• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup dan Sejarah Psikologi Pend

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ruang Lingkup dan Sejarah Psikologi Pend"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang Lingkup dan Sejarah

Psikologi Pendidikan

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh :

Kelompok 1 ( Kelas B )

Reza Fajrini

Mutiara Rahayu

Richi Saputri

Program Studi Psikologi

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi...i

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Tujuan...1

2. Pembahasan

2.1. Ruang lingkup Psikologi Pendidikan...2

2.2. Sejarah Psikologi Pendidikan...5

2.3. Kaitan Psikologi Pendidikan dengan Ilmu lain...8

2.4. Metode-metode Psikologi Pendidikan...13

3. Penutup

3.1. Kesimpulan...15

(3)

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia yang lahir ke dunia deberlakukan usaha-usaha pendidikan. Hal ini telah ada sejak manusia pertama lahir walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dalam usaha pendidikan tersebut ada usaha dari orang-orang untuk mempengaruhi orang lain – dalam hal ini dalam pergaualan – untuk kemajuan yang bersangkutan. Dari sini kita dapat melihat bahwa ranah pendidikan adalah milik setiap manusia, baik di masa dulu, sekarang, apalagi masa depan.

Kepribadian serta kemampuan seseorang tentulah berbeda. Karenanya seorang pendidik atau orang yang akan mempengaruhi perlulah paham tugasnya dan keharusan berbuat sesuai kebutuhan anak didik. Dalam hal ini “psikologi sebagai ilmu pengetahuanyang mempelajari prilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungan” ( Sarlito W. Sarwono 2013) tentulah sangat berperan, terutama untuk menemukan perlakuan yang lebih tepat.

Meskipun secara khusus pengetahuan psikologi pendidikan ini adalah kebutuhan seorang pendidik secara formal, akan tetapi mengingat setiap orang melakukan perbuatan mempengaruhi dan mendidik, psikologi pendidikan sudah semestinya dikenal oleh siapa saja.

1.2. Tujuan

1) Mengetahui dan memahami sejarah dan ruang lingkup psikolgi pendidikan 2) Mengetahui dan memahami seberapa penting peran psikologi pendidikan

dalam dunia psikolgi

3) Mengetahui metode penelitian apa saja yang dapat diterapkan 4) Memenuhi tugas kelompok kerja

2. Pembahasan

2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

a) pengertian psikologi pendidikan

(4)

dari 2 kata, yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari 2 kata bahasa yunani,yaitu psyce yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu.jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. ( Dalyono, 2005: 1)

Umumnya para ilmuan membgi psikologi menjadi 2 golongan ( Dalyono, 2005: 3), yaitu:

1) Psikologi metafisika,yang menyelidiki hakikat jiwa seperti yang dilakukn oleh plato dan aristoteles.

2) Psikologi empiris, yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan (observasi), percobaan atau eksperimen dan pengumpulan berbagai macam data yang ada hubungannya dengan gejala-gejala kejiwaan manusia.

Adapun mengenai pendidikan ,bersal dari kata “didik” mendapat awalan “me”, sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:239). Selanjutnya , pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubhan siakp dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (M. Dalyono 2005:4 )

Dalam dictionary of psychologi ( dalam Dalyono, 2005: 5) pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in accomplihing the development of knowledge, habits, attitudes,ect. Usually the term is applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, kebiasaan, sikap, dan sebaginya.

b) Ruang lingkup psikologi pendidikan

(5)

2005:12 )

Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukan bagi siswa. Krena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya etika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses belajar-mengajar. ( Dalyono, 2005: 13)

Dalam Psikologi Pendidikan oleh Dalyono secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam :

1) Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.

2) Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatn dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.

3) Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar sisswa.

(6)

Walaupun proporsi yang diberikan dalam pengupasan itu tidak sama.

