(STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH
Di MTs Nurul Hikmah Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam
Oleh
SUPARNO
NIM 1810011000033
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DUAL MODE SYSTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
i
Mode System Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Student Teams
Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta.
Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Student Teams Achievement Division,
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran Fiqih, (2) metode pembelajaran yang monoton, (3) penerapan metode pembelajaran masih berpusat pada aktivitas guru, (4) siswa masih merupakan objek pembelajaran, (5) rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas. Metode ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran diskusi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division(STAD).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Nurul Hikmah Jakarta, dengan mengambil sampel kelas VIII. Agar permasalahan-permasalahan yang ada di kelas benar-benar teratasi maka guru melakukan tindakan supaya lebih tahu perkembangan siswa. Instrument hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir pada siklus I dan siklus II yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan rumus N-Gain dan uji instrumen dengan Anatest.. Tindakan dilakukan dengan dua siklus, pada siklus pertama siswa belum terlihat kemajuannya hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa selama tindakan siklus pertama yaitu rata-rata N-gain 0,42 dan hal itu diperlukan tindakan selanjutnya yaitu tindakan siklus II dalam siklus ini sudah mulai membaik dengan terlihatnya perkembangan dan peningkatan hasil belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan rata-rata N-gain 0,70.
ii
karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya.
Skripsi ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Dengan Teknik Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta ditulis
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Dekan Ketua Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI Dual Mode Sistem).
4. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd. Selaku Koordinator Dual Mode Sistem dan
Bapak/Ibu Dosen FITK di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Drs. Masan AF, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Paidi, S.Ag. Selaku Kepala Sekolah MTs Nurul Hikmah Jakarta.
7. Ayah dan Ibuku yang selalu mendo’akanku setiap waktu dan tak kenal rasa
lelah.
8. Istri dan anakku tercinta yang selalu memberikan dukungan yang sangat
iii Hendiana, dan teman-teman sebimbingan.
10.Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan
ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu besar harapan penulis diberikan masukan berupa saran maupun kritik yang
membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi di masa yang akan datang.
Jakarta, 7 Nopember 2014
v COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 9
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 9
2. Model Student Teams Achievement Division (STAD) dan langkah-langkah pembelajaran (STAD) ... 13
3. Hakikat belajar dan Hasil Belajar ... 15
4. Pembelajaran Fiqih... 19
B. Penelitian yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 22
vi
C. Subjek / Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 27
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 27
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 28
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32
G. Data dan Sumber Data ... 32
H. Instrumen Penelitian ... 33
I. Teknik Pengumpulan Data ... 34
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (Trustworthiness Study)... 34
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis... 37
L. Tindak Lanjut / Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 37
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 38
B. Interpretasi Hasil Analisis ... 41
C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 52
D. Analisis Data ... 53
E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 53
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Implikasi ... 58
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai semakin
menipis dan hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya
bangsa, yang diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya
yang bersifat universal, tampaknya studi tentang Islam menjadi sangat penting
dan mendapatkan perhatian yang sangat luas, baik di kalangan umat Islam
sendiri maupun di kalangan luar Islam.
Suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa nilai-nilai dan
sistem budaya yang ada di lingkungan umat Islam telah kehilangan daya
dinamikanya dan menjadi mandek, sehingga tidak mampu mewujudkan peran
dan fungsinya sebagai rahmatan lil a’lamin. Sementara nilai-nilai dan sistem
budaya umat manusia diluar lingkungan umat Islam pada umumnya telah di
dominasi oleh nilai-nilai dan sistem budaya modern, dengan ilmu pengetahuan
dan teknologinya yang semakin canggih serta sifatnya yang sekuler telah
mengalami perkembangan yang cepat dan tanpa batas serta menyentuh
tujuan-tujuan yang hakiki. Sebagai konsekuensinya, nilai-nilai dan sistem budaya
modern tersebut telah menimbulkan ancaman terhadap kelestarian kehidupan
umat manusia dan alam sekitarnya serta kehidupan semesta ini. Inilah
Melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang
dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan. Menurut Chaplin dkk dalam buku
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya
dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan
yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri”.1
Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan
dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan
sumberdaya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas
itu,dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan
pendidikan. Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia yang
berilmu, beriman, dan bertaqwa. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang
yang berilmu, beriman, dan bertaqwa akan mendapatkan derajat yang mulia
disisi Allah SWT. Diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat
Al-Mujaadilah ayat 11
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah kamu dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan:
”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mujaadilah ayat 11).2
