• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANA ARAH PENDIDIKAN INDONESIA. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMANA ARAH PENDIDIKAN INDONESIA. docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEMANA ARAH PENDIDIKAN INDONESIA? Zamroni

Sejak awal berdirinya republik yang kita cintai bersama ini, para pendiri bangsa telah menetapakan bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan, dalam label pendidikan, sebagaimana termaktub pada Undang Undang Dasar Republik Indonesia Bab XIII pasal 31 dan pasal 32. Pasal 31 menegaskan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negera, dan pemerintah berkuajiban menguasahakan dan m,enyenelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, dan pasal 32 mengamanatkan bahwa pemerintah memajukan kebudayaan nasional.

Amanat Undang Undan Dasar 1945 telah dijabarkan ke dalam berbagai Undang sistem pendidikan, terakhir adalah Undang-Udang Sistem Pendidikan Nasional th 2003, yang menegaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewuwjudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dierlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pada BAB II pasal 2 ditegaskan”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pada Bab III secara rinci telah dirumuskan prinsip penyelenggaraan pendidikan, sebagai berikut:

(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

(2)

(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

(6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Berdasarkan kutipan dari Undang Undang Dasar Republik Indonesia dan Sistem Pendidikan Nasional sudah amat gamblang kemana arah pendidikan nasional Indonesia. Sehingga menarik untuk dipertanyakan mengapa Round Table Discussion ini mengangkat satu sub tema “Kemana Arah Pendidikan Indonesia?”

PROSES PENDANGKALAN

Arah pendidikan yang telah diamanatkan dalam Undang Dasar Republik Indonesia dan Sistem Pendidkan Nasional cenderung tetap sebagai suatu dokumen. Kebijakan dan penyelenggaaan pendidikan jauh dari apa yang telah diamanatkan. Pendidikan yang diharapkan sebagai suatu proses pembudayaan yang berlangsung tiada pernah henti, telah berubah arah sekedar alat untuk memersiapkan siswa untuk bisa memiliki kemampuan guna memasuki dunia kerja. Mempersiapakan siswa untuk bisa bekerja itu penting, namun tugas pendidikan tidak hanya itu. Paling tidak tugas pendidikan mencakup, antara lain:

1. Mengembangkan kemampuan kritis (daya pikir), pengetahuan dan ketrampilan;

2. Mengembangkan kesadaran dan semangat berbangsa sehingga dapat melahirkan warga negara yang baik;

(3)

4. Mempersiapakan kemampuan dan ketrampilan seseorang untuk memasuki pasar tenaga kerja yanmg diperlukan dunia industri

Sekolah yang didesain untuk mengembangkan karakter, kemampuan dan perilaku pada diri siswa selama ini telah bergeser sekedar menjadi instrumen untuk mengembangkan kemampuan kognitif bagaimana yang telah disiapkan lewat ujian akhir. Karena begitu linier dan langsung kaitan antara sekolah dna ujian akhir, yang kebetulan Ujian Nasional, menyebabkan sekolah merupakann instrumen untuk mempersiapkan siswa menghadapi UN. Segala kehidupan sekolah adalah untuk UN, telah muncul berhala baru yakni UN. Sudah barang tentu bukan UN yang salah, tetapi mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan, khususnya pendidik dan pejabat pendidikan yang salah dalam mensikapi dan memperlakukan ujian nasional. Jadi pendidikan yang memiliki makna mendalam dan penuh makna telah didangkalkan oleh para pejabat birokrat pendidikan lewat pendidik menjadi sekedar ujian nasional.

Pendangkalan makna pendidikan menjadi sekedar sekedar ujian nasional memiliki implikasi panjang. Semua kebijakan dan praktik pendidikan mesti menuju ke ujian nasional. Artinya, kebijakan dna praktik pendidikan yang diputuskan oelh birokrasi pendidikan hanya akan berjalan selama sejalan dna menopang keberhasilan ujian nasional. Sebaliknya, apapun kebijakan dan betapapun bagusnya praktik pendidikan kalau tidak menjamin pencapaian hasil ujian nasional tidak akan berjalan dengan baik. Berbagai upaya untuk menyempurnakan sistem UN, khususnya sistem penentuan kelulusannya, tidak akan pernah berhasil memuaskan, sebaliknya semua upaya itu justru akan melahirkan suatu sirkus pendidikan.

