PENYELESAIAN PERKARA KECELAKAAN LALU
LINTAS DI LUAR PENGADILAN
(Studi Kasus di Polres Kota Pariaman)
Artikel
Oleh:
WIDYA YOSEVA
NPM : 1210018412010
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Luar Pengadilan (Studi Kasus di Polres Pariaman)
Widya Yoseva¹, Uning Pratimaratri¹, Yetisma Saini¹
¹Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bung Hatta E-mail: widyayosevafh@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas diartikan peristiwa yang tidak disengaja terjadi di jalan umum, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya yang mengakibatkan korban jiwa dan atau kerugian harta benda. Ini disebabkan karena pengguna jalan raya, konstruksi jalan yang kurang baik, kendaraan yang tidak memenuhi syarat, rambu-rambu jalan tidak jelas dan sebagainya. Rumusan permasalahan yakni: 1) Apakah yang melatarbelakangi terjadinya penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan?, 2) Bagaimanakah proses penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan?, 3) Bagaimanakah efektivitas penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan?. Metode penelitian hukum pendekatan
yuridis-sosiologis (socio legal research). Hasil penelitian: latar belakang penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan adalah faktor hukumnya, penegak hukum, sarana dan prasarana, masyarakat dan kebudayaan. Proses penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan adalah mendatangi TKP, menolong korban, amankan TKP, amankan tersangka, olah TKP, amankan BB, mendengar keterangan saksi, gambar skema dan foto TKP, tersangka dan BB dibawa ke Kantor Satlantas, surat pernyataan perdamaian para pihak, penyidik membuat laporan polisi, dilaporkan pada Kasatlantas, setelah disetujui, kendaraan yang ditahan dikeluarkan. Efektivitas penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan adalah efektif dilaksanakan para pihak dengan perdamaian mengutamakan dasar kekeluargaan.
Settlement of Traffic Accident Cases in Foreign Courts (Case Study in Police Pariaman )
Widya Yoseva ¹ , Uning Pratimaratri ¹ , ¹ Saini Yetisma ¹ Graduate Program Master of Law University of Bung Hatta
E - mail : widyayosevafh@yahoo.co.id
ABSTRACT
Traffic accidents interpreted unintended events occurred on public roads , involving a vehicle with or without other road users and the resulting loss of life or loss of property . This is because road users , poor road construction , vehicles that do not meet the requirements, road signs are unclear and so on . The formulation of the problem are: 1 ) Is the underlying traffic accident settlement out of court ? , 2 ) How is the traffic accident settlement out of court ? , 3 ) How does the effectiveness of a traffic accident settlement out of court ? . Legal research methods juridical - sociological ( socio legal research) . Results of the study : background traffic accident settlement out of court is a factor in law, law enforcement , infrastructure , society and culture . The process of settlement of traffic accidents outside the court is to go to the scene , helping victims , secure the scene , secure the suspects , crime scene , secure BB , heard the testimony of witnesses , schematic drawings and photograph the scene , and the suspect was taken to the Office Traffic Unit B , the affidavit peace party , investigators made a police report , reported on Kasatlantas , once approved , issued detained vehicle . The effectiveness of a traffic accident settlement out of court is effectively executed by the parties to prioritize peace familial basis .
Pendahuluan
Lalu lintas adalah gerak pindah
manusia dengan atau tanpa alat penggerak
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan
menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.
Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan
sebagai suatu peristiwa yang tidak disengaja
terjadi di jalan umum, melibatkan kendaraan
dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya
yang mengakibatkan korban jiwa dan atau
kerugian harta benda.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di
atur dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 2009 menggantikan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1992. Menurut
Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ), Pasal
1 angka 2, yang dimaksud dengan Lalu
Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di
Ruang Lalu Lintas Jalan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan
adalah prasarana yang diperuntukkan bagi
gerak pindah Kendaraan, orang, dan/ atau
barang yang berupa Jalan dan fasilitas
pendukung.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu
peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan Kendaraan
dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia atau
kerugian harta benda. Dimana unsur-unsur
kecelakaan lalu lintas tersebut meliputi
pengemudi/pemakai jalan, kendaraan, jalan
dan lingkungan. Perkara lalu lintas termasuk
jenis perkara pelanggaran. Pelanggaran
diatur di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), antara lain:
1. Karena kealpaannya menyebabkan
matinya orang lain (Pasal 359
KUHP)
2. Karena kealpaannya menyebabkan
orang lain luka berat (Pasal 360
KUHP)
Terjadinya kecelakaan lalu lintas
disebabkan karena bertambah ramainya
pengguna jalan raya, konstruksi jalan yang
kurang baik, kendaraan yang tidak
memenuhi syarat, rambu-rambu jalan yang
tidak jelas dan sebagainya. Selain itu
mungkin penyebab utama terjadinya
kecelakaan lalu lintas adalah faktor
manusianya.
