• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis Penyakit Ikan Mas Koki Menggunakan Metode Naïve Bayes Classifier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Diagnosis Penyakit Ikan Mas Koki Menggunakan Metode Naïve Bayes Classifier"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

8059

Diagnosis Penyakit Ikan Mas Koki Menggunakan Metode Naïve Bayes

Classifier

M. Hasbi Wa Kafa1, Nurul Hidayat2, Imam Cholissodin3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1elkav18@gmail.com, 2ntayadih@ub.ac.id, 3imamcs@ub.ac.id

Abstrak

Negara Indonesia sebagai negara maritim memiliki ribuan spesies ikan. Berbagai macam jenis ikan terdapat di Indonesia, tidak hanya ikan yang dapat dikonsumsi saja namun Indonesia juga memiliki berbagai macam jenis ikan hias yang sangat populer. Salah satu ikan hias paling populer adalah ikan mas koki, jadi tidak mengherankan jika permintaan ikan mas koki kian meningkat. Dari waktu ke waktu banyak orang yang mencari ikan mas koki. Harga jualnya yang tinggi juga memberikan berkah tersendiri bagi pelaku bisnisnya. Tentunya budidaya ikan mas koki ini menjadi ladang emas bagi pembudidaya memperoleh keuntungan. Membudidayakan ikan mas koki bisa dikatakan tidak sulit, namun ada yang perlu diperhatikan dalam beberapa hal dikarenakan ikan ini termasuk ikan yang rentan terhadap penyakit. Penyakit dapat timbul akibat salah pemeliharaan pada ikan mas koki. Banyaknya gejala penyakit pada ikan mas koki kerap membuat pelaku budidaya kesulitan untuk mengidentifikasi penyakit, sehingga dalam penanganan penyakit ikan mas koki juga mengalami kesalahan. Maka dari itu, diperlukan sistem yang dapat membantu dalam mengidentifikasi penyakit ikan mas koki dengan tepat. Dengan menggunakan metode perhitungan Naive Bayes Classifier telah didapatkan akurasi sistem sebesar 90% yang berarti sistem ini dapat berjalan dengan baik karena hasil dari sistem mendekati kesamaan dengan fakta lapangan yang sebenarnya.

Kata kunci:Naive Bayes Classifier, ikan mas koki, penyakit ikan mas koki.

Abstract

The Indonesian state as a maritime country has thousands of species of fish. Various types of fish found in Indonesia, not only fish that can be consumed alone but Indonesia also has a variety of types of ornamental fish are very popular. One of the most popular ornamental fish is the goldfish chef, so it is not surprising that the demand for goldfish is increasing. From time to time many people are looking for a goldfish chef. Its high selling price also provides its own blessing for its business. Of course the goldfish cultivation is a gold field for farmers to gain profits. Cultivating the goldfish can be said is not difficult, but there is something to note in some ways because these fish including fish that are susceptible to disease. Illness may arise due to improper maintenance of the goldfish. The number of symptoms of the disease in the goldfish often makes cultivators difficult to identify the disease, so in the handling of goldfish disease chef also experienced a mistake. Therefore, a system that can help in identifying the goldfish disease properly. By using the method of calculation Naive Bayes Classifier has obtained 90% accuracy of the system which means the system can run well because the results from the system close to the similarity with the actual field facts.

Keywords: Naive Bayes Classifier, carp chef, goldfish disease.

1. PENDAHULUAN

Ikan hias merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan, karena selain mempunyai potensi sumber daya yang berlimpah juga peluang pasar yang besar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Indonesia memiliki berbagai jenis ikan hias air laut

(2)

dibudidayakan dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Membudidayakan ikan mas koki, tidak memerlukan lahan yang luas dan siklus reproduksinya yang singkat dengan harga jual yang cukup tinggi.

