• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN NASIONAL makalah pendapatan domestik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDAPATAN NASIONAL makalah pendapatan domestik"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHITUNG PENDAPATAN NASIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Ekonomi Syari’ah Dosen Pengampu: Jauhar Faradis, SHI., MA.

Disusun Oleh:

PERBANKAN SYARI AH

ʹ

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)

PENDAHULUAN

Setiap negara di dunia ini mempunyai konsepsinya sendiri-sendiri mengenai arah perkembangan perekonomiannya. Untuk itu, mereka pun telah memilih corak atau sistem perekonomian yang dirasa cocok dengan keadaannya masing-masing. Semua sistem perekonomian yang dewasa ini terdapat di dunia, niscaya ada penganutnya. Suatu negara menganut sistem ekonomi Kapitalisme, sedang yang lain memandang bahwa sistem Fasismelah yang terbaik sementara ada pula yang memilih sistem ekonomi Sosialisme atau bahkan Komunisme. Hingga saat ini yang mulai banyak dilirik adalah sistem ekonomi Islam, yang sebenarnya telah ada sejak Islam ada.

Di dalam teori ekonomi, pendapatan nasionl merupakan salah satu bagian yang menarik perhatian untuk dibicarakan. Pendapatan nasional sampai saat ini masih tetap dianggap orang sebagai pilar utama penyangga politik ekonomi. Artinya, ke arah peningkatan pendapatan nasional itulah hampir semua kebijaksanaan di bidang perekonomian difokuskan.1

Setiap kegiatan ekonomi dalam suatu negara pasti berkaitan dengan pendapatan nasional. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara juga dapat dilihat dari pendapatan nasionalnya. Usaha-usaha pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh setiap negara pasti diarahkan untuk meningkatkan kestabilan pendapatan nasional.

Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian pendapatan nasional, ruang lingkup pendapatan nasional, metode perhitungannya, serta pandangan ekonomi Islam terhadap pendapatan nasional itu sendiri.

(3)

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENDAPATAN NASIONAL

Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait dengan pendapatan nasional beragam antara lain; produk domestic bruto (gross domestic product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP), serta produk nasional neto (net national product/NNP).2

Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Selain itu perhitungan pendapatan nasional juga berguna untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makroekonomi, yaitu; output, pendapatan, dan pengeluaran.

Gambar diatas menjelaskan tentang adanya dua arus (flow), yaitu barang dan uang

1. Arus barang berupa penyerahan faktor produksi dari rumah tangga konsumen ke rumah tangga produsen (1) dan penyerahan barang-barang dan jasa dari rumah tangga produsen ke rumah tangga konsumen(4)

2. Sedangkan arus (flow) uang terjadi penerimaan pendapatan yang diperoleh rumah tangga konsumen dari rumah tangga produsen (2) pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen pada rumah tangga produsen (3)

Beberapa istilah mengenai pendapatan nasional:

(4)

 Produk Domestik Bruto (PDB) : Nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang

diproduksikan oleh faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing.

 Produk Nasional Bruto (PNB) : Nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan

nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara itu sendiri.

 Pendapatan Nasional Harga Berlaku : Pendapatan nasional yang dihitung dengan harga

berlaku, yakni nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dari suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut.

 Pendapatan Nasional Harga Tetap (Riil) : Pendapatan nasional yang dihitung dengan Harga

tetap, yakni harga barang-barang dan jasa-jasa yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan (sebagai patokan) untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun berikutnya.

 Pendapatan Nasional Harga Pasar : Pendapatan nasional yang dihitung dengan harga pasar,

yakni apabila perhitungan nilai barang itu menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli.

 Pendapatan Nasional Harga Faktor : Pendapatan nasional yang dihitung bergantung pada

jumlah pendapatan faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang tersebut. B. PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap aliran uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu:

1. Pendekatan produksi 2. Pendekatan pendapatan 3. Pendekatan pengeluaran

Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi (GDP)

Pendapatan nasional dengan pendekatan produksi merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu. Dengan pendekatan produksi, penghitungan pendapatannasional dilakukan dengan cara mengumpulkan data tentang hasil akhir barang-barang dan jasa-jasa untuk suatu periode tertentu dari semua unit produksi yang menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut.

Jadi pendapatan nasional menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah semua barang dan jasa selama satu tahun. Barang dan jasa yang dimaksud adalah barang akhir

(5)

tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian.

