PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BERBAGAI LIMBAH AGROINDUSTRI SEBAGAI MEDIA PRODUKSI MAGGOT
BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
Irene Laksmi Nugrahani NPM 1314141019 (2013) Farah Aulia NPM 1314141015 (2013) Muhammad Aldi NPM 1314141034 (2013) Riska Munjiati NPM 1414141070 (2014)
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
RINGKASAN ... v
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Manfaat dan Tujuan ... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 2
2.1. Limbah Agroindustri ... 2
2.2. Maggot ... 2
2.3. Dedak Padi ... 3
2.4. Ampas Tahu ... 4
2.5. Bulu Unggas ... 4
2.6. Darah Ternak ... 5
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 6
3.1. Waktu dan Tempat ... 6
3.2. Alatdan Bahan ... 6
3.3. Rancangan Penelitian dan Analisis Data ... 6
3.4. Prosedur Penelitian ... 7
3.5. Indikator Capaian ... 8
3.6. Luaran ... 8
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ... 9
4.1 Anggaran Biaya ... 9
4.2 Jadwal Kegiatan ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10 LAMPIRAN
Gambar 1. Daur hidup maggot ... 2
Gambar 2. Dedak padi... 3
Gambar 3. Ampas tahu ... 4
Gambar 4. Bulu unggas ... 5
Gambar 6. Darah ternak ... 5
Usaha industri yang saat ini semakin berkembang menyebabkan terjadinya masalah lingkungan, seperti pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan ini disebabkan karena limbah dari industri tersebut yang belum dikelola dengan baik. Salah satu jenis industri tersebut adalah industri pertanian. Limbah dari industri pertanian saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat mencemari lingkungan.
Salah satu pemanfaatan limbah agroindustri adalah pembiakan larva lalat (maggot) sebagai pakan ternak unggas yang mengandung protein yang cukup tinggi. Tingginya harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi peternak karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan usaha peternakan yaitu 50-70%.
Maggot Hermetia illucens dapat dijadikan pilihan untuk penyediaan pakan sumber protein karena lalat ini mudah ditemukan, dikembang biakkan, dan merupakan salah satu jenis bahan pakan alami yang memiliki protein tinggi. Keberhasilan produksi dan kualitas maggot ditentukan oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens.
Kata kunci: limbah agroindustri, maggot, kandungan nutrisi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agroindustri adalah salah satu bidang usaha yang menghasilkan limbah, tetapi limbah dari agroindustri ini belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dampak dari pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah agroindustri ini dapat merusak kualitas udara, kualitas air, kualitas tanah, merusak ekosistem, hingga menimbulkan wabah penyakit.
Pencegahan pencemaran lingkungan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini berkembang pesat. Salah satu pemanfaatan limbah agroindustri adalah pembiakan larva lalat ( maggot) sebagai pakan ternak unggas yang mengandung protein yang cukup tinggi.
Tingginya harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih bagi peternak karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam kegiatan usaha peternakan yaitu 50-70%. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan produksi ternak, salah satunya yaitu dengan melakukan riset untuk menghasilkan pakan yang ekonomis dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Maggot Hermetia illucens dapat dijadikan pilihan untuk penyediaan pakan sumber protein karena lalat ini mudah ditemukan, dikembang biakkan, dan
merupakan salah satu jenis bahan pakan alami yang memiliki protein tinggi.
Keberhasilan produksi dan kualitas maggot ditentukan oleh media tumbuh, misalnya jenis lalat Hermetia illucens menyukai aroma media yang khas maka tidak semua media dapat dijadikan tempat bertelur bagi lalat Hermetia illucens.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang produksi dan kandungan nutrisi maggot Hermetia illucens dengan menggunakan media tumbuh yang berbeda.
1.2. Rumusan Masalah
Ampas tahu, dedak padi, bulu ayam, dan darah merupakan limbah dari usaha agroindustri yang pemanfaatannya belum maksimal. Ampas tahu, dedak padi, bulu ayam, dan darah dapat digunakan sebagai media hidup maggot. Diharapkan maggot yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan ternak.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Agroindustri
Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah
industri yang menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri-industri pengolahan kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair yang digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan
pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah secara benar. Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan, dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja.
Tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production) atau minimasi limbah (waste minimization) (Anonim, 2010).
2.2. Maggot
Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Berikut ini adalah gambar daur hidup maggot:
Maggot umumnya dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasaannya mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot dapat tumbuh pada bahan organik yang membusuk di wilayah temperate dan tropis. Maggot dewasa tidak makan, tetapi hanya membutuhkan air karena nutrisi hanya diperlukan untuk reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Dalam usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan secara seksual. Betina mengandung telur, kemudian telur diletakan pada permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk tumbuh menjadi pupa (Tomberlin, 2009).
Tomberlin dkk., (2002) menyatakan bahwa maggot Hermetia illucens dapat dikembangbiakkan pada media yang kaya akan bahan organik. Olivier (2000) menyatakan bahwa maggot Hermetia Illucens mempunyai keistimewaan yaitu bila nutrien tidak cukup untuk perkembangan larva maka fase larva dapat mencapai 4 bulan tetapi bila nutrien cukup maka lama fase larva hanya memerlukan waktu 2 minggu. Hem dkk., (2008) menyatakan bahwa umumnya substrat yang berkualitas akan menghasilkan maggot Hermetia illucens yang lebih banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan serta perkembangan maggot Hermetia illucens yang hasilnya dapat diukur melalui produksi berat segar maggot Hermetia illucens. Arief dkk.,(2012) menyatakan bahwa kekurangan energi dapat menghambat perkembangan tubuh maggot Hermetia illucens.
2.3. Dedak Padi
Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia (Wildani, 2012).
2.4. Ampas Tahu
Ampas tahu adalah hasil ikutan dalam proses pembuatan tahu/limbah dari pembuatan tahu, sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan harga cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein dalam penyusunan ransum pakan sapi, dengan kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi. Kandungan ampas tahu yaitu protein 21 %; Lemak 3,79%; air 51;63 % dan abu 1.21 %. Kandungan air yang tinggi menyebabkan ampas tahu gampang sekali mebusuk, dalam penyimpanan biasa (tanpa perlakuan khusus) dalam waktu 24 jam, ampas tahu sudah berlendir dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Untuk penyimpanan Ampas tahu dapat disimpan dalam tong-tong plastic dengan ditutup rapat dapat bertahan 4-6 hari (Wildani, 2012).
Gambar 3. Ampas tahu 2.5. Bulu Unggas
Bulu adalah struktur paling rumit pada vertebrata. Sebagaimana rambut, kuku dan sisik bulu adalah tambahan integumenter; organ kulit yang terbentuk dari
pembiakan terkendali sel biologis dalam epidermis atau kulit luar, yang menghasilkan protein keratin (Wikipedia, 2015).
Gambar 4. Bulu unggas 2.6. Darah Ternak
Darah secara ilmiah didefiniskan sebagai cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat tinggi (kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan zat-zat makanan maupun oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil proses metabolisme maupun sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan virus maupun bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani (haima=darah).
Darah yang hasilkan dari pemotongan ternak telah menyumbang kira-kira 30-45% dari keseluruhan produk hasil sampingan tersebut. Selama ini darah yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH) maupun yang berasal dari pemotongan rakyat (tradisional) hanya dibuang begitu saja sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun bagi masyarakat sekitarnya, walaupun sebagian dari RPH sudah ada yang mengolahnya lebih lanjut. Terkait dengan hal tersebut pembuangan darah diselokan-selokan dapat menjadi penyebab tersumbatnya saluran air dan merupakan media pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri (Jamila, 2012).
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan November hingga Desember, dan akan dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung dan analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Makanan dan Nutrisi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu, dedak padi, darah ternak, bulu unggas, air, chloroform, kertas saring, aquades, H2SO4 pekat, H2SO4 standar, campuran indicator (CuSO4+Na2SO4 atau K2SO4)+Se, NaOH 45%, dan NaOH standar.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah saringan, ember, gelas ukur, stopwatch, thermometer,trash bag, timbangan digital, cawan porselen, timbangan analitik, desikator, oven, tang penjepit, kain lap, soxhlet apparatus, kjeldahl apparatus, labu kjeldahl, gelas Erlenmeyer, dan botol semprot.
3.3. Rancangan Penelitian dan Analisis Data 1. Rancangan penelitian pembiakan maggot
Penelitian ini akan dilakukan secara experimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan, yaitu :
R1 = media ampas tahu R2 = media dedak padi R3 = media bulu ayam R5 = media darah ternak
Hasil penelitian akan dilakukan analisis ragam (anova), jika dari analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada taraf 5% atau 1%, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan.
2. Rancangan penelitian uji proksimat
3.4. Prosedur Penelitian 1. Pembiakan Maggot
Kegiatan pembiakan maggot dilakukan dengan membuat media tumbuh maggot. Media terdiri dari ampas tahu, dedak padi, darah ternak, dan bulu unggas. Tiga kilogram dedak padi dicampurkan dengan tiga liter air, air ditambahkan secara perlahan, agar media tidak terlalu basah. Media diaduk secara merata dan
digemburkan. Pada ampas tahu, darah ternak, dan bulu unggas tidak perlu dilakukan penambahan air. Setelah itu media yang telah siap, diletakkan pada ember sebagai tempat peletakkan media agar Black soldier bertelur pada media tersebut. Media ditutup dengan trash bag dan dibiarkan selama tujuh hari.
2. Pengamatan Maggot
Pengamatan perkembangan maggot dilaksanakan setiap 3 jam sekali dengan melihat kondisi media tumbuh maggot, suhu ruang pada media maggot, dan tingkat pertumbuhan maggot.
3. Analisis Kadar Air, Lemak, dan Protein Maggot a. Analisis Kadar Air
Menimbang maggot ±1 gram lalu memasukkan kedalam cawan porselen, lalu setelah itu dioven selama 6 jam dengan suhu 105º C. Maggot yang telah kering dikeluarkan dari oven, setelah itu dimasukkan kedalam desikator selama ±15 menit. Setelah ±15menit maggot ditimbang untuk menentukan kadar bahan kering.
b. Analisis Kadar Lemak
Menimbang maggot ± 0,5 gram dan memasukkan kedalam kertas saring, kertas saring lalu dilipat dan dimasukkan kedalam soxhlet. Selanjutnya
menambahkan 300 ml chloroform kedalam soxhlet dan menghubungkan soxhlet dengan kondensor. Mengalirkan air ke dalam kondensor dan mendidihkan selama 6 jam. Setelah 6 jam, alat pemanas dimatikan dan menghentikan aliran air.
Mengeluarkan kertas saring yang berisi residu dan memanaskan didalam oven 105º C selama 6 jam, kemudian mendinginkan dalam desikator selama 15 menit. Terakhir menimbang residu dan menghitung kadar lemak.
c. Analisis Kadar Protein
Memasukkan ± 0,1 gram sampel maggot kedalam kertas saring, kertas saring lalu dilipat dan selanjutnya dimasukkan kedalam labu kjeldahl dan menambahkan 5 ml H2SO4 pekat, lalu menambahkan 0,2 gram katalisator. Melakukan proses
Mendiamkan sampai dingin diruang asam, setelah dingin menambahkan 200 ml aquades. Menyiapkan 25 ml H3BO3 di gelas Erlenmeyer, kemudian memasukkan 2 tetes indicator. Memasukkan ujung alat kondensor kedalam gelas Erlenmeyer tersebut dalam posisi terendam, kemudian menyalakan alat destilasi. Menambahkan 50 ml NaOH 45% kedalam labu kjeldahl secara cepat dan hati-hati. Mengamati larutan yang ada di gelas Erlenmeyer (berubah menjadi hijau). Mematikan alat destilasi dan membilas ujung alat kondensor dengan aquades. Memasukkan larutan HCl 0,1 N kedalam buret dan melakukan titrasi secara perlahan. Menghitung persentase nitrogen dan kandungan protein.
3.5. Indikator Capaian
Indikator capaian yaitu jumlah maggot yang tumbuh, suhu ruang pada media maggot, kondisi media tumbuh maggot, dan kandungan nutrisi (air, lemak, dan protein) pada maggot.