Ikan mas koki bisa dibilang ikan yang rentan terhadap suatu penyakit. Banyak orang bilang ikan mas koki gampang mati. Sebab kematian ikan mas koki sesungguhnya bukan hanya dikarenakan jenis ikan ini lemah, melainkan juga adanya faktor lain penyebab kematian ikan koki ini, yaitu kesalahan dari pembudidaya dalam mengidentifiksasi karakteristik gejala penyakit ikan. Pelaku budidaya ikan mas koki sering kesulitan mengidentifikasi suatu penyakit dikarenkan banyaknya kemiripan gejala penyakit-penyakit ikan mas koki. Pengamatan pada penyakit mesti dikerjakan setiap hari dengan menyelidiki adakah ikan yang alami pergantian sikap diantaranya tidak aktif berenang, sering berdiam di dasar kolam atau di permukaan, tidak nafsu makan dan masih banyak lagi. Tidak hanya dari sikap ikan, pengamatan juga perlu dilakukan dengan melihat kondisi tubuh ikan, seperti butiran kecil garam yang menempel di tubuh maupun ekor ikan, tubuh ikan mengeluarkan banyak lendir, sirip ikan terlihat menutup, sirip atau ekor ikan yang rusak, adanya warna putih di tepi ekor, adanya luka atau bercak kemerahan di tubuh maupun sirip dan ekor ikan, dan lain sebagainya. Banyaknya persamaan karakteristik gejala dari setiap penyakit ikan mas koki inilah yang mengakibatkan pembudidaya ikan mas koki kesulitan dalam mengidentifikasi penyakit yang dapat berakibat pada kematian ikan (Mebby, 2013).

Permasalahan di atas dapat diselesaikan menggunakan sebuah sebuah atau aplikasi yang memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan teknologi yang digunkan untuk mengolah data yang didalamnya terdapat proses mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk mendapatkan hasil berupa informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu. Teknologi informasi memiliki berbagai bidang keilmuan salah satunya sistem pakar. Sistem pakar digunakan untuk meniru semua aspek yang ada dari kemampuan pengambilan keputusan yang berasal dari seorang pakar dan dengan menggunakannya secara maksimal untuk memecahkan suatu masalah seperti pakar dengan pengetahuan khususnya memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan berupa

pengetahuan (knowledge) dan proses inferensi (inference process) (Rosnelly, 2012). Sistem pakar juga mampu memberikan sebuah solusi atau saran terhadap hasil diagnosis penyakit dan memberikan alasan atas kesimpulan yang ditentukan (Kusrini, 2006).

Dalam pembuatan sebuah sistem perlu adanya metode-metode pendukung yang digunakan didalamnya. Salah satu metode yang digunakan untuk mendukung sistem ini adalah Naïve Bayes Classifier. Naive Bayes merupakan teknik yang digunakan dalam statistika untuk menghitung peluang suatu hipotesis (Shadiq, 2009). Metode Naive Bayes dipilih karena merupakan metode yang baik di dalam mesin pembelajaran berdasarkan data latih, dengan menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya (Basuki, 2006).

Penelitian sebelumnya dengan topik sama yang berjudul "Perancangan Sistem Pakar Mendiagnosa Ikan Hias Menggunakan Shell Exsys Corcid”. Hasil penelitian memperlihatkan sistem pakar dapat mendiagnosis penyakit ikan hias dengan baik, memiliki fleksibiltas dan kemudahan penggunaannya. Namun sistem ini masih memiliki keterbatasan yaitu belum dapat mendiagnosis semua penyakit ikan hias karena masih harus mengembangkan basis pengetahuannya. Evaluasi keseluruhan tentang kinerja sistem, kemampuan dan hasil diagnosis sistem pakar ini sudah dapat diterima oleh pemakai yang merupakan pakar perikanan maupun pemakai non pakar (Sandy, 2015).

Penelitian yang lainnya dengan metode yang sama berjudul Aplikasi Sistem Pakar untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Tebu dengan Metode Naive Bayes Berbasis Web oleh Angga Hardika Pratama, dalam penelitian tersebut menghasilkan identifikasi hama dan penyakit tebu dengan tingkat akurasi 94.28%. Maka dapat disimpulkan dengan menggunakan metode Naive Bayes sistem berjalan dengan baik (Angga, 2014) .

Berdasarkan dari pemaparan permasalahan, maka penulis mengusulkan judul “Diagnosis Penyakit Ikan Mas Koki Menggunakan Metode Naive Bayes Classifier”. Dalam sistem ini menerima input berupa data gejala penyakit ikan mas koki. Kemudian, data tersebut diolah menggunakan metode Naive Bayes yang hasil output sistem berupa diagnosis jenis penyakit dan pengobatan hasil penyakit yang didiagnosis.

