarang pula menebang pohon di hutan yang terlarang, sehingga dapat mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan. Permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah : a. Belum memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan dan industri untuk diolah

sebagai pakan ternak tanpa hijauan.

b. Belum diketahui cara mengolah limbah pertanian (kulit kacang, kulit singkong, kulit batang kedelai, slamper, bonggol jagung, batang kulit jagung), limbah perkebunan (kulit kopi, kulit kakao, biji kapuk), limbah industri (ampas sawit, ampas minyak kelapa, limbah tahu, limbah beer) menjadi pakan ternak.

c. Belum diketahui cara pengolahan growth promotor asal empon-empon yang banyak dihasilkan di kabupaten Bojonegoro

d. Belum diketahui pengolahan pakan suplemen urea molase multinutrient block (UMMB). atau dodol urea untuk mempercepat daya cerna ternak.

e. Belum melaksanakan pembuatan limbah kotoran sapi menjadi biogas pengganti minyak dan gas serta pupuk ramah lingkungan

1.3.Tujuan Kegiatan

Tujuan Ipteks bagi masyarakat pada UMKM di kecamatan Sumberrejo dan Kedungadem kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan pakan ternak tanpa hijauan (complete feed) 2. Pengolahan growth promotor

3. Penggemukan sapi lokal, sapi peranakan ongole, sapi Madura, peranakan Limousin dan peranakan Simental

(16)

1.4. Manfaat Kegiatan

Manfaat bagi tim pelaksana dan perguruan tinggi

1. Memperkaya wawasan tim pelaksana tentang penggemukan sapi potong dan pengolahan kotoran menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan yang dilakukan oleh pengusaha mitra.

2. Tempat sarana diskusi antara pelaksana kegiatan, pengusaha mitra dan mahasiswa dalam memecahkan masalah teknis, pemasaran sapi potong dan pupuk bokhasi.

3. Perguruan Tinggi dapat memfungsikan pelaksananya secara integral untuk melatih kegiatan kewirausaha bagi mahasiswa yang berorientasi agribisnis.

Manfaat bagi UMKM

1. Meningkatkan volume produksi karena pengusaha mendapat tambahan tenaga kerja dari mahasiswa

2. Mendapat masukan dari Tim pelaksana dan dari mahasiswa peserta IbM tentang penggemukan sapi menggunakan bahan baku pakan lokal yaitu pakan tanpa hijauan dan tape jerami.

3. Mendapat kontribusi positif sehubungan dengan keselamatan dan kesehatan pekerja, manajemen pemeliharaan dan pencegahan serta pengobatan penyakit.

Manfaat bagi mahasiswa dari sisi ketrampilan dan manajemen

1. Ketrampilan penggemukan sapi menjadi meningkat karena mahasiswa terlibat secara langsung pengolahan pakan sapi.

2. Alih teknologi dan transfer pengetahuan khususnya cara penggemukan sapi potong yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM.

3. Calon wirausaha baru sesuai dengan basis iptek yang dimiliki yaitu pengolahan pakan dan growth promotor, pembuatan biogas dan pupuk ramah lingkungan. 4. Menguasai aspek teknologi, manajemen (pemasaran, keuangan dan personalia).

Ipteks yang di implementasikan

1. Pengolahan pakan tanpa hijauan sebagai pakan ternak

2. Pengolahan temu-temuan dan empon-empon sebagai growth promotor 3. Pengolahan biogas dan pupuk ramah lingkungan

(17)

BAB 2.

TARGET DAN LUARAN

Target Keberhasilan IbM

Target keberhasilan IbM penggemukan sapi peranakan Madura menggunakan pakan tanpa hijauan dan growth promotor di desa Sumberejo kecamatan Sumberejo dan desa Drokilo kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut:

1. Produksi pakan tanpa hijauan dengan harga < Rp. 1500,-/kg 2. Produksi growth promotor dengan harga Rp. 10.000,-/ 500 ml

3. Produksi biogas sebagai pengganti minyak dan gas untuk memasak selanjutnya untuk penerangan

4. Produksi pupuk bokhasi ramah lingkungan

5. Peningkatan berat badan sapi lokal, sapi peranakan Madura, sapi ongole, sapi peranakan Limousin dan sapi peranakan Simental

Luaran Kegiatan IbM

1. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional

 Penggemukan peranakan sapi Madura menggunakan pakan tanpa hijauan dan growth promotor

 Peningkatan berat sapi peranakan Madura

 Biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi dapat untuk memasak dan penerangan rumah

2. Buku Ipteks bagi Masyarakat “Penggemukan sapi potong, Membuat Biogas dan Pupuk” yang dibagikan saat pelatihan.

(18)

BAB 3.

