• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 07 Semeter 1 Tahun Ajaran 2016-2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Sidorejo Lor 07 Semeter 1 Tahun Ajaran 2016-2017"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nila-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Agus Suprijono, 2009: 5-7). Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif, dalam (Naniek, dkk. 2014: 192).

Hasil belajar menurut Wardani Naniek S. dan Slameto (2012: 54), yaitu merupakan hasil pengukuran penugasan materi berupa derajat pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kesimpulan, hasil belajar adalah prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa yang melalui rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas yang diperoleh disetiap akhir proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diambil dalam aspek tertentu yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar akan optimal apabila siswa benar-benar memperhatikan, dan mampu menerima materi pembelajaran dengan baik. Hasil belajar biasanya yang lebih mendominasi yaitu aspek kognitif.

2.1.2 Hakikat IPS

(2)

Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah, menurut Ahmad Susanto (2013: 137).

Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahnnya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Dengan mempelajari IPS ini sudah semestinya siswa mendapatkan bekal pengetahuan yang berharga dalam memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang berbeda tempat maupun waktu, baik individu maupun kelompok, untuk menemukan kepentingan yang akhirnya dapat terbentuk suatu masyarakat yang baik dan harmonis.

Dari definisi para ahli tentang IPS, dapat disimpulkan hakikat IPS adalah perpaduan dari beberapa ilmu sosial dan kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk membantu pengembangan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Pembelajaran IPS juga menyadarkan siswa bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat sehingga mereka harus bisa belajar menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif

(3)

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009: 56).

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bahwa sinergi yang muncul melalui kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar daripada melalui lingkungan kompetitif individual. Kelompok-kelompok sosial integratif memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kelompok yang dibentuk secara berpasangan (Miftahul Huda, 2013: 111).

Kesimpulan, dari pembelajaran kooperatif siswa diajarkan untuk bekersama dalam proses belajar, dengan bekerjasama siswa dapat menemukan hal baru dengan sendirinya sehingga siswa lebih dapat mengingat dengan pemahamannya masing-masing. Dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan atau memotivasi siswa untuk dapat memahami konsep yang sulit dimengerti.

2.1.3.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009: 65), langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik belajar.

Fase 2: Menyajikan Informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal. Fase 3: Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

(4)

Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Fase 5: Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil karyanya. Fase 6: Memberikan pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan presentasi individu maupun kelompok.

Trianto (2009: 66), langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2: Menyajikan Informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3: Mengorganisir siswa ke dalam kelompok kooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Memberikan penghargaan.

(5)

Miftahul Huda (2013: 112), langkah-langkah pembelajaran kooperatif, yaitu:

Fase 1: Persiapan Kelompok.

1) Guru memilih metode, teknik, dan struktur pembelajaran kooperatif. 2) Guru menata ruang kelas untuk pembelajaran kelompok. 3) Guru merangking siswa untuk pembentukan kelompok. 4) Guru menentukan jumlah kelompok. 5) Guru membentuk kelompok-kelompok.

Fase 2: Pelaksanaan Pembelajaran.

1) Siswa merancang team building dengan identitas kelompok. 2) Siswa dihadapkan pada persoalan. 3) Siswa mengeksplorasi persoalan. 4) Siswa merumuskan tugas dan menyelesaikan persoalan. 5) Siswa bekerja mandiri, lalu bekerja kelompok.

Fase 3: Penilaian Kelompok.

1) Guru menilai dan menskor hasil kelompok. 2) Guru memberi penghargaan pada kelompok. 3) Guru dan siswa mengevaluasi perilaku anggota kelompok.

Kesimpulan, berdasarkan pendapat langakah-langkah dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa inti dari langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu dimulai dari menyampaikan tujuan, lalu menyampaikan informasi berupa materi kepada siswa sebgai bekal aspek kognitif, kemudian membentuk siswa dalam kelompok, dengan berjalannya proses pembelajaran guru tetap mengawasi dan membimbing siswa dalam kelompoknya untuk mengerjakan tugas yang diberikan, kemudian guru melakukan evaluasi dengan meminta siswa untuk mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompoknya masing-masing, dan yang terakhir diupayakan memberikan penghargaan untuk menghargai hasil kerja siswa.

2.1.4 Hakekat Model STAD (Student Teams Achievement Division)

(6)

penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Hosnan (2004: 83-84) Model Student Teams Achievement Division

(STAD) didalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Dapat diartikan model pembelajaran STAD diharapkan siswa berkelompok secara heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berasal dari suku, yang memiliki kemampuan tinggi atau rendah. Model pembelajaran ini berguna untuk menumbuhkan kerjasama, kreatif, berpikit kritis dalam pembelajaran.

Trianto (2009: 68-71), pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Robert E. Slavin menekankan pada adanya pengelompokkan siswa secara heterogen untuk saling membantu kelompok menguasai materi yang telah diberikan oleh guru, supaya siswa dapat mengerjakan kuis yang diberikan secara individual dengan baik guna perolehan skor untuk kelompok masing-masing. Sependapat dengan Slavin, model STAD juga dikemukakan oleh Hamdani (2011: 93) menyatakan bahwa dalam model STAD, “siswa dikelompokkan secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai

mengerti”.