Dalam proses pendidikan ini, persoalan psikologis apa sajakah yang relevan?, pada hakikatnya inti persoalan pikologis terletak pada anak didik, sebab pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis perlakuan ini harus selaras mungkin dengan keadaan anak didik.. Karena problem yang di ajukan di atas dapat dijawab denagn menunjuk kepaada sifat-sifat psikologis yang ada pada anak didik (dalam proses pendidikan) dan ini menentukan inti segi-segi ilmu pengetahuan psikologis yang diperlukan. Selain itu msih terdapat beberapa masalah khusus yang jiga perlu penyorotsan secara psikologis, seperti soal pendidikan orang dewasa, kesehatan mental serta bimbingan dan konsling, materi yang dipakai, evaluasi hasil pendidikan dan sebagainya. ( Suryabrata, 2008: 5 )

Crow and crow ( Dalyono,2005:15 ) secra eksplisit mengemukakan: psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan (applied science) berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut psinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah di tentukan secara ilmiah.

Crow and crow membagi ruang lingkup psikologi pendidikan,sebagai berikut:

a. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar.

b. Siat-sifat dari proses belajar

c. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness)

d. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar.

e. Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjaadi selama dalam belajar f. Hubungan antara prosedur_prosedur menagajar dengan hasil belajar.

g. Teknik-teknik yang sanagat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar h. Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingakn dengan

pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu

i. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.

(7)

Dari rangkaian pokok-pokok bahasan di atas, tampak sangat jelas bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital (inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan.

Selanjutnya, walaupun begitu, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi pendidikan, terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pndidikan yang secara khusus membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat pengajaran) antara guru dan siswa.

2.2. Sejarah Psikologi Pendidikan

Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-20, yaitu:

a) Wiliam james. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang

pertama,principles of psychology (1890), wiliam james (1842-1910) ( dalam Santrock, 2008:4) memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “talk to teachers” . Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar di kelaas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas ccakrawala pemikiran anak.

b) Jhon dewey. Tokoh kedua yang berperan besar ini menjadi motor penggerak

untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat prakatis.dewey membangun laboratorium pertama di AS, universitas chicago ( 1894), selanjutnya di columbia university, dia melanjutkan karya inofatifnya tersebut.kita banyak mendapat ide penting dari dewey (glassman, 2001, 2002 dalam Santrock, 2008:4)

(8)

bahwa anak-anak akan belajar dengan lebih baik jika mereka aktif.

2) Pendidikan seharusya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 3) Kita mendapat gagasan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan

yang selayaknya. Cita-cita demokratis ini pada masa pertengahan abad ke-19 belum muncul sebab saat itu pendidikan hanya diberikan pada sebagian kecil anak, terutama anak keluarga kaya.

4) E.L.thorndike, (1874-1949). Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar mengajar secara ilmiah (beaty, 1998 dalam santrock,2008:5). Thorndike mengajukan gagsan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran (o’donnell & levin, 2001 dalam Santrock,2008:5)

Dieritas dan psikologi pendidikan awal. Tokoh paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria kulit putih, seperti james,dewey,dan thormdike.naamun ada dua tokoh amerika keturunan afrika (afrika-amerika) yang menonjol di bidang psikologi adalah Mamie dan kenneth clark (dalam santrock,2008:5) yang melakukan risset tentang identitas dan konsep diri anak-anak amerika. Pada 1917, kenneth clark menjadi orang afrika-amerika pertama yang menjadi presiden American Psylogical Associatin.yang menunjukan bahwa tes kecerdasam secara kultural telah dibiaskan dan merugikan anak-anak etnis minoritas.

Perkembangan lebih lanjut. Pendekatan thorndike untuk studi pembelajaran

digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan di paruh pertama abad ke-20. Dalam ilmu psikologi amerika, pandangan B.f. Skinner ( dalam Santrock, 2008:5 ), yang didasarkan pada ide-ide thorndike, sangat mempengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang dikemukakan oleh psikolog seperti james dan dewey adalah proses yaang tidak dapat di amatidan ilmu tentang kondissi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, skinner 1954 megembangkan konsep programmed learning (pembelajaran terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian langkah ia terus di dorong (rreinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

(9)

tidak memedulikan banyak tujuan dan kebutuhan pendidik dikelas (hligard, dalam Santrock,2008:6). Sebagai reaksinya, pada 1950-an benjamin bloom menciptakan

taksonomi keahlian kognitif yang mencakup

pengingatan,pemahaman,synthesizing, dan pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya (bloom & krathwohl, dalam dalam Santrock,2008:6).