METODE PELAKSANAAN

3.1.Kerangka Pemecahan Masalah

Metode Pendekatan yang ditawarkan untuk mendukung realisasi program IbM Bekerjasama dengan dinas terkait. Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan kabupaten Bojonegoro, UMKM penggemukan sapi potong peranakan Madura di kabupaten Bojonegoro.

Keberhasilan program ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam meningkatkan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui penggemukan sapi potong secara kereman. Untuk mencapai keberhasilan program IbM dilakukan pemecahan masalah melalui pendidikan dan pelatihan serta pembinaan untuk meningkatkan SDM dan penghasilan pada anggota UMKM penggemukan sapi peranakan Madura di Kabupaten Bojonegoro.sebagai berikut :

1. Pengenalan ragam sapi potong sebagai ternak yang mempunyai peningkatan berat badannya mencapai 2 kg/ekor/hari.

2. Pengolahan pakan tanpa hijauan asal limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri

3. Pengolahan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan 4. Pembuatan biogas dan pupuk ramah lingkungan asal kotoran sapi 5. Ragam penyakit pada sapi dan cara pencegahannya

6. Menumbuhkan jiwa wirausaha (melibatkan mahasiswa tingkat akhir) dan menghitung analisis usaha

3.2.Realisasi pemecahan masalah

1. Memasyarakatkan melalui pembinaan dan pelatihan pada peternak sapi potong Madura melalui penggemukan sapi menggunakan pakan tanpa hijauan atau tape jerami serta pemberian growth promotor guna mempercepat peningkatan berat badan. Selain itu dilakukan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan. Diharapkan peternak ikut melestarikan lingkungan dan menjaga kualitas sumber daya alam (SDA) memalui proses analisa dampak lingkungan (AMDAL).

(19)

2. Untuk keberhasilan program IbM, pelaksana kegiatan bekerjasama dengan UMKM sapi potong Madura. Keberhasilan program ini berarti petani ternak ikut berpartisipasi dalam peningkatan protein hewani terutama bagi masyarakat pedesaan melalui penggemukan sapi Madura, pemanfaatan limbah kotoran menjadi biogas dan pupuk ramah lingkungan.

3.3.Khalayak sasaran

Sasaran program IbM adalah anggota dari UMKM penggemukan sapi potong di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro, Namun tidak menutup kemungkinan peserta pelatihan berasal dari masyarakat peternak sapi potong dari di kecamatan lain namun masih di kabupaten Bojonegoro.

Partisipasi Mitra IbM dari UMKM penggemukan sapi potong

Partisipasi dari UMKM penggemukan sapi potong adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan tempat untuk pertemuan dan pelatihan yaitu di tempat UMKM tentang program IbM penggemukan sapi peranakan Madura dan pembuatan biogas dan pupuk bokhasi ramah lingkungan.

2. Menyediakan alat pemotong jerami, maupun limbah pertanian dan limbah perkebunan

3. Menyediakan blender jumbo untuk pembuatan growth promotor 4. Menyediakan tempat untuk pembuatan pakan tanpa hijauan

5. Menyediakan tempat untuk pembuatan biogas dan pupuk asal kotoran sapi

3.4.Metode yang digunakan

Program IbM pada UMKM sapi Madura di Kabupaten Bojonegoro menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pembekalan Ilmu Pengetahuan tentang penggemukan sapi yang meliputi: - Pengenalan ragam sapi potong, sapi peranakan Limousin dan Simmental - Pembuatan pakan tanpa hijauan dan tape jerami