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi di Indonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua sektor industri yang ada, sektor industri tersebut dikelompokan menjadi 11 sektor atas dasar ISIC (International Industrial Classification) yang meliputi;

1. Sektor produksi pertanian

2. Sektor produksi pertambangan dan penggalian 3. Sektor industri manufaktur

4. Sektor produksi listrik,gas, dan air minum 5. Sektor produksi bangunan

6. Sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran 7. Sektor produksi transportasi dan komunikasi

8. Sektor produksi bank dan lembaga keuangan lainnya 9. Sektor produksi sewa rumah

10. Sektor produksi pemerintah dan pertahanan 11. Sektor produksi jasa lain

Dalam perkembangan selanjutnya perhitungan dengan pendekatan produksi di Indonesia menggunakan 9 sektor.

Rumus perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi sebagai berikut:

Keterangan : Y = Pendapatan nasional Q2 = Jenis barang ke 2 Q1 = Jenis barang ke 1 P2 = Harga barang ke 2 P1 = Harga barang ke 1 Pn = Harga barang ke n Qn = Jumlah barang ke n

Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (GNP)

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan nilai pengeluaran yang dilakukan oleh empat pengguna barang dan jasa atau sering disebut dengan komponen-komponen pengeluaran agregat, yaitu:

1. Rumah tangga berupa konsumsi (C)

Nilai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu.

2. Perusahaan berupa investasi (I)

Pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang.

3. Pengeluaran pemerintah (G)

Y = ( Q1 X P1 ) + ( Q2 X P2 ) + ( Q3 X P3 )

(6)

Pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk menyediakan fasilitas bagi kepentingan masyarakat.

4. Pengeluaran ekspor dan impor (X – M)

Nilai Ekspor yang dilakukan suatu negara dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan nilai impornya dalam periode waktu yang sama

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini sebagai berikut:

Keterangan : Y = Pendapatan Nasional G = Pengeluaran Pemerintah

C = Pengeluaran konsumsi X = Eksport

I = Pengeluaran Investasi M = Import

Dengan dua pendekatan yang telah disampaikan muncul suatu pertanyaan apakah sama antara GDP dengan GNP atau adakah perbedaan antara GDP dengan GNP? Secara sederhana dapat dinyatakan GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri. Sedangkan di dalam GNP ada bagian barang atau jasa yang diperoleh dari luar negeri. Misalnya, pendapatan dari seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Amerika adalah bagian dari GNP indonesia tetapi bukan bagian dari GDP Indonesia karena pendapatan itu tidak dihasilkan di Indonesia.

Dari penjelasan perbedaan GDP dengan GNP di atas, maka ada tiga kondisi yang mungkin terjadi pada suatu negara:

1. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP > GNP)

Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di luar negeri akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penghasilan orang asing di negara itu

2. Nilai GDP lebih dari kecil dari GNP (GDP < GNP)

Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di luar negeri akan lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan orang asing di negara itu

3. Nilai GDP sama dengan GNP (GDP = GNP)

Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di luar negeri akan sama besar bila dibandingkan dengan penghasilan orang asing di negara itu.

Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan NNP

(7)

Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi penyusutan dari stok modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang baru di sisihkan untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian. Biasanya data GNP lebih banyak digunakan dibandingkan dengan NNP karena persoalan estimasi penyusutan mungkin tidak teliti dan juga tidak tersedia dengan cepat sedangkan perkiraan GNP tersedia dalam bentuk sementara.

Pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan (rent, wage, interest, profit) yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode. Ditinjau dari pendekatan pendapatan, penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan cara mengumpulkan data pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga keluarga. Atau dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu masyarakat selama satu tahun. Pendapatan ini berupa sewa, upah dan gaji, bunga, dan laba usaha.

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan Pendapatan dapat menggunakan rumus berikut:

Keterangan : Y = Pendapatan Nasional W = Wages (Upah)

R = Rent (sewa) I = Interest (Bunga) P = Profit (Laba)

Menghitung Produk Domestik dan Produk Nasional Bruto

Pendapatan nasional dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan menurut harga tetap. Penghitungan menurut harga tetap yang dilakukan di Indonesia pada masa ini menggunakan harga-harga pada tahun 1993. Kedua cara penghitungan itu menurut harga tetap dan harga yang berlaku akan ditujukan dalam tabel berikut. Data yang dikemukakan adalah data pendapatan domestik bruto, pendaptan nasional bruto, dan data pendapatan nasional (yaitu pendapatan nasional bersih/neto pada harga faktor).