Sebuah ulasan di Annual Review of psychology (wittrock 7 lumsdaine, 1977 dalam dalam santrock, 2008:6) menyatakan, * perspektif kognitif mengimplikaiskan bahwa analisis behavioral terhdap instruksi sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajaran. Jadi, menjelang akhir abad ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan kembali menekankan pada aspek kognitif dari psoses beajar seperti yang pernah didukung oleh james dan deewey pada awal abad ke-20.baik itu pendekatan kognitif maupun behavioral masih menjadi bagian dari psikologi pendidikan sampai sekarang.

2.3. Kaitan Psikologi Pendidikan dengan Cabang Ilmu psikolgi

Lainnya

a) Psikologi Sosial – Psikolgi Pendidikan

Para psikolog sosial telah menunjukkan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, kita harus mengenali bagaimana peranan situasi, permasalahan, dan budaya. Begitu juga dalam mehami anak didik. Menurut Linda Wilmshurst (2005 ) terkadang pendidik mestilah tahu alasan apa yang menyebabkan seorang anak tidak mau mengerjakan tugas rumahnya, tidak fokus dalam belajarnya, lambat dalam memahami bahasa yang baik, tidak aktif dalam kelasnya, kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerjanya, atau juga tidak menutup kemungkinan bagi anak yang sangat baik kemampuan belajarnya. Hal seperti ini diperhatikan agar dapat dilakukan perbandingan demi hasil yang optimal.

b) Psikologi Perkembangan – Psikologi Pendidikan

(10)

17). Pendapat ini mengisyaratkan bahwa anak didik dapat diperlakukan menurut kehendak guru. Kemudian terjadi perkembangan dalam ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya, khususnya psikologi anak ( atau sekarang psikologi perkembangan) hingga turut mempengaruhi cabang psikologi pendidikan.

Para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya berkeyakinan bahwa dua orang anak yang kembar sekalipun tak pernah megalami respon yang sama persis terhadap situasi belajar-mengajar di sekolah (Dalyono,2005:18). Keduanya sangat mungkin berbeda dalam hal pembawaan, intelegensi, dan keterampilan jasmaniah. Anak-anak itu relatif berbeda dalam kepribadian yang tampak dalam penampilan dan cara berpikir atau memecahkan masalah. Pendidik harus memahami hal itu. Termasuk juga dalam tahap perkembangannya. Pertambahan umur juga akan mempengaruhi respon mereka terhadap pelajaran.

c) Psikologi Kognisi Metakognisi – Psikologi Pendidikan

Psikologi kognisi – metakognisi dengan psikologi pendidikan terkait dengan proses belajar, dalam hal ini menemukan proses belajar yang tepat dengan menganalisis kemampuan kognisi anak didik dan menemukan metode yang tepat serta gaya belajar bagi anak didik sendiri. Sehingga muncul teori yang dikenal dengan teori belajar kognitif. Menurut Bruner ( dalam Dalyono,2005: 42 ) guru hendaknya memberi kesempatan kepada murudnya untuk menjadi

problem solver, maksudnya murid menemukan arti bagi diri mereka sendiri.

(11)

Seuss ( dalam Colin,2010 ) mengatakan “Semakin banyak yang Anda belajar, lebih banyak tempat Anda akan pergi ", bahwa perjalanan kemampuan kognisi sesorang dapat bertambah atau berkembang melalui proses belajar.

Untuk dapat memenuhi tujuan yang disebutkan di atas, perlu diperhatikan 6 prinsip berikut :

1. Sifat proses pembelajaran dengan membangun makna dari informasi dan pengalaman.

2. Tujuan proses pembelajaran, pelajar dapat menciptakan representasi pengetahuan yang bermakna dan koheren serta menciptakan dan mengejar tujuan yang relevan dengan instruksi dari pengajar.

