• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Kata kata Asing di Era Global

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penggunaan Kata kata Asing di Era Global"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan Kata-kata Asing di Era Global Pendahuluan

Pada tanggal 28 Oktober 1928 diikrarkan bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia. Jadi, sekarang Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional berusia genap 87 tahun. Para tokoh kebangkitan nasional dan pejuang kemerdekaan waktu itu menyadari benar-benar pentingnya satu bahasa sebagai salah satu alat penyatuan berbagai suku bangsa menjadi satu bangsa yang merdeka. Maka, sebelum kemerdekaan tercapai, bahasa persatuan telah ditetapkan. Perhatian selanjutnya terhadap Bahasa Indonesia juga sangat besar. Hal itu terbukti dengan diadakannya Kongres Bahasa Indonesia I pada tahun 1939, enam tahun sebelum proklamasi kemerdekaan, serta dimasukkannya pasal mengenai bahasa dalam rancangan undang-undang dasar yang disusun sebelum proklamasi juga. Pada tanggal 18 Agustus 1945 rancangan itu diresmikan menjadi Undang-Undang Dasar 1945. yang di dalamnya terdapat pasal yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah Bahasa Indonesia. Dengan demikian, Bahasa Indonesia sekarang telah 70 tahun sebagai bahasa negara.

Selanjutnya, bahasa Indonesia berkembang pesat, baik pemakai dan pemakaiannya maupun kosakatanya. Walaupun belum seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia, penduduk Indonesia yang berbahasa Indonesia sekarang jauh lebih besar jumlahnya dibandingkan tahun 1945, bahkan mungkin telah berlipat ganda. Dalam hal pemakaiannya, kini di taman kanak-kanak dan di sekolah dasar kelas bawah (kelas I – III), sudah banyak dipakai bahasa Indonesia. Kalau program wajib belajar sembilan tahun terlaksana sepenuhnya, di masa yang akan datang semua warga negara yang berusia tujuh tahun ke atas mampu berbahasa Indonesia.

Jika dilihat dari kosakatanya, jelas bahasa Indonesia sekarang telah memiliki kosakata yang jauh berbeda dengan tahun 1945 ketika diresmikan menjadi bahasa negara, apa lagi tahun 1928 ketika diangkat menjadi bahasa persatuan. Kosakata itu bertambah karena pemakai bahasa Indonesia kebanyakan berdwibahasa, artinya menguasai dua bahasa atau lebih, bahasa Indonesia dan bahasa daerah dan/atau bahasa asing. Pemakai bahasa Indonesia yang berdwibahasa akan menggunakan kata-kata bahasa daerah dan/atau bahasa asing yang dirasa tepat atau mudah ketika ia berbahasa Indonesia.

(2)

masuk kosakata bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya dan bunyi kata-kata itu seperti kata dalam bahasa Indonesia.

Bertambahnya kosakata suatu bahasa menunjukkan adanya perkembangan bahasa itu karena bahasa yang hidup selalu berkembang menyertai perkembangan pemakainya. Akan tetapi, apabila perkembangan itu tidak wajar, bahasa itu akan kehilangan kepribadiannya. Yang dimaksud tidak wajar di sini adalah bahwa kata-kata yang masuk itu sebenarnya tidak diperlukan karena ada padanannya, Jika pemakai bahasa Indonesia menggunakan kata-kata asing bukan karena ingin mengungkapkan maksud dengan tepat, mudah, dan jelas, tetapi karena ingin menunjukkan bahwa ia mengerti bahasa asing atau karena ia merasa bergengsi jika menggunakan kata-kata asing, bahasa Indonesia kehilangan kepribadiannya. Namanya bahasa Indonesia, tetapi kosakatanya campuran.

Dewasa ini banyak digunakan kata-kata asing yang sebenarnya tidak diperlukan, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam surat kabar, majalah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain banyak digunakan kata-kata asing. Kita sering mendengar orang menggunakan kata draiver (driver) untuk sopir, sekuriti (security) untuk satpam, debt collector untuk penagih hutang, dikansel (cancelled) untuk dibatalkan, di-kat (cut) untuk dipotong, di-kopi (copied) untuk dikutip/diturun, dan masih banyak yang lain. Ada berbagai kemungkinan alasan yang dapat dimengerti mengapa pemakai menggunakan kata-kata asing itu, tetapi sebenarnya kata-kata asing itu tidak perlu dipakai karena ada padanannya dalam bahasa Indonesia.

Salah satu fungsi bahasa Indonesia dalam kadudukannya sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional adalah sebagai lambang kebanggaan nasional. Sebagai bangsa Indonesia kita merasa bangga, tetapi secara perseorangan pun kita mestinya merasa bangga memiliki bahasa persatuan. Kebanggaan itu dapat diwujudkan dengan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar menggunakan kata-kata yang ada, tanpa menggunakan kata-kata asing yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kebanggaan atas bahasa nasional yang diwujudkan itu perlu ditanamkan pada seluruh bangsa Indonesia, terutama angkatan muda agar bahasa Indonesia mempunyai kepribadian yang nyata di antara bahasa-bahasa yang lain.

(3)

sama atau mirip itu dengan dukungan konteksnya. Konteks akan membantu sebab kejelasan makna sebuah kata atau istilah berada dalam konteks.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari algoritma estimasi Direction-Of-Arrival (DOA adalah menggunakan data yang diterima oleh array untuk mengestimasi kedatangan arah sinyal.. Lalu hasil estimasi DOA

Akad Wakalah : Akad wakalah tertanggal 1 Mei 2007, yang dibuat dibawah tangan, bermaterai cukup, berikut segala perubahan dan penambahannya dimana Perseroan bertindak sebagai

Infeksi 4irus dengue mengaki1atkan menifestasi kinis %ang 1er4ariasi muai dari asimtomatik& pen%akit paing ringan& demam 1erdarah dengue sampai sindrom

Apakah yang dimaksud dengan “Pembiayaan Paket Umrah-Sahabat Bisa Umrah Adira Finance Syariah”..  “Pembiayaan Paket Umrah-Sahabat Bisa Umrah Adira Finance Syariah”

semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat yang meliputi norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga dan sebagainya, itu

The principle purpose of the study is to measure the effect of the effect of song lyrics listening on phrasal verb mastery of second grade students at MAN

Partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata di desa wisata Ketenger masih tidak terkoordinir dan tidak merata di tiga dusun. Sebagian besar warga masih

Bintang dengan warna kuning emas adalah lambang Ke Tuhanan Yang Maha Esa, bersudut lima adalah melambangkan Pancasila merupakan dasar dan falsafah Negara yang senantiasa