Berdasarkan kepada harga yang berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp 1.610 triliun. Pendapatan neto faktor-faktor produksi bernialai negatif, yaitu sebesar Rp-77,8 triliun, yang berarti Indonesia lebih banyak membayar ke luar dibandingkan dengan penerimaan

(8)

dari luar negri. Sebagai akibatnya nilai Produk Nasional Bruto lebih kecil dari Produk Domestik Bruto yaitu hanya mecapai Rp 1.532,2 triliun.

Komponen pengeluaran agregat yang terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebanyak Rp 1.138,3 triliun dan meliputi 70,7 persen dari pendapatan domestik bruto. Ekspor juga relatif penting peranannya dalam perekonomian dan nilai mencapai Rp 569,9 triliun dan meliputi 35,4 persen dari produk domestik bruto. Investasi hanya meliputi 20,2 persen dari PNB dan pengeluaran pemerintah perannannya lebih kecil lagi, yaitu hanya meliputi 8,2 persen dari PDB.

Contoh Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2002 (triliun rupiah)

Jenis Pengeluaran Menurut Harga Berlaku Menurut Harga Tetap 1993 Nilai Persentasi

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga 1.138,3 70,7 302,1

2. Pengeluaran konsumsi pemerintah 132,1 8,2 35,3

3. Pembentukan modal domestik bruto 325,3 26,2 96,1

4. Perubahan stok -96,0 -6,0 -25,7

5. Ekspor barang dan jasa 569,9 35,4 116,9

6. Dikurangi : Barang dan Jasa 459,6 28,5 98,0

PDB atau GDP 1.610,0 100 426,7

7. Pendapatan neto faktor dari luar

negri -77,8 -4,8 -22,2

(9)

berbagai negara, hubungan diantara Produk Nasional Bruto (PNB) dan Pendapatan Nasional (PN) dapat dinyatakan dengan persamaan:

PN = PNB – Pajak tak langsung + Subsidi – Depresiasi

Akan tetapi dalam penghitungan di Indonesia Subsidi tidak dihitung. Oleh sebab itu diantara PNB dan PN terdapat hubungan sebagai berikut :

PN = PNB – Pajak tak langsung – Depresiasi

C. PERHITUNGAN TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya.

Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan Produk Domestik Bruto (yang berarti peningkatan Pendapatan Nasional)

Guna menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, data ‘Pendapatan Nasional’ yang digunakan adalah data ‘Pendapatan Nasional’ riil (atas dasar harga konstan) karena dengan penggunaan data ‘Pendapatan Nasional’ riil, pengaruh perubahan harga terhadap nilai ‘Pendapatan Nasional’ (atas dasar harga berlaku) telah dihilangkan. Dengan demikian, maka pertumbuhan ‘Pendapatan Nasional’ semata-mata hanya mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu. Selain itu, apablila tujuan perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi seharusnya dihitung dengan data ‘Pendapatan Nasional’ riil per kapita.

Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan formula berikut:3

(10)

g =

PN riilˍ 1−PN riilˍ 0

PN riilˍ 0

×100

Dimana g adalah tingkat pertumbuhan ekonomi dan dinyatakan dalam persen. PN-riil1 adalah pendapatan nasional untuk tahun dimana tingkat pertumbuhan ekonominya dihitung dan PN-riil0 adalah pendapatan nasional pada tahun sebelumnya.

Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa ini dilakukan dengan menggunakan formula berikut :

PNriil

n

=

100

HIn×

PN masa ini

Dimana PNriiln adalah pendapatan nasional riil tahun n, HIn adalah indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional (GNP deflator) pada tahun n, dan PN masa ini adalah pendapatan nasional pada harga masa ini, yaitu pada tahun n.

Apabila dengan menggunakan cara penghitungan diatas telah didapat data pendapatan nasional riil untuk berbagai tahun, tingkat pertumbuhan ekonomi telah dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan persamaan penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (g).

D. PENDAPATAN NASIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi atau kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya dan sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP per kapita). Kritik terhadap GNP sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi muncul dan para pengkritik mengatakan bahwa GNP per kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Sebagai contoh, jika nilai output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau menambah waktu istirahatnya tentunya hal itu bukan menggambarkan keadaan orang itu menjadi lebih buruk.