- Growth promotor - Pencegahan penyakit

(20)

2. Praktek

- Pembuatan pakan ternak tanpa hijauan dan tape jerami

- Pembuatan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan - Pembuatan biogas dan pupuk ramah lingkungan

Indikator tingkat keberhasilan

Indikator keberhasilan yang diharapkan pada kegiatan program IbM di kecamatanSumberejo dan Kedungadem kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan pakan tanpa hijauan dan tape jerami

2. Pembuatan growth promotor empon-empon dan temu-temuan

3. Peningkatan berat badan sapi lokal, sapi Madura sapi peranakan Ongole, peranakan Limousin dan Peranakan Simental per ekor perhari

4. Pembuatan biogas dan pupuk ramah lingkungan

Evaluasi

Keberhasilan program IbM pada anggota UMKM penggemukan sapi peranakan Madura secara kereman menggunakan pakan tanpa hijauan dan pengolahan biogas dan pupuk asal kotoran dan air kencing sapi di kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro di evaluasi sebagai berikut :

1. Ketrampilan pembuatan pakan tanpa hijauan, pakan suplemen serta growth promotor 2. Ketrampilan pembuatan biogas untuk memasak dan pupuk ramah lingkungan

5. Mencatat pertambahan berat badan penggemukan sapi lokal, sapi Madura sapi peranakan Ongole, peranakan Limousin dan Peranakan Simental per ekor perhari 3. Penghitungan analisa usaha penggemukan secara kereman sapi peranakan Madura

(21)

BAB 4.

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Kinerja Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan secara inovatif, integratif dan komprehensif. Kerjasama dan jejaring (networking) yang dilakukan LP4M ditujukan untuk pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada pencapaian produk unggulan berupa bioexcellent product maupun model excellent, sehingga akan membawa manfaat yang nyata untuk kepentingan institusi maupun masyarakat dengan capaian luaran berupa inovasi teknologi, produk, maupun market yang berlandaskan pada hasil riset. Selesainya kegiatan IbM dharapkan dapat mengentaskan masyarakat tersisih (preferential option for poor) secara ekonomi, politik, sosial dan budaya untuk pengembangan martabat manusia dan kelestarian sumber daya alam.

Tim pelaksana kegiatan Program IbM terdiri dari 2 orang mempunyai keahlian masing-masing. Ketua pelaksana berpengalaman dalam pembibitan dan penggemukan ternak sapi secara kereman (2005), pengolahan pakan tape jeramai (2005), pengolahan pakan tanpa hijauan (2007), pengolahan growth promotor asal empon-empon dan temu-temuan (2006) serta asal limbah kulit nanas (2008), pembuatan pupuk bokhasi dan pupuk cair ramah lingkungan. (2005) serta biogas ramah lingkungan (2012). Sedangkan anggota merupakan tim pelaksana pengabdian kepada masayarakat sejak tahun 2005 – sekarang. Pengalaman dan keahlian tim pelaksana menunjang keberhasilan dalam membina UMKM penggemukan sapi peranakan Madura di kabupaten Bojonegoro. Tugas pelaksana kegiatan adalah sebagai berikut :

NAMA STATUS KEAHLIAN TUGAS

Dr. Kadek Rachmawati, MKes, drh

Ketua Tim Pelaksana

Penggemukan ternak, pengolahan pakan dan penyakit

Merancang kegiatan IbM,

bimbingan teknis skill, manajemen dan pemantauan kesehatan Dr.Suherni Susilowati, MKes,

drh

Anggota Tim Pelaksana

Reproduksi dan IB pada tenak, Sexing spermatozoa

Pengolahan tape jerami, growth promotor dan pakan suplemen Prof. Dr. Dewa Ketut

Meles,MS,drh

Konsultan Pelaksana

Penggemukan ternak Formula pakan tanpa hijauan dan growth promotor & Penyakit

(22)

Fasilitas yang dimiliki Fakultas Kedokteran Hewan adalah :

1. Lab. Inseminasi Buatan lengkap dengan alat untuk prosesing semen beku

2. Lab. Kemajiran/infertiliti lengkap dengan peralatan bila terjadi kesukaran melahirkan 3. Lab Pakan ternak untuk pemeriksaan tape jerami dan pakan ternak tanpa hijauan 4. Lab. Kebidanan lengkap dengan peralatan USG untuk mendiagnosa kebuntingan

(23)

BAB 5.