Faktor manusia merupakan penyebab
utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di
jalan raya hal tersebut terjadi karena adanya
kecerobohan atau kealpaan pengemudi
dalam mengemudikan kendaraannya.
Kecerobohan pengemudi tersebut sering
menimbulkan korban, baik korban
menderita luka berat atau korban meninggal
dunia bahkan merenggut jiwa pengemudinya
kecerobohan pengguna jalan, Wirjono
Prodjodikoro menyatakan:1
“Kesalahan pengemudi mobil
sering dapat disimpulkan dengan
mempergunakan peraturan lalu
lintas. Misalnya, ia tidak
memberikan tanda akan
membelok, atau ia mengendarai
mobil tidak di jalur kiri, atau pada
suatu persimpangan tidak
memberikan prioritas kepada
kendaraan lain yang datang dari
sebelah kiri, atau menjalankan
mobil terlalu cepat melampaui
batas kecepatan yang ditentukan
dalam rambu-rambu di jalan yang bersangkutan”.
Pernyataan tersebut di atas, adanya
kecelakaan merupakan faktor kesalahan
manusianya. Kesalahan pengemudi adalah
tidak adanya rasa hati-hati dan lalai dalam
mengemudikan kendaraannya.
Berdasarkan data kepolisian, Polri
mengklaim angka kecelakaan lalu lintas
pada Tahun 2012 adalah jumlah kecelakaan
lalu lintas mencapai 109.038 kasus, Jumlah
orang yang tewas akibat kecelakaan
mencapai 25.131 jiwa, korban luka berat
hingga 36.710 orang. Sedangkan korban
1
Wirjono Projodikoro, 2003, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hlm 81.
luka ringan sebanyak 118.152 orang.
Kerugian materil akibat kecelakaan lalu
lintas pada Tahun 2012 sebesar Rp. 277,18
Salah satu permasalahan yang
dihadapi di kota-kota besar adalah masalah
lalu lintas. Lalu lintas merupakan salah satu
sarana komunikasi masyarakat yang
memegang peranan vital dalam
memperlancar pembangunan. Masalah yang
dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya
angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya.
Keadaan ini merupakan salah satu
perwujudan dari perkembangan teknologi
modern. Perkembangan lalu lintas itu sendiri
dapat memberi pengaruh baik yang bersifat
positif maupun yang bersifat negatif bagi
kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang
diketahui sejumlah kendaraan yang beredar
dari Tahun ke Tahun semakin meningkat.
Hal ini juga memberi pengaruh terhadap
2
Viva News, Data tingkat kecelakaan lalu lintas di Indonesia Tahun 2012
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/378219-25-ribu-orang-tewas-karena-kecelakaan-selama-2012 di akses pada tanggal 23 Oktober 2013 jam 14.50WIB.
3
keamanan lalu lintas yang semakin sering
terjadi, pelanggaran lalu lintas yang
menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan
kemacetan lalu lintas.4
Dalam sebuah perkara pidana, sanksi
dijatuhkan dalam sebuah proses peradilan,
sedangkan yang berwenang untuk itu adalah
hakim. Tapi ada perkembangan hukum yang
meminta perhatian, tidak sama dengan
pelanggaran hukum pidana lain yang harus
dijatuhkan sanksi, tapi ada cara lain
misalnya dengan berdamai. Hal ini terjadi
terhadap perkara kecelakaan lalu lintas, yang
mana ada kewenangan diskresi oleh polisi
sebagai penyidik perkara tersebut. konsep
dari diskresi adalah wewenang yang
diberikan hukum untuk bertindak dalam
situasi khusus sesuai dengan
penilaian-penilaian dan kata hati instansi atau
pengawas itu sendiri.5 Jadi diskresi
merupakan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terhadap tindakan
yang dianggap tepat sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi secara bijaksana.
Menurut pandangan teori utilitarisme
atau konsekuensialisme dalam Teori Etika
tentang Hukuman Legal, suatu tindakan
4
Spjchild, Pelanggaran lalu lintas, 2012,
http://spjchild.blogspot.com/2012/05/pelanggaran-lalulintas-karya ilmiah.html di akses pada tgl 28 Oktober 2013 jam 11.10 WIB.
5
Syaefurrahman Al-Banjary, 2005, Hitam Putih Polisi, Restu Agung, Jakarta, hlm 196
dapat dibenarkan secara moral hanya sejauh
konsekuensi-konsekuensinya positif untuk
sebanyak mungkin orang. Hukuman sebagai
suatu tindakan terhadap seseorang yang
melanggar hukum dapat dibenarkan secara
moral bukan terutama karena si pelaku
kejahatan atau pelanggaran telah terbukti
bersalah melawan hukum, melainkan karena
hukuman itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi positif bagi si terhukum, korban
dan juga orang-orang lain dalam
masyarakat.6 Sebaliknya, berdasarkan
pandangan umum masyarakat, bila terjadi
pelanggaran, maka hukuman bukan syarat
mutlak yang harus dikenakan kepada si
pelaku, karena ada cara penyelesaian
pelanggaran yang hidup di dalam
masyarakat yakni upaya damai.