(11)

1. Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitug dalam GNP. Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri, tidak tercakup dalam GNP

2. GNP juga tidak menghitung nilai waktu istirahat padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya seseorang akan semakin menginginkan waktu istirahat

3. Kejadiian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP. Padahal kejadian tersebut jelas mengurangi kesejahteraan

4. Masalah polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali pabrik-pabrik yang dalam kegiatan produksinya menghasilkan polusi air maupun udara. Ini jelas akan merusak lingkungan

Bagaimana ekonomi Islam mengkritis perhitungan GDP rill per kapita yang dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara. Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen rohaniah masuk dalam pengertian falah. Al falah dalam pengertian Islam mengacu pada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Namun, lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan GNP yang tinggi, yang apabila dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan per capita income yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi, pendapatan per kapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficient condition.

Dalam Islam, esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu, seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan ruhani di mana roh merupakan esensi manusia.4

Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan, perhitungan pendapatan nasional berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan kesejahteraan umat.

(12)

Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasarkan sistem moral dan sosial Islam.5 Setidaknya ada empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut adalah:6

1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur peyebaran pendapatan individu rumah tangga

Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di pasar, GNP tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output perkapita. Semestinya, prperhitungan pendapatan nasional Islami harus dapat mengenali penyebaran alamiah dari output perkapita tersebut, karena dari sinilah nilai-nilai sosial ekonomi Islami bisa masuk. Jika penyebaran pendapatan individu secara nasional bisa didetekti secara akurat, maka akan dengan mudah dikenali seberapa besar rakyat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Barangkali inilah yang menjelaskan, ketika pemerintahan SBY memberikan Bantuan Tunai Langsung (BLT) kepada rakyat miskin, terjadi banyak ketidakpuasan, karena daftar yang nyata dari rakyat yang dikatagorikan miskin sesungguhnya sangat tidak akurat. Penghitungan dari BPS didasarkan pada survei yang kurang mencermikan kenyataan sesungguhnya, sementara angka GNP memang tidak dapat digunakan untuk mendeteksi jumlah penduduk miskin.

Demikian pula GNP tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan di pasar. Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak memasuki di pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kenyataan ini sangat mempengaruhi kesejahtraan individu. Sesungguhnya angka ini bisa diperoleh melalui satu survei nasional yang menyeluruh. Pendapatan per kapita yang diperoleh melalui survei demikian, bisa diduga, akan menghasilkan angka yang lebih besar daripada GNP per kapita.

Persoalan lainnya adalah, di dalam penghitungan GNP konvensional, produksi barang-barang mewah memiliki bobot yang sama dengan produksi barang-barang-barang-barang kebutuhan pokok. Maksudnya, produksi beras yang menghasilkan uang Rp 10 juta, sama nilainya dengan produksi perhiasan emas yang juga menghasilkan Rp 10 juta. Maka untuk lebih mendekatkan pada ukuran

(13)

kesejahteraan, ekonomi Islam menyarankan agar produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat daripada produksi barang-barang mewah.

2. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi di Sektor Pedesaaan.

Sangatlah disadari bahwa tidak mudah mengukur secara akurat produksi komoditas subsisten, namun bagaimanapun juga perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi komoditas yang dikelola secara subsisten tersebut ke dalam penghitungan pendaptan nasional. Komoditas subsisten ini, khususnya pangan, sangatlah penting di negara-negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk dalam percaturan perekonomian dunia.

Satu contoh betapa tidak sempurnanya perkiraan produksi komoditas subsisten ini adalah, kita tidak pernah benar-benar dapat mengetahui berapa sesungguhnya pendapatan masyarakat desa dari sektor subsisten ini. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan, khususnya berkaitan dengan tingkat kesejahteraan rakyat lapisan bawah yang secara masa memiliki jumlah terbesar.

Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten ini, harus diketahui terlebih dahulu tingkat harga yang digunakan. Pada umumnya ada dua jenis harga pasar, yakni harga yang secara nyata diterima petani atau diharapkan akan diterima oleh petani, dan satu set harga lainnya adalah nilai yang dibayar oleh konsumen di pasar eceran. Peningkatan produksi pertanian di tingkat rakyat pedesaan, umumnya justru mencerminkan penurunan harga produk-produk pangan di tangan konsumen sub-urban, atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para pedagang perantara, yang posisinya berada di antara petani dan konsumen. Ketidakmampuan mendeteksi secara akurat pendapatan dari sektor subsisten ini jelas satu kelemahan yang harus segera diatasi, karena di sektor inilah bergantung nafkah dalam jumlah besar, dan di sinilah inti masalah dari distribusi pendatapan.

(14)

Sungguh menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan Nordhaus dan Tobin dengan Measures for Economics Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada kesejahtraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan kepada asumsi bahwa kesejahtraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada tingkat konsumsinya.

