• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

(STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH

Di MTs Nurul Hikmah Jakarta

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Agama Islam

Oleh

SUPARNO

NIM 1810011000033

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DUAL MODE SYSTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Student Teams

Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta.

Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Student Teams Achievement Division,

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran Fiqih, (2) metode pembelajaran yang monoton, (3) penerapan metode pembelajaran masih berpusat pada aktivitas guru, (4) siswa masih merupakan objek pembelajaran, (5) rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division(STAD).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Hikmah Jakarta, dengan mengambil sampel kelas VIII. Agar permasalahan-permasalahan yang ada di kelas benar-benar teratasi maka guru melakukan tindakan supaya lebih tahu perkembangan siswa. Instrument hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir pada siklus I dan siklus II yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan rumus N-Gain dan uji instrumen dengan Anatest.. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, pada siklus pertama siswa belum terlihat kemajuannya hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa selama tindakan siklus pertama yaitu rata-rata N-gain 0,42 dan hal itu diperlukan tindakan selanjutnya yaitu tindakan siklus II dalam siklus ini sudah mulai membaik dengan terlihatnya perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan rata-rata N-gain 0,70.

(7)

ii

karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

pada waktunya.

Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Dengan Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta ditulis

guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan

terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan

dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Dekan Ketua Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI Dual Mode Sistem).

4. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd. Selaku Koordinator Dual Mode Sistem dan

Bapak/Ibu Dosen FITK di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak Drs. Masan AF, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Paidi, S.Ag. Selaku Kepala Sekolah MTs Nurul Hikmah Jakarta.

7. Ayah dan Ibuku yang selalu mendo’akanku setiap waktu dan tak kenal rasa

lelah.

8. Istri dan anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan yang sangat

(8)

iii Hendiana, dan teman-teman sebimbingan.

10.Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan

ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu besar harapan penulis diberikan masukan berupa saran maupun kritik yang

membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi di masa yang akan datang.

Jakarta, 7 Nopember 2014

(9)

v COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 9

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan langkah-langkah pembelajaran (STAD) ... 13

3. Hakikat belajar dan Hasil Belajar ... 15

4. Pembelajaran Fiqih... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

(10)

vi

C. Subjek / Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 27

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 27

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G. Data dan Sumber Data ... 32

H. Instrumen Penelitian ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 34

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trustworthiness Study)... 34

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis... 37

L. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 37

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 38

B. Interpretasi Hasil Analisis ... 41

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 52

D. Analisis Data ... 53

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Implikasi ... 58

C. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai semakin

menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya

bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya

yang bersifat universal, tampaknya studi tentang Islam menjadi sangat penting

dan mendapatkan perhatian yang sangat luas, baik di kalangan umat Islam

sendiri maupun di kalangan luar Islam.

Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa nilai-nilai dan

sistem budaya yang ada di lingkungan umat Islam telah kehilangan daya

dinamikanya dan menjadi mandek, sehingga tidak mampu mewujudkan peran

dan fungsinya sebagai rahmatan lil a’lamin. Sementara nilai-nilai dan sistem

budaya umat manusia diluar lingkungan umat Islam pada umumnya telah di

dominasi oleh nilai-nilai dan sistem budaya modern, dengan ilmu pengetahuan

dan teknologinya yang semakin canggih serta sifatnya yang sekuler telah

mengalami perkembangan yang cepat dan tanpa batas serta menyentuh

tujuan-tujuan yang hakiki. Sebagai konsekuensinya, nilai-nilai dan sistem budaya

modern tersebut telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kehidupan

umat manusia dan alam sekitarnya serta kehidupan semesta ini. Inilah

(12)

Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang

dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan. Menurut Chaplin dkk dalam buku

Muhibbin Syah mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya

dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan

yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri”.1

Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan

dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan

sumberdaya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas

itu,dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan

pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang

berilmu, beriman, dan bertaqwa. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang

yang berilmu, beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia

disisi Allah SWT. Diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat

Al-Mujaadilah ayat 11

                                                         

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah kamu dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:

”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujaadilah ayat 11).2

Proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa. Di setiap sekolah

dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 35

2

Mushaf Al- Fattah, Al- Qur’an – 2 Muka Terjemah Tematik, (Bandung: CV

(13)

berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah

modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan

dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang

membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa seringkali dijadikan

sebagai objek pendidikan sehingga guru selalu mendominasi proses belajar

mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran seperti ini, siswa menjadi pasif

dikelas yaitu hanya datang, duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti

dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Padahal prestasi belajar siswa

dapat mencapai suatu hasil yang baik jika siswa tersebut memiliki tingkat

penguasaan pemahaman yang baik mengenai konsep dari pokok-pokok

bahasan yang diberikan. Guru tampaknya lebih banyak menanamkan

konsep-konsep melalui transfer informasi tetapi setelah itu siswa lupa tentang

informasi yang baru saja mereka terima.Mengajar bukanlah hanya

menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang

bertujuan dan bersifat kompleks.

Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah

keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang

spesifik. Yaitu setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar

bukanlah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas

yang dapat dilakukan sekehendak hatinya, akan tetapi didasarkan kepada suatu

pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan

guru dalam mengajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi

pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang

belum dapat diatasi.Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu

tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar. Walaupun

sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini

sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi

disadari atau tidak,kesulitan belajar datang kepada anak didik. Namun, usaha

(14)

pendekatan agar anakdidik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab

bila tidak, gagallah anak didik meraih hasil belajar yang memuaskan.Anak

didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang merasakan langsung

penderitaan akibat kesulitan belajar tersebut.

Pada pembelajaran Fiqih di sekolah MTs Nurul Hikmah Jakarta, ketika

pelaksanaan pembelajaran dikelas, penggunaan model pembelajaran yang

bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan metode

konvesional/tradisional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini

mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model

pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model pembelajaran

sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan

sangatsesuai dengan kurikulum KTSP.

Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan peneliti

sebelum melakukan penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak

siswa yang mengantuk, ngobrol, bahkan berlari-lari didalam kelas dan

kelihatan sekali mereka merasa bosan dan jenuh dengan metode yang

diterapkan oleh guru mata pelajaran Fiqih. Dan diperkuat lagi oleh keterangan

beberapa siswa dari hasil wawancara bahwa mereka merasa kesulitan dalam

belajar, jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran, terlebih lagi

guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan buku LKS,

padahal materi tersebut belum sepenuhnya disampaikan oleh guru, sehingga

hasil belajar siswa pun rendah.

Guru cenderung menitik beratkan pada penguasaan hafalan, proses

pembelajaran terpusat pada guru, sehingga membosankan siswa dalam belajar,

serta kurangnya dukungan dari masyarakat terhadap pengetahuan agama

(Fiqih) yang pada akhirnya minat siswa menjadi rendah.

Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan

berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari

alternatif-alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dapat

meningkatkan aktivitas pembelajaran dikelas. Idealnya, model pembelajaran

(15)

murid dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus dapat

menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa

yang dihadapinya.

Seorang guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang efektif yaitu

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan

mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan

harapan. Disamping itu, dengan model pembelajaran tersebut tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara maksimal, dalam hal ini terjadi

peningkatan baik dari aspek keterampilan Fiqih maupun hasil belajar murid itu

sendiri. Dengan iklim belajar mengajar yang menantang berkompetisi

secarasehat serta memotivasi murid dalam belajar, akan berdampak positif

dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.

Dengan demikian dalam proses belajar mengajar pada suatu kelas

guruharus mampu menyajikan pelajaran dan informasi dengan menarik,

sesuatu pelajaran dan informasi yang disampaikan dengan metode yang baru

dengan kemasan yang bagus, dan apabila ada bisa didukung oleh alat-alat

berupa sarana dan media yang baru pula sehingga menarik perhatian siswa

dalam belajar.

Pembelajaran koperatif (Cooperative Learning) sebagai salah satu

model pembelajaran diharapkan mampu memberikan pengalaman tersendiri

bagi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mampu

membuat siswa menjadi aktif dan kreatif karena pembelajaran ini memicu

suasana yang asik dan menyenangkan. Dengan pembelajaran seperti ini akan

membuat hasil belajar siswa meningkat. Peranan guru lebih banyak

menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator

belajar. Bahwa landasan teori model kooperatif tipe STAD sangat cocok untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran Fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta,

dengan banyaknya keluhan-keluhan seperti yang telah disebutkan di atas,

maka dalam proses pembelajaran Fiqih keluhan-keluhan tersebut dapat teratasi

(16)

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari

materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus

yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi

untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat

dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok.

Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok

selama kegiatan. Untuk mencapai hasil belajar itu modelkooperatif menuntut

kerjasama antara peserta didik dalam mengerjakan tugasnya. Sehingga dalam

hal ini peserta didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu

untuk menjawab semua permasalahan yang terjadi di MTs Nurul Hikmah

Jakarta, khususnya pada mata pelajaran Fiqih, dan adanya penelitian terdahulu

mengenai model kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement

Division (STAD) peneliti tertarik untuk mengatasi permasalahan ini

menggunakan Model Kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement

Division (STAD), Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu

melakukan penelitian dengan judul skripsi:

Penerapan Model PembelajaranKooperatif Dengan Teknik

Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan pada

penelitian inidapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran Fiqih.

2. Metode pembelajaran yang monoton (guru sebagai buku pelajaran, otoritas

ada pada guru, siswa cenderung belajar ingatan).

3. Penerapan metode pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru,

sehinggaguru selalu mendominasi proses belajar mengajar dan siswa

menjadi pasif.

4. Siswa masih merupakan objek pembelajaran.

5. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih.

(17)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, maka penulis membatasi fokus penelitian pada:

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. Untuk keluar dari

masalah tersebut, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif

dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk

meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa di MTs Nurul Hikmah Jakarta.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Student Teams Achievement

Division (STAD) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih siswa di MTs Nurul

Hikmah Jakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah: dengan

menggunakan model kooperatif tipe STAD ini pengembangan kognitif siswa

lebih terarah dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat teoritis dan manfaat praktis

1. Manfaat Teoritis:

a. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran

yang efektif dan menambah pengalaman dalam mendidik.

b. Bagi pembaca dapat meningkatkan motivasi sumber daya mereka

melalui penggunaan model kooperatif dengan teknik STAD.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan masukan kepada guru bahwa model kooperatif dengan teknik

(18)

alternatif metode pembelajaran, agartercipta suasana pembelajaran

yang efektif dan efisien serta berkualitas.

b. Bagi Siswa, dengan memakai metode pembelajaran ini diharapkan

dapat melatih siswa dalam meningkatkan percaya diri, melatih

kemampuan berpikir, melatih berkomunikasi serta memotivasi siswa

untuk meningkatkan aktivitas yang tinggi dalam pembelajaran Fiqih

sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

c. Bagi UIN diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap

pengembangan pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan PAI melalui

model kooperatif dengan teknik STAD.

d. Bagi Sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan

(19)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif ini bukan saja sekedar melibatkan dan

menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan

memberikan kepada mereka tugas, akan tetapi juga didalamnya melibatkan

pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai macam aspek dari proses

kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling

bekerjasama dan membantu antara satu dengan yang lainnya dalam

menyelesaikan atau mempelajari suatu pokok bahasan.

Menurut Rusman “pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

(20)

belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan

keterampilan sosial”.3

Menurut Johnson “pembelajarn kooperatif berarti working together to

accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama)”.

Dalam suasana kooperatif, setiap anggota sama- sama berusaha mencapai

hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dalam

konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan

“sebagai pembentukan kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari siswa- siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan

pembelajarannya dan pembelajaran siswa- siswa yang lain”.4

Pada pembelajaran kooperatif ini siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4 - 5 orang. Dalam belajar kooperatif ini terjadi interaksi antar anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktifitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Hasil penelitian: Slavin (1995) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.5

Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan- keterampilan

khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan

kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk

membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan

keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan.

Keterampilan- keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. antara lain:

a. Keterampilan- keterampilan Sosial

b. Keterampilan Berbagi

3

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: Grafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 209.

4

Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, teknik, struktur dan model Penerapan,

(Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2011), Cet. 1, h. 31.

5

(21)

c. Keterampilan Berperan serta

d. Keretampilan- keterampilan Komunikasi

e. Keterampilan- keterampilan Kelompok.6

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang mengoptimalkan peran siswa dalam kelompok belajar sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif antara lain: Prinsip ketergantungan positif, Tanggung jawab perseorangan, Interaksi tatap muka, Partisipasi, dan Komunikasi.

Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Prinsip ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Interaksi tatap muka

4) Partisipasi dan Komunikasi 5) Evaluasi proses kelompok.7

c. Prosedur pembelajaran Kooperatif

Menurut Wina Sanjaya prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

1) Penjelasan materi 2) Belajar dalam kelompok 3) Penilaian

4) Pengakuan tim.8

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

6

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan

Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 234- 235.

7

Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2009), Cet. h. 246.