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1.Pendidikan dan pelatihan peternakan

Peserta pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi lokal menggunakan pakan tanpa hijauan dan pengolahan kotoran menjadi biogás dan pupuk ramah lingkungan merupakan anggota UMKM peternak sapi potong, dokter hewan, mantri hewan yang ada di kabupaten Bojonegoro..

Kegiatan di pusatkan UMKM sapi kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro. Dipilihnya tempat tersebut karena UMKM sapi tersebut merupakan Binaan LP4M Unair serta agar masyarakat mengenal kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Unair yang dilakukan secara terbuka untuk umum yang merupakan salah satu kegiatan untuk pembedayaan masyarakat.

Bentuk kegiatan tidak hanya sekedar pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi saja tetapi dilakukan diskusi antar peternak sapi terutama para peternak sapi pemula dan yang telah berproduksi untuk saling tukar pikiran, suka duka usaha beternak sapi, pemasaran sapi maupun cara mengurangi polusi bau. Diskusi tidak hanya pada usaha sapi saja, namun tidak menutup kemungkinan ternak lain seperti, sapi perah, kambing, domba, ayam petelur, ayam pedaging, itik dan diversifikasi produk

5.2.Penggemukan sapi potong menggunakan pakan tanpa hijauan

Penggemukan terhadap 5 jenis sapi potong yaitu sapi lokal, sapi Madura, sapi peranakan onggole, peranakan Simental dan peranakan Simental masing masing sebanyak 10 ekor menggunakan pakan hijaun menggunakan formula dari PKM dan growth promotor . Hasilnya dapat dilihat pada table 5.1.

Tabel 5.1. Peningkatan berat badan sapi

Jenis sapi Rerata peningkatan berat badan perhari (kg)

Sapi lokal 0,625 ± 0,048

Sapi Madura 0,753 ± 0,530

Peranakan Ongole (PO) 0,924 ± 0,067

Peranakan Limousin (PL) 1,673 ± 0,068

(24)

Kandungan dari empon-empon sebagai growth promotor yang merupakan enzim protease yang bersifat proteolitik yang mampu memecah protein, protease dan peptida. Kandungan empon-empon dapat mengadakan reaksi kompleks dengan protein dan reaksi yang terjadi dapat bersifat hidrolisa protein, sintesis protein, reaksi transferase. Empon-empon menyebabkan hidrolisa protein secara sempurna menjadi asam amino bebas. Empon-empon memecah protein menjadi peptida yang selanjutnya menghasilkan asam amino dan amonia. Amonia tersebut digunakan oleh mikroba rumen ternak ruminansia untuk memecah serat kasar. Selain itu growth promotor tersebut dapat langsung bereaksi dengan mikroba membentuk protein mikroba sehingga kerja dari rumen dalam memecah partikel makanan dapat meningkat dan lebih efektif, sehingga hasil dari pemecahan partikel makanan tersebut dapat digunakan oleh tubuh untuk keperluan pertumbuhan dan peningkatan produksi sehingga peningkatan berat badan ternak menjadi cepat dan ternak menjadi gemuk.

Mekanisme kerja empon-empon dalam rumen adalah sebagai berikut : produk akhir dari makanna dalam rumen adalah Volatyl Fatty Acid (VFA) atau asam lemak terbang, karbon dioksida dan methan. Asam lemak terbang terdiri dari asetat, propionat dan butirat. Energi yang hilang sebagai panas dan methan. ATP diproduksi dengan mengubah makanan menjadi asam lemak dan unsuryang lain untuk pertumbuhan sel. ATP merupakan energi utama untuk pertumbuhan mikroorganisme. Karbohidrat yang berupa pati, gula dan serat kasar akan difermentasikan dalam rumen menjadi asam lemak, karbon doksida dan methan.