(4)

parapedagog dan pemerhati pendidikan selama ini telah membuang waktu secara mubazir memperdebatkan Ujian Nasional dan minta diganti dengan ujian sekolah. Suatu bentuk ujian akhir: UN atau Ujian Sekolah, adalah sama saja dan tidak berpengaruh langsung pada peningkatan mutu sekolah. Perdebatan panjang berkaitan dengan ini telah berlangsung ber abad-abad, tidak menemukan jalan keluar atai sintesa diantara keduanya. Sistem ujian akhir sekolah akan bisa mempengaruhi kualitas, manakala fungsi ujian akhir dilaksanakan . Yakni, hasil ujian akhir, apakah UN atau US bisa dijaidkan uimpan balik bagi para guru dan sekolah. Termasuk mubazir pula, UN dijadikan topic simposium nasional. Mestinya, kalau untuk ambil kebijakan pelaksanaan UN dievaluasi, seperti yang dilakukan oleh jiran kita, Malaysia.

BANGSA YANG TENGAH SAKIT

Pendangkalan pendidikan yang telah berlangsung amat lama ini menyebabkan bangsa sakit berat. Yakni penyakit yang telah menempatkan uang sebagai tujuan hidup. Semua sependapat bahwa hidup butuh uang, tetapi akan menimbulkan masalah apabila tujuan hidup adalah untuk mendapatkan uang. Uang menjadi indikator dan ukuran keberhasilan dalamkehidupan. Para siswa dan mahasiswa mengikuti pendidikan dengan tujuan mendapatkan uang. Cita-cita yang dikembangkan adalah bisa memperoleh pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang.

Penyakit hidup untuk mendapatkan uang menimbulkan komplikasi lain, yakni hidup tidak memiliki malu lagi. Semua diterabas tidak malu-malu asal bisa memperoleh uang. Dengan dua penyakit masyarakat ini maka korupsi tidak lagi perilaku individu, melainkan sudah perilaku berjamaah. Tidak malu-malu lagi rapat dan diskusi untuk merancang melakukan korupsi, termasuk rancangan menghiolangkan jejak tindak korupsi, apabila korupsi terbongkar.

(5)

lagi slaing percaya mempercayai. Etika kehidupan sudah banyak tidak lagi digapai. Dampaknya, kehidupan menjadi sulit, rumit dna kompleks.

Sudah barang tentu, untuk mengobati bangsa yang tengah sakit adalah memerlukan penanganan yang serius. Para penguasa dan pejabatharus menyadari hal ini, dna kemudian melakuiakn perubahan dalam cara pandang, sikap dan tindak kepemimpinanya. Para penguasa dan pejabat mesti memiliki sensitivitas atas penynpangan yang terjadi di masyarakat betapapun ringan penyimpangan itu, dan segera mengatasinay sebelum penyimpangan meluas dan membesar. Penegakaan etika, kedisplinan dalam kehidupan dan hukum merupakan obat utama untuk mengatasi penyakit amsyarakat. Sudah barang tentu, dunia pendidikan juga dituntut untuk melakuakn perubahan dan pembenahan diri guna mengobati penyakit bansga ini dan membereikan arah kedepan kemana bansga mesti menuju.

CUKUP SEKIAN SISTEM PINJAMAN

Sistem pendidikan suatubansga mesti bertumpu ndna berakar dari budaya bansga sendirti. Budaya bangsa mengandung bagaimana sistem pikir dan sistem perilaku. Sistem pendidikan damn praktik pendidikan harus nsesuai dengan sistem mpikri dna sistem perilaku tersebut. Suatu bansga akan mendapatkan amsalah besdar manakala meminjam sistem pendidiakna bansa lain, tanpa melakukan proses ‘cleaning and integrating”.

Bangsa Jepang merupakan nsuatu model yang patut ditiru bagaimana meminjam msistem pendidikan barat untuk kemudian dibersihkan unsut-unsur barat yangbtidak sesuai dengan pola pikir dna pola periolakju jepang, dna kemudian dapatb diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan Jepang.