8

Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,

(22)

Salah satu tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini sangat penting dimiliki dalam masyarakat dimana banyak

kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling

bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin

beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih

kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan sering

terjadi pertikaian kecil antara individu yang mengakibatkan tindakan

kekerasan.

a. Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik dalam suasana yang menyenangkan

2. Optimalisasi partisipasi siswa

3. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk

berbagi dengan pasangan dengan sesame siswa dalam suasana

gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk

mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan

berkomunikasi

4. Adanya struktur yang jelas dan memungkiinkan siswa untuk

berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan

teratur

5. Meningkatkan penerimaan

6. Meningkatkan hubungan positif

7. Motivasi intrinsik makin besar

8. Percaya diri yang tinggi

9. Prilaku dalam tugas lebih

10.Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah

11.Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya

12.Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada “apa

(23)

13.Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif.” Mereka

mengorganisasi pikirannya untuk di jelaskan ide pada teman-

teman sekelas mereka

b. Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran kooperatif ini

adalah:

1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat

menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah

2. Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang

pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai

3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk

yang berbeda – beda serta membutuhkan waktu khusus9

2. Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Menurut kamus bahasa Inggris, STAD (Student Teams Achievement

Divisions) adalah student (murid, pelajar), teams (regu, rombongan),

achievement (menyelesaikan/hasil belajar), divisions (pembagian, bagian,

pembelahan).10 Maka STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat

diartikan sekelompok siswa yang menyelesaikan hasil belajar pada suatu

permasalahan yang sudah mendapat pembagian kelompok.

Menurut Slavin Robet (2008) model STAD (Student Teams

Achievement Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang

paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah

digunakan dalam Matematika, IPA, PKn, IPS , Bahasa Inggris, dan banyak

subjek lainnya, pada tinggkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Lebih

jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD

adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain

untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.11

9

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 248- 249.

10

Abdullah masrur, kamus penolong Inggris – Indonesia, (Bandung: Cv Bintang

pelajar, 2001), cet. 1, h. 27, 34, 7, 20.

11

(24)

Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD 1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/

jenis kelamin, rasa tau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru

memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kretif. Di

dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,

pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang

diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus di lakukan

serta cara- cara menjelaskannya.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru lembaran

kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota

menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim

bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,

dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri

terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang

materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja masing- masing kelompok. Siswa diberikan

(25)

dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung

jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.12

3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

“Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, jadi belajar bukan hanya karena adanya kesempatan”.13

Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman”.14

Belajar merupakan proses untuk membuat perubahan dalam diri

mahasiswa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan

perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut akan membuat seseorang

menjadi lebih baik. Belajar bukan hanya untuk mengumpulkan

pengetahuan saja, tetapi belajar juga sebagai proses mental yang terjadi

dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan

perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu

dengan lingkungannya yang disadari.

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan

prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup

menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu

bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu

hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan

menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.15

12

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(Jakarta: Grafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 215.

13

Yahya Yudik, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum R.A. (Jakarta : Departemen

Agama, 2005) h.5

14

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosda Karya, 2009), cet 3, h.106.

15

Wasty soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan,

(26)

b. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono terdapat 7 prinsip-prinsip belajar

antara lain:

1) Perhatian dan Motivasi

2) Keaktifan

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman

4) Pengulangan

5) Tantangan

6) Balikan dan Penguatan

7) Perbedaan individual 16

c. Ciri-Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar

Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah

diuraikan diatas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi

ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:

1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik

aktual maupun potensial.

2. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan

baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

3. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).17

“Ciri-ciri belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah yaitu: Perubahan yang terjadi secara sadar, Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan Perubahan mencakup

seluruh aspek tingkah laku”.18

16

Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1999), Cet. I, h. 42.

17

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:

CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 56.

18

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 2,

(27)

d. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris ” hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.19

Hasil belajar siswa dapat dilihat setelah siswa melakukan proses

pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui tercapainya tujuan

pembelajaran melaui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar siswa dapat di

lihat melalui kemampuan peserta didik setelah melakukan proses

pembelajaran.

Menururt Dimyati dan Mudjiono dengan berakhirnya suatu proses

belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. “Hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar”. Dari sisi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.20

Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu, dan ia

mendapatkannya secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia

memperoleh prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut

diperoleh dengan belajar. Hasil yaitu keluaran sebagai akibat dari kegiatan.

Sebagian orang beranggapan bahwa, belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian yang memandang belajar

sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan

menulis.Menurut Nana Syaodih Sukmadinata “hasil belajar atau

achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensialatau kapasitas yang dimiliki seseorang. Pengusahaaan

hasil belajar seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk

penguasaan pengetahuan keterampilan berpikir maupun keterampilan

19

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Press,

2010), h. 14.