Tabel 5.2. Hasil analisis pakan ternak tanpa hijaun (Complete feed) Pakan

ternak

Hasil Analisis pakan tanpa hijaun (Complete feed) (%) Bahan kering Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca BETN TDN Pakan 1 87,77 9,76 10,01 10,56 31,52 0,14 25,90 67,38 Pakan 2 93,59 10,37 10,53 6,22 32,08 1,11 34,36 67,56 Pakan 3 87,50 10,24 10,62 4,17 16,50 0,97 45,95 69,57 Pakan 4 74,41 8,89 9,23 8,16 12,51 0,58 35,61 68,35 Pakan 5 90,44 10,22 10,34 5,47 17,30 0,93 47,10 68.72

(25)

Tabel 5.3. Hasil analisis pakan tape jerami/tebon Pakan

ternak

Hasil Analisis pakan tape jerami (%) Bahan kering Abu Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Ca BETN TDN Pakan 1 56,77 6,65 8,91 3,77 16,00 0,97 21,43 41,94 Pakan 2 44,81 4,60 7,87 3,55 13,83 1,14 14,94 33,84

5.3. Pencegahan dan pengobatan

Pemeriksaan adanya penyakit pada sapi dilakukan pada saat dilaksanakan pendidikan dan pelatihan peternakan, namun bila tempatnya jauh dari pusat kegiatan maka Tim IbM yang datang ke lokasi. Kasus penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah sebagai berikut :

 Diare saat musim hujan dan kembung. Apabila belum terlambat maka ternak tersebut masih dapat ditangani namun bila telah jatuh (ambruk) maka dianjurkan diberi minyak kelapa.

 Mata merah sering terjadi pada sapi, dianjurkan pemberian salep antibiotika sedangkan kebiasaan di pedesaan pengobatan mata dengan diberi air jeruk nipis.

 Kluron (keguguran) pada sapi. Dianjurkan pemberian pakan yang teratur dan jangan terlalu banyak diberi daun lamtoro, bekas kluron segera dibersihkan dengan desinfektan, dan kandang tidak digunakan selama 2 minggu agar tidak terjadi kluron yang sama pada ternak yang lain.

 Kejang pada anak sapi. Kejang diduga berasal dari rumput yang diberikan atau hijauan yang diberikan.

 Cacingan pada ternak sapi. Disarankan tidak memberikan rumput yang baru dipetik, disarankan untuk jemur di sinar matahari 10-15 menit agar telur cacing mati.

5.4. Diskusi dan tanya jawab

Dari diskusi peserta pendidikan dan pelatihan penggemukan pada sapi menggunakan pakan tanpa hijauan dan pembuatan biogas dan pupuk ramah lingkunga asal kotoran sapi, tidak hanya bertanya tentang sapi potong saja namun juga pada ternak lain yaitu padasapi perah, kambing, domba, ayam dan itik. Selain itu diskusi peluang wirausaha yang dapat dilakukan di pedesaan untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

(26)

Peluang yang dapat dilakukan adalah produksi bibit sapi karena ternak sapi dapat beranak setiap tahun. Petani ternak sapi menghendaki perguruan tinggi sebagai pusat Iptek ikut berperan dalam peningkatan populasi dengan menerapkan teknologi pada ternak sapi perah, kambing dan domba

(27)

BAB 6.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

1. Limbah pertanian, limbah perkebunan dan limbah industri yang diolah menjadi pakan tanpa hijauan merupakan pakan ternak bergizi dan berenergi dengan harga murah serta dapat menekan biaya produksi

2. Jerami padi difermentasi secara sederhana dapat digunakan sebagai pakan sapi utamanya saat musim kemarau

3. Empon-empon dan temu-temuan yang diolah menjadi growth promotor dapat merangsang pertumbuhan berat badan sapi potong.

4. Pakan hasil IbM, telah dianalisis serta telah diberikan pada 5 macam jenis sapi yaitu sapi lokal, sapi Madura, sapi peranakan ongole, peranakan Limousin dan Peranakan Simental dengan peningkatan berat badan perhari berturut-turut adalah 0,625 ± 0,048 kg, 0,753 ± 0,530 kg, 0,924 ± 0,067 kg, 1,673 ± 0,068 kg dan 2,105 ± 0,414 kg.

5. Kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai bigas dan pupuk ramah lingkungan

6.2.Saran

Iptek bagi Msyarakat (IbM) hendaknya dilakukan secara berkesinambungan untuk menguatkan UMKM hingga dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

_________ 2015. Data Populasi Ternak Di Jawa Timur 2014

_________ 2000. Kotoran Sapi Untuk Memasak. Surya. Pebruari.23.

_________ 1998. Si Nyala Biru dari Kotoran Ternak Majalah Kampus Genta. Edisi 117, Thn XXXIII / 27 Maret

Hahudi, Kusmartono dan Subagyo, I. 2002. Permberdayaan sapi Madura. Lemlit Unibraw. Malang

Hariadi M, Wurlina, Hermadi A.H, Utomo B, Rimayanti, Triana, I dan Ratnani H. 2011. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2006. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi secara kereman. Iptekda-Lipi. LPM Unair. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2007. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan kambing PE tanpa hijauan . Iptekda-Lipi. LPM Unair. Surabaya

Meles D.K, Wurlina dan Ratnani H, 2010. Penggemukan sapi menggunakan pakan tanpa hijauan dan growth promotor di Blitar. Iptekda-lipi.

Sembiring I,2005 Biogas dari kototan ternak. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Suhut Simamora, Salundik, Sri Wahyuni, & Surajudin 2006.. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak & Gas dari Kotoran Ternak. Penerbit Agromedia Pustaka. Wurlina, Meles D.K, Rachmawati K. 2005. Materi pendidikan dan pelatihan

Penggemukan sapi. Pengolahan jerami padi menjadi pakan sapi bergizi dan berenergi. LPM Unair. Surabaya

Wurlina, Meles D.K, Rachmawati K. 2007. Materi pendidikan dan pelatihan penggemukan sapi . Pengolahan growth promotor LPM Unair. Surabaya

(29)

(30)

Lampiran 1. Gambaran Ipteks yang ditransfer kepada Mitra

Penggemukan secara kereman

LIMBAH KOTORAN DAN AIR KENCING

Pencemaran lingkungan

Limbah kotoran sapi

tanpa gas

SAPI PERANAKAN MADURA PENGOLAHAN PAKAN TANPA HIJAUAN PENGOLAHAN GROWTH PROMOTOR PEMBUATAN BIOGAS PENDAPATAN PETERNAK MENINGKAT SAPI POTONG PERANAKAN MADURA (Peningkatan berat badan

1-1,5 kg/ekor/hari) BAHAN BAKAR BIOGAS UNTUK MEMSAK & PENERANGAN PUPUK RAMAH LINGKUNGAN (Rp.2000/kg)

(31)

Lampiran 2. Pengolahan pakan tanpa hijauan (Wurlina dkk,2007)

NO BAHAN JUMLAH Pakan sapi 1. DDGS/ Bungkil kedelai 60 kg 6-8 kg/ekor Harga pakan Rp. 1200- 1500,-/kg 2. Tepung roti 100 kg 3. Ampas kopra 90 kg 4. Ampas kopi 125 kg 5. Ampas kecap 200 kg 6. Bungkil sawit 250 kg 7. Tumpi/slamper 240 kg 8. Molase (tetes) 8 liter

9. Garam 2,5 kg

10. Mikroba 10 kg

11. Air 350 liter

Jumlah bahan 14.450 kg

Pengolahan Growth Promotor (Wurlina dkk, 2005)

Bahan : jahe, laos, kunyit, kencur, serai, sirih, kemangi, bengkuang, temu lawak, temu ireng, blimbing wuluh, benkuang masing-masing ¼ kg. EM 4 1liter dan molase (tetes) 1 liter serta air 20 liter

Cara membuat :

 Semua bahan dihaluskan dengan diblender

 Tambahkan probiotik / EM4 sebanyak 1 liter dan molase sebanyak 1 liter

 Masukakan 20 liter air dan diaduk hingga rata

 Masukkan dalam derijen dan setiap hari tutp dibuka untuk mengeluarkan gas biarkan selama 14 -17 hari.

