MODUL
MATEMATIKA I
Hikmayanti Huwaida, S.Si
NIP. 19700824 199802 2 001
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
BAB I MATRIKS
1.1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti mata kuliah Matematika I ini mahasiswa akan dapat menyelesaikan operasi matriks, menentukan nilai determinan matriks,
menentukan invers matriks, dapat menyelesaikan sistem persamaan linier, dan dapat menginterpretasikannya dengan baik dan benar.
1.2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan soal perlatihannya diharapkan
mahasiswa akan dapat:
1. Menyebutkan pengertian matriks dengan benar.
2. Menyelesaikan operasi penjumlahan pada matriks dengan benar.
3. Menyelesaikan operasi pengurangan pada matriks dengan benar. 4. Menyelesaikan operasi perkalian scalar dengan matriks dengan benar.
5. Menyelesaikan operasi perkalian matriks dengan matriks dengan benar. 6. Menjelaskan aturan ilmu hitung matriks dengan benar.
1.3. Pengertian Matriks.
Suatu himpunan bilangan atau variabel yang disusun dalam bentuk empat persegi panjang, yang terdiri dari baris dan kolom disebut matriks. Jika matrik
mempunyai m baris dan n kolom, maka disebut matrik berdimensi m x n.
Matriks ditulis dalam bentuk
( )
atau[ ]
dan bentuk lain . Matriks biasa ditulis dengan huruf besar, misalnya A,B dan seterusnya, dan elemen–elemennya dengan huruf kecil, misalnya a, b dan seterusnya. Bentuk umum matriks:
atau
[ ]
aijA=
i = 1,2, … m
j= 1, 2, …., n
aij disebut elemen yang terletak pada baris ke-i dan kolom ke-j.
1.4. Operasi Matriks.
1. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks.
Dua buah matriks hanya dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila
keduanya berorde sama. Jumlah atau selisih dua matriks A=
[ ]
aij dan B=[ ]
bij
=
mn m
m
n n
a a
a
a a
a
a a
a
A
... .
. .
... ...
2 1
2 22
21
1 12
adalah sebuah matriks baru C =
[ ]
cij yang beorde sama, yang unsur–unsurnya merupakan jumlah atau selisih unsur–unsur A dan B.C B
A± = dimana cij =aij ±bij Contoh:
Contoh:
Tinjaulah matriks–matriks:
Sedangkan A+C dan B+C tidak didefinisikan.
Karena penjumlahan antar bilangan bersifat komutatif dan asosiatif, padahal matriks adalah kumpulan bilangan, maka untuk penjumlahan antar
matriks berlaku pula kaidah kaidah komutatif dan kaidah asosiatif. Kaidah komutatif : A+B=B+A
2. Perkalian Matriks dengan skalar.
Contoh:
3
Contoh:
Jika A adalah matriks,
Jika B adalah sebarang matriks, maka-B akan menyatakan hasil kali (- 1).B. Jika
A dan B adalah dua matriks yang ukurannya sama, maka A-B didefinisikan sebagai jumlah A+ (- B) =A +(–1).B.
Contoh:
Tinjaulah matriks–matriks
Perhatikan bahwa A-B dapat diperoleh secara langsung dengan entri B dari entri A yang bersangkutan.
3. Perkalian antar matriks.
Dua matriks hanya dapat dikalikan apabila jumlah kolom dari matriks
unsure-unsurnya merupakan perkalian silang unsur - unsur baris matriks A dengan
unsur–unsur kolom matriks B.
Amxn X Bnxp= Cmxp
Contoh:
Misalkan A adalah matriks 3 x 4, B adalah matriks 4 x 7, dan C adalah matriks 7x3. Maka AB didefinisikan sebagai matriks 3 x 7, CA didefinisikan sebagai
matriks 7x4, BC didefinisikan sebagai matriks 4 x 3. Hasil kali AC, CB, dan BA semuanya tidak didefinisikan.
Contoh:
Misalkan A adalah matriks m x r yang umum dan B adalah matriks r x n yang
umum, maka seperti yang disarankan, entri dalam baris i dan kolom j dari AB,
Perkalian matriks mempunyai penerapan penting terhadap system persamaan linier. Tinjaulah suatu system persamaan yang terdiri dari m
persamaan linier dalam n bilangan tak deketahui.
karena dua matriks dinyatakan sama jika dan hanya jika entri-entri yang
bersesuaian sama, maka kita dapat menggantikan persamaan m dalam sistem ini dengan persamaan matriks tunggal
.
Matriks m x 1 pada ruas kiri persamaan ini dapat dituliskan sebagai hasil kali yang memberikan
.