3. Konstruksi pengetahuan, yang berarti menggabungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dalam hasil penelitian oleh Ross A Thompson (2010) bahwa yang menentukan keberhasilan mahasiswa dalam belajar ( dilihat dari hasil ujian akhir ) bukan semata-mata karena sokongan diktat, presentasi, tugas terstruktur, dan strategi yang diterapkan seragam terhadap semua mahasiswa, akan tetapi pengetahuan mereka terhadap ilmu pengetahuan sebelumnya sangatlah berperan. Saat dilakukan penelitian, ditemukan 77% dari mahasiswa yang mengikuti test, yang memiliki kapasitas pengetahuan lebih luas dari yang lainnya dapat lebih mudah menerima dan mengingat materi perkuliahan dibandingkan dengan mahsiswa yang berpengetahuan standar. Maksudnya mereka yang hanya menerima kuliah dikelas saja. Sehingga terjadi kesulitan dalam menghubungkan informasi yang baru mereka terima serta kesulitan ketika diminta menalarkan kembali. Bahkan kebanyakan dari mereka sama sekali tidak mempunyai jawaban.

4. Pemikiran strategis yang dilakukan dengan cara menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5. Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi) dengan cara mereka belajar

dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable, memilih strategiyang tepat, dan memantau kemajuan mereka menuju tujuan pembelajaran.

6. Konteks pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan sepertikultur, teknologi, dan praktik instruksional.

(12)

kelas orangtua, menunjukkan keunggulan kelas terlihat dari siswa dengan pendidikan orang tua yang tinggi di kelas dengan kedua komposisi akademik yang tidak menguntungkan dan manajemen kelas efektif. Temuan kami menyoroti relevansi komposisi kelas dan pengelolaan kelas untuk penelitian tentang penilaian dan titik guru terhadap cara yang mungkin untuk meningkatkan praktik mendidik.

d) Psikologi Humanistik – Psikologi Pendidikan

Menurut aliran humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia atau secara umum kita kenal dengan mendidik dalam dunia pendidikan ( Susilo, 2008 ). Sehingga dalam pelaksaan pendidikan praktek belajar-mengajar berorientasi pada peserta didik. Teori Humanistik menekankan proses belajar pada ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik yang juga sebagai lahan penilaian bagi pendidikan.

Rogers dalam bukunya “ Freedom to Learn “ menunjukkan prinsip-prinsip belajar yang penting salah satunya adalah manusia mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami, belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya, serta belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, keterbukaan, dan pengalaman ( Dalyono, 2005: 48)

e) Psikolgi Gestalt – Psikologi Pendidikan

Menurut Crow and Crow ( M. Dalyono, 2005:15) secara eksplisit mengemukakan “psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar...”. Dalam teori gestalt, proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami proses belajar, seseorang memiliki cara pandang baruu terhadap suatu problem.

(13)

Perilaku bertujuan (purposive behavior): bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

Prinsip ruang hidup (life space) - Lewin : bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik

Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tatasusunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

f) Psikologi Behavior – Psikologi Pendidikan

Kita telah memahami bahwa psikologi behavior berhubungan dengan teori

trial and eror ( thorndike, dalam Dalyono, 2005: 30 ) yang bermaksud belajar melakukan kegiatan dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Ini dilakukan dengan mengadakan suatu stimulasi-stimulasi terhadap objek.

(14)

benar. Hal yang dilakukan peserta didik adalah pembiasaan. ( Dalyono, 2005 : 30 )

2.4. Metode-Metode Penelitian dalam Psikologi Pendidikan

A. Eksperimen

Menurut Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan ( 2005 ), eksperimen ialah pengamatan secara teliti dalam waktu tertentu,guna mempelajari gejala-gejala yang ditimbulkan dengan sengaja, untuk mendapatkan sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan. Yaitu mencoba sesuatu sehingga dapat menimbulkan dengan sengaja terhadap situasi yang diselidiki. Hal ini merupakan keunggulan dibandingkan dengan observasi.