Penyelesaian di luar sidang
pengadilan adalah penyelesaian perkara
secara kekeluargaan yaitu antara pelaku
dengan keluarga korban untuk melakukan
perdamaian. Dalam praktek sehari-hari
Polisi sebagai penyidik khususnya dalam
menangani perkara lalu lintas yang
menyebabkan luka-luka maupun meninggal
dunia pada diri orang lain dapat menerima
penyelesaiannya dilakukan di luar
pengadilan meskipun perkara tersebut
6
termasuk delik biasa. Hal ini timbul karena
undang-undang tidak dapat menampung
semua perbuatan yang ada di masyarakat.7
Menurut pendapat Iswanto8,
penyelesaian perkara secara damai perkara
tindak pidana lalu lintas jalan yang berakibat
korban mati atau luka berat secara yuridis
dianggap bertentangan dengan ketentuan
hukum pidana dan hukum acara pidana.
Penyelesaian perkara pidana lalu
lintas ada yang penyelesaiannya dilakukan
di luar pengadilan yang menyangkut
kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
korban luka ringan yaitu penyelesaian
perkara antara pihak-pihak yang terlibat
tanpa melalui pengadilan. Proses
penyelesaian tersebut dilakukan oleh para
pihak sendiri karena masing-masing pihak
sepakat untuk menyelesaikan tanpa melalui
proses yang berbelit-belit dan memakan
waktu yang lama, adapun hal ini terjadi
karena pengadilan akan mempelajari
7
Setio Agus Samapto, Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Di Luar Pengadilan terhadap Dugaan Kejahatan Pasal 359 KUHP Dalam Perkara Lalu Lintas, STMIK AMIKOM Yogyakarta, hlm 5,
ciE1Xg&bvm=bv.59568121,d.aGc, diakses pada tanggal 26 Oktober 2013 jam 12.00 WIB.
8
Iswanto, 1985, Penyelesaian Damai Perkara Lalu-Lintas Salahi Ketentuan Hukum Pidana, Yogya Post, Yogyakarta.
bukti yang ada guna mencari kebenaran dan
keadilan yang dapat diterima kedua belah
pihak9.
Dalam hal penyelesaian perkara di
luar pengadilan tersebut diatas tugas polisi
selaku penyidik dan penegak hukum
bertugas sebagai penengah dari
masing-masing pihak dan apabila masing-masing-masing-masing
pihak sudah ada kesepakatan mengenai
penggantian biaya apabila sebelum
meninggal korban terlebih dahulu dirawat di
rumah sakit, menanggung biaya
pemakaman, selamatan sampai dengan
selesai dan memberikan sejumlah uang
sebagai uang duka dan setelah itu membuat
surat pernyataan perdamaian yang ditanda
tangani oleh para pihak baik pelaku maupun
korban yang berisi telah selesainya perkara
tersebut dan tidak ada penuntutan kembali
dari masing-masing pihak, maka perkara
tersebut oleh polisi dinyatakan selesai.10
Terjadinya peristiwa kecelakaan lalu
lintas yang menyebabkan luka ringan, luka
berat bahkan meninggal dunia pada
umumnya tidak ada unsur kesengajaan dan
yang ada unsur kealpaan, oleh karena itu
antara pelaku dan pihak keluarga korban
biasanya saling menyadari sehingga dalam
menyelesaikan perkara mereka memilih di
9
Setio Agus Samapto, Op. Cit, hlm 5.
luar pengadilan atau dengan cara damai. Jadi
secara ringkas bentuk penyelesaian perkara
lalu lintas di luar pengadilan dengan cara
damai maksudnya antara pelaku dan pihak
keluarga korban sepakat setelah
mengadakan musyawarah untuk
menyelesaikan perkara secara
kekeluargaan.11
Polisi lalu lintas sebagai penyidik
dalam menangani perkara kecelakaan lalu
lintas harus melihat dahulu sebab-sebab
terjadinya kecelakaan lalu lintas tersebut,
sehingga dapat tidaknya perkara tersebut
diselesaikan di luar pengadilan atau harus
melalui pengadilan12
Penulis lebih menekankan
penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas
di luar pengadilan terhadap kecelakaan lalu
lintas yang menyebabkan luka ringan maka
berdasarkan uraian di atas maka penulis
ingin menulis tesis dengan Judul:
Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas di Luar Pengadilan (Studi Kasus di Polres Kota Pariaman).
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis mencoba merumuskan
permasalahan-permasalahan yang akan
diteliti, yaitu sebagai berikut:
11Ibid
12Ibid
.
1. Apakah yang melatarbelakangi
terjadinya penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan?
2. Bagaimanakah proses penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan?
3. Bagaimanakah efektivitas
penyelesaian perkara kecelakaan lalu
lintas di luar pengadilan?
Adapun tujuan dari penulisan tesis
ini adalah untuk mengetahui latar belakang
terjadinya penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas di luar pengadilan, untuk
mengetahui proses penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan,
untuk mengetahui efektivitas penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan.