(6)

unwanted births, bansga Amerika menuntut peran pendidikan menghadapi masalah tersebut. Dunia pendidikan Amerika Serikat memberikan jawaban: “Laksnakan “Sex Educaiion”, para siswa diajari bagaimana melakukan hubungan seksual tetapi tidak berujung kehamilan. Kebijakan itu rasional, karena menurut para ahli, tuntutan seksual itu secara alami bekembang sssuai dengan perkembangan kedewasaan. Ini madalah biologis yang tidak mungkin dihindari. Oleh karena itu, biarlah tuntutan biologis tersalurkan. Biarlah siswa yang sudah boleh pacaran melakukan hubungan seksual. Tapi beritahu bagaimana supaya tidak hamil. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang tidak lagi aneh, kalau nsiswa yang sudah membawa kondom dalam tasnya. Sekuler, karena kehidupan dunia ini tidak perlu dikaitkan dengan agama. Ketika pola pikir dna pola periolaku di tiru di Indonwesia dengan “Minggu Kondom” gegerlah bangsa kita. Mengapa? karen pola pikir dan pola perilaku bangsa Indonesia tidak rasional sekuleristik. Dalam kaitan dengan budaya, salah seorang pemikir besar pendidikan,Bruner (1996), menegaskan pentingnya budaya bangsa bagi pendidikan dengan ucapanya: “A system of education must help those growing up in a culture find an identity within that culture” (p. 42). Perlu dicatat, tokoh yang selama ini senantiasa memikirkan kebudayaan, Sultan Hameng Buwono X (2012, 203-204), dengan lugas memperingatkan: ”Pendidikan yang tidak didasari oleh kebudayaan akan menghasilkan generasi yang tercabut dari kehidupan masyarakatnya sendiri. Menjadikan pendidikan steril dari kekayaan budayanya sendiri, dan berpotensi untuk menghasilkan enclave dalam masyarakat”.

Bangsa Indonesia harus berani untuk mengkaji kembali sistem dan praktik pendidikan dengan perspektif budaya bangsa. Sistem yang datang dari Barat yang telah dipakai selama ini bukan berarti harus dibuang dan ditinggalkan begitu saja melainkan perlu dibersihkan, mana yang sesuai dengan budaya bangsa dan mana yang perlu ditinggalkan.

(7)

Dalam suatu seminar pendidikan di Bangkok yang diorganisir oleh UNESCO, salah satu penyaji menyampaikan pernyataan “Alangkah bahagianya dunia pendidikan Indonesia memiliki Pancasila”. Pernyataan yang diucapkan secara tulus dan rasional sebagbvai suatu bentuk pujian ndna penghargaan atas Pancasila sebagai dasar negara, yang secara otomatis juga dasar pendidikan Indonesia.

Pendidikan yang berdasarkan Pancasila adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna bahwa pendidika bersifat Theo-centris, bukannya Anthropo-centris. Dengan pendidikan bersifat Theo-centris kegiatan dalam pendidikan merupakan rangkaian ibadah kepada Allah Yang Maha Esa. Ibadah mengandung makna, ibadah langsung sebagai ritual ke agamaan kepadaNYA dan ibadah kemanusian, berbuat baik kepada sesamanya. Dengan demikian tujuan pendidikan bukanlah sekedar mempersiapkan pesertadidik dengan seperangkat pengetahuan dan ketrampilan agar bisa bekerja memenuhi kebutuhan dunia ekonomi, melainkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan sehingga bermanfaat bagi diri dan orang lain, sesama dan masyarakatnya. Pengetahuan dan ketrampilan saja tidak cukup, tetapi setiap pesertadidik memerlukan spiritual, moral dan karakter untuk bisa hidup bersama dan bekerjasama. Spiritual harus menjadi landasan pendidikan. Pendidikan spiritual menamkan pengertian dan kesadaran untuk apa sekolah? Harus bagaimana sekolah itu? Apa yang mau dicapai dengan sekolah?. Fondasi ini akan mewarnai seluruh aktivitas pesertadidik dalam menjalani proses pendidikan. Aktivitas yang tumbuh dari dorongan kesadaran diri sendiri, bukannya dipaksa oleh kekuatan luar. Pendidikan spiritual ini yang tidak terkandung dalam pendidikan nasional, karena pada hakekatnya nasional Indonesia “ber ruh” sekuler.