20

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

(28)

motorik”.21

Hasil belajar dapat mengantarkan siswa menguasai

konsep-konsep Fiqih dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Menguasai disini yaitu harus menjadikan siswa tidak

sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep Fiqih, melainkan harus

menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka

menjalani proses pembelajaran.

Menurut Agus Suprijono hasil belajar adalah: Pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gangne, hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan

2) Keterampilan intelektual yaitu keterampilan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri, dan mampu memecahakan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian berdasarkan objek tertentu.22

Menurut Rusman “penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil

pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta

didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil

belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran”.23

Dapat disimpulkan hasil belajar merupakan kemampuan siswa

setelah melakukan proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui

tercapainya tujuan pembelajaran melalui hasil belajar peserta didik.

21

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2007), h.165

22

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), h. 5

23

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(29)

e. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

1) Faktor intern, dari dalam meliputi kecerdasan, motivasi, dan factor

kepribadian lainnya termasuk kemampuan untuk mengelola emosi.

2) Faktor ekstern, berasal dari luar diri siswa sangat terkait dengan

bagaimana lingkungan memberikan dukungan ketika proses belajar

berlangsung dan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang

proses belajar.

4. Pembelajaran Fiqih

a. Konsep Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Menurut Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran

adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20. 2003).

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara

disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku

tertentu. Pembelajaran merupakan subyek dari pendidikan. (corey, 1986).

Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang

dikemukakan di atas, dapat dimaknai bahwa didalam pembelajaran terdapat

interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur - unsur yang

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang

diharapkan. Pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan

siswa sebagai pelajar dan unsur - unsur lain yang saling mempengaruhi.

Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena didalamnya

(30)

komponen yang satu dengan komponen yang lain dan saling

ketergantungan. Komponen -komponen pembelajaran sebagai berikut: 1).

Tujuan, 2). Bahan, 3). Metode, 4). Media, 5). Evaluasi.24

b. Istilah Fiqih

Dalam literatur bahasa Arab adalah “Fiqih” yang artinya ilmu Fiqhi,

ilmu hukum Islam, syariat Islam, mengerti, paham, dan pintar.25

“Kata Fiqih secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman), sedangkan Fiqih menurut istilah adalah seperangkat pengetahuan tentang

hukum-hukum syari’ah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau

ditemukan dari dalil-dalil terperinci”.26

Sedangkan pengertian Fiqih menurut terminology para fuqaha (ahli

fiqih) adalah “pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci (mendetail)”.

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pembahasan ilmu fiqih

ada 2 macam, yaitu:

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan

manusia yang praktis.

2. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terinci (mendetail) pada setiap

permasalahan.

Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fiqih adalah

hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal,

haram, makruh atau wajib beserta daililnya masing-masing.27

c. Sumber Fiqih dan Sifatnya

Sumber dari Fiqih atau hukum-hukum tersebut adalah al-Qur’an dan

Sunnah Nabi, khususnya ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis tertentu yang

24

Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 7-8.

25

Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: AMZAH, 2006).

26

Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam

Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 3.

27

Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2011), cet.

(31)

berhubungan dengan hokum perbuatan, baik hukum-hukum ibadah maupun

mu’amalah.

Adapun yang menjadi sifat bagi Fiqih diantaranya:

1. Fiqih sebagai produk merupakan akumulasi (kumpulan, majmu’a)

hasil upaya para perintis fiqih terdahulu dan umumnya telah

tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks dan

madzhab-madzhab.

2. Fiqih sebagai proses adalah proses pemahaman atas al-Qur’an dan

al-Hadis dalam hubungannya dengan hukum perbuatan manusia.

3. Fiqih sebagai sikap adalah fungsi fiqih sebagai alat penanaman

sikap dan karakter taqwa ke dalam batin manusia.28

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik STAD untuk meningkatkan hasil

belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, antara lain:

1. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pembelajaran Matematika

dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Teknik STAD

Terhadap Hasil Belajar Siswa. Disusun oleh Muhamad

(101017021004), Program Studi Pendidikan Matematika FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil belajar

matematika yang menggunakan metode Cooperative teknik STAD,

dengan rata-rata menggunakan metode ekspositori. Dengan

menggunakan metode Cooperative teknik STAD memiliki hasil lebih

tinggi atau lebih baik dibandingkan menggunakan metode ekspositori.

2. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Metode Cooperative Learning

Teknik STAD Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai TerhadapHasil

28

Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam

(32)

Belajar” (Eksperimendi MA Jami’iyyah, Pondok Aren). Disusun. oleh Devi Kusmiyanti (104016100400), Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2009. Mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan pada penggunaan metode Cooperative Learning Teknik

STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai terhadap peningkatan hasil

belajar biologi siswa.

