• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Identifikasi Periode Kritis Dengan Uji Interval Bebas Gulma Dalam Berbagai Varietas Pada Tanaman Sorgum ( Sorgum bicolor L.) Muench Dilihat Pada Aspek Pertumbuhan Vegetatif"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Sorgum

Tanaman sorgum (Sorgum bicolor L.) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan,

dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Sorgum merupakan tanaman

sereal yang besar di Ethiopia Timur. Sekitar 44% (149.030 ha) daerah Ethiopia

Timur di budidayakan sorgum dan dianggap sebagai sarana utama untuk bertahan

hidup bagi manusia di beberapa bagian semi kering Ethiopia Timur di mana

seringkali tanaman gagal tumbuh karena rendahnya curah hujan (CSA, 1996).

Dari benua Afrika menyebar luas ke daerah tropis dan subtropik. Tanaman ini

memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan, sehingga sorgum

menyebar ke seluruh dunia. Negara penghasil utama sorgum adalah Amerika,

Argentina, RRC, India, Nigeria dan beberapa Negara Afrika Timur, Yaman dan

Australia (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Tanaman sorgum mirip dengan jagung, di Indonesia biji sorgum dikenal

sebagai tanaman palawija dengan berbagai nama daerah, antara lain yaitu jagung

pari, oncer/cantel (Jawa), gandrung, gandum (Minang kabau), jagung cetrik,

degem, kumpay (Sunda), wataru hamu garai.

Uraian Botanis

Taksonomi

Tanaman sorgum dapat diklasifikasikan sebagai berikut, kingdom

(2)

Monocotyledoneae, ordo Poales, family Graminaceae, genus Sorghum, species

Shorgum bicolor (L.) Moench.

Gambar 1. Tanaman sorgum dan akar

Morfologi

Doggett (1970) dan Huldquist (1973), dalam Goldsworthy dan Fisher

(1992) mengatakan bahwa batang sorgum padat. Batang berbentuk silinder

mencapai ketinggian sekitar 3-4 m. Diameter batang berkisar antara 1.25 – 6.25

cm. Memiliki empulur yang ada berasa manis. Permukaan batang memuliki

lapisan lilin dengan warna hijau ke abu-abuan ( Thakur, 1980).

Gambar 2. Batang sorgum dengan penampang melintang, terlihat empulur pada batang

Daun-daun biasanya terdapat secara berselang dalam dua baris pada

sisi-sisi batang yang berlawanan dan masing-masing terdiri atas satu pelepah dan

helaian. Pelepah daun membungkus batang dan melekat pada satu buku.

Daun-daun yang dewasa (helaian) dapat mencapai 300 mm sampai 1350 mm dengan

(3)

spesies-spesies liar, daun dapat sepanjang 300 – 750 mm tetapi biasanya sangat

sempit 5-70 mm (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Gambar 3. Daun tanaman sorgum dan daun bendera pada pucuk tanaman membungkus malai

Berbeda dengan jagung, bunga jantan dan betina pada sorgum berada

pada ujung malai. Malai terbuka dan relatif tebal. Sekitar 95% bunga sorgum

menyerbuk sendiri (Metcalfe dan Elkins, 1980).

Gambar 4. Bunga sorgum mulai dari pembentukan malai hingga menjadi biji

Anatomi biji

Biji berbentuk bola dengan ujung tumpul. Pericarp dan testa menjadi

satu. Memiliki anekaragam warna mulai dari putih jernih atau putih pucat sampai

berbagai tingkat warna merah dan cokelat keunguan tua. Endospermnya keras

(4)

dalamnya. Endosperm biasanya putih namun bisa kuning yang disebabkan oleh

pigmen-pigmen karotenoid. Diameter biji bervariasi dari 4-8 mm dan beratnya

sekitar 10-60 mg (Golsworthy dan Fisher, 1992)