(3)

2.1. Naive Bayes Classifier

Naive Bayes Classifier merupakan salah satu metode yang populer untuk keperluan data mining karena penggunaannya yang mudah dan memiliki waktu yang cepat, mudah diimplementasikan dengan strukturnya yang cukup sederhana dan untuk tingkat efektifitasnya memiliki efektifitas yang tinggi. Klasifikasi Naive Bayes juga memperlihatkan tingginya akurasi dan cepat ketika digunakan untuk dataset dengan jumlah besar.

Secara umum proses dari klasifikasi Naive Bayes dapat dilihat pada Persamaan 1.

𝑃(𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐴)𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵|𝐴) (1) P(A|B) : Probabilitas akhir bersyarat

(conditional probability) suatu hipotisis A terjadi jika diberikan bukti (evidence) B terjadi.

P(B|A) : Probabilitas suatu bukti B terjadi akan mempengaruhi hipotesis A

P(A) : Probabilitas awal (Prior) hipotesis A terjadi tanpa memandang bukti apapun P(B) : Probabilitas awal (Prior) bukti B terjadi tanpa memandang hipotesis/bukti lain.

Adapun pengembangan metode Naive Bayes Classifier mengingat berlakunya hukum probabilitas total, sehingga menjadi seperti persamaan 2.

𝑃(𝐴𝑗|𝐵) =𝑃(𝐴𝑗)𝑃(𝐵|𝐴𝑗)𝑛 𝑃(𝐴𝑖|𝐵)

𝑖=1 (2.2) P(Aj|B) : Probabilitas akhir bersyarat

(conditional probability) suatu hipotesis Aj terjadi jika diberikan bukti (evidence) B terjadi.

P(B|Aj) : Probabilitas suatu evidence B terjadi, jika hipotesis Aj terjadi. P(Aj) : Probabilitas hipotesis Aj terjadi

tanpa memandang evidence yang lain.

n : Jumlah hipotesis yang terjadi. Untuk menjelaskan teorema Naïve Bayes, hal yang perlu diketahui dalam sebuah proses klasifikasi memerlukan sejumlah petunjuk untuk menentukan kelas sebuah kelas yang tepat dari sempel yang dianalisis. Sehingga teorama Bayesnya sebagai berikut

P(C|Fi, … , Fn ) P(C)P(FP(F i, … , Fn|C)

i, … , Fn) (3) 𝑃(𝐶|𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛 ) : Probabilitas Posterior

bersyarat (conditional probability) suatu hipotesis C

terjadi jika diberikan evidence/bukti 𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛 terjadi.

𝑃(𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛|𝐶) : Probabilitas awal (prior)

evidence suatu evidence 𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛 yang dipengaruhi

hipotesis C.

𝑃(𝐶) : Probabilitas hipotesis C terjadi tanpa memandang evidence yang lain.

𝑛 : Jumlah hipotesis yang terjadi. Dimana variabel C merepresentasikan kelas, sedangkan untuk variabel 𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛

merepresentasikan karakteristik yang digunakan dalam proses klasifikasi. Rumus di atas menjelaskan peluang masuknya asmpel dengan karakteristik tertentu dalam kelas C (Posterior) adalah peluang munculnya C (sebelum masuknya sempel tersebut, seringkali disebut prior dimana perhitungan prior sendiri yaitu probabilitas 𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛 dalam kelas C dibagi

dengan jumlah probalitas 𝐹𝑖, … , 𝐹𝑛 dikali dengan

peluang kemunculan karateristik sampel pada kelas C (disebut dengan Likehood), kemudian dibagi dengan peluang kemunculan karakteristik sampel secara global (evidence). Maka dari itu penulisan rumus sederhananya sebagai berikut (Natalius, 2011)

𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟 𝑥 𝑙𝑖𝑘𝑒ℎ𝑜𝑜𝑑𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 (4) Nilai evidence selalu bernilai tetap untuk setiap kelas pada sebuah sempel. Nilai posterior tersebut antinya akan dibandingkan dengan nilai posterior kelas lainnya, hal ini untuk menentukan ke kelas apa sebuah sebuah sempel tersebut akan diklasifikasikan. Adapun proses perhitungan likehood jika datanya berupa kategori (diskrit) ataupun nominal (kontinue), sebagai berikut :

1. Data Kategori

Data kategori adalah data yang sifatnya tetap dan tidak mengalami perubahan nilai. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung data jenis kategori :

jumlah data milik kelas C

Total data sempel (5) Salah satu contoh atribut yang bersifat kategori adalah atribut jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Data Kontinue

(4)

μ =1𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑛

𝑖=1

(6)

σ =𝑛 − 1 ∑ (𝑥𝑖 − 𝜇)1 𝑛 2

𝑖=1 (7) f(w) = 1

√2𝜋𝜎𝑒

−(𝜔 − 𝜇)2

𝜎2 (8) f(w) merupakan nilai kemunculan probabilitas untuk data yang mempunyai nilai (w). Salah satu contoh atribut yang bersifat kontinue adalah atribut nilai ujian, dimana setiap siswa mempunyai nilai ujian yang berbeda. Dana parameter 𝜇 adalah rata-rata nilai 𝜋 (phi) bernilai 3,14.