Proses pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa. Di setiap sekolah
dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 35
2
Mushaf Al- Fattah, Al- Qur’an – 2 Muka Terjemah Tematik, (Bandung: CV
berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah
modern di perkotaan, tapi juga dimiliki oleh sekolah tradisional di pedesaan
dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya yang
membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebabnya.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa seringkali dijadikan
sebagai objek pendidikan sehingga guru selalu mendominasi proses belajar
mengajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran seperti ini, siswa menjadi pasif
dikelas yaitu hanya datang, duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti
dengan materi yang telah diajarkan oleh guru. Padahal prestasi belajar siswa
dapat mencapai suatu hasil yang baik jika siswa tersebut memiliki tingkat
penguasaan pemahaman yang baik mengenai konsep dari pokok-pokok
bahasan yang diberikan. Guru tampaknya lebih banyak menanamkan
konsep-konsep melalui transfer informasi tetapi setelah itu siswa lupa tentang
informasi yang baru saja mereka terima.Mengajar bukanlah hanya
menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang
bertujuan dan bersifat kompleks.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah
keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang
spesifik. Yaitu setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar
bukanlah didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan subjektif atau tugas
yang dapat dilakukan sekehendak hatinya, akan tetapi didasarkan kepada suatu
pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan
guru dalam mengajar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi
pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang
belum dapat diatasi.Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu
tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar. Walaupun
sebenarnya masalah yang mengganggu keberhasilan belajar anak didik ini
sangat tidak disenangi oleh guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi
disadari atau tidak,kesulitan belajar datang kepada anak didik. Namun, usaha
pendekatan agar anakdidik dapat dibantu keluar dari kesulitan belajar. Sebab
bila tidak, gagallah anak didik meraih hasil belajar yang memuaskan.Anak
didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang merasakan langsung
penderitaan akibat kesulitan belajar tersebut.
Pada pembelajaran Fiqih di sekolah MTs Nurul Hikmah Jakarta, ketika
pelaksanaan pembelajaran dikelas, penggunaan model pembelajaran yang
bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan metode
konvesional/tradisional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini
mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model
pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model pembelajaran
sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan
sangatsesuai dengan kurikulum KTSP.
Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan peneliti
sebelum melakukan penelitian dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak
siswa yang mengantuk, ngobrol, bahkan berlari-lari didalam kelas dan
kelihatan sekali mereka merasa bosan dan jenuh dengan metode yang
diterapkan oleh guru mata pelajaran Fiqih. Dan diperkuat lagi oleh keterangan
beberapa siswa dari hasil wawancara bahwa mereka merasa kesulitan dalam
belajar, jenuh, tidak bergairah dan bosan mengikuti pelajaran, terlebih lagi
guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan buku LKS,
padahal materi tersebut belum sepenuhnya disampaikan oleh guru, sehingga
hasil belajar siswa pun rendah.
Guru cenderung menitik beratkan pada penguasaan hafalan, proses
pembelajaran terpusat pada guru, sehingga membosankan siswa dalam belajar,
serta kurangnya dukungan dari masyarakat terhadap pengetahuan agama
(Fiqih) yang pada akhirnya minat siswa menjadi rendah.
Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan
berlangsung terus menerus. Dengan kondisi tersebut seharusnya guru mencari
alternatif-alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran dikelas. Idealnya, model pembelajaran
murid dalam mengikuti pelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus dapat
menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan keadaan siswa
yang dihadapinya.
Seorang guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang efektif yaitu
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan
mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
harapan. Disamping itu, dengan model pembelajaran tersebut tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal, dalam hal ini terjadi
peningkatan baik dari aspek keterampilan Fiqih maupun hasil belajar murid itu
sendiri. Dengan iklim belajar mengajar yang menantang berkompetisi
secarasehat serta memotivasi murid dalam belajar, akan berdampak positif
dalam pencapaian hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian dalam proses belajar mengajar pada suatu kelas
guruharus mampu menyajikan pelajaran dan informasi dengan menarik,
sesuatu pelajaran dan informasi yang disampaikan dengan metode yang baru
dengan kemasan yang bagus, dan apabila ada bisa didukung oleh alat-alat
berupa sarana dan media yang baru pula sehingga menarik perhatian siswa
dalam belajar.
Pembelajaran koperatif (Cooperative Learning) sebagai salah satu
model pembelajaran diharapkan mampu memberikan pengalaman tersendiri
bagi siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mampu
membuat siswa menjadi aktif dan kreatif karena pembelajaran ini memicu
suasana yang asik dan menyenangkan. Dengan pembelajaran seperti ini akan
membuat hasil belajar siswa meningkat. Peranan guru lebih banyak
menetapkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator
belajar. Bahwa landasan teori model kooperatif tipe STAD sangat cocok untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran Fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta,
dengan banyaknya keluhan-keluhan seperti yang telah disebutkan di atas,
maka dalam proses pembelajaran Fiqih keluhan-keluhan tersebut dapat teratasi
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari
materi saja, namun juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi
untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat
dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok.
Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok
selama kegiatan. Untuk mencapai hasil belajar itu modelkooperatif menuntut
kerjasama antara peserta didik dalam mengerjakan tugasnya. Sehingga dalam
hal ini peserta didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
untuk menjawab semua permasalahan yang terjadi di MTs Nurul Hikmah
Jakarta, khususnya pada mata pelajaran Fiqih, dan adanya penelitian terdahulu
mengenai model kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement
Division (STAD) peneliti tertarik untuk mengatasi permasalahan ini
menggunakan Model Kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement
Division (STAD), Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu
melakukan penelitian dengan judul skripsi:
“Penerapan Model PembelajaranKooperatif Dengan Teknik
Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fiqih Di MTs Nurul Hikmah Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan pada
penelitian inidapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya perhatian siswa terhadap pelajaran Fiqih.
2. Metode pembelajaran yang monoton (guru sebagai buku pelajaran, otoritas
ada pada guru, siswa cenderung belajar ingatan).
3. Penerapan metode pembelajaran masih terpusat pada aktivitas guru,
sehinggaguru selalu mendominasi proses belajar mengajar dan siswa
menjadi pasif.
4. Siswa masih merupakan objek pembelajaran.
5. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penulis membatasi fokus penelitian pada:
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. Untuk keluar dari
masalah tersebut, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif
dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk
meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa di MTs Nurul Hikmah Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Student Teams Achievement
Division (STAD) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih siswa di MTs Nurul
Hikmah Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian adalah: dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD ini pengembangan kognitif siswa
lebih terarah dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis:
a. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran
yang efektif dan menambah pengalaman dalam mendidik.
b. Bagi pembaca dapat meningkatkan motivasi sumber daya mereka
melalui penggunaan model kooperatif dengan teknik STAD.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan masukan kepada guru bahwa model kooperatif dengan teknik
alternatif metode pembelajaran, agartercipta suasana pembelajaran
yang efektif dan efisien serta berkualitas.
b. Bagi Siswa, dengan memakai metode pembelajaran ini diharapkan
dapat melatih siswa dalam meningkatkan percaya diri, melatih
kemampuan berpikir, melatih berkomunikasi serta memotivasi siswa
untuk meningkatkan aktivitas yang tinggi dalam pembelajaran Fiqih
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
c. Bagi UIN diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap
pengembangan pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan PAI melalui
model kooperatif dengan teknik STAD.
d. Bagi Sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif ini bukan saja sekedar melibatkan dan
menempatkan siswa secara bersama dalam suatu kelompok kecil dan
memberikan kepada mereka tugas, akan tetapi juga didalamnya melibatkan
pemikiran dan perhatian penuh pada berbagai macam aspek dari proses
kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut untuk saling
bekerjasama dan membantu antara satu dengan yang lainnya dalam
menyelesaikan atau mempelajari suatu pokok bahasan.
Menurut Rusman “pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial”.3
Menurut Johnson “pembelajarn kooperatif berarti working together to
accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama)”.
Dalam suasana kooperatif, setiap anggota sama- sama berusaha mencapai
hasil yang nantinya bisa dirasakan oleh semua anggota kelompok. Dalam
konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan
“sebagai pembentukan kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari siswa- siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan
pembelajarannya dan pembelajaran siswa- siswa yang lain”.4
Pada pembelajaran kooperatif ini siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4 - 5 orang. Dalam belajar kooperatif ini terjadi interaksi antar anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktifitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Hasil penelitian: Slavin (1995) dinyatakan bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.5
Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi
siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan- keterampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan
kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk
membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan
keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan.
Keterampilan- keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. antara lain:
a. Keterampilan- keterampilan Sosial
b. Keterampilan Berbagi
3
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 209.
4
Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, teknik, struktur dan model Penerapan,
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar. 2011), Cet. 1, h. 31.
5
c. Keterampilan Berperan serta
d. Keretampilan- keterampilan Komunikasi
e. Keterampilan- keterampilan Kelompok.6
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang mengoptimalkan peran siswa dalam kelompok belajar sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya ada beberapa prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif antara lain: Prinsip ketergantungan positif, Tanggung jawab perseorangan, Interaksi tatap muka, Partisipasi, dan Komunikasi.
Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Interaksi tatap muka
4) Partisipasi dan Komunikasi 5) Evaluasi proses kelompok.7
c. Prosedur pembelajaran Kooperatif
Menurut Wina Sanjaya prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:
1) Penjelasan materi 2) Belajar dalam kelompok 3) Penilaian
4) Pengakuan tim.8
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
6
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 234- 235.