Gambar 5. Biji sorgum dalam fase pengisian biji

Syarat Tumbuh

Iklim

Sorgum adalah tanaman yang kuat dan mampu bertahan pada iklim yang

ekstrim lebih dari tanaman serelia lain. Sorgum dapat bertahan pada

bermacam-macam temperatur dari 15.5⁰C – 40.5⁰C, dengan curah hujan sekitar 35 – 150

mm/thn (Thakur, 1980). Sorgum dapat tumbuh hingga ketinggian 1500 m dpl dan

dapat tumbuh dan menghasilkan di dataran rendah ditempat tanaman jagung tidak

dapat tumbuh (Rismunandar, 1986). Sepanjang hidupnya tanaman sorgum

memerlukan sinar matahari penuh, oleh karena itu saat tanam yang cocok adalah

musim kemarau. Tanaman sorgum mampu beradaptasi pada daerah yang luas

mulai 45⁰LU sampai dengan 40⁰LS mulai dari daerah dengan iklim tropis kering

sampai daerah beriklim basah (Sumarno dan karsono, 1996), dengan kelembapan

relatif 20 – 40 % (Sudaryono, 1996). Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan

(5)

Tanah

Sorgum juga dapat tumbuh pada tanah-tanah berpasir, ia dapat tumbuh

pada pH tanah berkisar 5.0 – 5.5 dan lebih bertoleransi terhadap tanah salin

dibanding jagung. Tanaman sorgum dapat berproduksi pada tanah yang terlalu

kritis bagi tanaman lainnya (Laemeheriwa, 1990). Sorgum cocok pada tanah liat

berlempung yang kaya akan humus. Walaupun sorgum lebih mampu bertahan

pada kondisi yang tergenang dibanding tanaman jagung, namun drainase yang

lebih baik, cocok untuk pertumbuhannya (Thakur, 1980).

Agronomi

Cara budidaya tanaman sorgum mudah dengan biaya relatif murah, dapat

ditanam secara monokultur maupun tumpang sari dan mempunyai kemampuan

untuk tumbuh kembali setelah dilakukan pemangkasan pada batang bawah dalam

satu kali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda, tergantung pemeliharaan

tanamannya. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap serangan hama

dan penyakit sehingga resiko gagal panen relatif kecil (Sumarno dan Karsono,

1996). Sorgum sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim

kemarau. Hal ini dilakukan agar tanaman bisa tumbuh optimal dan malai terisi

sempurna, selain untuk menghindari serangan cendawan. Agar diperoleh

produksi yang tinggi sebaiknya dipilih benih yang bersertifikat dengan daya

kecambah benih minimal 90% dengan bentuk dan warna yang seragam, seperti

varietas Numbu dan Kawali. Sebelum penanaman tanah hendaknya diolah

sedalam 15-20 cm untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase,

(6)

Varietas

Data pada Tabel 1 adalah varietas yang sudah dilepas oleh pemerintah

(Badan Litbang Pertanian Penelitian, Jagung, Sorgum dan Gandum oleh Balai

Penelitian Serealia di Marros Sulawesi Selatan, data hingga tahun 2001.

Tabel 1. Varietas sorgum yang telah dilepas Badan Litbang Pertanian hingga thn 2001 yang di update terakhir tahun 2013

Varietas TT (cm) Umur Hasil Warna

Kebanyakan dari varietas sorgum merupakan hasil persilangan galur

murni dari varietas lokal atau hasil seleksi dari persilangan beberapa varietas

sorgum (Thakur, 1980). Varietas sorgum di Indonesia masih sedikit dan

rendahnya perkembangan tanaman sorgum, hal ini disebabkan oleh rendahnya

keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman tersebut. Umur panen tanaman

merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani

umumnya memilih varietas genjah (umur 89-95 hari). Dalam deskripsi varietas

tanaman, sering kali suatu varietas dikelompokkan berdasarkan umur panen yaitu

(7)

lebih dari 95 hari (Soebandi, 1988). Varietas Numbu beradaptasi baik pada lahan

kering masam, dengan hasil 5 ton/ha, tahan terhadap penyakit karat dan bercak

daun. Varietas Kawali dicirikan oleh tanaman yang pendek (135 cm) dan malai

yang agak tertutup, sehingga kurang disenangi oleh burung. Kedua varietas ini

mempunyai umur dalam, berkisar antara 100-110 hari (Singgih dan Hamdani

2002).

