• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Organisasi Internasional dalam Menangani Konflik Regional

Studi Kasus: SAARC (

South Asian Association for Regional

Cooperation

) dalam Konflik India dan Pakistan

Andi Sitti Rohadatul Aisy

Jika ditinjau dari segi historis, gagasan pemikiran organisasi internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, dimana pada saat itu tengah berkembang sistem negara-kota di Yunani Kuno (Ancient Greece) . Hal ini bisa dibuktikan dari tulisan Thuycides yang menulis tentang Perang Peloponesia (431-404 SM) antara Sparta dan Athena1. Dalam tulisannya ini, digambarkan hal-hal seperti perundingan, perjanjian, aliansi, dan pola kerja sama, serta adanya ketergantungan pertahanan-keamanan regional, yang kesemuanya tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk sederhana dari kerja sama internasional yang selalu dibutuhkan dalam organisasi internasional. Pada era Yunani Kuno, sempat ada perkumpulan yang disebut Liga Amphictyonic (Amphictyonic League) yang merupakan negara kota di Yunani pada saat itu. Karena merupakan perkumpulan aktor-aktor yang terdapat pada masa itu, dan memiliki tujuan yang sama, dapat dikatakan bahwa Liga Amphictyionic merupakan model pertama dari bentuk organisasi internasional. Walaupun, tujuan dari perkumpulan tersebut agak berbeda dengan beberapa perkumpulan dan organisasi internasional dewasa ini, yaitu bersifat keagamaan dengan tetap berusaha untuk mempertahankan tempat yang dianggap oleh ke-12 negara-kota dan wilayah kesukuan tersebut sebagai tempat yang suci. Banyak anggapan bahwa organisasi internasional dan kerjasama internasional mulai tumbuh setelah perjanjian perdamaian Westphalia pada 1648. Perjanjian ini cukup dikenal sebagai tahap awal diakuinya sistem negara bangsa dan perimbangan kekuatan yang hingga kini masih diterapkan dan cukup dominan dalam interaksi hubungan internasional, kemudian sampai kepada Konferensi Den Haag (Hague

Conference) 1899 dan 1907, perjanjian di Versailles (1919) yang diejawantahkan ke

dalam pembentukan Liga Bangsa-Bangsa dan Perjanjian San Fransisco yang

1

(2)

membetuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.2 Kerja sama diakui sebagai sebuah ikatan antar dua atau lebih pihak atau aktor dengan tujuan yang sama. Proses kerja sama yang lebih spesifik dalam Ilmu Hubungan Internasional seringkali dikenal dengan istilah Administrasi Internasional. Sedangkan wadah yang menjadi tempat bekerja sama melaksanakan administrasi internasional, dikenal Organisasi Internasional.

Dalam paper ini, lebih terfokus pada analisis peran SAARC sebagai organisasi internasional dalam menangani konflik antara India dan Pakistan. Bila di Asia Tenggara terdapat ASEAN sebagai institusi formal regional, maka di Asia Selatan terdapat SAARC yang menerapkan mekanisme diplomasi dalam menyelesaikan permasalahan internal maupun eksternal sebagai upaya pencapaian kepentingan nasional dari negara-negara anggota. Keberadaan konflik diantara anggota SAARC sangat mempengaruhi suhu di kawasan ini serta kelangsungan SAARC sebagai sebuah institusi.

SAARC3 adalah singkatan dari South Asian Association for Regional

Cooperation (Asosiasi bagi Kerjasama Regional Asia Selatan), asosiasi ini adalah

untuk organisasi ekonomi dan politik dari delapan negara di Asia Selatan. SAARC ini didirikan pada tanggal 8 Desember 1985 oleh India, Pakistan, Bangladesh, Sri Langka, Nepal, Maladewa, dan Bhutan. Pada bulan April 2007, yaitu pada Pertemuan Puncak Asosiasi 14, negara Afganistan menjadi anggotanya yang ke-8. Akhir tahun 1970-an, Secara formal, tujuan dari kerja sama regional sebagaimana disebutkan pada pasal 1 Piagam SAARC adalah: 1. Mempromosikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Asia Selatan dan untuk meningkatkan kualitas hidup; 2. Mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya di kawasan dan memberi peluang bagi seluruh individu-individu di kawasan untuk hidup dalam kehormatan dan mengaktualisasikan potensi mereka; 3. Mempromosikan dan memperkuat rasa percaya diri bersama diantara negara-negara Asia Selatan; 4. Membangun saling percaya, saling pengertian, dan apresiasi terhadap masalah-masalah pihak lain; 5. Mempromosikan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknik dan sains; 6. Memperkuat kerjasama

2 Teuku May Rudy. 1993. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Eresco hal. 12-13 3

(3)

antara negara-negara Asia Selatan di forum-forum internasional untuk kepentingan bersama; 7. Bekerjasama dengan organisasi internasional dan regional yang memiliki maksud dan tujuan yang sama. Kerjasama regional di Asia Selatan sangat menarik untuk diteliti lebih jauh karena karakteristik bangsa yang memiliki ciri khas sama dan permasalahan yang timbul pun nyaris serupa satu sama lain, oleh karena itu mereka memandang perlu berbuat sesuatu sebagai upaya untuk mewujudkan terciptanya kawasan damai di Asia Selatan yang akhirnya melahirkan SAARC di tahun 1985.

Sebagai salah satu wadah yang memiliki tujuan memajukan dan memperkuat kepercayaan diri secara kolektif di antara negara-negara Asia Selatan, SAARC mencoba untuk menjadi wadah bagi terciptanya perdamaian india dan Pakistan, di samping karena India dan Pakistan adalah anggota dari SAARC, juga dikarenakan konflik yang terjadi antara India dan Pakistan sangat berpengaruh terhadap negara-negara di Asia Selatan, tentu saja dalam hal ini media yang paling tepat untuk mendamaikan adalah SAARC. Melalui pertemuan-pertemuan antar Negara SAARC yang dilaksanakan setiap tahun, upaya penyelesaian konflik India dan Pakistan terus dilakukan, walaupun sering terjadi perbedaan pendapat antar para pemimpin negara untuk mencapai kesepakatan bersama; yang mana keadaan ini diperparah dengan terlibatnya negara ketiga seperti Uni Soviet, Cina dan Amerika Serikat.

Ditinjau dari aspek sejarahnya (dalam Gupta Sisir, Study India-Pakistan

Relations), pada tahun 1947 Inggris menarik diri dari Asia Selatan kemudian dari

situ lahirlah dua negara yaitu India dan Pakistan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama. India yang mayoritas penduduknya Hindu dan Pakistan yang mayoritas Islam. Perbedaan ini tidak bisa diakomodir oleh pemimpin dalam negeri bahkan merembet pada masalah strata dan kelas dalam masyarakat.4 Sejak saat itu konflik mengarah pada tataran negara, sehingga bentrokan senjata di perbatasan kedua negara tidak dapat dihindari, apalagi ditambah dengan persoalan pembagian wilayah yang tidak tuntas oleh kolonial Inggris sehingga menambah kompleksitas persoalan. Ketegangan dua negara mencapai klimaks pada September 1965 ketika pasukan India dan Pakistan kembali dikerahkan ke medan perang. Kesepakatan

4

(4)

damai akhirnya ditandatangani pada tahun 1966, tetapi tahun 1971 mereka kembali bertempur karena sengketa soal wilayah Pakistan Timur, yang kemudian menjadi Bangladesh akibat tidak tertampungnya aspirasi politik.

Konflik India dan Pakistan merupakan konflik yang sangat berpengaruh dan mengganggu di kawasan Asia Selatan di samping konflik-konflik lainnya, karena konflik tersebut melibatkan dua negara besar sekaligus dominan dalam SAARC sehingga upaya kerjasama yang menjadi tujuan awal dari pendirian institusi regional utopis bisa terjadi. Melalui pertemuan-pertemuan antar negara SAARC yang dilaksanakan setiap tahun, upaya penyelesaian konflik India-Pakistan terus diupayakan meski sering terjadi perbedaan pendapat antar pemimpin negara untuk mencapai kesepakatan bersama. Persaingan yang mengarah pada pola zero sum antara India dan Pakistan, menjadikan konflik bilateral ini tidak mudah hilang atau diselesaikan dengan solusi rasional sekalipun.

Pada pertemuan KTT SAARC yang ke-10, bulan juli tahun 1998 di Colombo, Srilanka, Perdana Menteri India (PM Vajpayee) dan PM Nawaz Syarif, (PM Pakistan), setuju untuk menjalin hubungan kerjasama dan mengadakan perundingan selanjutnya di kota Lahore, Pakistan. Pada pertemuan KTT SAARC yang ke-11, bulan januari 2002 di Kathmandu, Nepal. India dan Pakistan kembali bertemu untuk membahas tentang konflik yang ada diantara mereka, tapi belum berhasil mencapai kesepakatan. Usaha perdamaian SAARC terjadi pada Januari 2004, dalam KTT SAARC yang ke-12 di Islamabad, Pakistan. India dan Pakistan sepakat untuk memulai dialog menyeluruh pada bulan februari, mereka berjanji pertemuan mereka pada akhirnya juga akan menyelesaikan sengketa Kashmir. 5

Keterlibatan SAARC dalam melakukan mediasi tak sepenuhnya dilandasi alasan normatif fungsional sebuah institusi, karena adanya imbalan seperti, materi (peningkatan pertukaran barang-barang dan sumber-sumber daya di antara kelompok-kelompok tidak terkecuali pihak-pihak yang bertikai dan penengah atau sebaliknya), pengaruh dan dukungan (seperti pemberian hak pembangunan pangkalan, pertukaran informasi, atau bisa juga berupa sesuatu yang tidak terlihat secara nyata seperti janji-janji untuk memberikan dukungan di masa yang akan

5Hillary Synnott, The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test, Oxford University