7
Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2009), Cet. h. 246.
8
Wina sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan,
Salah satu tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini sangat penting dimiliki dalam masyarakat dimana banyak
kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling
bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara budaya semakin
beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih
kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan sering
terjadi pertikaian kecil antara individu yang mengakibatkan tindakan
kekerasan.
a. Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan
2. Optimalisasi partisipasi siswa
3. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk
berbagi dengan pasangan dengan sesame siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi
4. Adanya struktur yang jelas dan memungkiinkan siswa untuk
berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan
teratur
5. Meningkatkan penerimaan
6. Meningkatkan hubungan positif
7. Motivasi intrinsik makin besar
8. Percaya diri yang tinggi
9. Prilaku dalam tugas lebih
10.Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah
11.Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya
12.Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada “apa
13.Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif.” Mereka
mengorganisasi pikirannya untuk di jelaskan ide pada teman-
teman sekelas mereka
b. Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran kooperatif ini
adalah:
1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah
2. Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai
3. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk
yang berbeda – beda serta membutuhkan waktu khusus9
2. Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Menurut kamus bahasa Inggris, STAD (Student Teams Achievement
Divisions) adalah student (murid, pelajar), teams (regu, rombongan),
achievement (menyelesaikan/hasil belajar), divisions (pembagian, bagian,
pembelahan).10 Maka STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat
diartikan sekelompok siswa yang menyelesaikan hasil belajar pada suatu
permasalahan yang sudah mendapat pembagian kelompok.
Menurut Slavin Robet (2008) model STAD (Student Teams
Achievement Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam Matematika, IPA, PKn, IPS , Bahasa Inggris, dan banyak
subjek lainnya, pada tinggkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Lebih
jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD
adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.11
9
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 248- 249.
10
Abdullah masrur, kamus penolong Inggris – Indonesia, (Bandung: Cv Bintang
pelajar, 2001), cet. 1, h. 27, 34, 7, 20.
11
Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif Model STAD 1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Pembagian Kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/
jenis kelamin, rasa tau etnik.
3. Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru
memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kretif. Di
dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,
pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus di lakukan
serta cara- cara menjelaskannya.
4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru lembaran
kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi. Selama tim
bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,
dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri
terpenting dari STAD.
5. Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang
materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap
presentasi hasil kerja masing- masing kelompok. Siswa diberikan
dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung
jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.12
3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
“Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, jadi belajar bukan hanya karena adanya kesempatan”.13
Menurut Oemar Hamalik “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman”.14
Belajar merupakan proses untuk membuat perubahan dalam diri
mahasiswa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut akan membuat seseorang
menjadi lebih baik. Belajar bukan hanya untuk mengumpulkan
pengetahuan saja, tetapi belajar juga sebagai proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan
perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu
dengan lingkungannya yang disadari.
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup
menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu
bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu
hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.15
12
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2011), cet. 3, h. 215.
13
Yahya Yudik, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum R.A. (Jakarta : Departemen
Agama, 2005) h.5
14
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009), cet 3, h.106.
15
Wasty soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan,
b. Prinsip-prinsip belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono terdapat 7 prinsip-prinsip belajar
antara lain:
1) Perhatian dan Motivasi
2) Keaktifan
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
4) Pengulangan
5) Tantangan
6) Balikan dan Penguatan
7) Perbedaan individual 16
c. Ciri-Ciri dan Kriteria Kegiatan Belajar
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah
diuraikan diatas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi
ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut:
1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik
aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).17
“Ciri-ciri belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah yaitu: Perubahan yang terjadi secara sadar, Perubahan dalam belajar bersifat fungsional, Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan Perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku”.18
16
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999), Cet. I, h. 42.
17
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 56.
18
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 2,
d. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris ” hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.19
Hasil belajar siswa dapat dilihat setelah siswa melakukan proses
pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui tercapainya tujuan
pembelajaran melaui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar siswa dapat di
lihat melalui kemampuan peserta didik setelah melakukan proses
pembelajaran.
Menururt Dimyati dan Mudjiono dengan berakhirnya suatu proses
belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. “Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar”. Dari sisi guru, tindak belajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.20
Seseorang dikatakan berhasil apabila ia melakukan sesuatu, dan ia
mendapatkannya secara puas. Siswa dikatakan berhasil apabila ia
memperoleh prestasi yang bagus disekolahnya, tentu prestasi tersebut
diperoleh dengan belajar. Hasil yaitu keluaran sebagai akibat dari kegiatan.