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah manfaat teoritis yaitu
hasil penelitian ini akan dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan hukum
pidana terutama dalam pelaksanaan
penyelesaian tindak pidana lalu lintas di luar
pengadilan, manfaat praktis hasil penelitian
ini diharapkan dapat membantu mencari
solusi-solusi terhadap kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan penyelesaian perkara
Metodologi
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
pendekatan yuridis-sosiologis (socio legal
research). Suatu studi yang meninjau hukum
sebagai fakta sosial yang bisa tersimak di
alam pengalaman sebagai pola perilaku
dalam mewujudkan pranata sosial atau
institusi sosial, kajian hukum yang
mengkonsepkan dan menteorikan hukum
sebagai fakta sosial yang positif dan
empiris.13 Sumber data yang digunakan
adalah data Primer yaitu data yang diperoleh
langsung dari lapangan/ masyarakat dengan
melakukan wawancara kepada informan
yaitu Polisi Satuan Lalu Lintas Polres Kota
Pariaman yang menyelesaikan perkara
kecelakaan lalu lintas, para pihak yang
terlibat baik pelaku maupun korban serta
pengacara kedua belah pihak yang
membantu penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari Kantor Polisi Satuan Lalu
Lintas Polres Kota Pariaman yaitu Data
Kecelakaan lalu lintas yang terjadi Tahun
2011-2013 di Polres Kota Pariaman.
Lokasi penelitian di Kantor Satuan
Lalu Lintas Bagian Laka Lantas Polres Kota
Pariaman. Teknik pengumpulan data yang
13
Soetandyo Wignjosoebroto, 2007, Hukum, Paradigma, Metode Penelitian dan Dinamika Masalah, Elsam & Huma, Jakarta, hlm 183.
digunakan adalah wawancara mendalam,
dalam wawancara mendalam (indepth
interview) memberikan kesempatan secara
terbuka dan kebebasan kepada informan
untuk berbicara secara luas dan mendalam.
Studi Dokumen, dokumen merupakan setiap
bahan yang tertulis baik yang dipersiapkan
untuk penelitian, pengujian suatu peristiwa
atau record, berupa laporan, arsip, dan
dokumen lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Analisa data, Proses analisis data
yang digunakan teknik analisis secara
kualitatif deskriptif, dimana data yang
terkumpul dalam bentuk transkrip interview
dan catatan di lapangan untuk dianalisis
secara deskriptif dan menghasilkan suatu
kesimpulan dalam pembuatan tesis ini.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Faktor-faktor yang melatarbelakangi
penyelesaian perkara kecelakaan lalu
Lintas di luar pengadilan di Kota
Pariaman adalah:14
1. Faktor hukumnya sendiri, yang
dalam hal ini terbatas pada
Undang-undang saja. Undang-Undang-undang yang
mengatur tentang Lalu lintas dan
angkutan jalan adalah
14 Wawancara
undang Nomor 22 Tahun 2009
pengganti dari Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1992 yang sudah
tidak sesuai lagi dengan situasi dan
kondisi, perubahan lingkungan
strategis, dan kebutuhan
penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan saat ini sehingga
perlu diganti dengan Undang-undang
yang baru. Kecelakaan lalu lintas
merupakan tindak pidana yaitu
kejahatan dan pelanggaran yang di
atur dalam KUHP tetapi mengenaia
proses penyelesaian kecelakaan lalu
lintas di luar pengadilan tidak ada di
atur di dalam undang-undang.
Sedangkan di dalam kehidupan
masyarakat, kecelakaan lalu lintas
sering terjadi dan dalam
penyelesaiannya banyak di
selesaikan oleh masyarakat di luar
pengadilan. Faktor hukumnya
sendiri, dalam hal ini tujuan dari
penegakan hukum itu sendiri yaitu
kepastian hukum, kemanfaatan dan
rasa keadilan masyarakat, tetapi yang
dipakai Polres Pariaman dalam
menangani penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan adalah tujuan hukum
kemanfaatan dan rasa keadilan
masyarakat. Keadilan bagi
masyarakat berbeda dengan keadilan
bagi hukum. Masyarakat
beranggapan keadilan itu adalah
suatu keadaan di mana tidak ada
pertikaian, keadaan mana yang dapat
tercapai apabila warga-warga
masyarakat melaksanakan
tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang
sesuai dengan kedudukan serta
peranannya dalam masyarakat.
