• Tidak ada hasil yang ditemukan

K ECENDERUNGANM ASYARAKATD ESAT ERTINGGALT ERHADAPK EBUTUHAN I NFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "K ECENDERUNGANM ASYARAKATD ESAT ERTINGGALT ERHADAPK EBUTUHAN I NFORMASI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

K

ECENDERUNGAN

M

ASYARAKAT

D

ESA

T

ERTINGGAL

T

ERHADAP

K

EBUTUHAN

I

NFORMASI

T

HE

T

ENDENCY

O

F

S

OCIETY

T

OWARDS

T

HE

I

NFORMATION

N

EEDS

O

F

U

NDERDEVELOPED

V

ILLAGES

Hendrawati

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin Jl. Yos Sudarso No.29 Banjarmasin 70119, Kalimantan Selatan, Indonesia. Telp. 05113353849

Email: hendrawati@kominfo.go.id

diterima tanggal : 3 Mei 2016 | direvisi tanggal 1 Agustus 2016 | disetujui tanggal 23 Agustus 2016

ABSRACT

The aims of society on underdeveloped villages research is to know the tendency about information needed and information seeking in underdeveloped area. The research location was on underdeveloped area in South Borneo which are Barito Kuala and Hulu Sungai Utara purposely selected. Respondents amount on each county defined as many as 120 individuals with proportional random sampling area method. The result shows that base information has tendency interesting and needed most on underdeveloped respondents are health, education, and food information that related with real needed by underdeveloped villages society. Generally the income of people was below the poverty line, so it hard to get a new media because just to fulfill daily need was difficult. Meanwhile the information search behavior generally through television, family members and friends with limited time maximum 2 hours every day for television, because the profession which are farmer on field, garden and labor outside house that time consume. Its expected that government will fix facilities and infrastructure of school, health, and road and bridge so can be pass by ambulance and taxi to uptown also the agriculture supply like seed, pesticide fertilizer and agriculture tools.

Keywords :

tendency, underdeveloped village, information needed

ABSTRAK

Penelitian masyarakat didesa tertinggal bertujuan untuk mengetahui kecenderungan tentang kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi di daerah tertinggal. Lokasi penelitian didaerah tertinggal Kalimantan selatan yaitu desa tertinggal Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara dipilih secara purposive. Jumlah responden setiap kabupaten ditetapkan sebanyak 120 orang dengan sampling area random sampling secara proposional. Hasil menunjukkan bahwa informasi dasar cenderung menarik perhatian dan paling dibutuhkan responden di daerah tertinggal adalah informasi kesehatan, pendidikan dan pangan yang sesuai dengan kebutuhan nyata didaerah penduduk desa tertinggal. Pendapatan penduduk umumnya masih berada dibawah garis kemiskinan, maka untuk memiliki media baru sulit untuk dijangkaunya sebab untuk

kehidupan sehari-hari saja tidak bisa tercukupi. Sementara perilaku pencarian informasi umumnya melalui saluran televisi, melalui anggota keluarga dan teman dengan waktu yang terbatas paling bisa 2 jam setiap hari menonton tv, karena profesi sebagai petani disawah, kebun dan buruh diluar rumah menghabiskan waktu seharian. Dengan demikian diharapkan pemerintah perlu perbaikan sarana dan prasarana sekolah, kesehatan dan infrastruktur jalan setapak dan jembatan agar bisa dilalui mobil ambulan dan taxi menuju kota serta penyediaan kebutuhan bidang pertanian seperti bibit, pupuk pestisida dan alat-alat pertanian.

(2)

I.

PENDAHULUAN

Prioritas pembangunan pemerintahan saat ini

menuju Indonesia yang berdaulat secara politik,

mandiri, dalam bidang ekonomi, berkepribadian,

kebudayaan, dalam pemerintah kedepan disebut dengan “Nawa Cita.” Sementara pembangunan nasional tahun 2015-2019 pada RPJMN 2015-2019,

diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang

mencakup antara lain, sasaran dimensi pemerataan

dan sasaran pembangunan wilayah dan antar wilayah

Pembangunan wilayah nasional saat ini

menjadi isu utama, yaitu masih besarna kesenjangan

antar wilayah, khususnya kesenjangan pembangunan

antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan

Kawasan Timur Indonesia (KTI). Indikator tersebut

antara lain dilihat dari kontribusi PDRB terhadap

PDB, dimana selama 30 tahun (1983-2013),

kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak

pernah berkurang dari 80% terhadap PDB. Karena

itulah, dalam pemerintahan Jokowi-JK, arah

kebijakan utama pembangunan wilayah nasional

difokuskan untuk mempercepat pengurangan

kesenjangan pembangunan antar wilayah.

Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah

tersebut bertumpu pada peningkatan kapasitas

sumber daya manusia, peningkatan efisiensi dan nilai

tumbuh sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu

pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur

yang terpadu dan merata serta penyelenggaraan tata

kelola pemerintahan yang baik. Kerangka

pengembangan wilayah secara diagramatis dapat

dilihat pada gambar 1. Agenda pembangunan

wilayah dipahami dalam perspektif sebagai afirmasi

untuk mendorong kegiatan ekonomi yang selama ini

kurang diprioritaskan. Yaitu kegiatan ekonomi

dalam wujud antara lain wilayah perdesaan/daerah

tertinggal. Pengembangan daerah tertinggal lebih

ditujukan untuk nmeningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pemerataan pembangunan dan

mengurangi kesenjangan pembangunan antara

daerah tertinggal dengan daerah maju.

(3)

Dalam mendukung pembangunan wilayah

dalam pengembangan daerah tertinggal, informasi

pada saat ini memiliki arti yang penting bagi

masyarakat, karena menjadi dasar bagi tercapainya

kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. UUD

1945 bahkan menempatkan makna penting informasi

ini dalam pasal 28F, bahwa negara hadir dalam

pemenuhan hak warga untuk memperoleh dan

memanfaatkan informasi. Hal tersebut dituangkan

dalam sasaran RPJMN 2015-2019, yaitu “Terwujudnya keterbukaan informasi publik dan meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi

publik dalam mendorong partisipasi masyarakat

dalam penyusunan dan pengawasan kebijakan publik.”