Jika kita matriks–matriks ini berturut-turut dengan A, X, dan B maka m persamaan asli dalam n bilangan tak diketahui telah digantikan oleh persamaan tunggal
AX = B Contoh:
( )
Jadi,62 maka
Penyelesaian langsung dapat dilakukan sebagai berikut:
( )
( )( )
( )
− =
+ − + +
+
+ − − + +
− + =
−
−
=
62 44
76 2
9 . 4 7 . 2 5 . 8 2 . 4 6 . 2 3 . 8
9 . 5 7 . 3 5 . 2 2 . 5 6 . 3 3 . 2
9 2
7 6
5 3 . 4 2 8
5 3 2 AB
1.5.Aturan-Aturan Ilmu Hitung Matriks
Walaupun banyak dari aturan-aturan ilmu hitung bilangan riil berlaku juga untuk matriks, namun terdapat beberapa kekecualian. Salah satu dari
kekecualian yang terpenting terjadi pada perkalian matriks. Untuk bagian–bagian riil a dan b kita selalu mempunyai ab = ba yang sering disebut hukum komutatif
untuk perkalian. Akan tetapi, untuk matriks–matriks, maka AB dan BA tidak
perlu sama. Kesamaan dapat gagal terpenuhi karena tiga hal. Hal itu dapat terjadi, misalnya AB didefinisikan sedangkan BA tidak didefinisikan. Ini adalah kasus
kalau A adalah matriks 2 x 3 dan B adalah matriks 3 x 4. Juga dapat terjadi AB dan BA kedua–duanya didefinisikan tetapi mempunyai ukuran yang
berbeda-beda. Hal ini terjadi kalau A adalah matriks 2 x 3 dan B adalah matriks 3 x2.. Akhirnya, seperti yang diperlihatkan oleh contoh berikutnya, maka mungkin
untuk memperoleh AB≠ BA walaupun AB dan BA didefinisikan dan mempunyai ukuran yang sama.
Contoh:
=
− =
0 3
2 1 , 3 2
0 1
B A
Dengan mengalikannya maka akan memberikan
− −
=
4 11
2 1
AB
− =
0 3
6 3 BA
Jadi, AB ≠ BA.
Walaupun hukum komutatif untuk perkalian tidak berlaku dalam ilmu
hitung matriks, namun banyak hukum–hukum ilmu hitung yang sudah biasa dikenal akan berlaku untuk matriks. Beberapa diantara hukum yang paling
penting dan nama–namanya diikhtisarkan dalam teorema berikut,
Teorema
Dengan mengganggap bahwa ukuran-ukuran matriks adalah sedemikian
sehingga operasi-operasi yang ditunjukkan dapat diperagakan, maka
aturan-aturan ilmu hitung matrriks berikut akan sahih.
a. A+B = B + A (Hukum komutatif untuk penambahan)
b. A+ (B+C) = (A+B)+C (Hukum asosiatif untuk penambahan)
c. A(BC) = (AB)C (Hukum asosiatif untuk perkalian)
d. A(B+C)=AB+AC (Hukum distributif)
e. (B+C)A=BA+CA (Hukum distributif)
f. A(B-C)=AB-AC
g. (B-C)A=BA-CA
h. a(B+C)=aB+aC
i. a(B-C)=aB-aC
k. (a-b)C=aC-bC
l. (ab)C=a(bC)
m. a(BC)=(aB)C=B(aC)
Walaupun operasi penambahan matriks dan operasi perkalian matriks didefinisikan untuk pasangan matriks, namun hukum hukum asosiatif (b) dan
(c) memungkinkan kita untuk jumlah dan hasil kali tiga matriks seperti A+B+C dan ABC tanpa menyisipkan tanda kurung. Hal ini dibenarkan oleh
kenyatan bahwa bagaimanapun, tersebut disisipkan, hukum asosiatif menjamin bahwa hasil akhir yang sama akan kita peroleh.
Contoh:
Sebagai gambaran hukum asosiatif untuk perkalian matriks, tinjaulah
=
1 0
4 3
2 1
A
=
1 2
3 4
B
=
3 2
0 1 C
Kemudian
=
=
1 2
13 20
5 8
1 2
3 4 . 1 0
4 3
2 1 AB
=
=
3 4
39 46
15 18
3 2
0 1 . 1 2
13 20
5 8 )
(AB C
Sebaliknya
=
=
3 4
9 10
3 2
0 1 . 1 2
3 4 BC
Maka
=
=
3 4
39 46
15 18
3 4
9 10 . 1 0
4 3
2 1 ) (BC A
Jadi, (AB)C=A(BC),
1.6. Jenis-Jenis Matriks.
1. Matriks Bujur Sangkar.
Suatu matriks yang mempunyai jumlah baris dan jumlah kolom yang sama
disebut matriks bujur sangkar.
Contoh:
− =
1 6 5
4 5 3
3 2 12 P
2. Matriks Diagonal.
Suatu matriks bujur sangkar, dimana elemen diagonal utama ≠0 dan
selainnya sama dengan nol, disebut matriks diagonal.