Sebagian orang beranggapan bahwa, belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Ada pula sebagian yang memandang belajar
sebagai latihan belaka seperti tampak pada latihan membaca dan
menulis.Menurut Nana Syaodih Sukmadinata “hasil belajar atau
achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensialatau kapasitas yang dimiliki seseorang. Pengusahaaan
hasil belajar seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan keterampilan berpikir maupun keterampilan
19
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Press,
2010), h. 14.
20
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
motorik”.21
Hasil belajar dapat mengantarkan siswa menguasai
konsep-konsep Fiqih dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Menguasai disini yaitu harus menjadikan siswa tidak
sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep Fiqih, melainkan harus
menjadikan siswa untuk mengerti dan memahami konsep-konsep tersebut.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka
menjalani proses pembelajaran.
Menurut Agus Suprijono hasil belajar adalah: Pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gangne, hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan
2) Keterampilan intelektual yaitu keterampilan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri, dan mampu memecahakan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian berdasarkan objek tertentu.22
Menurut Rusman “penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran”.23
Dapat disimpulkan hasil belajar merupakan kemampuan siswa
setelah melakukan proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui
tercapainya tujuan pembelajaran melalui hasil belajar peserta didik.
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), h.165
22
Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 5
23
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
e. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
1) Faktor intern, dari dalam meliputi kecerdasan, motivasi, dan factor
kepribadian lainnya termasuk kemampuan untuk mengelola emosi.
2) Faktor ekstern, berasal dari luar diri siswa sangat terkait dengan
bagaimana lingkungan memberikan dukungan ketika proses belajar
berlangsung dan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang
proses belajar.
4. Pembelajaran Fiqih
a. Konsep Pembelajaran
Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Menurut Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20. 2003).
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu. Pembelajaran merupakan subyek dari pendidikan. (corey, 1986).
Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang
dikemukakan di atas, dapat dimaknai bahwa didalam pembelajaran terdapat
interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur - unsur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan. Pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan
siswa sebagai pelajar dan unsur - unsur lain yang saling mempengaruhi.
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena didalamnya
komponen yang satu dengan komponen yang lain dan saling
ketergantungan. Komponen -komponen pembelajaran sebagai berikut: 1).
Tujuan, 2). Bahan, 3). Metode, 4). Media, 5). Evaluasi.24
b. Istilah Fiqih
Dalam literatur bahasa Arab adalah “Fiqih” yang artinya ilmu Fiqhi,
ilmu hukum Islam, syariat Islam, mengerti, paham, dan pintar.25
“Kata Fiqih secara bahasa adalah al-fahm (pemahaman), sedangkan Fiqih menurut istilah adalah seperangkat pengetahuan tentang
hukum-hukum syari’ah (agama) tentang perbuatan manusia yang digali atau
ditemukan dari dalil-dalil terperinci”.26
Sedangkan pengertian Fiqih menurut terminology para fuqaha (ahli
fiqih) adalah “pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci (mendetail)”.
Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pembahasan ilmu fiqih
ada 2 macam, yaitu:
1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan
manusia yang praktis.
2. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terinci (mendetail) pada setiap
permasalahan.
Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fiqih adalah
hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal,
haram, makruh atau wajib beserta daililnya masing-masing.27
c. Sumber Fiqih dan Sifatnya
Sumber dari Fiqih atau hukum-hukum tersebut adalah al-Qur’an dan
Sunnah Nabi, khususnya ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis tertentu yang
24
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 7-8.
25
Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: AMZAH, 2006).
26
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), cet. 1, h. 3.
27
Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2011), cet.
berhubungan dengan hokum perbuatan, baik hukum-hukum ibadah maupun
mu’amalah.
Adapun yang menjadi sifat bagi Fiqih diantaranya:
1. Fiqih sebagai produk merupakan akumulasi (kumpulan, majmu’a)
hasil upaya para perintis fiqih terdahulu dan umumnya telah
tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks dan
madzhab-madzhab.
2. Fiqih sebagai proses adalah proses pemahaman atas al-Qur’an dan
al-Hadis dalam hubungannya dengan hukum perbuatan manusia.
3. Fiqih sebagai sikap adalah fungsi fiqih sebagai alat penanaman
sikap dan karakter taqwa ke dalam batin manusia.28
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik STAD untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, penulis mengutip beberapa penelitian yang relevan, antara lain:
1. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Pembelajaran Matematika
dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Teknik STAD
Terhadap Hasil Belajar Siswa. Disusun oleh Muhamad
(101017021004), Program Studi Pendidikan Matematika FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil belajar
matematika yang menggunakan metode Cooperative teknik STAD,
dengan rata-rata menggunakan metode ekspositori. Dengan
menggunakan metode Cooperative teknik STAD memiliki hasil lebih
tinggi atau lebih baik dibandingkan menggunakan metode ekspositori.
2. Dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Metode Cooperative Learning
Teknik STAD Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai TerhadapHasil
28
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Belajar” (Eksperimendi MA Jami’iyyah, Pondok Aren). Disusun. oleh Devi Kusmiyanti (104016100400), Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009. Mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan pada penggunaan metode Cooperative Learning Teknik
STAD dengan mengintegrasikan nilai-nilai terhadap peningkatan hasil
belajar biologi siswa.
3. Dalam skripsi yang berjudul: “Cooperative Learning Model STAD
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan HasilBelajar IPA Siswa Kelas IV
SDN Pulowetan 2 Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk. Disusun
oleh Amurwani, Novie. 2009. Skripsi Jurusan Kependidikan Sekolah
Dasar dan Prasekolah FIP Universitas Negeri Malang.
Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru kelas IV
SDN Pulowetan 2, hasil belajar siswa kelas IV masih rendah. Metode yang
digunakan guru masih ceramah danproses pembelajaran hanya berlangsung
satu arah saja. Sehingga siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian relevan sebelumnya yaitu
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD yang
diteliti pada peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaan penelitian
ini dengan penelitian relevan sebelumnya, yaitu sejauh pengamatan saya
penelitian sebelumnya meneliti pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) dan Matematika, sedangkan penelitian ini meneliti pada mata pelajaran
Fiqih dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti ingin
mengetahui apakah keberhasilan metode ini dapat di implementasikan pada
semua mata pelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dilaksanakan
juga metode gotong royong. Belajar kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaranmelalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Dalam
pembelajaran kooperatif, setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok
melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru
sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif. kooperatif memiliki banyak teknik,
salah satunya adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dengan
teknik ini siswa bukan hanya sekedar belajar tetapi juga saling mengerjakan
tugas satu sama lain. Dalam pembelajaran, biasanya siswa lebih suka bertukar
jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu satu sama lain.
Hal ini merupakan suatu keunggulan dari teknik STAD, karena tahap-tahap
pada STAD memungkinkan siswa bertemu dengan siswa lain yang bukan
kelompoknya saja sehingga kesempatan siswa untuk bertanya dengan
teman-temannya lebih banyak. Jika keinginan siswa di implementasikan dalam
bentuk pertanyaan itu terpuaskan, berarti proses belajar siswa telah dilalui,
maka kegiatan belajar mengajar yang efektif telah tercipta. Keefektifan
pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menyerap materi yang
disajikan guru, sehingga hasil belajarnya akan menjadi lebih baik. Jadi, jika
Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Student TeamAchievement Divisions
(STAD) diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan dapat
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
1. Rendahnya hasil belajar siswa 2. Siswa kesulitan dalam memahami
pelajaran Fiqih
PTK
Model Student Team Achievement Divisions(STAD)
Siswa memahami materi
Terjadinya Peningkatan Hasil Belajar Fiqih siswa
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan
fakta yang ada. Secara teknis hipotesis dapat didefinisikan pernyataan
mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu menjadi solusi yang baik dimana siswa dapat saling
bekerjasama dan bertukar informasi sehingga siswa lebih terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih. Dari
uraian dalam kajian teori dan penyusunan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Teknik Student Teams Achievement Divisions (STAD)
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret dan April semester genap
tahun pelajaran 2013/2014, di MTs Nurul Hikmah Jakarta. Penelitian tindakan
ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas VIII sebanyak 25 siswa. Kegiatan
belajar mengajar di MTs Nurul Hikmah Jakarta dilakukan pada pukul 07:00
sampai dengan 13:00 WIB.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research.
“PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas
sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.”
Penelitian tindakan kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparatif. Artinya, penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal.29
Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin meningkat kualitasnya.
29
Muhammad Asrori , Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Penerbit CV Wacana
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitiaan) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan
beberapa siklus. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu
putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula, dimana tiap- tiap
siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk
pada model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart yang dikutip
oleh Suharsimi Arikunto, digambarkan dalam bagan di bawah ini:
[image:36.595.103.525.130.584.2]Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Kemmis & McTaggart
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu tahap perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect). 1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. 3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Peneliti dibantu oleh observer yang mengamati segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, mengenali, dan mendokumentasikan semua gejala atau indikator dari proses, hasil tindakan terencana maupun efek sampingnya.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.30
C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalan Penelitian
Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa MTs
Nurul Hikmah Jakarta kelas VIII yang berjumlah 25 siswa. Dan guru Fiqih,
yang berperan sebagai kolaborator.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian.
Peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator
yaitu peneliti bekerjasama dengan guru dalam hal membuat rancangan
pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan- tindakan pada
siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti
dalam mengajar dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif dengan
teknik STADdan mengamati aktivitas belajar Fiqih siswa selama proses
pembelajaran.