Kondisi masyarakat yang melek informasi, akan

mendorong terciptanya pondasi yang kokoh, untuk

mengembangkan potensi daerah mereka berkembang

dengan baik. Untuk mencapai kejenjang ini, tentu

perlu ada langkah yang dilakukan. Sebagai salah satu

negara berkembang, Indonesia perlu melakukan

pembenahan di berbagai sektor dalam upaya

mewujudkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya

ekonomi. Tetapi juga di bidang informasi. Akses

terhadap informasi sejatinya merupakan Hak Asasi

setiap anggota masyarakat. Hak memperoleh

informasi merupakan hak setiap warga negara.

Penelitian tentang pola kebutuhan informasi

masyarakat sangat perlu dilakukan oleh instansi

pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi di bidang

pelayanan informasi. Hal ini penting terutama untuk

kebutuhan penyusunan perencanaan komunikasi

pada masyarakat yang memiliki karakteristik khusus

antara lain masyarakat di daerah tertinggal.

Kementerian Kominfo dalam melaksanakan tugas

dan fungsi meningkatkan melek informasi, telah

menggulirkan banyak program seperti antara lain

pembinaan lembaga-lembaga komunikasi di daerah,

pembangunan sarana prasarana pelayanan informasi

masyarakat seperti media center, PLIK, M-PLIK,

dan lain-lain. Namun sejauh ini program-program

tersebut belum dirancang secara spesifik dengan

sasaran masyarakat ber-karakteristik khas, seperti

masyarakat daerah tertinggal. Kajian masyarakat

daerah tertinggal dalam konteks kebutuhan informasi

dipandang penting untuk dilakukan. Secara praktis

penelitian ini dapat membantu kementerian

Kominfo, khususnya Ditjen IKP dalam menyusun

perencanaan komunikasi bagi masyarakat daerah

tertinggal. Adapun secara akademis, penelitian ini

dilakukan dalam melaksanakan pengukuran konsep

teoretik kebutuhan informasi dan perilaku informasi

dalam konteks masyarakat daerah tertinggal.

Penelitian terus-menerus tentang pola-pola

kebutuhan informasi sangat perlu dilakukanh oleh

instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya di

bidang pelayanan informasi. Upaya menumbuhkan

dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat memerlukan dukungan data hasil

penelitian tentang kebutuhan informasi dan opini

masyarakat.

Berdasarkan latar belakang permasalahan

tersebut, merasa perlu melakukan penelitian

mengenai kebutuhan informasi masyarakat dibidang

Sosial, Ekonomi, Budaya, di daerah-daerah

tertinggal. Dengan rumusan penelitian ini adalah;

sejauhmana kebutuhan informasi dan perilaku

pencarian informasi masyarakat di daerah tertinggal?

Sedang penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan deskripsi tentang kebutuhan informasi

(4)

Gambar 2. Ruang Lingkup Perilaku Informasi Sumber: Godbold, N. 2006. Beyond Information Seeking: towards a general model of information behavior

tertinggal, sementara secara teoritis hasil

peneliti diharapkan bermanfaat dapat menambah

Ilmu pengetahuan dibidang kebutuhan informasi dan

secara praktis juga sebagai bahan pertimbangan bagi

Kominfo dalam menyediakan data penting yang

diperlukan dalam penyusunan perencanaan dan

strategi komunikasi publik dalam konteks

pembangunan di daerah tertinggal.

Teori yang digunakan berupa list and

gratifications yang mengasumsikan tentang khalayak

yang aktif dalam menggunakan media yang

berorientasi pada tujuan.

Kebutuhan informasi baru; perlu untuk

menjelaskan informasi yang dimiliki. Kebutuhan

informasi dapat dikategorikan ke dalam kebutuhan

kognitif dan untuk menjelaskan keyakinan dan

nilai-nilai yang dimiliki, karena informasi mungkin

diperlukan untuk mencapai hal-hal ini.

Di sisi lain, Chowdhury (1999),

mengungkapkan kebutuhan informasi merupakan

suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi

muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan

yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi

permasalahan tentang subjek tertentu. Dalam

beberapa pengertian tentang perilaku informasi,

Wilson mengungkapkan, bahwa perilaku pengguna

informasi meliputi perilaku informasi (information

behavior), perilaku penemuan informasi

(information seeking behavior). Bila digambarkan

Ruang Lingkup Perilaku Informasi tersebut adalah

sebagai berikut: (Godbold, 2006).

Profesor TD Wilson, dalam mempelajari

perilaku informasi (information behavior), Wilson

menggambarkan inti pendapatnya tentang teori

perilaku informasi sebagai berikut;

Model dalam Gambar 3 Diatas memperlihatkan

terdapat 3 faktor yang dianggap penting untuk

menjelaskan fenomena kebiasaan menemukan

informasi (information seeking), yaitu konteks

pencarian informasi, sistem informasi yang

digunakannya, dan sumber daya informasi yang

mengandung berbagai informasi yang diperlukan.

Ketiga aspek ini berada di dalam apa yang dinamakan Wilson “sementara pengetahuan” Wilson juga menekankan bahwa “sistem” dalam model tersebut dapat berupa sistem yang sepenuhnya

hastawi (manual), atau yang sepenuhnya berbantuan

mesin (komputer), atau sistem yang digunakan

sendiri secara mandiri oleh pencari, atau dapat pula

berupa sistem yang menyediakan bantuan perantara

(5)

Gambar 3. Perilaku Informasi

Sumber: On User Studies and Information Needs”, Journal of Documentation Vol. 35 No. Tahun 1981

II.

METODE PENELITIAN

Penelitian Survei Kebutuhan Informasi

Masyarakat-Masyarakat di Bidang Sosial, Ekonimi, Budaya di

Daerah-Daerah Tertinggal, bertujuan dapat

menemukan pola perilaku pencarian informasi yang

dilakukan di bidang Sosial, Ekonomi, Budaya di

daerah tertinggal.

Penelitian ini menggunakan pendekatan

paradigm positivis. Paradigma positivis melihat ilmu

sosial sebagai metode yang terorganisir untuk

mengkombinasikan antara logika deduktif dengan

observasi yang dilakukan secara empiris dari

perilaku manusia, sehingga dapat memprediksi pola

umum dari aktivitas manusia (Neuman, 2003) dalam

Shirley Agostinho. 2005.