2.2 Penyakit Ikan Mas Koi

Penyakit pada ikan adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode pembibitan dan pembesaran (Hendriana, 2010). Penyakit ikan yang dijadikan objek penelitian dalam tugas akhir ini antara lain: bintik putih, busuk sirip, jamur, sembelit, dropsy, kutu jarum, kutu ikan, berenang terbalik, cacing tubuh, dan hexamita.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Tipe penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengerjaan penelitian ini, seperti studi literatur, analisis kebutuhan, pengambilan data, perancangan sistem, implementasi, pengujian analisis, dan kesimpulan. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Metode Penelitian

4. PERANCANGAN

Sistem memiliki modul tugas yang berfungsi untuk memandu proses penalaran terhadap kondisi berupa data fakta gejala inputan pengguna. Penalaran berdasarkan pada basis pengetahuan yang ada dan mengarahkan sesuai kaidah, model dan fakta yang disimpan hingga dicapai suatu kesimpulan. Proses perhitungan menggunakan metode Naive Bayes. Sedangkan teknik inferensi yang digunakan adalah forward chaining, yang merupakan teknik pelacakan penalaran dari sekumpulan fakta menuju suatu kesimpulan. Diagram alir metode Naive Bayes ditunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir metode Naive Bayes.

Selanjutnya, pada Gambar 3 merupakan data flow diagram level context sistem pakar diagnosa penyakit ikan mas koki menggunakan metode Naive Bayes Classifier. Beberapa penggunaan paket data digambarkan pada context diagram sebagai berikut

Studi Literatur

Pengumpulan

Analisa

Perancangan

Pengujian Sistem

(5)

Gambar 3. Data Flow Diagram level context.

5. PENGUJIAN dan ANALISIS

Pengujian tingkat akurasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil diagnosa sistem dengan hasil diagnosa yang dilakukan oleh pakar untuk menentukan tingkat performa sitem. Pada sistem pakar diagnosa penyakit ikan mas koki menggunakan metode Naive Bayes Classifier proses yang dilakukan adalah membandingkan data dari pakar dan data sistem. Seperti pada tabel berikut :

(6)
(7)
(8)

 Kotoran berserab ut  Lapisan

lendir menipis dan kering Nilai Akurasi = 18

20 x 100%

= 90%

Berdasarkan hasil dari pengujian akurasi dari 20 data memiliki akurasi sebesar 90%. Kesalahan dari kasus uji nomor 11 dan 12 dengan hasil diagnosa kutu ikan. Kesalahan hasil diagnosa sistem pakar dapat disebabkan karena nilai kemunculan penyakit kutu ikan lebih besar dibandingkan dengan penyakit kutu jarum dan nilai munculnya suatu gejala pada kedua penyakit memiliki selisih yang sedikit.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan perancangan dan pengujian yang telah dilakukan pada sistem diagnosis penyakit ikan mas koki menggunakan metode

Naive Bayes Classifier, maka diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem diagnosis penyakit ikan mas koki menggunakan metode Naive Bayes Classifier dengan menggunakan 3 proses perhitungan yaitu menghitung nilai prior atau peluang penyakit, menghitung likelihood berdasarkan gejala penyakit ikan yang dimasukkan oleh pengguna dan menghitung probabilitas posterior yang diperoleh dari perkalian nilai prior dan likelihood. Nilai posterior tertinggi akan diambil sebagai keputusan akhir sistem. 2. Berdasarkan hasil pengujian akurasi diperoleh hasil akurasi sebesar 90% dari 20 data uji. Kesalahan dari sistem pada kasus uji nomor 11 dan 12 dengan hasil diagnosis kutu ikan. Kesalahan hasil diagnosis sistem dapat disebabkan karena nilai kemunculan penyakit kutu ikan lebih besar dibandingkan dengan penyakit kutu jarum dan nilai munculnya suatu gejala pada kedua penyakit memiliki selisih yang sedikit

7. DAFTAR PUSTAKA

Arhami, Muhammad. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Wedatama Sastra. Jakarta.