Contoh:
3. Matriks Satuan.
Suatu matriks diagonal, dimana elemen–elemen diagonal utama semuanya 1 disebut matriks satuan. Matriks satuan ini biasanya ditulis dengan notasi I. Matriks satuan yang berdimensi n x n ditulis dengan notasi In.
atau I
Contoh:
Jika A matriks bujursangkar bertipe n x n dan I matriks satuan bertipe n x n maka:
IA=AI=A.
4. Matriks Nol.
Suatu matriks yang semua elemen–elemennya nol disebut matriks nol
dan ditulis dengan notasi 0. Matriks nol tidak selalu berbentuk bujur sangkar.
Contoh:
[
]
3 3 . dim ,
0 0 0
0 0 0
0 0 0
3 1 . dim ,
0 0 0
x ensi ber
O
x ensi ber
O
= =
Pada matriks nol berlaku operasi berikut:
A + 0 = 0 + A = A. A-A = 0.
A0 =0A= 0.
Dalam hal ini A dan 0 adalah matriks bujursangkar yang bertipe sama.Pada bilangan riil berlaku a.b = 0, artinya a=0, b = 0, akan tetapi pada
matriks hal ini tidak berlaku.
Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada contoh berikut:
=
− =
− = =
0 0
0 0
0 1
0 4 0 0
4 1
0 1
0 4 ,
0 0
4 1
AB
x AB
B A
5. Matriks Transpose.
Transpose dari matriks A adalah suatu matriks yang dibentuk dari A dengan mengubah baris dan kolom A menjadi kolom dan baris matriks tranpose.
Matriks transpose dinotasikan dengan A’ atau AT.
Jika A= aji 'maka.A' = aji '
Jika A bertipe m x n maka A’ bertipe n x m.
Sifat–sifat matriks transpose adalah sebagai berikut:
a. Jika A dan B bertipe sama, maka: b. Pada matriks satuan I berlaku I’ = I.
c. Transpose suatu matriks A’ adalah matriks A atau (A’)’ = A. Contoh:
Hitunglah (AB)’, jika:
( )
=
=
=
= =
2 2
7 5 '
2 7
2 5
1 2
0 1 2 3
2 1 :
1 2
0 1 , 2 3
2 1
AB AB
x AB
Jawab
Contoh:
Buktikan
( )
AB '=B'A',jika:[
]
[
]
[ ]
( )
[ ]
[
]
[ ]
8' '
2 3 ' , 1 2 '
8 '
8
2 3 1 2 :
2 3 , 1 2
= = =
= =
=
= =
A B
B A
AB AB
x AB
Bukti
B A
Maka terbukti bahwa (AB)’ = B’A’.
6. Matriks Simetris.
Matriks Simetris A adalah suatu matriks yang memenuhi A = A’. Dalam hal ini jelas bahwa matriks simetris adalah matriks bujur sangkar. Elemen baris
ke-i dan kolom ke-j dari matriks A = elemen pada baris ke-j dan kolom ke-i dari matriks A’, atau aij untuk semua i dan j.
Contoh:
Matriks simetris berdimensi 3 x 3:
=
=
6 6 5
6 7 1
5 1 4 ,
6 6 5
6 7 1
5 1 4
'
A A
Matriks simetris miring A adalah suatu matriks bujur sangkar dan aij = - aij
, aii= 0. Contoh:
Matriks simetris miring berdimensi 3 x 3:
−
− −
= −
− − − =
−
− −
=
0 5 4
5 0 2
4 2 0 '
0 5 4
5 0 2
4 2 0 ' , 0 5 4
5 0 2
4 2 0
A
A A
8. Matriks Invers.
Matriks Invers atau matrik balikan adalah adalah matriks yang apabila dikalikan dengan matriks bujur sangkar menghasilkan sebuah matriks satuan. Jika
A merupakan suatu matriks bujursangkar, maka balikannya dituliskan dengan notasi A-1
Dan AA-1 = I.
Sifat–sifat invers matriks:
a. Jika A dan B matriks bujur sangkar yang bertipe sama, maka: (AB)-1 = B-1A
-1
.
b. Invers dari invers matriks adalah matriks itu sendiri: (A-1)-1 =A.
c. Invers matriks satuan adalah matriks satuan itu sendiri atau I-1 = I. d. Invers matriks tranpose adalah matriks tranpose, atau: (A ‘)-1 = (A-1)’.
Tentukanlah matriks invers dari
=
3 5
4 8 A
Penyelesaian:
4 3 5
4 8
= =
A , bearti A non singular dan A-1 ada.
−
− =
=
= = = −
= − = − =
− = − = − = =
= =
−
2 25 . 1
1 75 . 0 B A Jadi
2 4 8 A a b , 25 . 1 4
5 A a b
1 4
4 A a b , 75 . 0 4 3 A a b
1
11 22 21
21
12 12 22
11
Tentukan invers dari matriks
=
3 6
4 8 A
Penyelesaian:
0 3 6
4 8
= =
A , berarti A singular dan A-1tidak ada.