Dengan paradigma tersebut, peneliti dapat

menemukan atau mengkonfirmasi tentang hubungan

sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk

memprediksi pola-pola umum mengenai suatu gejala

sosial atau aktivitas yang dilakukan manusia

(Neuman, 2003). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dilakukan melalui metode survei,

untuk tujuan mendapatkan deskripsi pola pencarian

informasi yang dilakukan masyarakat-masyarakat di

Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya di daerah

tertinggal. Dalam penelitian survei, data

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang

digunakan sebagai pedoman wawancara dengan

responden. Metode survei secara deskriptif

digunakan untuk mendapatkan gambaran secara

sistematis tentang karakteristik populasi tertentu atau

bidang tertentu secara faktual dan cermat (Isaac dan

Michael dalam Rakhmat, 2007)

Teknik penelitian survei menggunakan

instrumen wawancara berpedoman pada kuesioner,

yakni berupa daftar pertanyaan yang akan dijawab

oleh responden. Kuesioner dibangun dari sejumlah

pertanyaan tertutup yang dibagi ke dalam beberapa

struktur, yang meliputi: A). Konteks Kebutuhan

Informasi, dan B). Perilaku Pencarian Informasi.

Target populasi dari penelitian ini adalah

Masyarakat di Daerah Tertinggal Lokasi penelitian di

1 provinsi yaitu Kalimantan Selatan, dipilih secara

purposive. Jumlah responden setiap Kabupaten/ Kota

(6)

Gambar 4. Kerangka Analisis

error 10%. Dalam penelitian ini, sampel lokasi

ditentukan dengan teknik multistage area random

sampling secara proposional.

Sementara untuk kategori Daerah Tertinggal

diambil dari Data yang dikeluarkan oleh Bappenas

pada tahun 2014. Untuk data Penduduk Berdasarkan

Tingkat Pendidikan diambil dari data Penduduk

menurut Kabupaten di seluruh Indonesia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2014

yang dikeluarkan oleh BPS 2014.

Dalam penetapan lokasi dan responden

penelitian, proses pengambilan sampel dilakukan

melalui beberapa tahapan sebagai berikut; Penetapan

lokasi penelitian untuk tingkat provinsi ditentukan

secara purposif dengan kriteria provinsi merupakan

wilayah yang memiliki kabupaten/ kota Daerah

tertinggal. Jumlah Responden kabupaten

masing-masing ditetapkan sebanyak 120 responden.

Tahap berikutnya, sampling kabupaten/ kota di

provinsi terpilih ditetapkan secara acak proporsional

menjadi lokasi penelitian. Tahap berikutnya untuk

penetapan lokasi di tingkat kecamatan dilakukan

dengan langkah serupa. Jumlah responden

ditentukan secara acak proporsional berdasarkan

populasi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan

di setiap kabupaten/ kota dan kecamatan terpilih.

Teknik analisis yang digunakan dalam survei ini

adalah teknik statistik deskriptif, yaitu dengan

menggambarkan kebutuhan informasi masyarakat

dibidang sosial, ekonomi, budaya dan kemaritiman

secara sistematis dan menyeluruh (komprehensif)

sesuai dengan kerangka analisis. Teknik analisis

yang digunakan adalah Analisis perbandingan antara

kelompok sampel. Kerangka analisis sebagai berikut:

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai Repelita VI dilaksanakan program khusus

yang didasarkan pada infers nomor 5 tahun 1993

tentang peningkatan penanggulangan kemiskinan.

Program ini dimaksudkan untuk mempercepat dan

memperluas upaya penanggulangan kemiskinan di

desa-desa tertinggal melalui arah informasi.

Adapun data yang ditemukan adalah melalui

penelitian/survey tentang kebutuhan informasi dan

prilaku pencarian informasi di daerah tertinggal,

adalah sebagai berikut dibawah ini

KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT

DI BIDANG SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, DAN KEMARITIMAN

(7)

A.

Kebutuhan Infomasi Masyarakat di

Daerah Tertinggal

Data informasi kemiskinan akan menjadi

landasan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi

dan kesenjangan social di desa tertinggal. Hal ini

gambarannya dapat diketahui melalui kebutuhan

informasi di desa tertinggal Kabupaten Barito Kuala

dan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan

Selatan, kecendurungan informasi masyarakat di

desa tertinggal Kabupaten Barito Kuala yang

menjadi perhatian dan dominan bagi warganya

berupa informasi pangan, informasi kesehatan, dan

informasi pendidikan.

1.

Informasi Pangan

a. Harga Sembako. Pada umumnya harga sembako

tidak terlepas dari kehidupan manusia

sehari-hari, oleh sebab itu informasi tentang harga

sembako, responden dominan membutuhkannya

sebanyak 110 orang, sangat butuh 5 orang,

kurang butuh 5 orang, dari jumlah 120 orang.

b. Ketersediaan Bahan Pokok. Berapapun banyak

atau sedikitnya ketersediaan bahan pokok

dominan pasti butuh sebagai bekal kehidupan

keluarganya hingga mencapai 110 orang, sangat

butuh 5 orang, kurang butuh 5 orang, dari jumlah

120 orang.

c. Pasar Tempat Memperoleh Sembako. Berapapun

jauhnya pasar penjual sembako dari desa

tertinggal responden, sampai mencapai puluhan

Km, jalan setapak, menuruni gunung terjal,

menyeberangi sungai, mencapai 110 orang,

sangat butuh 5 orang, kurang butuh 5 orang, dari

jumlah 120 orang.

d. Standar Gizi Pangan. Saat ini di desa tertinggal

masyarakatnya sudah mengerti pentingnya

kesehatan, melalui sosialisasi aparat puskesmas

pembantu, posyandu, sehingga responden

dominan butuh gizi pangan sebanyak 111 orang,

sangat butuh 5 orang, kuran butuh 4 orang, dari

jumlah 120 orang.

e. Cara dan Kebiasaan Konsumsi Pangan. Pada

dasarnya cara dan kebiasaan konsumsi pangan

kurang diperhatikan, oleh sebab itu responden

butuh informasi tentang cara dan kebiasaan

konsumsi pangan yang bersih jauh dari endapan

kuman yang menyebabkan/mendatangkan

penyakit seperti terjadi muntaber, tipes, dll.

Maka responden butuh cara dan kebiasaan

konsumsi pangan sebanyak 111 orang, sangat

butuh 5 orang, kuran butuh 4 orang, dari jumlah

120 orang.

f. Kualitas yang Aman dan Baik Bagi Pangan.