3. Dalam skripsi yang berjudul: “Cooperative Learning Model STAD

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan HasilBelajar IPA Siswa Kelas IV

SDN Pulowetan 2 Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Disusun

oleh Amurwani, Novie. 2009. Skripsi Jurusan Kependidikan Sekolah

Dasar dan Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru kelas IV

SDN Pulowetan 2, hasil belajar siswa kelas IV masih rendah. Metode yang

digunakan guru masih ceramah danproses pembelajaran hanya berlangsung

satu arah saja. Sehingga siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan sebelumnya yaitu

menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD yang

diteliti pada peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaan penelitian

ini dengan penelitian relevan sebelumnya, yaitu sejauh pengamatan saya

penelitian sebelumnya meneliti pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) dan Matematika, sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran

Fiqih dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti ingin

mengetahui apakah keberhasilan metode ini dapat di implementasikan pada

semua mata pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan

(33)

juga metode gotong royong. Belajar kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaranmelalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Dalam

pembelajaran kooperatif, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok

melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru

sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif. kooperatif memiliki banyak teknik,

salah satunya adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dengan

teknik ini siswa bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengerjakan

tugas satu sama lain. Dalam pembelajaran, biasanya siswa lebih suka bertukar

jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain.

Hal ini merupakan suatu keunggulan dari teknik STAD, karena tahap-tahap

pada STAD memungkinkan siswa bertemu dengan siswa lain yang bukan

kelompoknya saja sehingga kesempatan siswa untuk bertanya dengan

teman-temannya lebih banyak. Jika keinginan siswa di implementasikan dalam

bentuk pertanyaan itu terpuaskan, berarti proses belajar siswa telah dilalui,

maka kegiatan belajar mengajar yang efektif telah tercipta. Keefektifan

pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menyerap materi yang

disajikan guru, sehingga hasil belajarnya akan menjadi lebih baik. Jadi, jika

Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Student TeamAchievement Divisions

(STAD) diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan dapat

(34)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

1. Rendahnya hasil belajar siswa 2. Siswa kesulitan dalam memahami

pelajaran Fiqih

PTK

Model Student Team Achievement Divisions(STAD)

Siswa memahami materi

Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Fiqih siswa

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan

fakta yang ada. Secara teknis hipotesis dapat didefinisikan pernyataan

mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang

diperoleh dari sampel penelitian. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif

diharapkan mampu menjadi solusi yang baik dimana siswa dapat saling

bekerjasama dan bertukar informasi sehingga siswa lebih terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang

menyenangkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih. Dari

uraian dalam kajian teori dan penyusunan kerangka berfikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif dengan Teknik Student Teams Achievement Divisions (STAD)

(35)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April semester genap

tahun pelajaran 2013/2014, di MTs Nurul Hikmah Jakarta. Penelitian tindakan

ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VIII sebanyak 25 siswa. Kegiatan

belajar mengajar di MTs Nurul Hikmah Jakarta dilakukan pada pukul 07:00

sampai dengan 13:00 WIB.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research.

“PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas

sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.”

Penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif. Artinya, penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal.29

Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat memperbaiki dan

meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses

pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya.

29

Muhammad Asrori , Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Penerbit CV Wacana

(36)

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

penelitiaan) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan

beberapa siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu

putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula, dimana tiap- tiap

siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi,

dan refleksi.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk

pada model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart yang dikutip

oleh Suharsimi Arikunto, digambarkan dalam bagan di bawah ini:

[image:36.595.103.525.130.584.2]

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Kemmis & McTaggart

Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect). 1. Perencanaan

(37)

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. 3. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti dibantu oleh observer yang mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.30

C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalan Penelitian

Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa MTs

Nurul Hikmah Jakarta kelas VIII yang berjumlah 25 siswa. Dan guru Fiqih,

yang berperan sebagai kolaborator.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian.

Peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator

yaitu peneliti bekerjasama dengan guru dalam hal membuat rancangan

pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan- tindakan pada

siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti

dalam mengajar dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif dengan

teknik STADdan mengamati aktivitas belajar Fiqih siswa selama proses

pembelajaran.