30
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya
penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan
pertama dalamsiklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan analisis serta evaluasi dan refleksi. Setelah
melakukan analisis, evaluasi, dan refleksi pada siklus I, apabila terdapat
indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan
dengan siklus II. Jika masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan
kembali pada siklus III, dan seterusnya. Adapun uraian dari tahap-tahap
penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
a. Observasi kegiatan belajar mengajar
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap
proses pembelajaran Fiqih pada kelas VIII MTs Nurul Hikmah Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran dan aktivitas di dalam kelas pada mata pelajaran Fiqih.
b. Wawancara dengan siswa
Wawancara dilaksanakan terhadap siswa untuk mengetahui minat
siswa terhadap pelajaran Fiqih, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan
yang dihadapi guru dalam pembelajaran Fiqih di kelas VIII.
Prosedur utama dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
2. Perencanaan Tindakan
Dalam merencanakan tindakan, peneliti dan guru mata pelajaran
berkomunikasi dalam merancangnya. Adapun yang hendak dirancang secara
bersama adalah perangkat pembelajaran, meliputi:
a. Skenario pembelajaran dalam bentuk RPP
b. Instrumen penilaian/evaluasi, dan
c. Instrumen observasi tindakan
3. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan minimal dalam dua siklus kegiatan. Masing-
masing siklus terdiri dari 2 x tatap muka, dapat diuraikan sebagai berikut:
Siklus I
Pertemuan I
a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran
b. Guru mengabsensi kehadiran siswa
c. Guru menanyakan kesiapan belajar siswa
d. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai kompetensi yang diajarkan
e. Guru menjelaskan pembelajaranStudent Teams Achievement Division
(STAD), sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan setelah
proses belajar berakhir.
f. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya untuk mengukur seberapa jauh
siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan di pelajari.
g. Guru menjelaskan/ menguraikan materi pelajaran Fiqih
h. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan
i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
jika materi yang dijelaskan belum dipahami
j. Guru melakukan umpan balik materi pelajaran kepada siswa
k. Guru memberikan penguatan kepada siswa
l. Guru mempersiapkan kelas dansiswa dibagi ke dalam beberapa kelompok,
siswa mencari pasangan kelompoknya untuk bersiap-siap memulai
pembelajaran dengan teknik STAD
m. Guru memberikan bolpoint kepada murid yang duduk paling kanan, atau
dapat dikondisikan sendiri oleh guru
n. Guru menjelaskan bahwa akan dilaksanakandiskusi kelompok dengan
teknikStudent Teams Achievement Division (STAD), padapertemuan
berikutnya.
Pertemuan II
a. Guru mengorganisir dan mengelola kelas persiapan proses belajar
mengajar, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran
b. Guru mengabsensi kehadiran siswa
c. Menanyakan kesiapan belajar siswa
d. Guru melakukan apersepsi materi pelajaran pertemuan I
e. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mempersiapkan
siswa untuk melaksanakan diskusi kelompok dengan teknikStudent Teams
Achievement Division (STAD).
f. Guru membagikan bahan diskusi kepada masing- masing kelompok untuk
di diskusikan dengan kelompoknya.
g. Siswa melaksanakan kegiatandiskusi kelompok dengan teknikStudent
Teams Achievement Division (STAD).
h. Selama kegiatan berjalan, guru bertindak sebagai fasilitator dan
mengamati siswa yang sedang berdiskusi. Kegiatan ini dilakukan sesuai
dengan alokasi waktu mata pelajaran.
i. Siswa melaporkan hasil diskusi secara bergiliran.
j. Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk
mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang
di rumuskan indikator hasil belajar.
Siklus II
Pertemuan I
a. Guru mengelola dan mengorganisir kelas persiapan proses pembelajaran
b. Guru mengabsensi kehadiran siswa
c. Guru menanyakan kesiapan belajar siswa
d. Melakukan tes awal (pretes), tujuannya untuk mengukur seberapa jauh
siswa telah memiliki kemampuan mengenai hal-hal yang akan di pelajari.
e. Guru menjelaskan/ menguraikan materi pelajaran Fiqih
f. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan
g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
h. Guru melakukan umpan balik materi pelajaran kepada siswa
i. Guru memberikan penguatan kepada siswa
j. Guru mempersiapkan siswa untuk melaksanakan diskusi
k. Siswa melaksanakan kegiatan berdiskusi.Guru bertindak sebagai pemberi
instruksi dan mengamati semua siswa yang sedang berdiskusi.
l. Selama kegiatan berjalan, guru melakukan penilaian aktivitas belajar siswa
selama proses diskusi berlangsung.
m. Guru memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa di akhir
pembelajaran
n. Guru menutup pelajaran.
