• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Teori Belajar Revolusi Sosio Kul (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Teori Belajar Revolusi Sosio Kul (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Belajar Revolusi Sosio-Kultural

Disusun oleh :

1. Muhammad Izzul Islam (120) 2. Loren Meika Sari (105) 3. Putri Adelia Andraina (122) 4. Sri Mulyana (118)

Prodi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, kami telah dapat menyusun makalah tentang “Teori Revolusi Sosio-Kultural”. Penyusunan makalah tentang tentang teori ini merupakan kewajiban kami sebagai mahasiswa untuk memenuhi tugas. Kami memperhatikan materi yang ditugaskan oleh Dosen pengampu mata pelajaran ini sebagai isi dari makalah ini. Kami berharap materi yang ada di makalah ini berguna sebagai acuan, petunjuk, maupun pedoman yang menambah pengetahuan bagi yang membacanya.

Makalah ini berisikan tentang teori pembelajaran revolusi sosio-kultural. Teori pembelajaran revolusi sosio-kultural dalam makalah ini mencakup pengertian, konsep, ciri-ciri, serta tokoh-tokoh yang menganut teori revolusi sosio-kultural.

(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1-2 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Belajar dalam Pandangan Revolusi Sosio Kultural ... 3 B. Teori Sosio Kognitiv Bandura ... 3-4 C. Teori Edward Burnett Tylor ... 4 D. Kelebihan dan Kekurangan ... 5

BAB III : PENUTUP

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan bangsa dan negara. Kualitas pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mutu sumber daya manusia. Dalam UU Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan mengenai pengertian pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Melihat konsepsi pendidikan di atas, pendidikan harus dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan konsep long life education, yakni bahwa pendidikan sebagai suatu proses yang terjadi sepanjang hidup. Penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan untuk memberikan perubahan perilaku peserta didik, dimana perubahan tersebut dapat terlihat, bersifat permanen, memiliki arahan yang positif bagi individu. Pelaksanaan pendidikan tidak hanya dimonopoli oleh pendidikan formal. Pelaksanaan pendidikan juga meliputi pendidikan informal dan non formal. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Setiap orang tentunya merasakan pendidikan informal. Bahkan pendidikan informal ini merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang pertama kali dialami oleh setiap individu. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Implementasi pendidikan non formal antara lain; berbagai kursus keterampilan, program Kejar Paket A, B, dan C.

Kenyataan bahwa faktor ekonomi mempengaruhi kuantitas warga negara dalam mengenyam pendidikan formal, seharusnya tidak menjadikan masyarakat yang kurang mampu tidak dapat menikmati pendidikan. Keberadaan pendidikan non formal memiliki peranan penting untuk mengakomodir masyarakat yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal, dengan berbagai latar belakang alasan. Ditinjau dari fungsi, cakupan, dan jenis pembelajaran antara pelaksanaan pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non formal memang berbeda. Salah satu perbedaannya terletak pada budaya belajar dalam kawasan tiga pelaksanaan pendidikan tersebut. Budaya belajar mempengaruhi proses pembelajaran, di lain sisi proses pembelajaran pun dapat mempengaruhi budaya belajar di lingkungan pendidikan.

(5)

Namun demikian, di negara-negara berkembang adopsi sistem pendidikan dari luar sering kali mengalami kesulitan untuk berkembang. Asumsi-asumsi yang melandasi program-program pendidikan sering kali tidak sejalan dengan hakekat belajar, hakekat orang yang belajar, dan hakekat orang yang mengajar. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan, ketertiban, ketaatan, dan kepastian.

Seorang siswa harus dididik untuk realis, mengakui kehidupan yang multi-dimensional, tidak seragam, dan diajak menghayati kebinekaan yang saling melengkapi demi persaudaraan yang sehat, menghargai hak dan kewajiban sosial yang saling solider. Mendidik juga berarti membantu anak untuk menjadi dirinya dan peka terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, harus berusaha diciptakan lingkungan belajar yang demokratis. Selain itu diperlukan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar sebagai modal dasar untuk memunculkan prakarsa belajar. Ini semua menjadi sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mental yang produktif.

Indonesia merupakan negara yang majemuk, dengan heterogenitas kebudayaan yang dimiliki masyarakat, menjadikan corak pendidikan di Indonesia pun menjadi beragam. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, dari kepulauan Sematera hingga Papua, tidak boleh meminggirkan peranan kebudayaan yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, pendidikan memang dimaksudkan agar setiap kelompok masyarakat dapat menerima perbedaan, sehingga tercipta masyarakat yang plural dengan tingkat toleransi yang tinggi.