(8)

dan menakut-nakuti dengan hukuman semata, tidak baik bagi kehidupan dan perkembangan pesertadidik, tidak baik bagi kemanusiaan.

Ketiga, Persatuan Indonesia, dalam pendidikan memiliki arti mengembangkan kebersamaan untuk bersama-sama maju. Kerjasama dalam pendidikan perlu dikembangkan dan ditekankan kepada seluruh guru maupun pesertadidik. Prinsip pemberian tugas kepada para pesertadidik, mendorong setiap pesertadidik kerja keras, semua kerja keras dengan ciri “sama-sama bekerja”, perlu diubah dengan tugas kepada para pesertadidik yang memiliki ciri “bekerja sama”. Bekerjasama, kebersamaan dan gotong royong mesti ditumbuhkembangkan di dunia pendidikan untuk mewujudkan ekslensi bagi semua pesertadidik.

Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijakan/permusyawaratan dalam dunia pendidikan diujudkan dalam bentuk kehidupan sekolah yang demokratis. Kehidupan sekolah yang demokratis akan mengundang partisipasi aktif seluruh warga sekolah khususnya pesertadidik, yang dengan partisipasi aktif ini akan melahirkan pesertadidik yang memahami tugas, peran dan tanggung selaku warga sekolah dan warga masyarakat. Dalam sekolah yang demokratis setiap warga memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing. Setiap warga sekolah, termasuk pesertadidik memiliki hak-hak yang setara. Keberadaan sekolah yang demokratis merupakan kondisi multak yang dibutuhkan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis. Sekolah yang demokratis ini akan melahirkan interaksi antar individu sebagaimana interaksi dalam keluarga besar. Interaksi yang berlandaskan saling memahami, saling menghormati dan saling menyayangi.

(9)
(10)

bagaimana seharusnya hidup itu. Dalam kaitan dengan pendidikan, pesertadidik harus memiliki pemahaman dan kesadaran untuk apa belajar dan harus bagaimana belajar itu. Pemahaman dan kesadaran tersebut merupakan inti dari spiritualitas. Pesertadidik yang memiliki kedalaman spiritualitas akan melaksanakan proses pendidikan dengan baik dam benar yang akan mengantarkan kearah keberhasilan. Sebaliknya tanpa spiritualitas, proses pembelajaran akan menjadi hampa, karena tanpa arah dan tujuan yang disadari sepenuhnya. Puncak dari spiritualitas dan merupakan kesatuan dari enam aspek pesertadidik akan terujud dalam bentuk semangat kemanusiaan. Menjadi seseorang yang senantiasa bisa bermanfaat bagi manusia lain.

Kehidupan pesertadidik dalam proses pendidikan dapat dianalisis berdasarkan kesatuan pengetahuan dari ilmu psikologi, filsafat dan agama, yang akan terujud pada kemampuan dan kapasitas pesertadidik yang mencakup kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan, keindahan cinta kasih dan kemauan atau nafsu. Kesemuanya itu akan terujud dalam, tiga aspek kehidupan: tubuh, pikiran dan jiwa.

(11)

Dalam konteks proses pendidikan, sekali lagi, ketiga dimensi tersebut bisa diujudkan dalam tubuh, otak dan hati. Setiap manusia memilikii tiga aspek tersebut. Pendidikan harus mengembangkan ketiga aspek yang dimiliki oleh pesertadidik. Kesatuan dari tiga aspek kalau berhasil dikembangkan secara serasi dan harmonis akan melahirkan manusia yang utuh, manusia yang memiliki semangat kenusiaan.

Tumbuhnya semangat kemanusiaan akan mendorong sosok tubuh yang prima yang setiap saat bisa berkontribusi bagi kehidupan bersama umat manusia. Tumbuhnya semangat kemanusiaan akan mendorong otak untuk menghasilkan kerja yang lebih otentik, mandiri, visioner dan ketajaman intuisi. Hasilnya, akan lahir pesertadidik yang memiliki kekuatan berpikir, kelenturan tubuh dan keindahan kepribadian.