Ekologi Pertumbuhan

Sorgum relatif lebih dapat beradaptasi pada kisaran kondisi ekologi yang

luas. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap

kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya

serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Tanaman ini dapat tumbuh baik

pada tanah-tanah berat yang sering kali tergenang. Sorgum juga dapat tumbuh

pada tanah-tanah berpasir. la dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0-5,5 dan

lebih bertoleransi terhadap salin (garam) tanah dari pada jagung (Laemeheriwa,

1990). Suhu optimum untuk pertumbuhan sorgum berkisar antara 23°C-30°C

dengan kelembaban relatif 20-40%. Pada daerah-daerah dengan ketinggian 800 m

diatas permukaan laut dimana suhunya kurang dari 20°C, pertumbuhan tanaman

akan terhambat. Selama pertumbuhan tanaman, curah hujan yang diperlukan

adalah berkisar antara 375 - 425 mm.

Laju pertumbuhan tanaman sorgum lebih cepat, umurnya hanya empat

bulan sedangkan tebu 7-9 bulan, kebutuhan benih sorgum 5-10 kg/ha, sedangkan

tebu 4.500-6.000 stek batang/ha. Menurut Almodares dan Hadi (2008), sorgum

(8)

potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol melalui fermentasi bagase,

nira batang, dan biji.

Manfaat Sorgum

Selain sebagai pengganti bahan pangan, sorgum juga memiliki banyak

manfaat. Sorgum bisa dijadikan sebagai bahan bakar nabati (biofuel), merupakan salah satu bahan yang berpotensi sebagai bahan baku etanol (Murty dan Sahni,

1990; Goldsworthy dan Fisher, 1992). Sementara itu batang dari sorgum manis

(sweet sorghum) dapat diperas niranya untuk bahan pembuatan gula atau jiggery, bir, kertas, plastic bio, sirup, pati dan bermacam-macam makanan olahan (Murty

dan Sahni, 1990). Selain itu sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan

ternak unggas (biji) maupun ternak ruminansia untuk batang dan daunnya, serta

sebagai bahan bangunan untuk batangnya (Goldsworthy dan Fisher, 1992).

Beberapa varietas sorgum yang memiliki malai yang panjang bisa dimanfaatkan

menjadi sapu. Sorgum mengandung komponen fitokimia seperti tannin, asam

fenolat, antosianin, fitosterol dan polikosanol yang secara signifikan

mempengaruhi kesehatan (Awika dan Rooney, 2004). Beberapa penelitian

melaporkan bahwa komponen bioaktif yang terdapat dalam sorgum berfungsi

sebagai anti oksidan dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Cho et al, 2000). Ekstrak sorgum dapat meningkatkan poliferasi sel limfosit (2-71%).

Ekstrak sorgum mampu menghambat pertumbuhan sel kanker kolon raji hingga

80.08%. Hasil penelitian menujukkan bahwa ekstrak sorgum mampu menghambat

poliferasi sel kanker (Shih et al, 2007; Awika et al. 2009).

Beberapa jenis makanan dari sorgum berdasarkan cara pengolahannya

(9)

1) makanan sejenis roti tanpa ragi misalnya chapatti dan tortilla, 2) makanan

sejenis roti dengan ragi misalnya injera, kisia dan dosai, 3) makanan bentuk bubur

kental misalnya to, tuwu, ugali, bagobe, sankati, 4) makanan bentuk bubur cair

misalnya, ogi, ugi, ambili, edi, 5) makanan camilan misalnya pop sorgum, tape

sorgum, emping sorgum, 6) sorgum rebus misalnya urap sorgum.

Gulma Sebagai TumbuhanPesaing

Kompetisi sebagai sebuah aksi berusaha mendapatkan apa yang lain yang

bisa didapatkan dengan berusaha keras pada saat yang bersamaan (Zimdahl.,

2004), juga merupakan interaksi antara tanaman-tanaman dan lingkungan dimana

selama pertumbuhannya mengubah lingkungan sekitarnya dan perubahan

lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan komponen tanaman (Aspinal dan

Milthorpe, 1959 dalam Zimdahl, 2004).

Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat

faktor yaitu stadia pertumbuhan tanaman, kerapatan gulma, tingkat cekaman air

dan hara serta species gulma (Fadly et al, 2004). Untuk meminimalkan dampak dari kehadiran gulma Bengal dayflower pada tanaman kacang, petani perlu

menjaga tanaman kacang mereka agar bebas dari gulma Bengal dayflower antara

3 dan 7 minggu setelah munculnya kacang (Webster et al, 2007).