Apabila adapun pertikaian,
penyelesaian pertikaian tersebut
dalam dilaksanakan dengan
perdamaian sehingga kedua belah
pihak tidak merasa tidak adil dalam
penyelesaian pertikaiannya, karena
masyarakat sendiri yang
menghendaki keadilan masyarakat
dengan sebuah perdamaian yang
akan melahirkan keharmonisan
hubungan antar individu-individu
dalam masyarakat. Sam dengan
Penyelesaian perkara kecelakaan lalu
lintas di luar pengadilan yang
dilakukan di Polres Pariaman,
masyarakat Pariaman
menyelesaiakan perkara kecelakaan
lalu lintasnya secara damai. Dengan
damai menurut mereka telah terjadi
perkara kecelakaan lalu lintas yang
dapat di lakukan di luar pengadilan
hanya terhadap kategori kasus
kecelakaan lalu lintas ringan dan
luka ringan yaitu luka yang
mengakibatkan korban menderita
sakit yang tidak memerlukan
perawatan inap di rumah sakit seperti
lecet-lecet atau tergores.
2. Faktor penegak hukum, yakni
pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum. Penegak hukum
harus memiliki kualitas kepribadian
yang baik dan profesional dalam
melakasanakan penegakan hukum.
Dalam menjalankan tugasnya,
penegak hukum harus selalu
menjunjung tinggi hak-hak asasi
rakyat dan hukum negara dan
memelihara keamanan dan ketertiban
serta kedamaian di dalam
masyarakat. Dalam hal ini Penegak
hukum dalam perkara kecelakaan
lalu lintas di kota Pariaman adalah
Polisi Satuan Lalu lintas baik Kepala
satuan lalu lintas (Kasat Lantas),
Kepala Unit (Kanit) dan anggota
polisi Satlantas yang lain. Polisi
Satlantas yang menangani kasus
kecelakaan lalu lintas dalam perkara
kecelakaan ringan ikut membantu
para pihak yang ingin menyelesaikan
perkaranya di luar pengadilan secara
damai.
3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum.
Sarana dan prasarana sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan
penegakan hukum, sarana dan
prasarana dalam penanganan perkara
lalu lintas dan angkutan jalan
diperlukan yaitu tenaga polisi satuan
lalu lintas (Satlantas) yang
berpendidikan, terampil dan
profesional, kantor Satlantas sebagai
tempat melakukan penyelidikan dan
penyidikan kasus kecelakaan lalu
lintas, adanya peralatan yang
memadai yaitu alat komunikasi dan
alat teknologi seperti komputer dan
laptop yang digunakan oleh polisi
Satlantas dalam membuat laporan
kecelakaan dan Berita Acara Perkara
(BAP) yang terdapat di kantor
Satlantas, tabel data kecelakaan lalu
lintas yang terdapat dalam ruangan
Satlantas, tabel mekanisme
penyidikan Laka Lantas (kecelakaan
lalu lintas), peta daerah rawan
kecelakaan dan grafik kejadian Laka
Lantas Kota Pariaman, daftar
operasional Laka Lantas atau
kendaraan sepeda motor patroli
polisi Satlantas.
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan
dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan. Penegakan hukum
berasal dari masyarakat, dan
bertujuan untuk mencapai suatu
kedamaian di dalam masyarakat.
Masyarakat sangat mempengaruhi
penegakan hukum tersebut.
Pendapat-pendapat masyarakat
mengenai hukum sangat
mempengaruhi kepatuhan hukum
masyarakat. Seperti halnya
Masyarakat Pariaman yang dalam
menyelesaikan perkara kecelakaan
lalu lintas di luar pengadilan dengan
cara perdamaian. Masyarakat
Pariaman beranggapan dengan
pelaksanakan penyelesaian suatu
perkara secara damai maka mereka
telah patuh terhadap hukum dan
telah menegakkan hukum, sehingga
terjadi keserasian hubungan dalam
masyarakat. Bagi masyarakat
Pariaman menganggap kecelakaan
lalu lintas merupakan musibah dari
Tuhan yang tidak disengaja dan jika
bisa penyelesaian perkaranya secara
damai. Sehingga penyelesaian
perkaranya tidak harus di perpanjang
sampai ke Pengadilan. Penyelesaian
perkara secara damai terjadi apabila
keluarga pihak pelaku yang
mendatangi pihak korban bermaksud
untuk menyelesaikan perkara mereka
secara kekeluargaan. Para pihak
yaitu pelaku dan korban maupun
pihak keluarga pelaku dan korban
melakukan perdamaian bersama
melalui musyawarah mufakat bahwa
kasus kecelakaan tersebut
diselesaikan oleh mereka dengan
disaksikan oleh wali nagari dari
pihak korban atau kepala jorong atau
kepala desa dari pihak korban.
Perdamaian tersebut menghasilkan
kesepakatan bersama yang disetujui
bersama tanpa paksaan dan tidak
akan menuntut apapun di kemudian
hari.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai
hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di
dalam pergaulan hidup. Kebudayaan
hukumpada dasarnya mencakup
nilai-nilai yang mendasari hukum
yang berlaku dalam masyarakat,
nilai-nilai yang dianggap baik dan
buruk yang terdapat di dalam
merupakan keadaan yang harus
diserasikan didalam hubungan antar
masyarakat. Di dalam masyarakat
Pariaman hidup hukum adat atau
hukum kebiasaan masyarakat yang
menjunjung tinggi kebudayaan
kekeluargaan. Budaya kekeluargaan
menciptakan rasa persaudaraan yang
tinggi sehingga terhadap kasus
kecelakaan lalu lintas kategori
kecelakaan ringan yang terjadi,
masyarakat menyelesaikan
perkaranya secara kekeluargaan.