Dengan demikian, apabila membicarakan sistem dan praktik pendidikan holistik, berarti memandang pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan pesertadidik yang bersifat multilevel. Proses pembudayaan multilevel ini akan berlangsung dengan baik manakala terdapat kebersamaan diantara pendidik dan pesertadidik, sebagai seseorang yang tengah melakukan pembelajaran

Proses pembudayaan yang memiliki multilevel memerlukan pemahaman dan makna baik di kalangan pesertadidik maupun di kalangan pendidik. Proses pembudayaan harus difahami dan dimaknai sebagai yang memiliki tujuan untuk mengembangkan otak yang cerdas, tubuh yang sehat, pribadi yang memiliki keinginantahuan dengan belajar apapun yang diinginkan dengan berbagai konteks yang ada. Dengan memperkenalkan para pesertadidik dengan cara pandang yang holistic atau utuh atas alam seisinya, kehidupan yang ada dan kebutuhan umat manusia, akan memungkinkan pesertadidik menangkap, memahami dan memaknai berbagai konteks yang mempengaruhi kehidupan dan memberikan makna atas kehidupaan itu.

(12)

kemampuan intelektual, kreativitas dan berpikir sistemik. Pembelajaran holistic memiliki prinsip bahwa proses pembelajaran harus diorganisir dengan titik pusat lingkungan kehidupan pesertadidik itu sendiri. Lingkungan yang ada harus dikaitkan dnegan proses pembelajaran. Pembelajaran holistic senantriasa akan mengembangkan hubungan diantara pesertadidik dan antara pesertadidik dengan lingkunganya, yang bertujuan memberdayakan pesertadidik untuk mampu hidup dan menjalani kehidupan masa kini, dan merencanakan kehidupan di masa depan. Dengan kata lain, pembelajaran holistic menekankan pada perkembangan keseluruhan potensi diri pesertadidik yang mencakup: intellectual, emotional, sosial, pisik, artistik, kreativitas dan spiritual, yang mungkin terujud manakala proses pembelajaran bisa melibatkan pesertadidik secara dinamis, mendorong partisipasi baik secara individu maupun berkolaborasi. Pembelajaran holistic semacam itu memerlukan keterbukaan pikiran, hati dan spiritual.

Praktik pembelajaran pendidikan Holistik senantiasa berpusar sekitar keterkaitan atau hubungan, keutuhan, dan aktualisasi. Keterkaitan atau hubungan merupakan suatu prinsip bahwa kehidupan itu memiliki karakteristik yang terangkai dalam sebab akibat. Suatu hasil pasti ada penyebabnya. Dan setiap penyebab bisa direkayasa untuk mempengaruhi hasil tertentu. Sebab akibat tidak mesti hasil rekanan manusia, melainkan ada sebab akibat yang terkait dengan alam sekitarnya. Prinsip ini sudah lama muncul dalam berbagai teori ilmu alam.

(13)

pembelajaran yang ada. Non-linearity memiliki arti sistem pembelajaran holistik bersifat terbuka, dengan pola interaksi yang kompleks, terdapat sistem umpan balik yang dinamis, muncul; sistem yang mengorganisir diri sendiri secara otomatis, dan sifat hubungan tidak linier langsung melainkan bersifat dialetik .

Pendidikan holistic transformative (The Holictic Tranformative education) merupakan alternative. Karakteristik pendidikan ini antara lain: a)memberikan bagi peserta untuk berkembang secara utuh, b)keterpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama, c)keterpaduan proses formal, non formal dan keluarga, d)keterpaduan antara teori, praktik dan apa yang ada masyarakat, e)menekankan pengembangan secara optimal dalam diri individu dan kelompok, f)menekankan proses pembelajaran yang dinamis dengan perilaku partisipatif dari semua pesertadidik, dan, g)menekankan proses pembelajaran berorientasi pada output.