30

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

(38)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya

penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan

pertama dalamsiklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan analisis serta evaluasi dan refleksi. Setelah

melakukan analisis, evaluasi, dan refleksi pada siklus I, apabila terdapat

indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan

dengan siklus II. Jika masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan

kembali pada siklus III, dan seterusnya. Adapun uraian dari tahap-tahap

penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap

proses pembelajaran Fiqih pada kelas VIII MTs Nurul Hikmah Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses

pembelajaran dan aktivitas di dalam kelas pada mata pelajaran Fiqih.

b. Wawancara dengan siswa

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa untuk mengetahui minat

siswa terhadap pelajaran Fiqih, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan

yang dihadapi guru dalam pembelajaran Fiqih di kelas VIII.

Prosedur utama dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

2. Perencanaan Tindakan

Dalam merencanakan tindakan, peneliti dan guru mata pelajaran

berkomunikasi dalam merancangnya. Adapun yang hendak dirancang secara

bersama adalah perangkat pembelajaran, meliputi:

a. Skenario pembelajaran dalam bentuk RPP

b. Instrumen penilaian/evaluasi, dan

c. Instrumen observasi tindakan

(39)

3. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilakukan minimal dalam dua siklus kegiatan. Masing-

masing siklus terdiri dari 2 x tatap muka, dapat diuraikan sebagai berikut:

Siklus I

Pertemuan I

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran

b. Guru mengabsensi kehadiran siswa

c. Guru menanyakan kesiapan belajar siswa

d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang diajarkan

e. Guru menjelaskan pembelajaranStudent Teams Achievement Division

(STAD), sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan setelah

proses belajar berakhir.

f. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya untuk mengukur seberapa jauh

siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan di pelajari.

g. Guru menjelaskan/ menguraikan materi pelajaran Fiqih

h. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan

i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

jika materi yang dijelaskan belum dipahami

j. Guru melakukan umpan balik materi pelajaran kepada siswa

k. Guru memberikan penguatan kepada siswa

l. Guru mempersiapkan kelas dansiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok,

siswa mencari pasangan kelompoknya untuk bersiap-siap memulai

pembelajaran dengan teknik STAD

m. Guru memberikan bolpoint kepada murid yang duduk paling kanan, atau

dapat dikondisikan sendiri oleh guru

n. Guru menjelaskan bahwa akan dilaksanakandiskusi kelompok dengan

teknikStudent Teams Achievement Division (STAD), padapertemuan

berikutnya.

(40)

Pertemuan II

a. Guru mengorganisir dan mengelola kelas persiapan proses belajar

mengajar, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran

b. Guru mengabsensi kehadiran siswa

c. Menanyakan kesiapan belajar siswa

d. Guru melakukan apersepsi materi pelajaran pertemuan I

e. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mempersiapkan

siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan teknikStudent Teams

Achievement Division (STAD).

f. Guru membagikan bahan diskusi kepada masing- masing kelompok untuk

di diskusikan dengan kelompoknya.

g. Siswa melaksanakan kegiatandiskusi kelompok dengan teknikStudent

Teams Achievement Division (STAD).

h. Selama kegiatan berjalan, guru bertindak sebagai fasilitator dan

mengamati siswa yang sedang berdiskusi. Kegiatan ini dilakukan sesuai

dengan alokasi waktu mata pelajaran.

i. Siswa melaporkan hasil diskusi secara bergiliran.

j. Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk

mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang

di rumuskan indikator hasil belajar.

Siklus II

Pertemuan I

a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran

b. Guru mengabsensi kehadiran siswa

c. Guru menanyakan kesiapan belajar siswa

d. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya untuk mengukur seberapa jauh

siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan di pelajari.

e. Guru menjelaskan/ menguraikan materi pelajaran Fiqih

f. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan

g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan

(41)

h. Guru melakukan umpan balik materi pelajaran kepada siswa

i. Guru memberikan penguatan kepada siswa

j. Guru mempersiapkan siswa untuk melaksanakan diskusi

k. Siswa melaksanakan kegiatan berdiskusi.Guru bertindak sebagai pemberi

instruksi dan mengamati semua siswa yang sedang berdiskusi.

l. Selama kegiatan berjalan, guru melakukan penilaian aktivitas belajar siswa

selama proses diskusi berlangsung.

m. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa di akhir

pembelajaran

n. Guru menutup pelajaran.