Teori belajar kultural merupakan suatu konsepsi yang menempatkan budaya (kultur) menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Pendidikan akan lebih diterima oleh masyarakat bilamana kebudayaan mengambil bagian dan diberikan tempat dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan pun dimaksudkan untuk mengukuhkan kebudayaan yang telah ada sebagai kekayaan dan warisan leluhur suatu bangsa. Penyelenggaraan pendidikan juga dimaksudkan untuk membangun budaya baru yang positif, dinamis, dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman. Pendidikan berkebudayaan dipandang mampu menjadi filter bagi dampak sosial yang ditimbulkan oleh globalisasi. Teori belajar kultural selain dapat diaplikasikan dalam berbagai metode pembelajaran, juga menjadi solusi bagi sebagian permasalahan pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana belajar dalam pandangan teori revolusi sosio-kultural ? 2. Bagaimana pandangan teori sosio kognitiv Bandura ?

3. Bagaimana teori Edward Burnett Tylor ?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori revolusi sosio-kultural ?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui tentang belajar dalam pandangan teori revolusi sosio-kultural. 2. Mengetahui tentang belajar dalam pandangan teori sosio kognitiv Bandura. 3. Mengetahui teori Edward Burnett Tylor.

(6)

Bab 2 PEMBAHASAN

1. Belajar dalam pandangan revolusi sosio kultural

Teori belajar kultural merupakan suatu konsepsi yang menempatkan budaya menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Teori revolusi sosio mengandaikan bahwa siswa hadir dalam pembelajaran yang tidak kosong realitas. Setiap individu pembelajar telah memiliki pengalaman pengalaman unik dalam pergulatan sosial kulturalnya. Menurut (sudjiati,2012) terdapat 3 aspek penting dalam teori belajar revolusi sosio kultural antara lain :

a. Pendidikan dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat erat

b. Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu komunitas masyarakat

c. Kebudayaan merupaka suatu proses pemanusiaan didalam kehidupan berbudaya sehingga terjadi proses perubahan

d. Sehubungan dengan itu, ada beberapa tokoh yang memiliki pandangan berhubungan dengan teori belajar teori revolusi sosio kultural yaitu Piaget (kontruktivistik kognitif), Vygotsky (co-kontruktivime)

Piaget menyatakan bahwa anak anak yang mengetahui dan mengkonstruksi pengetahuan tentang objek didunia, mereka mengalami dan melakukan tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan pemahaman mereka. Sementara itu teori vygotsky menekankan pada hakikat sosio kultural dari pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu dengan individu lain merupakan faktor yang mendorong atau memicu perkembanagn kognitif.vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap. Keuntungan teori Vygotsky antara lain : (1) anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan potensinya melalui belajar, (2) pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya, (3) pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada intramental, dan (4) proses pembelajaran tidak bersifat transforal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.

2. Teori Sosio Kognitif Bandura

Teori sosia kognitif menekankan pada pembelajaran konservasi dalam pembelajaran ini tadi, ditemukan fakta bahwa oembelajar lebih menunjukkan perilaku meniru tindakan model yang di lihatnya. Teori kognitif sosial atau disebut juga teori obeservasi obervational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru di bandingkan dengan teori belajar belajar yang laiinya. Bandura berpendapat bahwa faktor sosial, kognitif dan faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi siswa untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya

Teori bandura dengan jelas menggunakan sudut pandang kognitif untuk menguraikan belajar dan perilaku melalui kognitif kita berarti bandura berasumsi tentang oikiran manusia dan menafsirkan pengalaman mereka. Dasar kognisi dalam belajar :

(7)

Faktor-faktor untuk mendapatkan perhatian yaitu : (1) penekanan penting dan perilaku menonjol. (2) memperoleh perhatian dari ucapan/perhatian, dan (3) membagi aktifitas umum dapam bagian yang wajar menjadi komponen keterampilan menonjol.

b. Retensi atau mengingat

Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori/tidak, dan dasar untuk penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau memasukkan respon.

c. Reproduksi gerak

Rangkaian tindakan baru merupakan simbol pertama pengaturan dan pelatihan, semua waktu dibandingkan dengan waktu atau memori dari perilaku model.

d. Penguatan dan motivasi

Pokok persoalan dari atensi, retensi, dan reproduksi gerak sebagian besar berhubungan dengan kemampuan orang untuk meniru perilaku penguatan menjadi relevan.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :

a. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.

b. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik. c. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, dan

keakuratan umpan balik

d. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan dari diri sendiri.

Selain itu, juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip

c. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai.

3. Teori Edward Burnett Tylor

Tylor tidak mengemukakan definisi belajar kultural, tetapi memberikan teori mengenai budaya. Teori budaya sebagai bagian dalam teori belajar kultural perlu dibahas karena substansi budaya merupakan salah satu pijakan teori belajar kultural. Beliau berpendapat, bahwa asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa disebabkan oleh dua hal yaitu, perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dengan hal-hal yang mati, dan peristiwa mimpi. Tylor juga berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek moyangnya.

(8)

5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Revolusi Sosio-Kultural

Mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan teori belajar kultural tidak bisa dilakukan dengan mengeralisasikannya begitu saja. Di bagian awal telah disebutkan bahwa teori belajar kultural hanya mampu didevinisikan dan dijelaskan dneagn mengunakan berbagai pendekatan teori belajar yang lain, terutama konstruktivisme dan sosio-kultural. Mengidentivikasi kelebihan dan kelemahan teori belajar kultural dipandang dari perspektif pendekatan tertentu. Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan, antara lain:

1. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.

2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya.

3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental.

4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah.

5. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Keuntungan sebagaimana telah dideskripsikan di atas akan memberikan implikasi positif bagi peserta didik, antara lain:

1. Mendorong peserta didik untuk berfikir dalam proses membina pengetahuan baru. Siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, menemukan ide dan membuat keputusan.

2. Peserta didik akan memiliki pemahaman, kerana terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru. Peserta didik akan lebih faham dan dapat mengapliksikannya dalam semua situasi.

3. Memiliki ingatan yang kuat terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan pengalaman, kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama tentang semua konsep. Siswa melalui pendekatan ini membina sendiri pemahamannya.

4. Memiliki efikasi diri yang tinggi, yakni memiliki keyakinan bahwa dirinya dan orang lain yang terlibat dalam interaksi belajar akan mampu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran.

5. Memiliki kemahiran sosial yang diperoleh melalui interaksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

6. Pembelajaran berlangsung menyenangkan, kerana peserta didik terlibat secara aktif dan berkelanjutan.

(9)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Teori revolusi sosio-kultural erat kaitannya dengan masyarakat dan budaya, dimana keduanya saling mempengaruhi dalam sebuah pembelajaran. Teori revolusi sosio-kultural ini menerangkan bahwa kemampuan siswa dalam belajar tidak serta merta melalui peran guru, melainkan dengan budaya dan kemampuan dirinya sendiri.

Penjelasan mengenai teori belajar kultural oleh para ahli dilakukan melalui berbagai pendekatan teori pembelajaran yang diformulasikan dengan aspek kultur lingkungan masyarakat dan lingkungan alam. Penekanan bahwa peserta didik aktif dalam pembelajaran harus dipadukan dengan adanya peranan budaya yang diperoleh dari pola hubungan dan interaksi baik antara peserta didik, guru, lingkungan, maupun masyarakat. Namun demikian, patut diakui bahwa tidak ada teori belajar yang paling sempurna, termasuk teori belajar kultural. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki, teori belajar kultural juga memiliki kelemahan.

B. Saran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

 Gredler. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

 Rusman. 2012. Seri Managemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut: (a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme

Saran tersebut didukung pula dengan pendapat Vygotsky bahwa,“proses belajar terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain

Sebenarnya teori ini hampir ada kesamaan dengan teori sebelumnya, namun teori ini lebih cenderung melihat hasil dari proses belajar mengajar tersebut, tentunya setelah

Salah satu teori yang mempengaruhi perkembangan anak di susun oleh Urie Bronfen benner yang dikenal dengan teori sistem bioelogikal ( bioelogical systems theory

Teori Konstruktivis Bruner ini telah diadopsi dan dimanfaatkan untuk berbagai situasi pengajaran. Ada teori lain banyak yang menggunakan aspek

Insight itu hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diambil. Apabila alat yang diperlukan

Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya

Berdasarkan teori Vygotsky Yuliani (2005) menyimpulkan beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu: (a) dalam kegiatan pembelajaran hendaknya