PENUTUP

Pendidikan bukanlah sekedar menabung ilmu pengetahuan untuk kemudian pada saatnya ditarik; melainkan, pendidikan sebagai proses pembudayaan untuk mengembangkan keseluruhan aspek yang ada pada diri individu, sehingga dapat berkembang seluruh potensi yang dimiliki secara utuh. Bahkan, konstitusi menyatakan bahwa pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara gramatik filosofis, dalam pendidikan terminologi “to know” mula aslinya adalah “to be able”. Knowing dan doing dua konsep yang memiliki keterkaitan yang amat kuat. Tidak bisa berbuat sesuatu tanpa pengetahuan, dan kita tidak akan memiliki pengetahuan yang hakiki tanpa perbuatan.

(14)

dengan kebutuhan dan tuntutan dunia industri. Lahirlah kebijakan dan konsep standarisasi. Hakekat pendidikan semakin sempit, kalau semula kalau semula education is a preparation for life menjadi education is a preparation for examination. Jadi tujuan utama pendidikan yang diujudkan oleh semua sekolah lewat proses pembelajaran adalah untuk mempersiapkan siswa lulus ujian nasional.

Sudah barang tentu praktik pendidikan dewasa ini merupakan refleksi dari kebijakan pendidikan, yang terlalu didominasi oleh pandangan neo-liberal. Pendidikan merupakan sarana untuk bisa mengantarkan bangsa memasuki era globalisasi yang sangat kompetitif. Maka “jiwa” dan “semangat” kompetisi ini perlu ditanamkan dalam dunia pendidikan. Bahkan kompetititf menjadi salah satu konsep dalam visi pendidikan Indonesia.

Kebijakan dan praktik pendidikan dewasa ini di banyak negara, termasuk di Indonesia cenderung mengembangkan pengajaran tanpa pendidikan. Artinya mengembangkan kemampuan intelektual tanpa diiringi dengan pengembangan moral. Kondisi ini amat berbahaya, karena akan melahirkan ketimpangan, orang senantiasa membuat kalkulasi material-finansial, mengembangkan egoisme, dan menyatukan antara ketidakadilan dan keserakahan, dan menyatukan doktrin kebenaran dan kebatilan. Kondisi yang sedemikian inilah yang dalam tingkat-tingkat tertentu melahirkan berbagai tindak dan perilaku yang merugikan orang lain, bangsa dan negaranya.

(15)

--- Malang 12 Desember 2013

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bruner, J. (1996) The Culture of Education. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. 224 + xvi pages.

Nava, Ramon, Gallegos (2003) Conscious Evolution through Holistic Education. An Integrated Model of Holistic Education. A Paper.

Sri-Edi Swasono (2012) “Budaya Pancasila: Doktribn kebangsaan dan doktrin kerakyatan dalam perspektif ekonomi dan kesejahteraan social”, dalam Kebudayaan mendesain masa depan, diedit oleh Sri-Edi Swasono dan Sudartomo Macaryus. Yogyakarta: UST-Press. Sultan Hameng Buwono X (2012) “Menggagas renaisans pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian yang intensif sejak tahun 1973, telah dihasilkan sistem pengendalian penyakit tungro secara terpadu dengan mengusahakan agar tanaman terhindar

Functional Requirements for Bibliographic Records atau FRBR adalah hasil dari suatu studi yang bertujuan mengidentifikasi data bibliografi terpenting

Sekiranya pemain tidak didaftarkan sebelum tarikh akhir, atau jika pemain baru menyertai pasukan anda, mereka tidak akan dibenarkan bermain sehingga butiran mereka diserahkan

Dari penjelasan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu apakah pemberian informasi dan sosialisasi, latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan, lama

Pada ruas jalan Kawi, arahan pengelolaan lalu lintas dengan penerapan skenario penataan parkir on-street di sisi utara dan sisi selatan, penertiban angkutan kota

belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengidentifikasi dan menentukan letak atau area dari tumor otak, dan juga penelitian yang berjudul segmentasi tumor otak

Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusia itu sendiri yang

Disamping itu pula, Pelabuhan Sunda Kelapa telah diresmikan sebagai pelabuhan tertua sejak Tahun 1970 dan ditetapkan sebagai salah satu dari 12 Jalur Destinasi Kawasan