9. Matriks Skalar, Ortogonal, Singular, dan Non Singular.
Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang unsur–unsurnya sama atau
seragam (λ). Dalam hal λ=1, matriks yang bersangkutan sekaligus juga merupakan matriks satuan. Matriks skalar juga merupakan hasil kali sebuah skalar
dengan matriks satuan, λI = matriks skalar λ.
Matriks Orthogonal adalah matriks yang apabila dikalikan dengan matriks
ubahannya menghasilkan matriks satuan., AA’ = I.
Matriks Singular adalah matriks bujursangkar yang determinannya sama
nonsingular adalah matriks bujursangkar yang determinannya tidak nol, matriks
semacam ini mempunyai balikan.
1.7. Rangkuman
Suatu himpunan bilangan atau variabel yang disusun dalam bentuk empat persegi panjang, yang terdiri dari baris dan kolom disebut matriks . Jika matrik
mempunyai m baris dan n kolom, maka disebut matrik berdimensi m x n.
Matriks ditulis dalam bentuk
( )
atau[ ]
dan bentuk lain . Matriksbiasa ditulis dengan huruf besar dan elemen–elemennya dengan huruf kecil.
Dua buah matriks hanya dapat dijumlahkan atau dikurangkan apabila keduanya berorde sama.
Hasil kali sebuah matriks A =
[ ]
aij dengan suatu skalar atau bilangan nyata λadalah sebuah matriks baru B =[ ]
bij yang berorde sama dan unsur–unsurλ kali unsur–unsur matriks semula
(
bij =λaij)
.Dua matriks hanya dapat dikalikan apabila jumlah kolom dari matriks yang dikalikan sama dengan jumlah baris dari matriks pengalinya.
Suatu matriks yang mempunyai jumlah baris dan jumlah kolom yang sama
disebut matriks bujur sangkar
Suatu matriks bujur sangkar, dimana elemen diagonal utama ≠0 dan
selainnya sama dengan nol, disebut matriks diagonal
Suatu matriks diagonal, dimana elemen–elemen diagonal utama
Suatu matriks yang semua elemen–elemennya nol disebut matriks nol
dan ditulis dengan notasi 0.
Transpose dari matriks A adalah suatu matriks yang dibentuk dari A
dengan mengubah baris dan kolom A menjadi kolom dan baris matriks tranpose.
Matriks Simetris A adalah suatu matriks yang memenuhi A = A’
Matriks simetris miring A adalah suatu matriks bujur sangkar dan aij = -
aij , aii= 0.
Matriks Invers atau matriks balikan adalah adalah matriks yang apabila
dikalikan dengan matriks bujur sangkar menghasilkan sebuah matriks satuan.
Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang unsur–unsurnya sama atau
seragam (λ).
Matriks Orthogonal adalah matriks yang apabila dikalikan dengan matriks
ubahannya menghasilkan matriks satuan., AA’ = I.
Matriks Singular adalah matriks bujursangkar yang determinannya sama
dengan nol. Matriks semacam ini tidak mempunyai balikan.
Matriks nonsingular adalah matriks bujursangkar yang determinannya tidak nol, matriks semacam ini mempunyai balikan.
1.8. Latihan
Tentukanlah nilai dari:
a. 2A+2B
2. Diketahui matriks sebagai berikut:
Tentukanlah nilai dari:
a. 2A+5C
− =
− =
=
−
=
− =
3 1 4
2 1 1
3 1 6 ,
4 2 3
1 0 1
2 5 1 ,
5 1 3
2 4 1 , 2 0
1 4 , 1 1
2 1
0 3
E D
C B
A
Hitunglah:
a. A.B b. D+E c. D-E
d. D.E e. E.D
f. – 7D
4. Dengan menggunakan matriks–matriks di latihan no.3 , hitunglah operasi-operasi yang berkaitan dengan (di mana mungkin)
a. 3C-D b. (3E)D
c. (AB) C d. A(BC) e. D + E2
5. Apakah yang dimaksud dengan matriks bujur sangkar? 6. Apakah yang dimaksud dengan matriks diagonal? 7. Apakah yang dimaksud dengan matriks satuan ?
8. Apakah yang dimaksud dengan matriks transpose? 9. Apakah yang dimaksud dengan matriks simetris?
10.Apakah yang dimaksud dengan matriks simetris miring? 11.Apakah yang dimaksud dengan matriks invers?
13.Apakah yang dimaksud dengan matriks Ortogonal ?
14.Apakah yang dimaksud dengan matriks Singular ?
15.Apakah yang dimaksud dengan matriks Non Singular?
1.9.Daftar Pustaka.
1. Nababan, M. 1993. Pengantar Matematika untuk Ilmu Ekonomi dan
Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Anton, Howard. 1995. Matematika I Elementer. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
3. Dumairy. 1996. Matematika Terapan untuk Bisnis dan
BAB II DETERMINAN
2.1Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti mata kuliah Matematika I ini mahasiswa akan dapat menyelesaikan operasi matriks, menentukan nilai determinan matriks,
menentukan invers matriks, dapat menyelesaikan sistem persamaan linier, dan dapat menginterpretasikannya dengan baik dan benar.