 Larutan tersebut disaring dan masukkan dalam jerigen 1 liter dan dapat dijual

 Ampasnya untuk pupuk tanaman,

 Dosis untuk Sapi 20 ml/hari dan untuk kambing/ domba 10 ml/hari Cara Pembuatan Jenang/dodol Tetes

Bahan : Urea : 7 % = 0,7 kg Kapur/enjet : 1 % = 0,1 kg Mineral campur : 5 % = 0,5 kg

Katul : 30 % = 3 kg

Tetes /molase : 42 % = 4,2 liter Jagung giling : 15 % = 1,5 kg Cara Membuat :

 Semua bahan diaduk hingga rata

 Panasi diatas kompor hingga menjadi jenang/dodol

(32)

Formula pakan suplemen sapi potong (Wurlina dkk.,2005)

Bahan Formula untuk sapi potong kg per 10 kg campuran

Pertama (kg) Kedua (kg) Molase Dedak Onggok Tepung kedelai Tepung tulang Tepung cacing tanah Garam dapur

Kapur Mineral Urea

Bungkil biji kapuk Obat cacing

Tepung daun singkong

3,400 1,750 0,750 1,250 0,500 0,100 0,750 0,800 0,150 0,500 - 0,200 - 3,600 0,500 1,400 0,500 0,450 0,100 0,750 0,750 0,100 0,400 0,150 0,200 1,400

Pembuatan biogas asal kotoran sapi

 Sapi potong menghasilkan kotoran sebanyak 8 -10 kg/ekor/hari dan 8 -10 liter/ekor/hari

 Kotoran dan air kencing sapi ditampung dalam bak

 Selanjutnya gas yang dihasilkan dialirkan kedalam pipa, akibat dari tekanan gas, kotoran akan keluar dan dapat digunakan sebagai pupuk ramah lingkungan

 Gas yang didapat ramah lingkungan disambungkan ke dalam kompor dan nyala api berwarna biru dapat digunakan untuk memasak

(33)

Lampiran 3. Peta lokasi Wilayah mitra U Surabaya 20 km 20 km Gresik 26 km Lamongan 8 km 4 km Kedungadem Bojonegoro (UMKM 2) Sumberrejo (UMKM 1)

(34)

Lampiran 4. Mahasiswa yang terlibat dalam Iptek bagi Masyarakat

No Nama mahasiswa NIM

1 Cahyani Kartika 061513143034

2 Ni Made Mentari 061413143085

3 Rizki rostantinata 061413143130

4 Nuril Fadhilah 061413143081

5 Yayan Oki Istyana 061413143022

6 Dandy Narindra 061413143105

7 M. Taufiqurahman 061413143019

Gambar

Tabel 5.2. Hasil analisis pakan ternak tanpa hijaun (Complete feed)
Tabel 5.3. Hasil analisis pakan tape jerami/tebon   Pakan
Gambar 1. Foto kgiatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir di atas hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan pemberian layanan informasi

Berangkat dari fenomena dan uraian di atas, penulis merasa sangat tertarik untuk mengetahui secara lebih mendalam lagi mengenai persepsi ancaman dari Amerika Serikat

Hasil penelitiannya menemukan bahwa efisiensi perbankan yang diukur dengan rasio BOPO memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja profitabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan keanekaragaman hayati tanaman bentik terutama lamun dan kondisi lingkungan di lokasi penelitian serta peranan lamun sebagai

Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa strategi harga mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap penjualan pada UD Mitra Niaga

pendapatan bunga naik jadi Rp10,94 triliun dari pendapatan bunga tahun IHSG diprediksi akan bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan hari ini karena dibayangi oleh aksi

Sehingga jumlah nilai nominal saham yang akan dibeli perseroan akan bergantung pada harga saham di Bursa dengan batasan jumlah maksimal 20 persen dari modal yang ditempatkan

APABILA PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL DARI PARA PIHAK ATAU PERSETUJUAN INTERNASIONAL YANG ADA ATAU NANTINYA ADA YANG DAPAT DITERAPKAN ANTARA KERAJAAN NORWEGIA DAN REPUBLIK