Responden yang sadar akan pentingnya

kesehatan sekalipun jauh dari rumah sakit,

puskesmas, dan dokter, maka responden butuh di

desa teringgal informasi tentang kualitas dari

penyakit, hingga mencapai 109 orang, sangat

butuh 6 orang, dan kurang butuh 5 orang, dari

jumlah 120 orang.

g. Kebijakan Pemerintah Terkait Pangan. Apapun

kebijakan pemerintah terkait pangan responden

butuh informasinya sebanyak 107 orang, sangat

butuh 6 orang, dan kurang butuh sebanyak 7

orang, dari jumlah 120 orang.

h. Lainnya Tentang Informasi Pangan. Sementara

ini responden tidak butuh terkait informasi

pangan hingga mencapai 119 orang, dan kurang

(8)

Sedang responden Kabupaten Hulu Sungai

Utara Kalimantan Selatan dalam variabel informasi

pangan juga bervariasi adalah:

a. Harga Sembako. Informasi tentang harga

sembako, responden yang membutuhkan

sebanyak 18 orang, kurang butuh 1 orang, dan

responden yang tidak menjawab sebanyak 103

orang, dari jumlah 120 orang.

b. Ketersediaan Bahan Pokok. Tentu saja

ketersediaan bahan pokok di desa tertinggal

diharapkan bisa mencukupi masyarakatnya,

maka responden yang butuh ketersediaan di

desanya sebanyak 11 orang, kurang butuh 5

orang, tidak butuh 1 orang, dan responden yang

tidak menjawab 103 orang.

c. Pasar Tempat Memperoleh Sembako. Pasar

merupakan sentral responden di desa tertinggal,

tidak saja tempat memperoleh sembako tapi juga

untuk memperoleh keperluan lainnya keluarga,

biasanya pasar buka seminggu sekali pada hari

pekan tertentu misalnya tiap hari kamis atau tiap

hari minggu sekali, tepat sekali responden yang

butuh 9 orang, dan tidak butuh 3 orang, dan yang

tidak menjawab 103 orang, dari jumlah 120

orang.

d. Standar Gizi Pangan. Maraknya sosialisasi gizi

pangan melalui posyandu sampai ke desa-desa

terpencil, hanya ada saja warga masyarakat yang

kurang memperhatikan standar masyarakat yang

kurang memperhatikan standar gizi pangan yang

tepat bagi masyarakat dewasa dan anak-anak,

sehingga responden yang membutuhkan standar

gizi pangan hanya sebanyak 5 orang, sangat

butuh 1 orang, kurang butuh 8 orang, tidak butuh

3 orang, dan tidak menjawab 103 orang.

e. Cara dan Kebiasaan Mengkonsumsi Pangan.

Pada dasarnya responden yang membutuhkan

cara dan kebiasaan konsumsi pangan sebanyak 4

orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 8

orang, tidak butuh 4 orang, dan yang tidak

menjawab 103 orang, dari jumlah 120 orang.

f. Kualitas yang Aman dan Baik Bagi Pangan.

Memang kualitas yang aman dan baik bagi

pangan sangat penting sebab terkait dengan

keamanan bagi tubuh si pengguna, sehngga

responden yang butuh sebanyak 8 orang, sangat

butuh 1 orang, kurang butuh 4 orang, tidak butuh

4 orang, dan tidak menjawab 103 orang, dari

jumlah 120 orang.

g. Kebijakan Pemerintah Terkait Pangan. Biasanya

warga masyarakat kurang memperdulikan

kebijakan pemerintah terkait pangan, maka

responden yang butuh kebijakan tersebut diatas

hanya sekitar 8 orang, sangat butuh 2 orang,

kurang butuh 1 orang, tidak butuh sebanyak 8

orang, dan responden yang tidak menjawab

sebanyak 103 orang, dari jumlah 120 orang.

h. Lainnya Tentang Informasi Pangan. Apapun

informasi pangan untuk kepentingan warga desa,

namun responden tidak butuh informasi pangan

sebanyak 17 orang dan yang tidak menjawab 103

(9)

2.

Informasi Kesehatan

Gambar 3. Jumlah Informati Kesehatan

Dari Gambar 3 menunjukan masyarakat

Kabupaten Barito Kuala Kalimantan

Selatan terhadap informasi kesehatan

sangat bervariasi adalah:

a. Pola Prilaku Hidup Sehat Sebagian besar

responden membutuhkan pola prilaku hidup

sehat hingga mencapai 115 orang, sangat butuh

sebanyak 4 orang, dan kurang butuh 1 orang,

dari jumlah 120 orang.

b. Obat dan Pengobatan Tradisional. Umumnya

responden di desa tertinggal membutuhkan obat

dan pengobatan tradisional sebanyak 115 orang,

sangat butuh banyak 4 orang, kurang butuh

sebanyak 1 orang, dari jumlah 120 orang.

c. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kesehatan.

Apapun kebijakan pemerintah sehubungan

dengan kesehatan, responden yang

membutuhkan sebanyak 113 orang, yang butuh

sebanyak 5 orang, kurang butuh sebanyak 2

orang, dari jumlah 120 orang.

d. Lainnya Tentang Informasi Kesehatan Pada

dasarnya responden terhadap informasi

kesehatan lainnya, yang membutuhkan hanya 1

orang, justru yang tidak membutuhkan sebanyak

119 orang, dari jumlah 120 orang.

Sedang responden Kabupaten Hulu Sungai

Utara Kalimantan terkait informasi kesehatan

sekalian variabel adalah:

a. Pola Prilaku Hidup Sehat. Responden yang

membutuhkan pola prilaku hidup sehat

sebanyak 45 orang, dan yang tidak

membutuhkan sebanyak 3 orang, sedang yang

tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah

(10)

Gambar 4. Jumlah Informati Pendidikan

b. Obat dan Pengobatan Tradisional. Umumnya

responden di desa tertinggal cenderung

membutuhkan obat dan pengobatan tradisional

sebanyak 34 orang, sangat butuh 1 orang,

kurang butuh 10 orang, tidak butuh 3 orang, dan

yang tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari

jumlah 120 orang.

c. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kesehatan.