2.2Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan soal perlatihannya diharapkan
mahasiswa akan dapat:
1. Menyebutkan pengertian determinan dengan benar. 2. Menyebutkan sifat–sifat determinan dengan benar.
3. Menentukan determinan dengan metode Sarrus dengan benar. 4. Menentukan minor dan kofaktor suatu matriks dengan benar.
5. Menentukan matriks kofaktor dengan benar.
2.3 Pengertian Determinan.
Determinan dari suatu matriks adalah penulisan unsur–unsur sebuah matriks bujur sangkar dalam bentuk determinan, yaitu diantara sepasang garis
tegak atau . Determinan matriks A lazim dituliskan dengan notasi A atau
DA. Determinan dengan matriks dalam tiga hal:
1. Determinan unsur–unsurnya diapit dengan sepasang garis tegak,
sedangkan matriks diapit dengan tanda kurung.
2. Determinan senantiasa berbentuk bujur sangkar (jumlah baris = jumlah
kolom, m=n), sedangkan matriks tidak harus demikian.
3. Determinan mempunyai nilai numerik, tetapi tidak demikian halnya dengan matriks.
Pencarian nilai numerik dari suatu determinan dapat dilakukan dengan cara mengalikan unsur–unsurnya secara diagonal.
Matriks
22 21
12 11
22 21
12 11
; min
det ,
a a
a a A annya er
a a
a a
A =
=
Nilai numeriknya: 11 22 21 12
22 21
12 11
a a a a a a
a a
A = = −
Contoh:
10 4 . 3 1 . 2 1 3
4 2 det
1 2 . 2 3 . 1 3 2
2 1 det
1 3
4 2 ,
3 2
2 1
− = − = =
− = − = =
= =
B A maka
Untuk determinan berdimensi 3.
Metode yang digunakan oleh Sarrus untuk menentukan determinan matriks A adalah;
12
Contoh:
3 det
1 maka A
2.4Sifat–sifat Determinan.
Determinan mempunyai beberapa sifat khas berkenaan dengan nilai
numeriknya. Sifat–sifat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Nilai determinannya adalah nol jika semua unsurnya sama. Contoh:
2. Nilai determinannya adalah nol jika terdapat dua baris atau dua kolom yang
unsur–unsurnya sama.
Contoh:
0 12 16 4 12 16 4 1 4 2
2 2 3
1 4 2
= − − − + + = =
A
3. Nilai determinannya adalah nol jika terdapat dua baris atau dua kolom yang unsur–unsurnya sebanding.
Contoh:
0 12 8 60 12 8 60 6 2 4
2 5 2
3 1 2
= − − − + + = =
A
4. Nilai determinannya adalah nol jika unsur–unsur pada salah satu baris atau kolom semuanya nol.
Contoh:
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 1 2
5 3 2
= − − − + + = =
A
5. Nilai determinan tidak berubah jika semua baris dan kolomnya saling
bertukar letak, dengan kata lain determinan dari matriks A sama dengan
Contoh:
12 36 10 4 6 20 12 3 1 1
5 2 3
2 4 2 '
12 36 10 4 20 6 12 3 5 2
1 2 4
1 3 2
− = − − − + + = =
− = − − − + + = =
A A
6. Nilai determinan berubah tanda (tetapi harga mutlaknya tetap) jika dua baris atau dua kolom bertukar letak.
Contoh:
6 12 8 40 8 10 48 3 2 5
1 4 2
2 2 4
6 48 10 8 40 8 12 3 5 2
1 2 4
2 4 2
= − − − + + = =
− = − − − + + = =
B A
7. Determinan dari suatu matriks diagonal adalah hasil kali unsur–unsur diagonalnya.
Contoh:
24 3 0 0
0 4 0
0 0 2
= =
A
8. Jika setiap unsur pada salah satu baris atau kolom dikalikan dengan suatu bilangan, nilai determinannya adalah sama dengan hasilkalinya dengan
Contoh:
A A
dikali kedua baris
jika A
3 18 144 30 24 120 24 36 3 5 2
3 6 12
2 4 2 *
3 . .. ..
. 6 48 10 8 40 8 12 3 5 2
1 2 4
2 4 2
= − = − − − + + = =
− = − − − + + = =
9. Jika semua unsur merupakan penjumlahan dari dua bilangan atau lebih, determinannya dapat dituliskan sebagai penjumlahan dari dua determinan
atau lebih.
10.Jika nilai determinan dari suatu matriks sama dengan nol, matriksnya
dikatakan singular dan tidak mempunyai balikan (invers): jadi bila A =0, A
merupakan matriks singular dan A-1 tidak ada.
11.Jika nilai determinan dari suatu matriks tidak sama dengan nol, matriksnya
dikatakan nonsingular dan mempunyai balikan (invers): jadi bila A ≠0, A
merupakan matriks nonsingular dan A-1 ada.