Duduk bersama ninik mamak
bersama keluarga kedua belah pihak
dalam mencari jalan keluar terhadap
permasalahan yang dihadapi karena
perkara kecelakaan lalu lintas
tersebut. Apalagi di dalam
masyarakat Pariaman yang mana
terjadinya kecelakaan di Pariaman
oleh masyarakat Pariaman sendiri
maka merasa sesama orang Pariaman
harus menyelesaikan perkara mereka
secara damai seperti istilah orang
Pariaman “awak samo awak” apalagi
kalau suku para pihak sama maka
merasa satu keluarga sehingga
perkara tersebut tidak perlu
diperpanjang.
B. Proses Penyelesaian Perkara
Kecelakaan Lalu Lintas Di Luar
Pengadilan adalah Melakukan tindakan
kepolisian pada saat terjadi kecelakaan
mendatangi tempat kejadian perkara
(TKP), pada saat terjadi kecelakaan
mendatangi TKP tempat dimana suatu
kecelakaan lalu lintas terjadi dengan
segala akibat yang ditimbulkan serta
tempat-tempat dimana tersangka dan
atau barang bukti dan atau korban yang
berhubungan dengan memberi tanda di
tempat ditemukannya korban dan
ditemukannya barang bukti. Menolong
korban yang di TKP atau korban belum
dipindahkan masyarakat Dalam
kecelakaan lalu lintas korban termasuk
pelaku sebelum dilakukan penyidikan
oleh Polisi Laka Lantas. Orang-orang
yang terlibat dalam kecelakaan lalu
lintas tersebut baik pengemudi,
penumpang, pejalan kaki atau
ikut menjadi korban kecelakaan, polisi
Satlantas membantu meringankan beban
penderitaan korban kecelakaan lalu
lintas, antara lain memberikan
pertolongan pertama di tempat kejadian
dan membawa korban ke rumah sakit,
amankan TKP, amankan tersangka,
memperoleh keterangan dari
masyarakat yang melihat terjadinya
kecelakaan secara langsung sehingga
dapat diketahui siapa pelaku dari
kecelakaan tersebut. Pelaku tersebut
ditetapkan sebagai tersangka sementara,
kalau terbukti memang pelaku yang
menyebabkan kecelakaan maka
tersangka ditahan 1 x 24 jam setelah
mendapat perawatan dari rumah sakit
dan diperbolehkan pulang terlebih
dahulu dari rumah sakit, dilakukan olah
TKP, polisi Satlantas datang ke TKP
untuk mencari, mengumpulkan,
menganalisa dan mengevaluasi
petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti
serta identitas tersangka guna memberi
arah terhadap penyidikan selanjutnya,
amankan barang bukti (BB), Barang
bukti adalah bekas-bekas yang
tertinggal di tempat kejadian perkara
kecelakaan lalu lintas, termasuk semua
barang yang mempunyai hubungan
dengan perkara kecelakaan lalu lintas
yang terjadi dapat berupa kendaraan
yang digunakan baik kendaraan
tersangka maupun korban, puing-puing
kaca spion atau badan kendaraan, helm
yang digunakan jika kecelakan sepeda
motor dan barang-barang lain yang
berkaitan dengan kecelakaan di sekitar
TKP. Barang bukti dibawa ke kantor
Satlantas unit laka lantas untuk
diamankan, mendengar keterangan
saksi, saksi memiliki peran yang sangat
penting dalam proses penyidikan,
karena keterangan saksi dapat
mengungkapkan suatu perkara yang
lalu lintas. Saksi merupakan orang yang
mengalami, melihat dan mendengar
sendiri terjadinya suatu peristiwa
kecelakaan lalu lintas. Pemeriksaan
saksi bertujuan untuk mencari suatu
keterangan yang sebenarnya atas suatu
peristiwa yang kecelakaan yang
terjadigambar skema dan foto TKP,
penyidik membuat gambar skema TKP
kecelakaan dan memfoto TKP untuk
menjadi petunjuk dalam kecelakaan lalu
lintas dan foto sebagai dokumentasi,
tersangka dan BB dibawa ke kantor
Satlantas, setelah diketahui tersangka
dari kecelakaan tersebut maka tersangka
dibawa ke kantor Satlantas unit Laka
Lantas untuk memberikan keterangan
mengenai kecelakaan yang terjadi dan
dilakukan pemeriksaaan terhadap
tersangka adanya surat pernyataan
perdamaian dari para pihak yang
menyelesaikan perkaranya secara
damai, penyidik membuat laporan polisi
kecelakaan lalu lintas, setelah
melakukan penyidikan terhadap
tersangka, pemeriksaaan saksi-saksi,
BB maka dibuat laporan polisi
kecelakaan lalu lintas lalu melaporkan
pada pimpinan Kepala Satuan Lalu
Lintas (Kasatlantas) atau Kapolres
Pariaman, setelah laporan tersebut
dilaporkan dan disetujui oleh
Kasatlantas, maka laporan tersebut
turun kembali ke penyidik yang
menangani kasus Laka Lantas tersebut
maka telah terjadi penyelesaian perkara
kecelakaan di luar pengadilan dan
kemudian kendaraan yang menjadi
barang bukti yang ditahan oleh penyidik
dikeluarkan.