3.6. Luaran
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya Tabel 1. Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang Rp 4.130.000,00
2 Bahan habis pakai Rp 360.000,00
3 Perjalanan Rp 800.000,00
4 Lain-lain Rp 3.950.000,00
Total Biaya Rp 9.240.000,00
4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 2. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan
No NAMA
KEGIATAN
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsultasi
pembimbing 2 Pembuatan
rancangan penelitian
3 Penyiapan tempat, peralatan, dan perlengkapan 4 Melakukan
kegiatan penelitian 5 Pengamatan
Maggot 6 Analisis
Proksimat
7 Evaluasi program 8 Penyusunan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Pengolahan Limbah Agroindustri.
http://petanitangguh.blogspot.co.id/2010/03/pengolahan-limbah.html (diakses pada 13 September 2015)
Arief. M, Ratika. N. A, dan Lamid. M. 2012. Pengaruh Kombinasi Media Bungkil Kelapa Sawit Dan Dedak Padi Yang DifermentasiTerhadap Produksi Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Sebagai Sumber Protein Pakan Ikan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 4 No 1.
Jamila. 2012. Pemanfaatan Darah dari Limbah RPH. Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makassar
Hem, S., S. Toure, Ce Sagbla, and M. Legendre. 2008. Bioconversion of Palm Kernel Meal for Aquaculture: Experiences from the Forest Region (Republic of Guinea). African Journal of Biotechnology 7:1192-1198.
Tomberlin, J.K., D.C. Sheppard, and J.A. Joyce. 2002. Selected Life-History Traits of Black Soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) Reared on Three Artificial Diets. Ann. Entomol.Soc.Am. 95(3):379-386.
Olivier PA. 2000. Larval Bio-conversion. E-conference: Area-Wide Integration of Specialized Crop and Lifestock Production.
http://lead-fr..vurtualcentre.org/en/ele/awi_2013/downloads.htm (diakses pada 13 September 2015)
Wikipedia. 2015. Pengertian Bulu. https://id.wikipedia.org/wiki/Bulu (diakses pada 14 September 2015)
Wildani, Ahmad. 2012. Pemanfaatan Limbah Pertanian.
No Nama lengkap Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc
1 Jenis kelamin Perempuan
2 Program Studi Peternakan
3 NIDN 0030035904
4 Tempat, tanggal lahir Bangkalan, 30 Maret 1959
5 E -mail [email protected]
6 No.HP 08567858491
Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama institusi Institut Pertanian
Bogor
University of Philipines at Los Banos
Institut Pertanian Bogor
Jurusan Peternakan Dairy
Nutrition
Ilmu Ternak
Tahun masuk-lulus 1978-1982 1987-1990 2004-2008
Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Judul Publikasi Tahun publikasi Tahun
1. Pengaruh Metode Penjemuran Onggok
terhadap Kualitas Nutrien sebagai Pakan
2011 2011
2 Performan Induk Kambing Kacang & Anak Hasil Persilangannya dengan Kambing Boer yang Diberi Ransum dengan Rasio Anion-Kation Berbeda
2011 2011
Pengalaman Membimbing PKM
No. Jenis Bimbingan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1. PKM Penelitian Didanai Dikti 2013
1. Peralatan Penunjang Material
Justifikasi Pemakaia n
Kuantitas Harga Satuan Keterangan Jumlah Saringan Menyaring
mggot dari media
16 Rp 10.000,00 Rp 160.000,00
Gelas Ukur Mengukur air
4 Rp 50.000,00 Rp 200.000,00 Stopwatch Mengukur
waktu pertumbuh an maggot
4 Rp 300.000,00 Rp 1.200.000,00
Thermometer Mengukur suhu
Trash Bag Penutup media
n Jumlah
Darah Ternak Media tumbuh
Total Rp 360.000,00
3. Perjalanan
Pembelian Bahan Habis
Pakai 4
Rp
100.000,00 Rp 400.000,00
Pembelian Alat
Penunjang 4
Rp
100.000,00 Rp 400.000,00
Pemakaia n
tas Satuan Jumlah
Administrasi 10 Rp 10.000,00 Rp 100.000,00
Uji Proksimat Pengujian kadar air, lemak, dan protein maggot
16 Rp
225.000,00
Rp
3.600.000,00
Laporan 10 Rp 25.000,00 Rp 250.000,00
No. Nama 3. Farah Aulia Peternaka
n 4. Muhammad Aldi Peternaka
n 5. Riska Munjiati Peternaka