(7)

2.1.4.1 Langkah-Langkah STAD (Student Teams Achievement Division)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase pada pembelajaran ini (Sumber: Ibrahim, dkk, 2000: 10) dalam Trianto Ibnu Badar al-Tabany (2014: 120-121) yaitu:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2: Menyampaikan/ menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3: Mengorganisaikan siswa dalam kelompok belajar

Menjelaksan pada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Memberikan penghargaan

Mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Trianto (2009: 68-71), diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Fase-fase atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

(8)

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5: Evaluasi.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6: Memberikan penghargaan.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Agus Suprijono (2009: 133-134), langkah-langkah yang dijelaskan yaitu: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 2) Guru menyajikan pelajaran. 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5) Memberikan evaluasi. 6) Kesimpulan.

(9)

pekerjaan kelompoknya masing-masing, dan yang terakhir diupayakan memberikan penghargaan untuk menghargai hasil kerja siswa.

2.1.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran STAD

a. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran STAD menurut Imas Kurniasih & Berlin Sani (2009: 22-23), yaitu:

1) Karena dalam kelompok siswa dituntut untuk aktif sehingga dengan model ini siswa dengan sendirinya akan percaya diri dan meningkat kecakapan individunya. 2) Interaksi sosial yang terbangun dalam kelompok, dengan sendirinya siswa belajar dalam bersosialisasi dengan lingkungannya (kelompok). 3) Dengan kelompok yang ada, siswa diajarkan untuk membangun komitmen dalam mengembangkan kelompoknya. 4) Mengajarkan menghargai orang lain dan saling percaya. 5) Dalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang ada, sehingga siswa saling memberitahu dan mengurangi sifat kompetitif.

b. Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

1) Karena tidak adanya kompetisi diantara anggota masing-masing kelompok, anak yang berprestasi bisa saja menurun semangatnya. 2) Jika guru tidak bisa mengarahkan anak, maka anak yang berprestasi bisa jadi lebih dominan dan tidak terkendali.

2.1.5 Media Pembelajaran

2.1.5.1Pengertian Media Pembelajaran

(10)

didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi salam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Kesimpulan, dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian media dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan tujuan materi sehingga dapat merangsang siswa dalam proses pembelajaran, dapat disebut juga sebagai perantara guru dengan siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, salah satunya dapat menggunakan media visual atau gambar.

2.1.5.2Pengertian Media Gambar

Agus Suprijono (2002: 55), media gambar dapat dirtikan sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa dapat menerima pesan dengan menggunakan visualisasi gambar. Sri Anitah (2012: 8), Media Pembelajaran adalah gambar atau fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti: binatang, orang, tempat, atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam pembelajaran yaitu: portet, kartu pos, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar cetak. Daryanto (2010: 109), gambar merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal itu disebabkan kesederhanaanya, tanpa memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya.

Kesimpulan, media gambar dapat disimpulkan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, melalui gambar siswa dihadapkan dengan hal yang mendekati konkrit, misalnya untuk menunjukkan suatu daerah dengan gambar semakin jelas letak suatu daerah.

(11)

diamati lebih jelas. d) menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan dengan sebuah gambar saja.

2.1.5.3Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Sri Anitah (2009: 8-9), dalam media gambar terdapat beberapa kelebihan dan beberapa kelemahan diantaranya:

a. Kelebihan gambar, antara lain:

1) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata. 2) Banyak tersedia dalam buku-buku. 3) Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan. 4) Relatif tidak mahal. 5) Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi.

b. Kelemahan gambar, antara lain:

1) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar. 2) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. 3) Tidak dapat menunjukkan gerak. 4) Pembelajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterpretasi) gambar.

2.1.6 Sintak Pembelajaran Model STAD Berbantuan Media Gambar

Trianto (2009: 70-71), sintak atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD berbantuan dengan media gambar ada enam fase yaitu: Fase 1: Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan motivasi dengan mengajak siswa bertanya jawab mengenai hal yang menarik untuk menuju materi yang akan dipelajari.

Fase 2: Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan melalui gambar disini guru juga menyampaikan informasi berupa materi melalui bahan bacaan buku paket, siswa diminta untuk membaca mandiri. Fase 3: Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

(12)

kelompok kecil yang di dalamnya terdiri dari 4 siswa secara heterogen guru membantu siswa untuk transisi dalam kelompok secara efisien. Kemudian guru membagikan LKS berupa tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok.

Fase 4: Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Tahap keempat, pada saat siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas, guru memberikan sebuah gambar lalu siswa diminta untuk menempelkan gambar dan memberikan keterangan sesuai dengan perintah, guru tetap membimbing mereka agar tidak sampai salah persepsi.

Fase 5: Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap kelima, untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah dilakukan siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya masing-masing.

Fase 6: Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Tahap keenam, diharapkan guru memberikan penghargaan kepada siswa yang telah berhasil menyelesaikan tugas ataupun yang berani mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, baik berupa stiker ataupun pujian sebagai motivasi dalam belajar kedepannya.