C. Efektivitas Penyelesaian Perkara
Kecelakaan Lalu Lintas Di Luar
Pengadilan adalah Penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan di Kota Pariaman adalah
efektivitas penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan
di terima dan berjalan oleh masyarakat
dalam menyelesaikan perkaranya.
Kecelakaan lalu lintas merupakan
tindak pidana yaitu kejahatan dan
pelanggaran yang di atur di dalam
KUHP, tetapi terhadap penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan tidak ada di atur di dalam
undang-undang. Akan tetapi, dalam
praktek kehidupan masyarakat yang
mengalami kecelakaan lalu lintas dalam
proses penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas tersebut masyarakat
menyelesaikannya di luar pengadilan.
Masyarakat yang terlibat dalam perkara
kecelakaan lalu lintas dari Tahun
2011-2013 adalah 88.77% menyelesaikan
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan secara damai.
Berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan Polisi Satlantas unit
Laka Lantas Polres Kota Pariaman, para
pihak yang terlibat perkara kecelakaan
lalu lintas menyelesaikan perkara secara
damai. Penyelesaian perkara kecelakaan
yang dapat diselesaikan di luar
pengadilan atau damai hanya berlaku
terhadap kasus kecelakaan ringan dan
mengakibatkan luka ringan seperti
lecet-lecet, tergores atau terkilir. Korban
yang mengalami luka-luka ringan
tersebut juga telah diberi perawatan dan
pengobatan di rumah sakit. Segala biaya
perawatan dan pengobatan ditanggung
oleh pelaku atau keluarga pelaku.
Penyelesaian perkara kecelakaan
di luar pengadilan didasari oleh
kesepakatan para pihak yang ingin
berdamai yang berupa surat pernyataan
perdamaian. Menurut para pihak yang
terlibat kecelakaan lalu lintas baik
pelaku maupun korban, mereka
menyelesaikan perkara kecelakaan yang
mereka tidak ingin menyelesaikan
perkaranya di dalam pengadilan, yang
mana proses penyelesaian di dalam
pengadilan memakan waktu yang lama,
biaya yang tinggi, dan berbelit-belit.
Para pihak yang terlibat lebih
mengutamakan rasa kekeluargaan
dalam menyelesaikan perkara
kecelakaan lalu lintas dan para pihak
tidak ingin memperpanjang perkara
mereka. Para pihak baik pelaku dan
korban termasuk keluarga para pihak
dalam membuat surat pernyataan
perdamaian tanpa paksaan dan
kesepakatan di dalam surat pernyataan
perdamaian tersebut disetujui oleh para
pihak yang tidak akan menuntut di
kemudian hari terhadap hasil
perdamaian tersebut.
Perdamaian yang terjadi dalam
penyelesaian perkara kecelakaan lalu
lintas efektif berlaku di dalam
masyarakat yang terlibat dalam perkara
kecelakaan lalu lintas. Baik menurut
polisi Satlantas maupun para pihak
yaitu korban, pelaku dan keluarga
koban dan pelaku yang terlibat dalam
kecelakaan lalu lintas, penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan dalam kategori kecelakaan
lalu lintas ringan dan mengakibatkan
luka ringan yang tidak memerlukan
perawatan inap di rumah sakit,
penyelesaian perkaran kecelakaan lalu
lintasya efektif dilakukan di luar
pengadilan yang secara damai
mengutamakan dasar kekeluargaan.
Simpulan
1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi
penyelesaian perkara kecelakaan lalu
lintas di luar pengadilan adalah faktor
hukumnya, faktor penegak hukum,
faktor sarana dan prasarana, faktor
masyarakat dan faktor kebudayaan.
2. Proses penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas di luar pengadilan adalah
Melakukan tindakan kepolisian pada
saat terjadi kecelakaan mendatangi
menolong korban, amankan TKP,
amankan tersangka, dilakukan olah
TKP, amankan barang bukti (BB),
mendengar keterangan saksi, gambar
skema dan foto TKP, tersangka dan BB
dibawa ke kantor Satlantas, adanya
surat pernyataan perdamaian dari para
pihak yang menyelesaikan perkaranya
secara damai, penyidik membuat
laporan polisi kecelakaan lalu lintas,
lalu melaporkan pada pimpinan kepala
satuan lalu lintas (Kasatlantas) atau
Kapolres Pariaman, setelah disetujui
Kasatlantas, kendaraan yang ditahan
dikeluarkan.