Dwi, Restia, dkk. 2015, “PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI POTONG DENGAN METODE FUZZY K-NEAREST NEIGHBOUR”. Program Studi Informatika/Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya. Malang

Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT Berbasis Web dengan “e2gLite Expert System Shell”. Jurnal Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1

Harvest, Huada. 2010. Diseas of Goldfish. Nevada Goldfish. Jakarta

Hermawati, Lubis. 2013. Pengembangan Budidaya Ikan Mas Koki. Batharayuda. Medan

Kosasi, Sandy. 2015. Perancangan Sistem Pakar Mendiagnosa Ikan Hias Menggunakan Shell Exsys Corcid. STMIK Pontianak Kusrini. 2006. Sistem Pakar “Teori dan

Aplikasinya”. Penerbit Andi. Yogyakarta

Mebby, Kusianto. 2013. Raja Ikan Hias. Pustaka Abadi. Kediri.

Meilani, D.B. 2014. SISTEM DATA MINING UNTUK MENGHASILKAN POLA KELULUSAN SISWA DENGAN METODE NAÏVE BAYES. Jurnal Link. pp. 3

Natalius., 2011. Metode Naïve Bayes Classifier dan Penggnaanya pada Klasifikasi Dokumen. Makalah II 2092 Probabilitas dan Statistika. pp.1

Pitaloka,. 2016. Implementasi Metode Naïve Bayes Classifier Untuk Diagnosis Klasifikasi Gejala Penyakit Kucing. Teknik Informatika PTIIK Universitas Praseda, A. 2016. Sistem Pakar Diagnosa

Penyakit Pada Ikan Budidaya Air Tawar Dengan Metode Forward Chaining. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Lampung

PRASETYO, HERU, dkk. 2013, “Kajian Kualitas Fisiko Kimia Daging Sapi di Pasar Kota Malang”.Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang.

Pratama, Angga Hardika, 2014. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Tebu dengan Metode Naive Bayes Berbasis Web. S1. Universitas Brawijaya

(9)

Penyakit Pada Ikan Kosumsi Air Tawar Berbasis Website. Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Rosnelly, Rika. 2012. Sistem Pakar. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Shadiq, M.A. 2009. Keoptimalan Naive Bayes dalam Klasifikasi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Ting, S.L., 2011. Is Naïve Bayes a Good

Classifier for Document Classification?. Hong Kong: Departement of Industrial and System Engineering, The Hong Kong Polytechnic University.

Turban, Efraim and Aronson, Jay. 2005. Decision Support System and Intelligent System, 7 th Edition. New Jersey: Pearson Education.

Gambar

Gambar 2. Diagram alir metode Naive Bayes.
Gambar 3. Data Flow Diagram level context.

Referensi

Dokumen terkait

28 rasio pemanfaatan protein (PER) ikan gurami ( O. gouramy ) dengan peningkatan EPP dan PER pada penambahan enzim papain 0,25 g/kg pakan dan probiotik 15 ml/kg pakan;

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di kelas VIII B SMP N 7 Singaraja, ditemukan bahwa motivasi dan prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa pada kelas tersebut

Dosen mengajukan usulan kenaikan jabatan akademik dosen (JAD) kepada Ketua Jurusan, yang telah melengkapi tabel Daftar Pengusul Penetapan Angka Kredit (DUPAK);.. Ketua Jurusan

Karakteristik followers akun Twitter @EHIndonesia yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pemasukan, dan tempat tinggal tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pelatihan berpikir positif dalam menurunkan kecemasan mengerjakan skripsi pada mahasiswa. Subjek penelitian sebanyak

Dari hasil uji signifikansi pada Tabel 7, semua variabel memperoleh nilai t-statistic yang lebih besar dari 1,64; maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima,

Berdasarkan hasil uji organoleptik Cake dengan subtitusi tepung pisang kepok dan tepung kacang hijau dari segi warna perlakuan P1 paling menarik, dari segi aroma P3

Artinya bahwa dalam pembentukan konsep diri pada peserta didik, penanaman dan pemahaman tentang nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter akan