2.1.7 Tinjauan Materi IPS Kelas 4 SD

(13)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.

1.1 Membaca Peta Lingkungan setempat (Kab/ Kota, Provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

1.2 Mendiskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kab/ Kota dan Provinsi serta hubungannya dengan keragaman dan sosial budaya.

1.3 Menunjukkan jenis dan pesebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (Kab / Kota, Provinsi).

1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat Kab / Kota, Provinsi, dan menjaga kelestariannya. 1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya. Berdasarkan kompetensi dasar di atas peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian pada:

Tabel 2.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Penelitian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi.

1.2 Mendiskripsikan kenampakan alam di lingkungan Kab/ Kota dan Provinsi serta hubungannya dengan keragaman dan sosial budaya.

1.3 Menunjukkan jenis dan pesebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

(14)

masalah yang muncul adalah keaktifan belajar siswa rendah, motivasi belajar siswa rendah, keberanian bertanya rendah, keberanian menjawab pertanyaan rendah. Siswa pasif lebih banyak diam tetapi tidak memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode Student Team Achievement Division (STAD), hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Jono Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan dengan kompetensi dasar mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial budaya meningkat secara signifikan. Hasil ketuntasan belajar dari 6 siswa (29%) meningkat menjadi 9 siswa (45%) dan pada siklus II meningkat menjadi 16 siswa (77%).

Utoro. 2012. “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SDN Ngablak 03 melalui Penerapan Metode STAD”. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Ngablak 03 yang berjumlah 15 terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Hasil penelitian dari masing-masing siklus meningkat. Ada pembelajaran pra siklus, jumlah siswa tuntas 5 atau 33% dan yang belum tuntas 10 siswa 67%. Kemerosotan pada tahap awal atau pra siklus tersebut karena guru dalam melaksanakan pembelajaran belum menggunakan metode yang sesuai, untuk itu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus selanjutnya. Perbaikan pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran STAD, hasil belajar meningkatkan dengan jumlah siswa tuntas 10 siswa atau 67% dengan rata-rata klasikal sebesar 72. Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model STAD yang lebih sempurna dengan penambahan alat peraga jumlah siswa tuntas meningkat 14 siswa atau 93% dan 1 siswa yang belum tuntas atau 7%. Adapun rata-rata klasikal siklus II ini sebesar 87.

Nugraheni, Upik. 2014. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui

(15)

LKS dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas 4 SD Negeri Kopeng 03 Kecematan Getasan, Kabupaten Semarang Semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat pada kondisi awal pra siklus yang menunjukan bahwa hasil belajar IPS siswa masih 13 anak yang belum tuntas dengan presentase 56,53%, kemudian meningkatkan pada siklus I menjadi 86,95%, selanjutnya pada siklus 2 peningkatan menjadi 100%. Siklus 2 sudah memenuhi indikator kinerja yaitu 90%.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pada mata pelajaran IPS dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media gambar. Model pembelajaran ini akan mampu memberikan peluang untuk siswa agar semua lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD akan mampu menghilangkan egoisme siswa dan juga akan mampu memberikan dorongan untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Berbantuan dengan media gambar dapat membantu proses pembelajaran lebih menarik dan tidak terkesan membosankan, dengan memasangkan gambar siswa lebih termotivasi untuk belajar lebih semnagat. Sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang berbantuan dengan media gambar. Dalam mencapai keberhasilan suatu model pembelajaran tentunya tidak terlepas dari prosedur pelaksanaan sintak yang ada.

(16)

membagi dalam kelompok secara acak siswa mempunyai rasa toleransi, karena siswa lebih cenderung memilih teman dalam berkelompok.

(17)

2.4 Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar.
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangaka Pikir Model Pembelajaran Kooperatif
gambar diduga dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada pokok

Referensi

Dokumen terkait

BOBOT 1 Pretest test dan Post test Tes tulisan (UTS) Menguraikan pengertian Dasar Pemahaman Gizi dan Fisiologi olahraga dengan sistem energi dan gambran gizi dalam

Menguraikan pengertian Diabetes Melitus (DM), prevalensi DM di dunia dan indonesia, dampak masalah DM dan program penanggulanga n masalah DM kurang tepat. Menguraikan

Peserta diharapkan segera melakukan registrasi ulang atau penambahan data peserta jika ada penambahan, registrasi mulai tanggal 4 Juni 2018 sampai dengan tanggal 22 Juni

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II setelah digunakannya model pembe- lajaran Somatic, Auditory, Visualization, and

Tiap pos diberikan waktu 30 detik, jadi atlet melakukan gerakan latihan ditiap pos selama 30 detik, setelah itu ganti ke pos berikutnya sampai pos terakhir.. Istirahat lama

A study was undertaken to determine the effect of the inclusion of chickweed ( Stellaria media ) leaf meal (CLM) on growth per- formance, feed utilization, nutrition retention,

Hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan Alfonsa Mintarti (1998) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar Siswa

The existence of this solutions is still kept putting the death pe- nalty in criminal law, whereas the effectiveness of the death penalty is scientifically still in