12.Pada penguraian determinan (ekspansi Laplace), nilai determinan sama
dengan nol jika unsur baris atau kolom dikalikan dengan kofaktor unsur baris atau kolom yang lain, tetapi tidak sama dengan nol jika unsur suatu baris
atau kolom dikalikan dengan kofaktor unsur baris atau kolom itu sendiri.
2.5 Minor dan Kofaktor.
Laplace berhasil mengembangkan suatu cara penyelesaian yang berlaku umum untuk determinan berdimensi berapapun, yakni menggunakan minor dan
Perhatikan kembali penyelesaian determinan berdimensi 3,
Dengan mengatur letak suku-sukunya, penulisan ini bisa diubah menjadi:
(
) (
) (
)
Ternyata dengan menutup baris-baris dan kolom-kolom tertentu, determinan A terdiri atas beberapa determinan-bagian (sub determinan). Determinan-determinan bagian ini dinamakan minor. Suatu minor secara umum
dilambangkan dengan notasi Mij.
M11 adalah minor dari unsur a11 , diperoleh dengan jalan menutup
Penulisan determinan dalam bentuk minor seperti di atas diubah ke dalam
penulisan kofaktor. Kofaktor dari determinan A untuk minor tertentu M11
dilambangkan dengan Aij.
Mij adalah minor dari unsur aij, diperoleh dengan jalan menutup baris
ke -i dan kolom ke-j dari determinan A .
Aij adalah kofaktor dari unsur aij.
Dengan demikian,
( )
( )
menghasilkan bilangan ganjil.
Penyelesaian determinan menggunakan notasi minor untuk matriks berdimensi 3 adalah sebagai berikut;
33
Penyelesaian determinan menggunakan notasi minor
∑
dalam notasi kofaktor menjadi:
atau:
ij n
j ijM
a
A
∑
=
= 1
untuk setiap baris; i = 1, 2, 3, …, n.
ij n
i ijM
a
A
∑
=
= 1
untuk setiap kolom; j = 1, 2, 3, …, n.
Definisi
Jika A adalah sebarang matriks n x n dan Aij adalah kofaktor a ij , maka
matriks
mn n
n
n n
A A
A
A A
A
A A
A
2 1
2 22
21
1 12
11
Dinamakan matriks kofaktor A. Transpose matriks ini dinamakan adjoint A
dan dinyatakan dengan adj(A)
3. Diketahui matriks A sebagai berikut:
=
9 8 7
6 5 4
3 2 1 A
Penyelesaian:
Maka matriks kofaktornya adalah
Sedangkan matriks adjoinnya adalah
Adj
4. Diketahui matriks B sebagai berikut:
Hitunglah matriks kofaktornya, serta matriks adjointnya
Penyelesaiannya:
( ) ( )
Maka matriks kofaktornya adalah
Sedangkan matriks adjoinnya adalah
Cara penyelesaian determinan yang dikembangkan oleh Laplace dengan
menggunakan minor dan kofaktor ini, dikenal dengan sebutan metode ekspansi dengan kofaktor.
5. Diketahui matriks A sebagai berikut:
=
9 8 7
6 5 4
3 2 1 A
Hitunglah determinan dari matriks A dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang:
a.baris pertama b. baris kedua c. baris ketiga
Contoh: (Ekspansi dengan kofaktor sepanjang baris pertama)
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
0 ) 3 ( 3 ) 6 ( 2 ) 3 ( 1
3 3 1 3
8 7
5 4
6 6 1 6
9 7
6 4
3 3 1 3
9 8
6 5
9 8 7
6 5 4
3 2 1
13 13 12 12 11 11
4 13
13
3 12
12
2 11
11
= − + + − = +
+ =
− = − − = ⇒ − = =
= − − = ⇒ − = =
− = − − = ⇒ − = =
=
A a A a A a A
A M
A M
A M
A
( ) ( )
Contoh: (Ekspansi dengan kofaktor sepanjang baris ketiga)
( ) ( )
6. Diketahui matriks B sebagai berikut:
Hitunglah determinan dari matriks B dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang:
c. kolom ketiga
Contoh: (Ekspansi dengan kofaktor sepanjang kolom pertama)
( ) ( )
Contoh: (Ekspansi dengan kofaktor sepanjang kolom kedua)
( ) (
)
7. Diketahui matriks C sebagai berikut:
Hitunglah determinan dari matriks C dengan menggunakan ekspansi kofaktor
Penyelesaian:
Ekspansi kofaktor sepanjang kolom kedua,
6
Karena a13 dan a23 nilainya masing-masing adalah nol, maka minor yang dicari
hanya M33 dan M43.