Biasanya kebijakan pemerintah mengenai

kesehatan di desa tertinggal misalnya klinik

desa, posyandu selalu mensosialkan kesehatan

untuk warga desa, maka responden mengenai

kesehatan ini membutuhkannya sebanyak 44

orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 2

orang, dan tidak butuh 1 orang, sedang yang

tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah

120 orang.

Lainnya Tentang Informasi Kesehatan. Responden

yang membutuhkan informasi kesehatan lainnya

hanya 1 orang, sangat butuh 1 orang, dan yang tidak

membutuhkan sebanyak 46 orang, sedang yang tidak

menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah 120 orang.

3.

Informasi Pendidikan

Data di atas menunjukkan bahwa pernyataan

responden Kabupaten Barito Kuala terkait informasi

pendidikan dalam variabel:

a. Biaya pendidikan responden membutuhkan

sebanyak 110 orang.

b. Informasi beasiswa responden yang

membutuhkan sebanyak 106 orang dan tidak

butuh sebanyak 1 orang.

(11)

c. Kualitas pendidikan akreditasi program dan

lembaga pendidikan, responden membutuhkan

sebanyak 105 orang.

d. Kebiasaan pendidikan pengajaran, responden

yang membutuhkan sebanyak 109 orang.

e. Kebijakan pemerintah mengenai pendidikan,

responden yang membutuhkan sebanyak 110

orang.

f. Lainnya kaitan dengan informasi pendidikan,

responden yang tidak membutuhkan sebanyak

116 orang, yang membutuhkan sebanyak 2

orang.

Sementara informasi pendidikan yang

dibutuhkan responden Kabupaten Hulu Sungai Utara

terlihat dalam variabel:

a. Tentang biaya pendidikan, responden yang

membutukan sebanyak 28 orang, tidak

menjawab 90 orang responden.

b. Informasi beasiswa, responden yang

membutuhkan sebanyak 24 orang dan tidak

menjawab 20 orang.

c. Kualitas pendidikan/agreditasi program dan

lembaga, responden membutuhkan sebanyak 23

orang dan tidak menjawab 90 orang.

d. Kebiasaan pendidikan pengajaran, responden

yang membutuhkan 20 orang dan tidak

menjawab 90 orang.

e. Kebijakan pemerintah mengenai pendidikan,

responden yang membutuhkan 27 orang dan

tidak menjawab 90 orang.

f. Lainnya kaitan dengan informasi pendidikan, responden yang tidak membutuhkan 30 orang

dan yang tidak menjawab sebanyak 90 orang

responden.

B.

Prilaku Pencarian Informasi Di Daerah

Tertinggal

Data informasi masyarakat terasing atau

tertinggal yang menggunakan saluran informasi

dalam hasil penelitian, bahwa prilaku pencarian

informasi pangan dari responden Kabupaten Barito

Kuala dan Hulu Sungai Utara Kalimantas Selatan,

yaitu:

1. Prilaku Pencarian Informasi Pangan

(Dari Responden Kabupaten Barito Kuala)

Responden Kabupaten Barito Kuala, dalam

pencarian informasi pangan berupa, harga sembako,

ketersediaan bahan pokok, pasar tempat memperoleh

sembako, cara dan kebiasaan konsumsi pangan,

kualitas yang aman dan baik bagi pangan, dan

kebijakan pemerintah terkait pangan, maka saluran

informasi terbanyak digunakan responden dalam

media konvensional adalah televisi. Masing-masing

sebanyak 114 responden, hanya standar gizi pangan

yang memulai saluran informasi media konvensional

televisi sebanyak 112 orang, sedang yang melalui

non media lewat media teman masing-masing mulai

sebanyak 36 orang, sedang melalui keluarga mulai 15

orang responden.

Sedang prilaku pencarian informasi dari

responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat

dalam variabel:

Berupa harga sembako cenderung melalui saluran

informasi media konvensional yaitu televisi

sebanyak 11 orang, ketersediaan bahan pokok dan

standar gizi pangan juga melalui televise

masing-masing sebanyak 4 orang, cara dan kebiasaan

konsumsi pangan dan kualitas yang aman dan bagi

pangan sama melalui televise masing-masing

sebanyak 5 orang, sedang kebijakan pemerintah

(12)

dan pasar tempat memperoleh sembako hanya

melalui informasi dari teman sebanyak 5 orang.

2. Prilaku Pencarian Informasi Kesehatan,

Responden Kabupaten Barito Kuala

Bahwa data prilaku pencarian informasi

kesehatan terlihat dalam variabel antara lain:Pola

prilaku hidup segat, obat dan pengobatan tradisional,

dan kebijakan pemerintah mengenai kesehatan, maka

kecenderungan responden tentang informasi

kesehatan ini paling banyak melalui saluran televisi

masing-masing 112 orang.

Sementara prilaku pencarian informasi

responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat

dalam variabel antara lain: informasi pola prilaku

hidup sehat cenderung melalui non media yaitu

melalui lembaga pemerintah sebanyak 30 orang,

selanjutnya dalam informasi obat dan pengobatan

tradisional melalui anggota keluarga sebanyak 27

orang.

3. Prilaku Pencarian Informasi Pendidikan

Responden Kabupaten Barito Kuala

Data prilaku pencarian informasi pendidikan

terlihat dalam variabel antara lain: tentang biaya

pendidikan, informasi beasiswa, kualitas

pendidikan/akreditasi program dan lembaga

pendidikan, kebiasaan pendidikan pengajaran,

kebijakan pemerintah mengenai pendidikan, maka

kecenderungan responden tentang informasi

pendidikan paling banyak melalui saluran televise

masing-masing 112 orang, kecuali informasi

masalah biaya pendidikan hanya 12 orang, melalui

teman 75 orang dan anggota keluarga 10

orang.Sementara prilaku pencarian informasi

pendidikan bagi responden Kabupaten Hulu Sungai

Utara terlihat dalam variabel antara lain: informasi

beasiswa melalui lembaga pemerintah cenderung

sebanyak 26 orang, sedang melalui media

konvensional televisi sebanyak 21 orang.

C.

Pembahasan

Pembangunan nasional dalam RPJMN III

2015-2019 diarahkan untuk mencapai pemerataan

pembangunan dalam rangka untuk mewujudkan

wilayah Indonesia yang berdaya guna, dengan

agenda prioritas disebut dengan nawacita, terutama

agenda pembangunan wilayah yang diprioritaskan

untuk mendorong kegiatan ekonomi antara lain

wilayah pedesaan/daerah tertinggal.