Pengaruh gulma terhadap tanaman dapat terjadi secara langsung yaitu

dalam hal bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh.

Secara tidak langsung sejumlah gulma merupakan inang dari hama dan penyakit

(Moenandir et al, 1996). Daya saing tanaman dengan gulma tidak selalu meningkat dengan penambahan nutrient (Bhaskar dan Vyas, 1988), walaupun

(10)

dalam Ugen et al, 2002). Daya saing kacang dengan gulma terkait dengan indeks luas daun (Wortman, 1993). Indeks luas daun kacang bisa meningkat dengan

semakin banyaknya nutrient yang tersedia, walaupun daya saing dari beberapa

gulma dan kacang relatif bisa meningkat dibawah kondisi kekurangan nutrient

(Ugen, etal, 2002).

Gulma merupakan penyebab kehilangan hasil tanaman budidaya lewat

persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, COᴤ, ruang dan lain-lannya. Kehilangan

hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan

bergulma dan bebas gulma (Munandir, 1993). Tingkat kehilangan hasil

tergantung pada alam, tahap intensitas dan durasi persaingan dengan gulma

(Bosnic dan Swanton, 1997, Knezevic et al, 2003). Tanpa pengendalian gulma musiman dapat menurunkan produksi kacang sampai 70% (Malik et al, 1993), dengan kehilangan produksi kacang 0.38 kg/ha untuk peningkatan biomassa

gulma setiap 1 kg/ha (Chikoye et al, 1995). Kehadiran Bengal Dayflower yang cukup lama dengan kepadatan 10 tanaman/m², menurunkan produksi kapas hingga

40 sampai 60 % di Africa Barat (Ahanchede 1996 dalam Webster et al 2008). Gulma dapat mengakibatkan kerugian pada tanaman jagung (Lafitte, 1994).

Hasil penelitian Murrinie (2010) menyatakan keberadaan gulma dapat

menurunkan bobot polong segar kacang tanah di Pati hingga 34,8 % per tanaman

(36.6%/ha) dan bobot polong kering 37.4% per tanaman (32.3%/ha) serta

menurunkan bobot biji 30.4%/ha.

Pengendalian gulma harus dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan

(11)

Periode Kritis

Periode kritis merupakan suatu masa dimana tanaman sangat rentan

dengan kehadiran gulma, yang mengakibatkan tanaman tidak dapat memperoleh

zat nutrisi sepenuhnya, akibat kehadiran gulma sebagai pesaing. Penentuan

periode kritis pengendalian gulma/the critical periode for weed control (CPWC) memperlihatkan pentingnya pengelolaan gulma waktu post emergence, khususnya

pada tanaman toleran herbisida (Knezevic et al. 2003). Waktu penyiangan gulma merupakan komponen penting dari manajemen pengendalian gulma terpadu pada

sistem produksi tanaman (Portugal dan Vidal, 2009). Penerapan periode kritis

akan memaksimalkan efektivitas teknik pengendalian gulma dalam hal manfaat

terhadap hasil panen di musim tertentu (Webster et al, 2007).

Bila tanaman bebas gulma selama periode kritisnya diharapkan

produktivitasnya tidak terganggu, dengan diketahuinya periode kritis,

pengendalian gulma menjadi ekonomis sebab hanya terbatas pada awal periode

kritis, tidak harus pada seluruh siklus hidup tanaman (Moenandir, 1996).

Persaingan gulma sebelum dan sesudah periode kritis tidak memberi effek yang

berarti terhadap produksi tanaman (Monteiro et al, 2011).

Widyatama et al, (2010) dalam penelitiannya membuktikan dengan keberadaan gulma selama 0-4 minggu setelah tanam sudah dapat menurunkan

hasil biji kering secara nyata, sedangkan apabila gulma dibiarkan tumbuh setelah

umur 4 minggu setelah tanam tidak akan berpengaruh secara nyata terhadap hasil

biji kering apabila dibandingkan dengan bebas gulma sampai panen

(12)

terhadap hasil. Hasil dari perlakuan bebas gulma pada kedelai hitam, lebih tinggi

dibandingkan perlakuan kedelai hitam bergulma. Hasil penelitian menunjukkan

periode kritis kedelai hitam berada diantara umur 0-4 minggu.

Pengendalian gulma pada periode kritis untuk tanaman kentang

menunjukkan total produksi 95%, artinya persentasi kehilangan hasil sangat

sedikit yaitu hanya 5%, dan periode kritis ini diestimasi dari 26-66 dan dari 20-61

hari setelah berkecambah untuk masing-masing musim hujan dan musim kering

dan jika pada periode kritis ini tidak dilakukan pengendalian gulma kehilangan

produksi kentang bisa mencapai 86% (Monteiro et al, 2011). Pada tahun 2004 periode kritis pengendalian gulma antara 316-607 derajat pertumbuhan, penting

untuk menghindari lebih besar dari 5% kehilangan produksi kacang pada interval

8 Juni dan 2 Juli. Pada tahun 2005, periode kritis pengendalian gulma antara

185-547 derajat pertumbuhan atau disebut juga GDD (Growing degree days) pada interval 30 Mei dan 3 Juli. Periode kritis ini tidak terjadi di awal musim

tanam dan tidak berlangsung lama (Webster et al, 2007).

Periode kritis pengendalian gulma untuk tanaman bengal dayflower pada

kapas tidak dapat diukur. Peneliti sebelumnya telah membuktikan bahwa kultur

teknis tanaman seperti pemupukan, jarak tanam dan tanggal penanaman dapat

mempengaruhi interaksi tanaman gulma dan durasi dari periode kritis

pengendalian gulma (Evans, et al 2003; Knezevic et al. 2003), namun dalam penelitian Webster et al (2009) telah berhasil menemukan periode kritis pengendalian gulma Bengal dayflowers pada tanaman kapas adalah selama dua

minggu dengan interval antara 0-12 minggu setelah penanaman. Periode kritis

(13)

52 hari dengan derajat tumbuh 190-800, dengan kehilangan hasil kapas mencapai

40-60%. Dan pada Juni 2005 mulai dari 18 HST selama 59 hari dengan derajat

tumbuh 190-910.

Pada hasil penelitian Hendrival et al (2014), memperlihatkan bahwa periode kritis kacang kedelai varietas kipas merah dalam persaingan dengan

gulma terjadi pada saat tanaman berumur 2 – 6 minggu setelah tanam.

Hasil penelitian Pertiwi (2012) menunjukkan bahwa periode kritis

tanaman kubis bunga saat berumur 14-28 hari setelah tanam, dengan titik kritis

pada 21 HST. Kehilangan hasil kubis bunga karena persaingan dengan gulma

terbesar pada perlakuan bergulma sepanjang musim tanam adalah 48.05%,

sedangkan kehilangan hasil pada waktu periode kritis adalah 16.32 % - 32.98 %.

Terjadi pengaruh yang signifikan pada bobot kering gulma dan komponen

pertumbuhan kubis bunga akibat persaingan dengan gulma pada kedua perlakuan

bergulma dan bebas gulma.

Hasil penelitian Rahayu et al (2003) menemukan bahwa periode kritis tanaman jagung manis dalam persaingan dengan gulma ada pada saat tanaman

berumur 21 -28 hari setelah tanam.

Hasil penelitian Meriyanti (2010) terhadap tanaman padi sawah

menginformasikan bahwa berdasarkan biomassa tajuk padi hibrida dan hasil

gabah kering giling per hektar pada periode bergulma dan periode bersih gulma,

maka periode kritis tanaman padi hibrida terhadap persaingan dengan gulma

terjadi pada saat 2 MST hingga 6 MST. Implikasinya adalah bahwa gulma pada

tanaman padi hibrida harus dikendalikan pada saat 2-6 MST agar kehilangan

(14)

Hasil penelitian Samosir (2010), menunjukkan periode kompetisi gulma

E. crus-galli nyata menurunkan jumlah anakan, jumlah daun, indeks luas daun, bobot kering akar dan tajuk, anakan produktif, biji isi, produksi gabah tanaman

padi hibrida. Semakin lama gulma E.crus-galli berkompetisi dengan tanaman padi maka pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman padi hibrida akan

semakin menurun. Semakin lama gulma E.crus-galli hadir di pertanaman padi maka semakin besar penurunan hasil padi. Berdasarkan peubah hasil gabah

kering giling padi pada periode bersih gulma E.crus-galli dan bergulma gulma

E.crus-galli, periode kritis tanaman padi hibrida terhadap E.crus-galli terjadi pada umur 4-8 MST.

Kompetisi sebelum atau setelah periode kritis memiliki efek yang dapat

diabaikan pada hasil panen (Monteiro et al, 2011)

Menyiang

Untuk mengurangi gulma petani melakukan penyiangan (hand weeding) karena mudah dan murah, selain itu juga ramah lingkungan (Moenandir, 1996),

ini merupakan cara pengendalian yang sangat praktis, aman dan efisien dan

terutama jika diterapkan pada suatu area yang tidak begitu luas dan di daerah yang

cukup banyak tenaga kerja (Widyatama et al, 2010). Penyiangan termasuk pengendalian mekanis secara manual, yaitu dengan cara merusak sebagian atau

seluruh gulma sampai terganggu pertumbuhannya atau mati, sehingga tidak

mengganggu tanaman .

Efektifitas penyiangan sangat ditentukan oleh ketepatan dalam

menetapkan waktu pelaksanaannya (Moenandir, 1996). Pemilihan waktu

(15)

mempersingkat masa persaingan. Dalam siklus hidup tumbuhan tidak semua fase

pertumbuhan suatu tanaman budidaya peka terhadap kompetisi gulma

(Widyatama et al, 2010). Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum gulma memasuki fase generatif (Sukman dan Yakup, 1995). Pada awal pertumbuhan

belum terjadi kompetisi antara tanaman dengan gulma, namun pengendalian

gulma pada periode ini paling efisien dan efektif karena memberi kesempatan

pada tanaman budidaya untuk tumbuh dan menguasai ruang tumbuh. Penyiangan

dapat menekan pertumbuhan gulma juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah

(Moenandir, 1993). Pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat

menurunkan hasil hingga 17% (Lamid, 1984, dalam Nasution et al, 2013). Penyiangan yang dilakukan dengan tangan terhadap gulma (Parthenium hysterophorus L.) pada hari ke 19-89 dan 45-57 HST menunjukkan manfaat yang lebih tinggi pada produksi tanaman sorgum pada tahun 1999 dan tahun

2000, dimana kehilangan produksi hanya sekitar 10%, namun pada 61-68 HST

menunjukkan persaingan yang lebih parah (Tamado et al, 2002). Waktu penyiangan yang tepat pada tanaman kedelai hitam (Glycine max (L.) Merill), cukup dilakukan pada saat tanaman berumur dua dan tiga minggu setelah tanam

(Widyatama, et al. 2010).

Waktu penyiangan yang tepat merupakan salah satu aspek budidaya

anaman sorgum yang penting. Karena pada awal pertumbuhan sorgum kurang

dapat bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman

pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma. ada pengaruh waktu

Gambar

Gambar 1.  Tanaman sorgum dan akar
Gambar 3.  Daun tanaman sorgum dan daun bendera pada pucuk tanaman  membungkus malai
Tabel 1. Varietas sorgum yang telah dilepas Badan Litbang Pertanian hingga thn 2001 yang di update terakhir tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bentuk pelaksanaan pengembangan, siapa saja yang terlibat, tujuan dilaksanakan, dan faktor pendukung serta penghambat dalam

Dalam penelitian ini diketemukan bahwa dalam Pura Kancing Bumi terdapat nialai pendidikan Tatwa yaitu menunutun umat agar dapat meningkatkan keimanan ( sradha ) terhadap

Syamsu Yusuf menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan dan penerapan media teka-teki silang dan metode talking stick dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Dalam Dictionary of Psychology ( 1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology ( 1988 ) arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan – tahapan perubahan yang

Maka penulis akan fokus pada pembahasan tentang pemahaman suami di Desa Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara terhadap sighat taklik talak dan keterkaitan

[r]

Sistem mudharabah yang terkomputerisasi dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dalam proses perhitungan bagi hasil sehingga akan dihasilkan data yang akurat, efektif