Pada minor M33 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris
kedua
Pada minor M33 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris
ketiga
Sehingga diperoleh kofaktor A43 =(−1)4+3.(−24)=24
Maka determinan dari matriks C dengan menggunakan ekspansi kofaktor adalah
120 24
. 3 64 ). 3
(− + =−
=
C
8. Diketahui matriks D sebagai berikut:
=
3 1 6 2
2 3 1 4
1 8 2 3
1 4 5 2 D
Hitunglah determinan dari matriks D dengan menggunakan ekspansi kofaktor a. sepanjang kolom keempat.
b. Sepanjang baris pertama. Penyelesaian:
a. Ekspansi kofaktor sepanjang kolom keempat,
3 1 6 2
2 3 1 4
1 8 2 3
1 4 5 2
=
D
Maka minor yang dicari adalah M14, M24, M34, M44
129
42 13 184
)
Pada minor M24 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris kedua
29
Pada minor M44 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris kedua
91
144 20
150 91 129 .(
1 − + + − + =
=
D
b. Ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama,
Pada minor M11 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris
Pada minor M12 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris kedua
21
Pada minor M14 diselesaikan berdasarkan ekspansi kofaktor sepanjang baris
kedua
129
42 13 184
)
150 129 84 225 138 ) 129 .(
2.8Reduksi Baris.
Determinan sebuah matriks dapat dihitung dengan mereduksi matriks
tersebut pada bentuk eselon baris. Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam penerapan definisi determinan secara
Mula –mula kita meninjau dua golongan matriks yang determinannya
dapat dihitung dengan mudah, tidak peduli berapapun besarnya ukuran matriks tersebut.
Matriks kuadrat kita namakan segitiga atas (upper triangular) jika semua entri di bawah diagonal utama adalah nol. Begitu juga matriks kuadrat kita namakan segitiga bawah (lower triangular)) jika semua entri di atas diagonal
utama adalah nol. Sebuah matriks baik yang merupakan segitiga atas maupun yang merupakan segitiga bawah kita namakan segitiga (triangular).
Contoh:
Sebuah matriks segitiga atas 4 x 4 yang umum mempunyai bentuk:
44 34 33
24 23 22
14 13 12 11
0 0 0
0 0 0
a a a
a a a
a a a a
Maka nilai determinan detA=a.11a22.a33a44
Sebuah matriks segitiga bawah 4 x 4 yang umum mempunyai bentuk:
44 43 42 41
33 32 31
22 21 11
0 0 0
0 0 0
a a a a
a a a
a a a
Maka nilai determinan detA=a.11a22.a33a44
Teorema
Jika A adalah matriks segitiga ukuran n x n ,maka det(A) adalah hasil kali
Contoh:
36 3 . 3 . 2 . 2
3 0 0 0
2 3 0 0
1 8 2 0
1 4 5 2
= = =
A
7
1 . 1 . 1 ). 7 .( 1
1 0 0 0 0
1 1 0 0 0
1 0 1 0 0
2 4 0 7 0
3 5 1 3 1
− =
− =
− −
=
B
Teorema
Misalkan A adalah sebarang matriks n x n
1. Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila baris tunggal A dikalikan oleh
konstanta k, maka det(A) =k.det(A)
2. Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila dua baris A dipertukarkan,
maka det(A’) = - det(A)
3. Jika A’ adalah matriks yang dihasilkan bila kelipatan satu baris A
ditambahkan pada baris lain, maka det(A) =det(A)
Contoh:
− − =
=
=
=
1 2 1
2 3 2
3 2 1
1 2 1
3 2 1
4 1 0
1 2 1
4 1 0
12 8 4
1 2 1
4 1 0
3 2
3 2 1
A A A
1 A
Penyelesaian:
2 ) 2 .( 1 . 1
1) baris pada dikurang 3
(baris 2 0 0
4 1 0
3 2 1
1 2 1
4 1 0
3 2
− =
− =
− =
=
1 A
-8 4.1.(-2)
) 1 -ke baris dikurang
3 -ke (baris 2 -0 0
4 1 0
12 8 4
1 2 1
4 1 0
12 8 4
4 1 1
= = = =
x A
-8
)) 4.(1.1.(-2
1) -ke baris dikurang 3
-ke (baris
diambil) dahulu
terlebih 1
-ke baris bersama (faktor
baris dikurang 3
-ke (baris baris dg 1 -ke baris (tukarkan baris dikurang 3
-ke baris , baris kali 2 ditambah
Contoh;
Hitunglah determinan A, dimana:
Penyelesaian:
) determinan sifat
sesuai karena a selanjutny reduksi
memerlukan tidak
kita ( baris (-2)dikali ditambah
2 -ke (baris
Contoh;
Setiap matriks berikut mempunyai dua baris yang sebanding, jadi berdasarkan
sifat –sifat determinan maka matriks tersebut memiliki determinan sebesar nol.
9. Diketahui matriks C sebagai berikut:
Hitunglah determinan dari matriks C dengan menggunakan reduksi baris.
Penyelesaian:
( )
120
8 dikeluarka 2
baris bersama faktor
b b
tukarkan
2.9Rangkuman.