3. Efektivitas penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan
adalah penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas di luar pengadilan terhadap
kategori kecelakaan lalu lintas ringan
dan mengakibatkan luka ringan yang
tidak memerlukan perawatan inap di
rumah sakit seperti lecet-lecet atau
tergores efektif dilaksanakan para pihak
baik pelaku maupun korban dan
masyarakat secara umum. Penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan dilakukan dengan
perdamaian mengutamakan dasar
kekeluargaan. Para pihak baik pelaku
dan korban termasuk keluarga para
pihak dalam membuat surat pernyataan
perdamaian tanpa paksaan dan
kesepakatan di dalam surat pernyataan
perdamaian tersebut disetujui oleh para
pihak yang tidak akan menuntut di
kemudian hari terhadap hasil
perdamaian tersebut. Perdamaian yang
terjadi dalam penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas efektif berlaku di
dalam masyarakat yang terlibat dalam
perkara kecelakaan lalu lintas.
Saran
1. Diharapkan di dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan
menambahkan pengaturan tentang
tata cara penyelesaian perkara
kecelakaan lalu lintas kategori
kecelakaan ringan yang
mengakibatkan luka ringan diatur
dan dilaksanakan di luar pengadilan.
Melihat masyarakat yang lebih
cenderung menyelesaikan perkara
kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan.
2. Diharapkan dengan adanya
penambahan tentang penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas di luar
pengadilan hanya ditekankan kepada
kecelakaan ringan dan luka ringan
berat yang mengakibatkan
meninggal dunia dan luka berat
harus di selesaikan melalui proses
persidangan di pengadilan.
3. Diharapkan meningkatkan kepatuhan
hukum dan kesadaran hukum bagi
masyarakat dalam berlalu lintas di
jalan dan lebih berhati-hati.
Daftar Pustaka A. Buku-buku
Arif Budiarto, Mahmudah, 2007, Rekayasa
Lalu Lintas, UNS Press, Surakata
Leksmono Suryo Putranto, 2008, Rekayasa
Lalu Lintas. Cetakan Pertama, PT
Mancanan Jaya Cemerlang, Jakarta
Roger Cotterrell, 2012, Sosiologi Hukum,
Penerbit Nusa Media, Bandung
Satjipto Raharjo, 2006, Membedah Hukum
Progresif, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta
Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, Rajawali Press Cetakan ke
-11 2012, Jakarta
B. Perundangan-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
1999 Tentang Prasarana dan Sarana
Jalan
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM. 14
Tahun 2006 Tentang Manajemen
dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan
C. Sumber Lain
Setio Agus Samapto , Penyelesaian Perkara
Pidana di Luar Pengadilan
Terhadap Dugaan Kejahatan Pasal
359 Kuhp Dalam Perkara Lalu
Refli, Diskresi Polisi Terhadap
Penyelesaian Kecelakaan Lalu
Lintas yang Menyebabkan Korban
Meninggal Dunia
http://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=penyelesaian%20kecelakaan%
20lalu%20lintas%20secara%20dama
i&source=web&cd=6&cad=rja&sqi=
2&ved=0CEYQFjAF&url=http%3A
%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F
1736%2F1%2Frefli_02211036.doc&
ei=cQqTUbvoNIy0rAfw5IGgCg&us
g=AFQjCNFX706eloIyZZ6TV2NF8
OPG0ScCTg di akses pada tanggal
28 Oktober 2013 jam 12.40 WIB
Arin Pratiwi Quarta, 2009, Kendala
Penyidikan Tindak Pidana Culpa
Pada Perkara Kecelakaan Lalu Lintas
Yang Mengakibatkan Matinya
Korban (Studi di Satlantas Polres
Malang),
http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123
456789/20452/1/Kendala-
Penyidikan-Tindak-Pidana-Culpa-
pada-Perkara-Kecelakaan-Lalu-
Lintas-yang-Mengakibatkan-
Matinya-Korban-:-studi-di-Satlantas-Polres-Malang.pdf di akses pada
tanggal 20 Desember 2013 jam 15.45
WIB
Arfandi Sade, Kecelakaan Lalu Lintas,
http://arfandisade-as.blogspot.com/2012/08/kecelakaan
-lalu-lintas.html di akses pada
tanggal 20 Desember 2013 jam 16.10
WIB
Metta Kartika, 2009, Analisis faktor
literatur, FKM UI, hlm 8,
http://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10
&cad=rja&ved=0CGUQFjAJ&url=h
ttp%3A%2F%2Flontar.ui.ac.id%2Ffi
le%3Ffile%3Ddigital%2F125831-S-
5849-Analisis%2520faktorLiteratur.pdf&e
i=bJXXUo7sAqnOiAe3xYGgBA&u
sg=AFQjCNEY9OqTEqbdPXbdtu6
wp9VliwQEKA&bvm=bv.59568121
,d.aGc di akses pada tanggal 20