Kebaikannya : Disamping itu eksperimen memungkinkan adanya penyelidikan yang sistematis dan berencana serta memberikan data yang lebih seksama dan pasti.

Keberatannya: Tidak semua gejala dapat di selidiki dengan metode ini. Misalnya gejala kejiwaan yang timbulnya secara spontan, karena pertimbangan moral dan lain sebagainya.

B. Case Study

Case Study adalah penyelidikan terhadap individu secara mendalam meliputi latar belakang sosial, fisik, dan psikis. Waktunya cukup lama dan melalui berbagai periode pertumbuhan. ( Dalyono, 2005: 12)

Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data tingkah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin, dalam Rachmatullah

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/metode-metode-dalam-psikologi-pendidikan-451645.html)

C. Metode Observasi

(15)

pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya metode ini juga digunakan oleh para psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan. Observasi ( Dalyono, 2005: 10) merupakan pengamatan secara sistematis terhadap tingkah laku manusia.

Menurut Dalyono ( 2005 ) kebaikan dan keburukan observasi adalah sebagai berikut :

Kebaikannya :

Lebih objektif, karena data yang dikumpulkan berjumlah banyak dengan menggunakan pancaindra, lebih-lebih jika mempergunakan mechanical device. Misalnya: foto, film, tape recorder, dan lain sebagainya.

Keberatannya :

Observer atau pengamat terikat pada waktu dan tempat dari gejala yang diobservasi ( ditinjau dari segi intropeksi ).

Manfaat Metode Penelitian Dalam Psikologi Pendidikan

(16)

3. Penutup

3.1. Kesimpulan

Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, kebiasaan, sikap, dan sebaginya.

Secar garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yakni belajar, proses belajar, dan situasi belajar. Dimana masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital (inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan.

(17)

Daftar Pustaka

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Hochweber, Hosenfeld, Klieme. 2014. Classroom composition, classroom management, and the relationship between student attributes and grades. The Jurnal of Educational Psychology, Vol 106(1), Feb 2014, 289-300.

MacLeod, Colin M. 2010. When Learning Met Memory. The Canadian Journal of Experimental Psychology 2010, Vol. 64, No. 4, 227–240.

Merghenahn. 2009. An Introduction to the History of Psychology. USA : Cengage.

Rachmatullah, Hadi. 2012. “ Metode-Metode Penelitian Penelitian Psikologi Pendidikan “. Kompasiana ( http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/metode-metode-dalam-psikologi-pendidikan-451645.html. Diakses 14 April 2014).

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

School Meetings. New York: AMACOM.

Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

Susilo K, Yan. 2008. Prinsip-Prinsip Belajar dalam Aliran Psikologi Humanistik dan Relevansinya dengan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. ( tidak diterbitkan ).

Referensi

Dokumen terkait

Alamat Perusahaan :

Hal ini sesuai hasil evaluasi penawaran administrasi, teknis, harga, dan evaluasi kualifikasi untuk seluruh peserta yang dievaluasi sebagaimana terlampir pada

We have audited the attached balance sheet of DBS Bank Ltd., India (‘the Bank’) as at 31 March 2012 and the related profit and loss account and the cash flow statement of the Bank

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Buku Petunjuk Eksperimen Berbasis Pedagogical Chemistry Knowledge (PChK) dalam Representasi Konsep Kesetimbangan Kimia

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang mengoptimalkan peran siswa dalam kelompok belajar

Pembelajaran pada setiap JST ini dilakukan dengan menggunakan teknik gradient descent serta metode Nonlinier Recursive Least Square (NRLS). Pengujian dilakukan pada tiga kasus yakni

Semakin besar dosis vitamin E dalam pengencer SKT dengan dosis terbesar 0,5 g/100ml maka kualitas semen cair yang disimpan selama 18 jam semakin baik dengan nilai motilitas

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR..