• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan komunitas pada pasien HIV dan Aid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan komunitas pada pasien HIV dan Aid"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Human Immunadeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunadeficiency Syndrome (AIDS), yang merupakan masalah kesehatan global baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Penderita HIV/AIDS lebih dari 45 juta orang dengan korban meninggal dunia lebih dari 25 juta jiwa sejak penyakit ini dilaporkan pertama kali pada tahun 1981. Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi virus HIV. Di Indonesia sampai maret 2008 terdapat 6130 penderita infeksi HIV dan 11868 penderita AIDS, dengan korban meninggal sebanyak 2486 orang.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

(2)

dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

A. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang konsep HIV/AIDS 1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS

(3)

9. Untuk mengetahui Prognosis

10. Untuk mengetahui Pencegahan Penyakit HIV/AIDS 11. Untuk mengetahui Program Pemberantasan

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian HIV/AIDS

Human Immuno-deficiency Virus (HIV), menurut Depkes RI(2003) didefinisikan sebagai virus penyebab AIDS. Sedangkan Smeltzer (2003) menegaskan bahwa HIV diartikan sebagai retrovirus yang termasuk golongan asam ribonukleat (RNA) yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa sifat genetic yang diartikan sebagai Human T-cell Lymphorropic Virus tipe III (HTLV III)

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999) b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil

akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

B. Etiologi

(5)

C. Masa Inkubasi

Bervariasi, walaupun dari penularan hingga berkembang atau terdeteksinya antibodi, biasanya 1-3 bulan, namun waktu dari tertular HIV hingga terdiagnosa sebagai AIDS sekitar <1 tahun hingga 15 tahun atau lebih. Tanpa pengobatan anti-HIV yang efektif, sekitar 50% dari orang dewasa yang terinfeksi akan terkena AIDS dalam 10 tahun sesudah terinfeksi. Median masa inkubasi pada anak-anak yang terinfeksi lebih pendek dari orang dewasa. Bertambahnya ketersediaan terapi anti-HIV sejak pertengahan tahun 90-an mengurangi perkembangan AIDS di AS dan dibanyak Negara berkembang secara bermakna.

Window Period selama 6-8 minggu, adalah saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium. Seseorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5 tahun jika tidak diobati, maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS.

D. Pathofisiologi

HIV menempel pada infosit sel induk melalui gp 120 sehingga akan terjadi fusi membrane HIV dengan sel induk inti HIV kemudian masuk kedalam sitoplasma sel induk. Dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dari HIV melalui enzim integrasi kemudian akan membantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk.

(6)
(7)
(8)
(9)

E. Penularan

HIV dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual, penggunaan jarum dan syringes yang terkontaminasi, transfuse darah atau omponennya yang terinfeksi;transplantasi dari organ dan jaringan terinfeksi HIV. Sementara virus kadang-kadang ditemukan di air liur, air mata, urin dan secret bronchial, penularan sesuda kontak dengan secret ini belum pernah dilaporan.

Resiko dari penularan HIV melalui hubungna seks lebih rendah dibandingkan dengan penyakit menular seksual lainnya. Namun adanya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks terutama penyakit seksual dengan luka seperti Chancroid, besar kemungkinan dapat menjadi pencetus penularan HIV.

Determinan utama dari penularan melalui hubungan seksual adalah pola dan pevalensi dari orang-orang dengan “Sexual Risk Behavior” seperti melakukan hubungan sexs yang tidak terlindung dengan banyak pasangan seks. Tidak ada bukti epidemiologis atau laboratorium yang menyatakan bahwa gigitan serangga bisa menularkan infeksi HIV, risiko penularan melalui seks oral tidak mudah diteliti, tapi diasumsikan sangat rndah. Dari 15-30% bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV (+) terinfeksi sebelum, selama atau segera sesudah dilahirkan.

Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat.

Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui: 1. Ibu hamil

a. Secara Intrauterine, Intrapartum, dan Postpartum (ASI) b. Angka transmisi mencapai 20-50%

(10)

2. Jarum suntik

Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat.

3. Transfuse darah risiko penularan terbesar 90% 4. Hubungan seksual

F. Gambaran Klinis

1. Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti : a. Diare kronis

b. Kandidiasi mulut yang luas c. Pneumoystis Carini

d. Pneumonia Interstisialis Lifositik e. Ensefalopati Kronik

2. Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO), antara lain: a. Kehilangan berat badan (BB) > 10%

b. Diare kronik > 1 bulan c. Demam > 1 bulan

e. Herpes Simpleks yang meluas dan berat f. Limfadenopate yang meluas

4. Tanda lainnya adalah:

(11)

G. Diagnosis HIV

Di temukannya antibodi HIV dengan pemeriksaan ELISA perlu di konfirmasi dengan western imunoblot. Tes HIV Elisa (+) sebanyak tiga kali dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan positif mengidap HIV.

Pemeriksaan laboratorium ada tiga jenis, yaitu:

1. Pencegahan donor darah dilakukan 1 kali oleh PMI. Bila positif disebut reaktif.

2. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko, dilaksanakan dua kali pengujian reagen yang berbeda.

3. Diagnosis, untuk menegakkan diagnosis dilakukan tiga kali pengujian seperti yang sudah diterangkan diatas, WHO kini merekomendasikan pemeriksaan dengan rapit tes (Dipstick) sehingga hasilnya bisa segera diketahui.

H. Pengobatan

Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi : 1. Pengobatan suportif

Dosis 500-600 mg/hari, pemberian setiap 4 jam sebanyak 100 mg, pada saat penderita tidak tidur.

(12)

I. Prognosis

Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekitar 75% pasien yang didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian, penelitian melaporkan ada 5 % kasus pasien terinfeksi HIV yan tetap sehat secara klinis dan imonologis. J. Pencegahan penyakit HIV/AIDS

1. Upaya pencegahan

Program pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau mengurangi perilaku risiko terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi:

a. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

b. Tidak melakukan hubungna seks atau hanya berhubungan seks dengna satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi.

c. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV. Begitu pula program “Harm reduction” yang menganjurkan pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama telah terbukti efektif.

(13)

e. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan di sarankan untuk dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan. Ibu dengan HIV positif harus dievaluasi untuk memperkirakan kebutuhan mereka terhadap terapi zidovidine (ZDV) untuk mencegah penularan HIV melalui uterus dan perinatal.

f. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya.

2. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya:

a. Laporan kepada instansi kesehatan setempat; mengirimkan laporan resmi kasus AIDS adalah wajib di semua jajaran kesehatan di AS dan hampir di semua Negara di dunia.

b. Isolasi; mengisolasi orang dengan HIV positif secara terpisah tidak perlu, tidak efektif dan tidak dibenarkan “Universal Precaution” (Kewaspadaan universal) diterapkan untuk semua penderita yang dirawat. Tindakan kewaspadaan tambahan tertentu perlu dilakukan pada infeksi spesifik yang terjadi pada penderita AIDS.

c. Disinfeksi serentak; dilakukan terhadap alat-alat yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh dengan menggunakan larutan pemutih (chlorine) atau germisida tuberkulosidal.

d. Karantina; tidak diperlukan. Penderita HIV/AIDS dan pasangan seks mereka sebaiknya tidak mendonasikan darah, plasma, organ untuk transplantasi, jaringan, sel, semen untuk inseminasi buatan atau susu untuk bank susu manusia.

e. Imunisasi dari orang-orang yang kontak; tidak ada f. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi.

g. Pengobatan spesifik: disarankan untuk melakukan diagnose dinidan melakukan rujukan untuk evaluasi medis.

(14)

K. Program Pemberantasan

komisi penanggulangan AIDS nasional (KPAN) tahun 2006 menetukan kebijakan penanggulangan penyakit HIV/AIDS secara nasional :

1. Peningkatan upaya pencegahan:

a. Pengurangan dampak buruk (harm reduction) penasun pengguna NAPZA suntik.

b. Peningkatan program pemakaian kondom 100 % pada setiap hubungan seksual yang berisiko.

c. pencegahan penularan ibu ke bayi (PMTCT, prevention of mother to child transmission).

d. Transfusi darah yang aman. e. Kewaspadaan universal. 2. Peningkatan jumlah dan mutu

a. Pelayanan pengobatan IMS (Infeksi menular seksual) b. Peningkatan jumlah dan fungsi klinik CCT.

c. Perawatan, dukungan, dan pengobatan (CST, Care Support, Atreatment) pada ODHA (orang HIV/AIDS).

(15)

BAB III

(16)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

AIDS adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan 2. Pengguna narkoba suntik

3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik 4. Bayi yang ibunya positif HIV

Penularan HIV/AIDS:

1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.

2. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian 3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV

4. Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).

B. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Pasar merupakan suatu lembaga yang penting dalam institusi ekonomi. Selain itu, Pasar juga suatu wadah dari aktifitas sosial ekonomi, pasar berfungsi untuk mempertemukan para

 %ika peserta didik menjawab namun kurang jelas atau tepat sesuai dengan kajian teori pada buku pembelajaran. Sk)r  %ika peserta didik menjawab tidak sesuai dengan kajian

Introduksi ikan di perairan Waduk Sermo telah dilakukan sejak awal penggenangan air wa- duk oleh berbagai instansi dengan berbagai jenis ikan air tawar, yang bertujuan

dan Program guna memenuhi Proyek Akhir Arsitektur (PAA 67) yang berjudul ―Sekolah Tinggi Animasi di Jatinangor‖ yang merupakan salah satu persyaratan kelengkapan studi S1

Berdasarkan nilai pH dan kandungan COD hasil penelitian dibandingkan dengan nilai pH dan kandungan COD yang diperkenankan untuk LA maka limbah cair keluaran dari

Setelah proposal disetujui, kemudian penulis menghadap kepada Kepala SLTP Islam Mafatihul Huda Rengging Pecangaan Jepara yang bertujuan untuk memohon ijin

Sementara industry jamu lebih condong memproduksi bentuk jamu yang lebih sederhana, meskipun akhir akhir ini cukup banyak industry besar yang memproduksi jamu dalam bentuk

belian Jumlah Barang Kondisi Asal Usul Harga Satuan