Beranjak dari definisi konsumsi yang ada selama ini, kedua proffesor itu lalu membagi jenis konsumsi ke dalam tiga katagori:

a. Belanja untuk keperluan publik, seperti membuat jalan, jembatan, jasa polisi dll.

b. Belanja rumah tangga, seperti membeli TV, mobil, dan barang-barang yang habis dipakai. c. Memperkirakan berkurangnya kesejahteraan sebagai akibat urbanisasi, polusi, dan kemacetan.

Disamping tiga kategori di atas, kedua profesor itu juga mambuat tiga tambahan pendekatan lagi, yakni:

a. Memperkirakan nilai jasa dari barang-barang tahan lama yang dikonsumsi selama setahun. b. Memperkirakan nilai dari perkerjaan-pekerjaan yang dilakukan sendiri, yang tidak melalui transaksi pasar.

c. Memperkirakan nilai dari rekreasi.

Meski MEW ini diukur dalam konteks barat, konsep ini sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk yang berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami.

4. Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran Dari Kesejahteraan Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar Saudara dan Sedekah.

Kita tahu bahwa GNP adalah ukuran moneter dan tidak memasukkan transfers payments

(15)

Di sejumlah negara muslim, jumlah dan kisaran dari kegiatan dan transaksi yang didasarkan pada keinginan untuk melakukan amal kebajikan, memiliki peran lebih penting dibanding negara barat. Tidak hanya karena luasnya kisaran dari kegiatan ekonomi yang diambil alih oleh keluarga maupaun suku, tetapi juga ada begitu banyak ragam kewajiban santunan di antara anggota keluarga. Tidak semuanya melibatkan jumlah uang yang besar, karena yang terjadi kadang-kadang hanya merupakan hibah berupa barang atau jasa yang kecil nilainya. Ada satu kesenjangan keterikatan antara jasa dan pembayaran, misalnya donasi untuk pemeliharaan masjid, menggaji imam masjid, kegiatan pedesaan, dan lain-lain.

Sehingga penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal shadaqah antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan sektor tambahan dari aktivitas ini dapat dikaji untuk pengambilan keputusan.

(16)

PENUTUP

Kegiatan ekonomi suatu negara dimulai saat perusahaan melakukan kegiatan produksi yang menghasilkan output berupa barang dan jasa. Jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi perusahaan di suatu negara dalam jangka waktu satu tahun disebut output nasional atau produk nasional. Selanjutnya perusahaan akan menjual barang dan jasa kepada rumah tangga. Untuk membeli barang dan jasa tersebut, rumah tangga harus melakukan pengeluaran. Jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan rumah tangga suatu negara untuk membeli barang dan jasa dalam jangka waktu satu tahun disebut pengeluaran nasional.

Dari hasil penjualan barang dan jasa perusahaan harus membayar pada rumah tangga sebagai balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang sudah digunakan dalam proses produksi. Dengan demikian rumah tangga akan menerima pendapatan. Jumlah seluruh pendapatan yang diterima rumah tangga sebagai balas jasa faktor-faktor produksi dalam jangka waktu satu tahun inilah yang disebut pendapatan nasional.

Setiap negara akan selalu menghitung pendapatan nasionalnya. Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak memandang penting masalah pendapatan nasional ini. Data pendapatan nasional dapat memberikan informasi yang berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi.

Dalam pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi atau kesejahteraan pada suatu negara. Ekonomi Islam mengkritisi perhitungan GDP rill per kapita yang dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara. Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen rohaniah masuk dalam pengertian

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul, dkk., Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009

Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro&Makro, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Gambar

Gambar diatas menjelaskan  tentang adanya dua arus (flow), yaitu barang dan uang

Referensi

Dokumen terkait

Memandangkan situasi ini, maka kajian ini cuba mencari modul yang sesuai yang boleh mendatangkan perubahan positif dalam kalangan pelajar bermasalah harga diri, motivasi pencapaian

[r]

Creative(resistance(begins(when(we(start(to(imagine(what(our(world(M(our(communities,(our(friendships,(our(

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, karya tulis ilmiah yang berjudul ” Hubungan Psoriasis Dengan Profil

For the samples taken from the transplantation of the Artificial Colony (Ac) the cpm showed that with the progress of time the cpm declined, reaching it lowest cpm at 5 hours

penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecernaan pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) yang berbasis tepung ikan rucah..

Kedaisianam Batu-Bara. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas bimbingan konseling dengan model siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu:

Pemerintah Daerah 50  Konsep dan siklus akuntansi akrual dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).  Siklus pendapatan dan