Pengembangan daerah tertinggal ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pemerataan pembangunan dan mengurangi

kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal

dengan daerah maju, menghadapi masyarakat di

daerah tertinggal, perlu ada layak yang dilakukan.

Indonesia perlu melakukan pembenahan di berbagai

sektor dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat, tidak hanya ekonomi, tetapi juga di

bidang informasi. Informasi pada saat ini memiliki

arti yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui

situasi dan kondisi desa tertinggal dan apa saja dan

apa saja yang dibutuhkannya, maka dilakukan

penelitian tentang kebutuhan informasi dan prilaku

pencarian informasi.

1.

Identitas Responden

Ketika peneliti bergerak menuju desa tertinggal

maka penuh liku-liku, sebab tidak gampang,

kawasannya terpencil, terpencar, berjauhan,

umumnya hidup di daerah-daerah pedalaman,

(13)

pegunungan, hutan rimba, dan di atas sampan, jalan

setapak dan tidak bisa dijangkau dengan sarana

transportasi umum.

Sebenarnya rendahnya pendapatan penduduk

miskin mengakibatkan rendahnya pendidikan dan

kesehatan karena umumnya penduduk desa

tertinggal yang diteliti masih berada di bawah garis

kemiskinan mencakup mereka yang berpendapatan

sangat rendah, tidak berpendapatan tetap, atau tetap,

atau tidak berpendapatan sama sekali.

Wajarlah responden di desa tertinggal sangat

minim sekali memiliki media baru (internet) dan

akun, jangankan memiliki media baru, untuk

mencukupi kehidupannya sehari-hari saja sulit bagi

penduduk di desa tertinggal.

Dalam hal afiliansi responden dominan adalah

kelompok tani/nelayan hingga mencapai 150 orang,

sebab kecenderungan responden desa tertinggal

adalah pekerjaannya sebagai petani, sedang

responden yang aktif pada kelompok masyarakat

seperti Karang Taruna, PKK, KIM sedikit sekali

kaitanya tidak ada waktu, karena organisasi desa

digerakkan oleh Kepala Desa langsung seperti

posyandu, namun di atas pernyataan

penduduk/warga sendiri bahwa sistem sosial

responden dominan datangnya dan dilakukan oleh

warga desa tertinggal sendiri, sekalipun ada pula

datangnya dari tokoh masyarakat dan kepala desa.

Sementara lingkungan sosial di desa tertinggal

dipenuhi oleh petani pemilik sekitar dan buruh tani,

sebab di desa tertinggal dan pedalaman umumnya

yang paling mudah dikerjakan adalah bertani,

sekalipun ditemui pula wilayah nelayan dan sebagai

buruh untuk luar desa dalam arti untuk menghidupi

keluarganya sehari-hari.

2. Kebutuhan Informasi

Tidak bisa dibayangkan, 65 tahun Indonesia

sudah merdeka namun masih banyak rakyat

Indonesia yang mengalami kemiskinan, ketika

dilakukan penelitian di lapangan maka rakyat

Indonesia yang miskin ditemukan di desa tertinggal. “kemiskinan adalah situasi serba kekurangan dari penduduk yang terwujud dalam dan disebabkan oleh

terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya

pengetahuan dan keterampilan, rendahnya

produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai

tukar hasil produksi orang miskin, dan terbatasnya

kesempatan berperan serta dalam pembangunan,

(Bappenas, 1997).

Sementara pengertian daerah tertinggal adalah

suatu daerah yang masyarakat dan wilayahnya relatif

kurang berkembang dibandingkan dengan daerah

lain dalam skala nasional, oleh sebab itu pokok

pikiran yang mendasari Infras Desa Tertinggal (IDT)

adalah upaya peningkatan penanggulangan

kemiskinan merupakan gerakan nasional dengan

mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk

meningkatkan kepedulian pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat miskin. Keberhasilan

menanggulangi kemiskinan akan menjadi landasan

untuk memperkecil ketimpangan ekonomi dan

kesenjangan sosial.

Berpijak dari realita di atas, maka perlu

diketahui data dan analisis atau pembahasan hasil

penelitian di desa tertinggal tentang kebutuhan

informasi dasar yaitu dengan variabel informasi

sandang, pangan, papan, kesehatan, sanitasi,

pendidikan. Sekalipun informasi yang cenderung

dibutuhkan di desa tertinggal adalah tentang pangan,

(14)

Namun dari sekian pernyataan tentang

informasi dasar yang ditawarkan kepada responden

di desa tertinggal, maka yang dominan dibutuhkan

bagi masyarakat tertinggal peringkat pertama adalah

informasi kesehatan.

Dari ketiga peringkat di atas yang terbanyak

dibutuhkan responden di desa tertinggal, terasing,

dan jauh di pedalaman adalah informasi kesehtan.

Sementara saran dan prasarana kesehatan di desa

tertinggal sangat minim sekali seperti dokter, apotek,

dan ambulance tidak ada, yang ada hanya puskesmas

pembantu di desa tertinggal sekiranya ada puskesmas

itupun jarang sekali ada. Oleh sebab itu informasi

kesehatan menjadi prioritas yang dibutuhkan warga

melebihi dari informasi lainnya, sebab kesehatan ada

hubungannya dengan nyawa seseorang.

Sementara penduduk desa tertinggal yang

bertempat di rawa-rawa, di lingkungan sungai, di

bawah pegunungan atau di atas pegunungan , sulit

mendisiplinkan penduduk yang sudah punya

kebiasaan sejak nenek moyang, prilaku hidup yang

tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan,

mencuci tangan ketika mengambil makanan, buang

air besar atau kecil dimana saja, mencuci atau mandi

dengan air yang kurang bersih merupakan prilaku

yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit, sebab “lingkungan yang tidak sehat menjadi penunjang terjangkitnya penyakit seperti air

minum yang tidak bersih akan mengundang adanya

bakteri atau virus dan akan mempengaruhi perjalanan penyakit.” (Maharani, 2015).