Pertemuan II

a. Mempersiapkan murid menerima materi pelajaran

b. Menjelaskan kembali materi pelajaran pertemuan I

c. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan

d. Guru mengatur kelas untuk berdiskusi dan membagi siswa dalam

beberapa kelompok.

e. Siswa melaksanakan kegiatandiskusi kelompok dengan teknikStudent

Teams Achievement Division (STAD).

f. Siswa melaporkan hasil diskusinya di depan kelas secara bergiliran.

g. Siswa yang lain /kelompok lain menanggapi hasil diskusi kekompok

temannya.

h. Guru memberi penguatan dan penyimpulan tentang materi yang telah

dipelajari.

i. Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk

mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang

di rumuskan indikator hasil belajar.

4. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran

berjalan, utamanya saat diskusi kelompok dengan teknikStudent Teams

Achievement Division (STAD) terlaksana. Adapun aspek-aspek yang dinilai

(42)

menyelesaikan soal yang diberikan, (b) Jumlah murid yang tidak menjawab/

menyelesaikan soal yang diberikan, (c) Murid yang melakukan kegiatan lain

selama proses pembelajaran berlangsung, (d) Murid yang sudah menguasai

pelajaran, dan (e) Murid yang masih membutuhkan bimbingan dalam

pelajaran.

5. Refleksi

Guru menganalisis proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan

sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan

pembelajaran dengan menggunakan metode STAD, dalam hal ini

meningkatnya hasil belajar Fiqih murid kelas VIII di MTs Nurul Hikmah

Jakarta. Refleksi yang dilakukan pada siklus I menjadi acuan untuk

melaksanakan tindakan dalam siklus II. Hanya saja, pada siklus II tindakan

yang dilakukan merupakan revisi atau tindakan perbaikan pelaksanaan

pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran Fiqih secara

maksimal, dalam hal ini pembelajaran STAD berhasil meningkatkan hasil

belajar Fiqih itu sendiri.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini

adalah hasil belajar siswa pada konsep Fiqihsetelah proses pembelajaran

dengan menggunakan metode STAD. Adapun ketuntasan belajar yang

diharapkan mencapai 100% dengan nilai KKM 70.

G. Data dan Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa-siswi MTs Nurul Hikmah Jakarta

kelas VIII dan data yang diperoleh berupa situasi dan suasana kelas saat proses

pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode Student Teams

(43)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu :

1. Instrumen Tes

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Tes

awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan

kepada peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok soal

dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (postest) adalah bahan-bahan

pelajaran yang tergolong penting, yang telah di ajarkan kepada para peserta

didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Lembar observasi

Lembar observasi ini terdiri dari tiga yaitu lembar observasi guru

dalam belajar mengajar, lembar observasi aktifitas siswa dan lembar

observasi aktivitas pembelajaran. Lembar observasi proses kegiatan belajar

mengajar yaitu Untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai

aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD).

b. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam

proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek

pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru

dengan siswa dan aspek lainnya yang perlu dicatat.

c. Lembar wawancara

Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi

siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan

pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Wawancara

tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode STAD

(44)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran, melakukan wawancara,

membuat catatan lapangan, dokumentasi dan merekapitulasi nilai hasil belajar

yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.

Setelah semua data terkumpul penelitian bersama kolaborator (guru

mata pelajaran) melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat

kesimpulan mengenai peningkatan hasil siswa serta kelebihan dan kekurangan

penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (trustworthiness) study

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih

dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel

(subjek) yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diluar subjek yang sudah

ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah

instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya atau

tidak.

1. Uji validitas

Suatu alat evaluasi tersebut validity dapat diartikan tepat atau sahih,

apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan

kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan

tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat

penilaian dalam mengukur isi sebenarnya. Untuk mengetahui validitas

instrumen soal maka digunakan rumus korelasi point biserial.31

31

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

(45)

Keterangan:

rpbis = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor pada subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = Mean Skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes

SDt = Standar Deviasi dari skor total

p = Proporsi peserta tes yang menjawab betul

q = Proporsi peserta tes yang menjawab betul

r>r tabel maka butir soal tersebut v

Gambar

Siklus Penelitian Tindakan KelasGambar 3.1
Tabel 4.1
Gambar 1
Gambar 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ilmu kekuatan bahan, akan dipelajari tentang banyak hal misalnya : jenis pembebanan yang diberikan, gaya-gaya yang bekerja didalamnya, tegangan-tegangan yang

Fokus penelitian ini mengajukan rumusan bagaimanakah pengembangan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler serta kendala dan upaya yang dilakukan sekolah

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Audiovisual Dalam Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II” adalah proses mental yang berhubungan dengan panca indera yang terjadi pada mahasiswa Program Studi

Reok, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian Kualifikasi terhadap Dokumen Penawaran saudara yang akan dilaksanakan pada :. Adapun kelengkapan