Determinan dari suatu matriks adalah penulisan unsur–unsur sebuah matriks bujur sangkar dalam bentuk determinan, yaitu diantara sepasang garis tegak atau
. Determinan matriks A lazim dituliskan dengan notasi A atau DA
Determinan mempunyai beberapa sifat khas berkenaan dengan nilai numeriknya. Sifat–sifat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai determinannya adalah nol jika semua unsurnya sama.
2. Nilai determinannya adalah nol jika terdapat dua baris atau dua kolom yang
unsur–unsurnya sama.
3. Nilai determinannya adalah nol jika terdapat dua baris atau dua kolom yang unsur–unsurnya sebanding.
4. Nilai determinannya adalah nol jika unsur–unsur pada salah satu baris atau kolom semuanya nol.
5. Nilai determinan tidak berubah jika semua baris dan kolomnya saling bertukar letak, dengan kata lain determinan dari matriks A sama dengan
determinan matriks ubahannya A’; A = A'.
6. Nilai determinan berubah tanda (tetapi harga mutlaknya tetap) jika dua baris
atau dua kolom bertukar letak.
7. Determinan dari suatu matriks diagonal adalah hasil kali unsur–unsur
diagonalnya.
8. Jika setiap unsur pada salah satu baris atau kolom dikalikan dengan suatu bilangan, nilai determinannya adalah sama dengan hasilkalinya dengan
9. Jika semua unsur merupakan penjumlahan dari dua bilangan atau lebih,
determinannya dapat dituliskan sebagai penjumlahan dari dua determinan atau lebih.
10.Jika nilai determinan dari suatu matriks sama dengan nol, matriksnya
dikatakan singular dan tidak mempunyai balikan (invers): jadi bila A = 0
, A merupakan matriks singular dan A-1 tidak ada.
11.Jika nilai determinan dari suatu matriks tidak sama dengan nol, matriksnya
dikatakan nonsingular dan mempunyai balikan (invers): jadi bila A ≠ 0,
A merupakan matriks nonsingular dan A-1 ada.
12.Pada penguraian determinan (ekspansi Laplace), nilai determinan sama dengan nol jika unsur baris atau kolom dikalikan dengan kofaktor unsur
baris atau kolom yang lain, tetapi tidak sama dengan nol jika unsur suatu baris atau kolom dikalikan dengan kofaktor unsur baris atau kolom itu sendiri.
Menutup baris-baris dan kolom-kolom tertentu, determinan A terdiri atas beberapa determinan-bagian (sub determinan). Determinan-determinan bagian ini dinamakan minor. Suatu minor secara umum dilambangkan dengan notasi Mij.
Kofaktor dari determinan A untuk minor tertentu M11 dilambangkan
dengan Aij. Hubungan antara kofaktor dan minor:
( )
ij j iij M
A = −1 +
Determinan sebuah matriks dapat dihitung dengan mereduksi matriks tersebut
13. Latihan.
1. Hitunglah determinan dari:
a.
3 1
2 1
−
b.
2 3
4 6
c.
3 8
7 1
− − −
d.
3 4
2 1
− −
k k
e.
8 3 4
1 5 3
7 2 1 −
f.
2 7 1
6 4 3
1 2 8
− −
−
g.
6 8 2
1 0 4
3 0 1
−
h.
3 1
1 4
2
9 3
2
k k k
+ −
2. Hitunglah determinan matriks yang diberikan dengan mereduksi matriks tersebut pada bentuk eselon baris.
a.
− −
7 2 1
3 0 0
b.
3. Misalkan
a. Carilah semua minor.
4. Misalkan
− − =
2 14 3 6
3 0 3 1
1 1 0 1
4 4 0 4 A
Carilah:
a. M13 dan C13 b. M23 dan C23 c. M22 dan C22
d. M21 dan C21
5. Hitunglah determinan dari matriks dalam latihan no. 3 (di atas)
dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang: a. baris pertama
b. kolom pertama
c. baris kedua d. kolom kedua
e. baris ketiga f. kolom ketiga
6. Dalam soal di bawah ini hitunglah determinan dengan menggunakan
ekspansi kofaktor sepanjang sebuah baris atau kolom pilihan anda:
a.
=
2 2 3
8 6 8
0 6 0 A
b.
− −
− =
4 3 1
8 0 2
c.
=
2 2 2
1 1 1
k k k
k k k A
d.
− −
− =
4 4
3
4 3 2
3 2
1
k k
k A
e.
− − =
6 3 14 6
1 3 0 3
1 0 1 1
4 0 4 4 A
f.
− =
3 3 3 0 0
2 2 2 1 1
4 6 4 3 0
2 4 2 3 0
2 9 1 3 4
A
2.8 Daftar Pustaka.
1. Nababan, M. 1993. Pengantar Matematika untuk Ilmu Ekonomi dan
Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Anton, Howard. 1995. Matematika I Elementer. Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Dumairy. 1996. Matematika Terapan untuk Bisnis dan