Pertemuan II
a. Mempersiapkan murid menerima materi pelajaran
b. Menjelaskan kembali materi pelajaran pertemuan I
c. Guru memberikan contoh-contoh terkait dengan pelajaran yang diajarkan
d. Guru mengatur kelas untuk berdiskusi dan membagi siswa dalam
beberapa kelompok.
e. Siswa melaksanakan kegiatandiskusi kelompok dengan teknikStudent
Teams Achievement Division (STAD).
f. Siswa melaporkan hasil diskusinya di depan kelas secara bergiliran.
g. Siswa yang lain /kelompok lain menanggapi hasil diskusi kekompok
temannya.
h. Guru memberi penguatan dan penyimpulan tentang materi yang telah
dipelajari.
i. Melakukan tes akhir atau postes di akhir siklus, tujuannya adalah untuk
mengukur apakah siswa telah menguasai kompetensi tertentu seperti yang
di rumuskan indikator hasil belajar.
4. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran
berjalan, utamanya saat diskusi kelompok dengan teknikStudent Teams
Achievement Division (STAD) terlaksana. Adapun aspek-aspek yang dinilai
menyelesaikan soal yang diberikan, (b) Jumlah murid yang tidak menjawab/
menyelesaikan soal yang diberikan, (c) Murid yang melakukan kegiatan lain
selama proses pembelajaran berlangsung, (d) Murid yang sudah menguasai
pelajaran, dan (e) Murid yang masih membutuhkan bimbingan dalam
pelajaran.
5. Refleksi
Guru menganalisis proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan
sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran dengan menggunakan metode STAD, dalam hal ini
meningkatnya hasil belajar Fiqih murid kelas VIII di MTs Nurul Hikmah
Jakarta. Refleksi yang dilakukan pada siklus I menjadi acuan untuk
melaksanakan tindakan dalam siklus II. Hanya saja, pada siklus II tindakan
yang dilakukan merupakan revisi atau tindakan perbaikan pelaksanaan
pembelajaran sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran Fiqih secara
maksimal, dalam hal ini pembelajaran STAD berhasil meningkatkan hasil
belajar Fiqih itu sendiri.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini
adalah hasil belajar siswa pada konsep Fiqihsetelah proses pembelajaran
dengan menggunakan metode STAD. Adapun ketuntasan belajar yang
diharapkan mencapai 100% dengan nilai KKM 70.
G. Data dan Sumber Data
Sumber data diperoleh dari siswa-siswi MTs Nurul Hikmah Jakarta
kelas VIII dan data yang diperoleh berupa situasi dan suasana kelas saat proses
pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode Student Teams
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu :
1. Instrumen Tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (postest). Tes
awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan
kepada peserta didik, karena itu pertanyaan yang tercantum dalam pokok soal
dibuat yang mudah. Sedangkan tes akhir (postest) adalah bahan-bahan
pelajaran yang tergolong penting, yang telah di ajarkan kepada para peserta
didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Lembar observasi
Lembar observasi ini terdiri dari tiga yaitu lembar observasi guru
dalam belajar mengajar, lembar observasi aktifitas siswa dan lembar
observasi aktivitas pembelajaran. Lembar observasi proses kegiatan belajar
mengajar yaitu Untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
aktivitas belajar siswa, aktifitas guru dan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Student Teams Achievement Division (STAD).
b. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam
proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek
pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, interaksi guru
dengan siswa dan aspek lainnya yang perlu dicatat.
c. Lembar wawancara
Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan
pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Wawancara
tindakan dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode STAD
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran, melakukan wawancara,
membuat catatan lapangan, dokumentasi dan merekapitulasi nilai hasil belajar
yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.
Setelah semua data terkumpul penelitian bersama kolaborator (guru
mata pelajaran) melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat
kesimpulan mengenai peningkatan hasil siswa serta kelebihan dan kekurangan
penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (trustworthiness) study
Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih
dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel
(subjek) yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diluar subjek yang sudah
ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah
instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya atau
tidak.
1. Uji validitas
Suatu alat evaluasi tersebut validity dapat diartikan tepat atau sahih,
apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan
kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan
tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat
penilaian dalam mengukur isi sebenarnya. Untuk mengetahui validitas
instrumen soal maka digunakan rumus korelasi point biserial.31
31
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
Keterangan:
rpbis = Koefisien korelasi biserial
Mp = Rerata skor pada subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt = Mean Skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt = Standar Deviasi dari skor total
p = Proporsi peserta tes yang menjawab betul
q = Proporsi peserta tes yang menjawab betul
r>r tabel maka butir soal tersebut v