Jadi yang dibutuhkan penduduk desa tertinggal

janganlah hanya merupakan informasi kesehatan saja

tapi dalam bentuk nyata sarana dan prasarana

kesehatan, ada klinik kesehatan, puskesmas

pembantu atau puskesmas yang ada dokternya, ada

ambulance dan ada apotiknya.

3. Prilaku Pencarian Informasi

Dari sekian pencarian informasi di lingkungan

media, melalui saluran yang digunakan responden

Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara

Kalimantan Selatan adalah saluran televisi, baik

sikap atau dorongan responden dalam pencarian

informasi sandang, pangan, papan. Kesehatan,

sanitasi, pendidikan, dan kemaritiman.

Hanya saja dorongan responden untuk mencari

informasi dasar melalui TV merupakan pilihan

terbanyak responden adalah berupa pangan,

kesehatan, dan pendidikan yaitu didominasi oleh

responden Kabupaten Barito Kuala karena ada

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.

Sementara dorongan responden untuk mencari

informasi kemaritiman melalui TV, sekalipun desa

tertinggalnya berdekatan dengan laut dan pantai

namun responden kabupaten ini sangat minim sekali

untuk mencari informasi kemaritiman melalui TV.

Hal ini bersesuaian dengan teori pengurangan

ketidak pastian yaitu teori yang dikemukakan oleh

Charles Barger dan Richard Calabrese mengungkapkan “tingkat ketidak pastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya prilaku pencarian

informasi, ketika tingkat ketidak pastian menurun,

prilaku pencarian informasi juga menurun, aksioma

ini menunjukkan hubungan yang positif antara dua

konsep tersebut. Makin sedikit ketidak pastian yang

ada, maka makin sedikit pencarian informasi yang

dilakukan, begitupun sebaliknya.

Dengan demikian sehubungan dengan

kebutuhan informasi dasar sebaiknya semacam

(15)

ditawarkan atau ditanyakan sesuai dengan kebutuhan

warga desa tertinggal. Sebab kelompok-kelompok

masyarakat di desa tertinggal secara geografis

terpencil, terisolir dan secara sosial budaya terasing

dan masih terbelakang. Istilah terbelakang ditandai

dengan rendahnya kondisi kehidupan dan

penghidupan mereka baik di bidang kesehatan,

pendidikan, perumahan, sandang, pangan, pekerjaan

dan sebagainya.

Begitu juga indikator atau ciri-ciri umum dari

masyarakat terbelakang ditandai dengan:

1.

Sumber penghidupan tergantung pada alam.

2.

Prilaku

hidup

sehat

dan

kesehatan

lingkungan masih sangat rendah.

3.

Busana

yang

dipakai

masih

sangat

sederhana dan seadanya.

4.

Kondisi pemukiman tidak layak huni.

5.

Tingkat pengetahuan dan teknologi yang

terbatas.

6.

Keterikatan pada sistem nilai dan adat

istiadat yang masih sangat tinggi, sehingga

cenderung bersikap tertutup.

Mengentaskan masyarakat desa

tertinggal/terbelakang, baik fisik, sosial budaya,

kehidupan dan penghidupan, maupun lingkungannya

agar mencapai taraf kesejahteraan sosial dan

pemerataan pembangunan, maka untuk pencapaian

sasaran tersebut dilakukan dengan menggunakan

pendekatan kholistik integratif, adaptif, persuasif,

dan terencana melalui Sistem Pemukiman Sosial

(SPS) dengan mendaya gunakan sumber dan potensi

yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam pencarian

informasi oleh masyarakat untuk pemenuhan

kebutuhannya, diketahui bahwa informasi yang

disampaikan melalui media sebagian besar kurang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dikarenakan

sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai

petani lebih membutuhkan informasi terkait

pertanian seperti misalnya informasi tentang bibit,

pupuk, obat pembasmi hama, dan alat-alat pertanian.

Selain itu masyarakat lebih membutuhkan bantuan

berupa fisik dari bibit, pupuk, obat pembasmi hama,

alat-alat pertanian tersebut, sementara itu ada pula

yang membutuhkan pekerjaan, rumah dan bantuan

modal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lebih

dari sekedar kebutuhan informasi tentang hal-hal

tersebut. Di samping itu informasi yang diterima

adalah informasi-informasi bersifat umum, sehingga

kurang sesuai dengan realita yang dialami oleh

masyarakat di masing-masing desa. Sekalipun

sebagian lainnya yang menjawab bahwa informasi

yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan antara

lain terkait pangan, sandang, sanitasi, kesehatan, dan

pendidikan, sedangkan informasi yang terkait

kelautan justru sesuai dengan kebutuhan masyarakat

yang tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai

nelayan.

Hasil penelitian ini bersesuaian dengan teori

hirarki kebutuhan maslow bahwa kebutuhan

masyarakat terdiri dari 5 hirarki kebutuhan yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan,

kebutuhan sosial, kebutuhan esteem/harga diri dan

kebutuhan aktualisasi diri. Menurut hasil penelitian

diketahui bahwa kecenderungan kebutuhan

masyarakat desa berada pada hirarki kebutuhan

paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis perwujudan

paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah

kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti

sandang, pangan, dan perumahan, dan juga

(16)

digelutinya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya

tersebut.

Informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat turut mempengaruhi tujuan dari

masyarakat dalam mengakses informasi, di samping

itu menurut sebagian masyarakat bahwa informasi

yang disampaikan juga kurang lengkap. Hal tersebut

dapat dimaklumi saat sebagian masyarakat

mengakses informasi dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan atau menambah

pengetahuan baru, karena lebih banyak tidak

sesuainya antara informasi yang diterima

masyarakat, maka hanya sedikit sekali informasi

yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan,

untuk pekerjaan dan menambah penghasilan

masyarakat. Sesuai dengan teori Use and

Gratifications mengasumsikan tentang khalayak

yang aktif dalam menggunakan media yang

berorientasi pada tujuan. Selain itu menurut Wilson,

dalam mempelajari prilaku informasi (information

behavior), meletakkan prilaku informasi sebagai

bentuk komunikasi yang lebih spesifik, berbeda dari

komunikasi pada umumnya, untuk tujuan-tujuan

tertentu. Hasil akhir dari proses kemudian

menimbulkan nilai kemampuan atau kegunaan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

sebagian besar masyarakat melakukan pencarian

informasi di rumah, meskipun adapula sebagian kecil

lainnya yang mencari informasi melalui pusat

layanan informasi dan warung internet.