(5)

datang), keamanan (diperoleh dengan cara menurunkan atau mengeliminasi konflik yang terjadi agar tidak meluas ke wilayah lain), status atau reputasi tertentu (berupa peningkatan status pribadi jika yang menjalankan peran mediator adalah individu atau peningkatan prestasi organisasi). Dari kelima macam imbalan di atas, imbalan yang berupa keamanan dianggap dapat mewakili semua imbalan yang lain, karena SAARC sebagai organisasi regional diharapkan mampu untuk menjaga kestabilan dan keamanan kawasan regionalnya dan juga dapat berperan sebagai mediator apabila terjadi konflik di negara-negara anggotanya.6

Mengingat kembali, kawasan Asia Selatan ini memang kurang stabil, seringnya terjadi perang ditambah lagi kebanyakan negara-negara di kawasan ini adalah negara miskin, serta di samping itu, kawasan ini juga terkenal dengan negara yang paling padat penduduknya di dunia, sehingga tidak salah apabila integrasi ekonomi merupakan harapan terbaik bagi warga Asia Selatan. Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Wolfgang Gerhardt bahwa integrasi ekonomi regioanal adalah sebuah prakondisi yang penting bagi terciptanya perdamaian di Asia Selatan. Ia menggaris bawahi tentang pentingnya ekonomi pasar, yang berfungsi menciptakan kesejahteraan, keterbukaan, perdamaian di Asia Selatan, yang akan terbebaskan dari kemiskinan dan penindasan. Sebagaimana SAARC komitmen memerangi kemiskinan, maka keinganan mencapai integrasi akan dilakukan.7

Pada akhirnya, keberhasilan SAARC sendiri sebenarnya bergantung pada komitmen yang terjalin dan harus dijalankan antar anggota dari SAARC sendiri. Oleh karena itu dengan berbagai tantangan yang dihadapi SAARC, diharapkan SAARC dapat memainkan peran komunikatif di Asia Selatan yang dalam hal ini dapat berfungsi sebagai forum bagi para pemimpin Asia Selatan untuk berkomunikasi dengan blok ekonomi regional lainnya dan meninjau kembali penyebab kurangnya kemajuan SAARC. Selain itu SAARC diharapkan mampu berperan dalam mengembangkan kerangka kerja yang praktis dan acuan untuk bekerja sama atas dasar saling melengkapi dan saling menguntungkan yang mana hal

6 Connie Peck. The Role of Regional Organization in Preventing and Resolving Conflict dalam Chester

A. Crocker, Fen Oster Hampson dan Pamela Aal ed. 2001. Turbulent and Peace:The Challenges of Managing International Conflict. Washington D.C: United States Institute of Peace Press. hal 564

7

(6)
(7)

Daftar Pustaka

Knutsen, Torbjorn L. 1997. A History of International Relations Theory. Manchester University Press.

Rudy, Teuku M. 1993. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Eresco.

Gupta, Sisir. 1996. Kashmir: Study India-Pakistan Relations. Bombay: Orient Longmans.

Synnott, Hillary. 1999. The Causes and Consequences of South Asia’s Nuclear Test. New York: Oxford University Press.

Peck, Connie. The Role of Regional Organization in Preventing and Resolving

Conflict dalam Chester A. Crocker, Fen Oster Hampson dan Pamela Aal ed.

2001. Turbulent and Peace:The Challenges of Managing International

Conflict. Washington D.C: United States Institute of Peace Press.

Viotti, Paul R, dan Mark V Kauppi. 2009. International Relations and

WorldPolitics; Security, Economy, Identity; 4th Edition. Pearson Prentice Hall:

New Jersey.

SAARC Information Centre, SAARC (online), 2010. Diakses melalui

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya dukungan dari negara-negara di Asia, Afrika, Arab, dan Australia terhadap Indonesia, maka pada tanggal 28 Januari 1949 Dewan Keamanan PBB

Mencegah dan menyelesaikan pemberontakan di Thailand Selatan, melalui cara-cara yang memperkuat lingkungan damai, memulihkan kepercayaan rakyat terhadap penegakan keadilan,

Timor Leste, yang merupakan negara lain di kawasan Asia Tenggara yang belum secara resmi bergabung dengan ASEAN, belum tercapainya suara konsensus dari 10 negara anggota

Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban negara pihak, tetapi yang

“Bagaimana kedudukan negara dalam keanggotaan suatu Organisasi Internasional ?” “Bagaimana pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota dari Organisasi Internasional ?”

Dalam thesis yang berjudul “Peran Organisasi Internasional dalam Penyelesaian Konflik Internal Negara: Studi Kasus Peran Pasukan Perdamaian PBB di Sierra Leone (1994-2005)”,

Jumlah umat Muslim di Laos masih terus meningkat, berkat para imigran dari Asia Selatan yang membantu populasi Muslim di negara itu mencapai sekitar 7000 jiwa pada tahun 1960-an.. Namun

Analisis akademis tentang Diplomasi Selatan dan Kerja Sama Selatan-Selatan dalam pembangunan dan pengaruh global negara