Kecenderungan masyarakat memperoleh informasi

di rumah, dikarenakan sebagian besar masyarakat

lebih dominan memperoleh informasi melalui media

televise daripada media-media lainnya. Sebagian

masyarakat menggunakan antena parabola untuk bisa

menonton televisi, namun sebagian lainnya

berlangganan TV kabel, sehingga masyarakat

membutuhkan biaya untuk berlangganan setiap bulan

agar dapat menonton televisi di rumah.

Hanya saja yang menjadi hambatan bagi

responden Kabupaten Barito Kuala dan Responden

Hulu Sungai Utara adalah waktu yang terbatas, hal

tersebut dapat dimaklumi karena sebagian besar

masyarakat berprofesi sebagai petani lebih banyak

menghabiskan waktu sehari-hari untuk bekerja di

sawah dan kebun di luar rumah, sedangkan waktu

untuk menonton televisi terbatas setelah pulang kerja

pada sore hari atau pada malam hari dengan durasi <

2 jam setiap harinya. Di samping itu masyarakat juga

kesulitan untuk memperoleh informasi melalui

media-media tertentu seperti koran, majalah, dan

media cetak lainnya, media tersebut sulit didapatkan

karena lokasi desa-desa yang cukup jauh dari

perkotaan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

pernah disampaikan oleh Wilson bahwa dalam usaha

menemukan informasi, pencari informasi

menghadapi hambatan (barriers) sebagai variabel

perantara (intervening variable), hambatan tersebut

kemungkinan akan mempengaruhi pandangan

seseorang terhadap resiko dan imbalan yang akan

diperoleh jika ia benar-benar melakukan pencarian

informasi. Resiko yang dimaksudkan yang dihadapi

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

diantaranya biaya, kemudahan akses, waktu, untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan.

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Informasi dasar yang paling menarik perhatian

dan yang paling dibutuhkan responden di daerah

tertinggal Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai

(17)

kesehatan, pendidikan, dan pangan yang sesuai

dengan kebutuhan nyata di daerah penduduk desa

tertinggal ini. Umumnya pendapatan penduduk di

desa tertinggal yang diteliti masih berada di bawah

garis kemiskinan, jangankan untuk memiliki media

baru, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja

sulit bagi penduduk di desa tertinggal.

Perilaku pencarian informasi oleh responden di

daerah tertinggal Kabupaten Barito Kuala dan

Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

umumnya melalui saluran televisi, melalui anggota

keluarga dan teman. Sekalipun dengan waktu yang

terbatas dengan durasi 2 jam setiap hari menonton

TV, karena profesi sebagai petani di sawah dan

kebun di luar rumah menghabiskan waktu seharian.

B.

Saran

1. Kepada pemerintah, masyarakat desa tertinggal

mengharapkan sosialisasi langsung dan

pembinaan dalam bentuk nyata.

2. Kepada pemerintah daerah setempat perlu

perbaikan sarana dan prasarana sekolah,

kesehatan infrastruktur jalan setapak agar bisa

dilalui mobil ambulance dan taxi menuju kota.

3. Kepada pemerintah daerah setempat atau stake

holder dan dinas-dinas terkait yang

berkompeten agar menyediakan kebutuhan

masyarakat di bidang pertanian seperti bibit,

pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian.

Sedangkan untuk kebutuhan informasi perlu

adanya siaran di televisi yang memuat

informasi-informasi pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Maharani,

A..

(2015).

Penyakit

Kulit.

Yogyakarta: Pustaka Baru.

Bappenas.

(1994).

Masyarakat

Terasing

.

Jakarta: Aditya Media

Fiske, J. (1990).

Cultural & Communication

Studies

. Bandung: Jalasutra

Godbold, N. (2006). Beyond Information

Seeking: Towards A General Model Of

Information Behavior. <available at>

http://informationr.net/ir/11-4/paper269.html. <accessed> 3 maret

2015

Griffin,

E.

(1991).

A

First

Look

at

Communication Theory. Sixth Edition

.

New York: McGraw- Hill International

Edition

Koentjaraningrat.

(1990).

Metode-Metode

Penelitian Masyarakat

. Jakarta : Pustaka

Jaya

Rakhmat,

J.

(2005).

Metode

Penelitian

Komunikasi

.

Cetakan

keduabelas.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rakhmat, J. (2005).

Psikologi Komunikasi

.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sastrawidjaya. (2002).

Nelayan Nusantara.

Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk

Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

Satria. (2002).

Pengantar Sosiologi Masyarakat

Pesisir

, Jakarta: Cidesindo

Saverin, W.J. & Tankard, J.W. (2007).

Teori

(18)

Terapan di Dalam Media Massa

. Jakarta:

Kencana

Tan, A. (1981).

Mass Communication: Theories

and Research

. Grid Publishing, Inc.

Wilson. T. D. & Wanghsh. (1981). On User

Studies And Information Needs

. Journal

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pengembangan Wilayah
Gambar 2. Ruang Lingkup Perilaku Informasi
Gambar 3. Perilaku Informasi
Gambar 4. Kerangka Analisis
+3

Referensi

Dokumen terkait

b. Kebutuhan bantuan kebutuhan dasar bagi korban dan pengungsi akibat bencana diperoleh berdasarkan data informasi masyarakat/pemerintah desa maupun hasil kajian

Kompetensi pedagogik berhubungan dengan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

Pujaningrum, Intan (2012) Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penerimaan Auditor Atas Penyimpangan Perilaku Dalam Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan

SP2D,upload data kas harian, dan grafik keuangan. Didalam tambah topik survei terdapat textfield untuk menunjukkan nama file yang akan di upload. Dan disebelahnya terdapat

14.1 Manual Pengoperasian Generic Container Cargo Ship- Ship Stability Floating Simulator 14.2 Manual Perawatan Generic Container Cargo Ship-Ship Stability Floating Simulator

menggunakan LCD dan Keypad pada ARM maka perlu menambahkan file header pada library ARM secara manual karena pada software keil u#ision tidak disediakan library untuk LCD

dari data yang didapat pada perlakuan tersebut tidak didapat berat pertumbuhan yang terlalu signifikan karena hasil feminisasi pada jenis kelamin tiap perlakuan

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ALLAH SWT.karena atas ijin dan berkat rahmat serta petunjuk-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan