• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tugas Akhir KE BIDANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Tugas Akhir KE BIDANAN"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Tugas Akhir

Jumat, 05 Juni 2015

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR 1: ASUHAN KEBIDANAN PADA

NY A DARI MASA HAMIL SAMPAI DENGAN MASA KB DI RB M BR

TARIGAN AMKeb KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI

SERDANG TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A MASA HAMIL SAMPAI DENGAN

MASA KB DI RUMAH BERSALIN BIDAN

M BR TARIGAN AMKeb KECAMATAN PANCUR

BATU KABUPATEN DELI SERDANG

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Disusun sebagai salah satu menyelesaikan pendidikan Ahli Madya

Kebidanan pada Program studi D.III Kebidanan Medan

Poltekkes Kemenkes RI Medan

Disusun Oleh:

RETTA J SIPAHUTAR

NIM. P07524112033

(2)

D.III KEBIDANAN MEDAN

TAHUN 2015

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN PADA UJIAN LAPORAN TUGAS

AKHIR TANGGAL 05 MARET 2015

Oleh:

Pembimbing Utama

Sartini Bangun, SPd, Mkes. NIP. 19601207 198603 2002

Pembimbing Pendamping

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR INI TELAH DIPERTAHANKAN DI DEPAN TIM PENGUJI PADA TANGGAL 05 MARET 2015

DAN TELAH DISETUJUI PERBAIKANNYA

MEDAN, 03 JUNI 2015

MENGESAHKAN

TIM PENGUJI

TANDA TANGAN

Ketua : Ardiana Batubara, SST, M.Keb ...

Anggota I : Sartini Bangu, SPd, M.Kes ...

Anggota II : Fitriyani Pulungan, SST, M.Kes ...

MENGETAHUI,

KETUA PROGRAM STUDI KEBIDANAN MEDAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat terselesaikanya Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul

Laporan Asuhan Kebidanan pada Ny A Masa Hamil sampai Nifas di Rumah Bersalin

Bidan M Br Tarigan AMKeb Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”,

sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Prodi D-III Kebidanan Medan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun LTA ini.

3. Ibu Suryani, SST, M.kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun LTA ini.

4. Ibu Sartini Bangun, SPd, M.kes selaku pendamping I yang telah memberikan bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Fitriyani Pulungan, SST, M.kes selaku pendamping II yang telah memberikan bimbingan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku ketua penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.

7. Ibu M Br Tarigan A.M.Keb selaku pembimbing klinik yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penyusunan LTA di RB Bidan M Br Tarigan sehingga LTA ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh dosen dan staf Politeknik Kesehatan D-III Kebidanan Medan yang telah membekali ilmiah ilmu pengetahuan, memberikan petunjuk dan nasehat selama penulis menjalani pendidikan.

9. Ibu dan keluarga responden atas kerjasamanya yang baik.

(5)

Hendriko, David, Parulian, Jaya, Anita, Tetty yang mendukung dalam penulisan karya tulis ini.

11. Adik angkat penulis Widya Ariska Silalahi yang mendukung dalam penulisan karya tulis ini. 12. Teman sekamar Anggrek 24 kakak Afri, kakak Widiya, kakak Rizky atas kebersamaannya

selama ini.

13. Adik kamar Anggrek 8 (Chartina, Tati, Dwi, Eka) serta cucu kamar Cempaka 8 (Citra, Utari, Claranita, Umi) dan Tullip 6 (Desy, Wevi, Aliya, Welan) yang telah mendukung dalam penulisan karya tulis ini. Buat adik Herdika atas dukungan yang diberikan.

14. Kakak penulis Lestari yang memberikan dukungan dalam penulisan karya tulis ini.

15. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam penulisan karya tulis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha esa memberikan balasan pahal atas segala amal baik yang telah diberikan dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Medan, Maret 2015

Retta J Sipahutar

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...4

1.3 Tujuan...4

1.3.1 Tujuan Umum...4

1.3.2 Tujuan Khusus...5

(6)
(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan TFU dalam kehamilan...10 Tabel 2.2 Perubahan Berat Uterus...20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Melakukan Izin Praktik Lampiran 2 Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Kosul/Kartu Bimbingan LTA

DAFTAR SINGKATAN

A (Abortus)

AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome)

AKB (Angka Kematian Bayi) AKI (Angka Kematian Ibu) AMKeb (Ahli Madya Kebidanan) ANC (Ante Natal Care)

ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nation)

ASI (Air Susu Ibu) BAB (Buang Air Besar) BAK (Buang Air Kecil) BBL (Bayi Baru Lahir)

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) BPM (Bidan Praktek Mandiri)

CO2 (Carbon Dioksida) DJJ (Denyut Jantung Janin)

DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat)

(8)

HBV (Hepatitis B virus)

(9)

TT (Tetanus Toxoid)

USG (Ultrasonoghrapy)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (WHO, 2014).

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya AKI dan angka kematian bayi (AKB) yang ada di Indonesia. AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100 ribu kelahiran hidup (KH) yang jauh diatas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170/100 ribu KH, Thailand 44/100 ribu KH (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI tercatat 359/100 ribu KH. Tercatat kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang tercatat 228/100 ribu KH. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102/100 ribu KH dan AKB menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23/1000 KH.

Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan AKI tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100 ribu KH, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100 ribu KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil SP 2010 sebesar 259/100 ribu KH.

Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari 77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, namun

(11)

Satu-satunya daerah yang telah menjadi K4 yaitu 95% yaitu Kabupaten Deli Serdang dengan cakupan K4 sebesar 95,92% (Dinkes ProvSu, 2013).

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu hamil apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan kecendrungan peningkatan, yaitu dari 77,95% pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,78% pada tahun 2012, angka ini juga belum mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015.

Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah persalian dan 50% kematian terjadi pada masa nifas 24 jam pertama (Wilandari, 2011).

Pada tahun 2012, rata-rata cakupan pelayanan ibu nifas di provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 87,39%, angka ini hanya mengalami peningkatan sebesar 0,19% dibandingkan tahun 2011 yaitu 87,10%. Dengan besar peningkatkan tidak sampai 1% setiap tahun, sangat dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015.

Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota, dari 259.320 bayi lahir hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan AKB di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 KH pada tahun 2012. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan.

Keberhasilan program keluarga berencana (KB) diukur dengan beberapa indikator, diantaranya proporsi peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB Aktif terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sampai tahun 2012, berdasarkan data pada profil kesehatan kab/kota , jumlah peserta KB baru adalah sebesar 19,44% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu 14,08%, tahun 2010 yaitu 17,05% dan tahun 2009 yaitu 14,58%.

(12)

mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran) (Depkes, 2010).

Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga. Salah satu upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Depkes, 2010).

Menurut Depkes tahun 2010, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang dimiliki – tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu, upaya pemerintah dibuat sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan continuity care (Riskesdas, 2013).

(13)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang berkaitan dengan masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval dan asuhan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang dilakukan di RB M Br Tarigan di Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang tahun 2015.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil 2. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin 3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas 4. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

5. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB)

6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

1.4.2 Bagi Klinik

Sebagai bahan masukan/informasi mengenai pengetahuan tentang asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

(14)
(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28 minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36 minggu) (Mangkuji, 2012).

2.1.2 Fisiologi Kehamilan

1. Tanda-tanda kehamilan

Terlambat menstruasi, mual-mual, perubahan selera makan dan lebih menyukai makanan-makanan tertentu, perubahan-perubahan pada payudara, sering kencing, kelelahan, bertambahnya dischange (lendir) di vagina.

2. Lama kehamilan

Jika siklus menstruasi anda rata-rata 28 hari, maka masa pembuahan terjadi sekitar hari ke-14 dan bukan merupakan hari pertama kehamilan anda. Skala waktu ini menunjukkan bahwa kehamilan, yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak pembuahan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari (Stoppart, 2011). Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin di dalam kandungan mulai dari Trimester III (TM-III) (Stoppart, 2011):

a) Minggu ke-28

(16)

menumpuk dan sebuah zat lemak, yakni vernix, menutupi kulit janin anda, sehingga ia tidak lembab di dalam cairan amnionnya. Panjang janin 37 cm (14 in), dan beratnya 900 gram.

b) Minggu ke-32

Anda akan merasa sangat lelah dan sulit bernafas. Gerakan-gerakan janin dapat dirasakan dan dilihat dengan jelas dengan USG. Ketika rahim naik, anda mungkin akan merasakan sakit di tulang rusuk bagian bawah karena janin dan rahim menekan ke atas di bawah diafragma. Pusar anda akan terlihat rata dengan permukaan perut dan linea nigra akan tampak jelas menggurat ke bawah pada perut anda. Janin telah terbentuk sempurna dan dalam kebanyakan kasus, posisi kepala berada di bawah. Plasenta mencapai kematanganya. Panjang janin 40,5 cm (16 in), dan beratnya 1,6 kg.

c) Minggu ke-36

Kepala janin akan menekan-nekan. Tekanan-tekanan ini akan meredakan masalah pernafasan, tetapi mungkin anda akan merasakan sakit di sekitar panggul. Urin kembali bertambah banyak. Naluri keibuan menjadi sangat kuat. kontraksi braxton hicks (gerakan-gerakan lemah yang tidak menyakitkan selama kehamilan). Payudara anda tidak akan membesar sampai ASI keluar setelah anda melahirkan. Janin sudah turun ke bawah. Selaput pelangi mata janin kini berwarna biru. Kuku-kuku jari sudah tumbuh sampai di ujung jari. Panjang janin 46 cm (18 in), dan beratnya 2,6 kg.

d) Minggu ke-40

Kepala janin sudah di dalam posisi sangat ke bawah. Gerakan-gerakan janin menurun karena ruangan rahim menjadi sempit, tetapi pukulan tangan dan tendangan kaki yang kuat masih dapat dirasakan. Panjang janin sekitar 51 cm (20 in), dan beratnya rata-rata 3,4 kg. Pada janin laki-laki, nuah pelir sudah turun.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan fisiologis tinggi fundus uteri (TFU) dengan menggunakan pita sentimeter Mc. Donalds dan dengan menggunakan palpasi

(17)

Tabel 2. 1

Perubahan TFU dalam Kehamilan

No. Tinggi Fundus

Uteri (cm)

Tinggi Fundus Uteri (Leopold) Umur Kehamilan

(minggu)

1 12 3 jari atas simfisis 12

2 16 Pertengahan pusat dan simfisis 16

3 20 3 jari bawah pusat 20

4 24 Sepusat 24

5 28 3 jari atas pusat 28

6 32 Pertengahan pusat dan processus xifoideus (px)

Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa hamil TM-III (Hani, 2011) :

a) Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%. Ibu hamil sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen.

b) Nutrisi

Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal per hari.

c) Personal Hygiene

Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2 x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam, menjaga kebersihan payudara.

d) Pakaian

(18)

e) Eliminasi

Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam hingga menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di kurangi, gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman, setiap habis BAB dan BAK cebok dengan baik.

f) Seksual

Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita hamil, sebaiknya menggunakan kondom karena prostatglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi, lakukanlah dalam frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali seminggu.

g) Mobilisasi dan Body Mekanik

Melakukan latihan/ senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan melakukan gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat, jongkok lah terlebih dahulu lalu kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat tidur.

h) Istirahat atau Tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/ tidur yang cukup. Kurang istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan tidur siang lebih kurang 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susah tidur kerena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal paha diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung hingga pinggang juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan.

2.1.3 Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip head to toe, melakukan pemeriksaan vital signs, pemeriksaan leopold, medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) (Kusmiyati, 2010).

(19)

tambah darah, vitamin dan mineral, serta pemberian nasehat dan penyuluhan terarah seperti perawatan diri, gizi, perawatan payudara, pola istirahat, senam hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan, keluhan yang dirasakan. Pada trimester II asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada trimester I ditambah dengan penyuluhan tentang keuntungan pemberian ASI, persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif, persiapan persalinan, dan KB. Pada trimester III asuhan yang diberika sama dengan asuhan pada trimester II ditambah dengan penyuluhan mengenai persiapan menghadapi persalinan, perawatan bayi baru lahir (BBL), persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan (Pinem, 2009).

Masalah yang Lazim Timbul pada Trisemester III:

Selama trimester ketiga, rahim akan membesar sampai ketinggian tepat di bawah tulang payudara. Kadar progesteron yang tinggi dan rahim yang naik membuat sesak dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan nyeri ulu hati. Sesak napas atau nyeri di iga bagian bawah terjadi karena rahim menekan diafragma dan iga. Varises di kaki, wasir, dan pergelangan kaki yang bengkak kadang-kadang terjadi karena meningkatnya tekanan di dalam perut. Menurunnya aliran darah dari anggota gerak bawah, dan efek progesteron yang membuat dinging-dinding pembuluh darah menjadi relaks. Meningkatnya berat rahim serta berubahnya pusat gravitasi yang disebabkan oleh janin, sakit punggung menjadi sesuatu yang sering terjadi. Diakhir kehamilan sering kali timbul kecemasan, tidur yang tidak nyenyak, kelelahan dan ketidaknyamanan biasa yang muncul karena harapan akan segera menghadapi persalinan dan mengakhiri kehamilan.

2.2 Persalinan

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014).

(20)

sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak kentara, sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II (Simkin, 2005).

2.2.2 Fisiologi Persalinan

Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami ibu selama persalian dibagi dalan 4 kala, adalah (Rohani, 2014) :

A. Perubahan fisiologi pada ibu bersalin kala I

1) Sistem reproduksi

Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditantai dengan perubahan serviks secara progressif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap. Pada kala I terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita, diantaranya adlah sebagai berikut.

a) Segmen atas rahim (SAR) dan SBR

Saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar, sedangkan SBR serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.

b) Uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakam kontraksi otot yang menimbulkan rasa yang sangat sakit.

c) Perubahan pada serviks

1) Pendataran. Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter sampai 3 cm, menjadi satu lubang dengan pinggir yang tipis.

(21)

dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Fase deselerasi: dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm).

d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul.

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul tiregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis.

2) Sistem kardiovaskuler

a) Tekanan darah (TD): TD meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti sebelum persalinan.

b) Detak jantung: berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan.

c) Jantung: pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10-15 %.

d) Hematologi: hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan darah yang abnormal; waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma; gula darah akan berkurang.

3) Sistem pencernaaan

Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat secara terus-menerus, motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansi berkurang sangat banyak selama persalinan, rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan, persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita, bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan.

4) Suhu tubuh

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-2 oF (0,5-1 oC).

5) Sistem pernapasan

Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.

(22)

Proteinuri yang sedikit (+1) dianggap normal dalam persalinan. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Poliuria sering terjadi selama persalina, mungkin disebabkan oleh peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi dalam gromelurus, dan peningkatan aliran plasma darah.

7) Perubahan endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.

8) Perubahan integumen

Adaptasi integuman khususnya distensibilitas yang besar pada introitus vagina yang terbuka.

9) Perubahan muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteiuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok.

10) Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin Kala I

Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok pembicaraan di antara wanita sejak zaman dahulu, banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Ketakutan dapat berpengaruh pada his dan lancarnya pembukaan (Rohani, 2014).

B. Perubahan fisiologis kala II persalinan

1) Kontraksi dorongan otot-otot persalinan

Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah involunter, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris, terkadang dapat dipengaruhih dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.

2) Pergeseran organ dasar panggul

(23)

vagina melebar, dan anus mendatar, bagian presentasi tampak dan uterus berlanjut selama perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menajadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemuadian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

Fase pengeluaran plasenta terbagi tiga fase, Kustner: degan meletakkan tangan disertai tekanan pada /di atas simfisis, tapi pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti palsenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas. Klein: sewaktu his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas. Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas.

2) Manajemen aktif kala III

Memberikan suntukan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri.

D. Asuhan pada ibu bersalin kala IV

Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, di mana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya. Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.

1) Evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia

(24)

perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik, longgar, tiak berkontraksi dengan baik disebut sebagai keadaan atonia uterus.

2) Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum

Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematom, laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami perdarahan.

E. Kebutuhan ibu masa persalinan

Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu ibu memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan pemberian nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum, oksigen, istirahat selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang berstandar. Kebutuhan rasa aman adalah memilih tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan, posisi yang dikehendaki ibu, pemamntauan selama persalinan, intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah merawat bayi sendiri dan menetekkan, asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati, informasi bila akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah Memilih tempat dan penolong persalinan yang diinginkan, memilih pendamping selama perslinan, bounding attachment, ucapan selamat atas kelahiran bayinya (Sumarah, dkk, 2009).

2.2.3 Asuhan Persalinan

Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani, 2014):

1) Kala I

Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal.

2) Kala II

Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan terhadap ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan tubuh wanita, pendamping persalinan, persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran.

3) Kala III

(25)

uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, higiene, dan vital signs, memperhatikan nutrisi dan istirahat ibu.

4) Kala IV

(26)

Nifas

2.3.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Setyo, 2011).

2.3.2 Fisiologi Nifas

Peristiwa yang terpenting pada periode kala nifas (masa setelah melahirkan) adalah terjadinya perubahan fisik dan laktasi (manyusui). Berikut ini adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dialami ibu pada masa nifas (Manuaba, 2009) :

1) Pengembalian bentuk rahim

Sebelum hamil berat 30 gram dan setelah hamil menjadi 2500 gram. Setelah persalinan, terjadi proses sebaliknya yang disebut involusi yang secara berangsur otot rahim mengecil kembali, sampai seberat semula pada minggu ke-7 (42 hari). Proses ini berlangsung cepat dengan perkiraan urutan perubahan TFU akan berada setinggi pusat segera setelah janin lahir, sekitar 2 jari di bawah pusat setelah plasenta lahir, pertengahan pusat dan simfisis pada hari ke lima postpartum, dan setelah 12 hari postpartum tidak dapat diraba lagi (Maritalia, 2012). Berikut adalah tabel perubahan berat badan uterus pada masa nifas:

Tabel 2. 2

Urutan pengeluaran lokia terjadi dimulai oleh keluarnya lokia rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan dan terjadi antara 2-5 hari; lokia sanguinolenta, cairan berupa lendir bercampur darah, warna merah muda terjadi antara 6-14 hari; dan lokia alba, cairan yang keluar berupa lendir putih yang terjadi sampai kala nifas berakhir.

3) Perubahan Kulit

Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun berkurang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu striae albikan.

(27)

Dinding perut kendur dan lebih kendur sesuai dengan jumlah kehamilan. Tetapi dindingnya dinding perut dapat dikurangi dengan melakukan latihan dinding perut melalui senam kesegaran jasmani.

5) Defekasi dan berkemih

Defekasi, akan menjadi biasa setelah sehari, kecuali ibu tajut pada luka episiotomi. Bila sampai tiga hari belum defekasi, sebaiknya dilakukan klisma untuk merangsang defekasi sehingga tidak mengalami sembelit yang menyebabkan jahitan terbuka. Berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan urine, karena terjadi pengeluaran air tubuh yang berlebih, yang disebabkan oleh pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil.

6) Pemberian ASI

Memberi ASI sampai tetes terakhir, kanan dan kiri bergantian, sehingga kedua payudara tidak terdapat bendungan. Masukkan puting susu sedemikuan rupa sehingga puting susu seolah-olah melayang di mulut bayi, dengan demikian semburan ASI sempurna dan sekaligus mengurangi kemungkinan luka puting. Perlukaan puting susu harus diobati, sehingga memperkecil kemungkinan abses payudara. ASI sebaiknya jangan dibuang tetapi disimpan dalam botol untuk dapat diberikan bila ibu keluar rumah. ASI pertama (kolostrum) harus diberikan karena mengandung kasein dan antibodi (kekebalan tubuh) untuk mengurangi kemungkinan diare.

2.3.3 Kebutuhan ibu masa Nifas

Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah sebagai berikut (Wilandari, 2011):

1) Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600 kkal. Energi, penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum mencapai 500 kkal. Rekondasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti mengandung 600 kkal. Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Protein, selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein diatas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan demikian , 830 cc ASI mengandung 10 gram protein.

2) Eliminasi

(28)

karena smakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancer.

2.3.4 Asuhan Nifas

Tujuan asuhan nifas adalah melakukan pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu bila ada komplikasi, memberikan dukungan emosional kepada ibu, mengajari ibu bagaimana perawatan bayi yang benar, memonitor keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis, dan memberi peluang kepada ibu untuk merawat bayinya untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi (Maryunani, 2009).

Asuhan nifas dilakukan dalam 3 kali kunjungan (K3). Kunjungan pertama (K1) dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan, bertujuan untuk mencegah perdarahan, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, mengajari dan memberikan konseling kepada keluarga cara mencegah perdarahan, pemberian air susu ibu (ASI) awal, bounding attchment, mencegah hipotermia pada bayi. K2 dilakukan pada 2-6 hari setelah persalinan, bertujuan untuk memeriksa involusio uteri, pemberian ASI, pendidikan kesehatan tentang keluarga berencana (KB), pengeluaran lokia, keluha yang dirasakan ibu. K3 dilakukan pada 2-6 minggu setelah persalinan, bertujuan untuk memeriksa involusio uteri, tanda bahaya masa nifas (seperti demam, infeksi, perdarahan abnormal), nutrisi ibu, pemberian ASI, nutrisi dan perawatan bayi, penyulit-penyulit yang dirasakan ibu, dan memberikan konseling KB (Maryunani, 2009).

2.4 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37-40 minggu dan BB lahir 2500-4000 gram (Maryanti, 2011).

Bayi adalah hasil konsepsi yang telah berhasil melewati proses persalinan baik normal atau buatan. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Jasiun, 2006).

2.4.2 Fisiologi bayi baru lahir

Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami oleh bayi baru lahir adalah (Maryanti, 2011) :

(29)

Awal adanya pernapasan disebabkan oleh empat faktor, menurunya O2 sedangkan CO2 menaik, tekanan terhadap rongga dada ketika melewati jalan lahir, rangsangan dingin di daerah muka, dan refleks hering breur (refleks inflasi dan refleks deflasi). Refleks inflasi

untuk menghambat overekspansi paru-paru saat pernapasan kuat. refleks deflasi untuk menghambat pusat ekspirasi dan menstimulasi pusat inspirasi saat paru-paru mengalami deflasi.

Mekanisme terjadinya pernapasan untuk pertama kalinya terjadi dalam 2 proses, yakni mekanisme rangsangan mekanis dan mekanisme rangsangan kimiawi, termal, mekanikal, dan sensori. Mekanisme rangsangan mekanis, terjadi saat bayi melewati vagina yang menyebabkan terjadinya penekanan pada rongga thorak janin, sehingga udara masuk ke dalam alveolus dan cairan amnion keluar. Mekanisme rangsangan kimiawi, termal, mekanikal, dan sensori, menimbulkan peningkatan O2 pada alveolus, maka terjadilah pembukaan pembuluh darah paru. Dengan demikian terjadilah peningkatan aliran darah paru. Sehingga paru berisi udara dan cairan dari alveolus keluar.

2) Perubahan sistem kardiovaskuler

Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi yaitu: penutupan foramen ovale, penutupan duktus arteriosus botali, vena dan arteri umbilikalis, perubahan sistem termogenik. Foramen ovale menutup, karena adanya perubahan tekanan pada atrium. Berawal ketika tali pusat di potong, merangsang timbulnya pernapasan. Saat paru berkembanng terjadi penurunan tekanan terhadap atrium kanan karena kurangnya aliran darah. Sehingga kini atrium kiri mempunyai tekanan yang lebih besar dari atrium kanan. Maka foramen ovale menutup akan menjadi fosa ovalis.

Penutupan duktus arteriosus botali, setelah voramen ovale menutup dimana darah yang berada pada atrium kanan akan dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju paru. Sehingga darah yang menuju ke duktus arteriosus botali akan berkurang dan secara fungsional terjadi penutupan duktus arteriosus botali, dalam 10-15 jam akan berubah menjadi ligamentum arteriosus dan menutup permanen dalam 2-3 minggu.

Vena dan arteri umbilikalis, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Setelah duktus venosus menutup akan menjadi ligamentum venosum, vena dan arteri umbilikalis akan menjadi ligamentum teres dan ligamentum medial umbilikalis. Denyut jantung neonatus berkisar 140 x/i dan volume darah berkisar 80-110 ml/kg.

(30)

ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Suhu normal pada neonatus adalah 36,5-37,0 oC. Penggunaan lemak coklat (yang diyakini banyak terdapat pada midskapula, leher psterior, di bawah clavikula sampai aksila dan sekitar trakea, esofagus, interskapula dan arteri mamaria, aorta abdominal, ginjal dam kelenjar adrenal) sebagai usaha menghasilkan suhu meningkatkan panas tubuh. Jaringan lemak coklat kaya vaskularisasi yang bermanfaat membawa nutrient seluler dan sampah metabolis pada tempatnya dan menyebarkan panas.

3) Perubahan sistem urinaris

Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, urine encer, warna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa.

4) Perubahan sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung neonatus berkisar 30-90 ml. Pengosongan lambung terjadi 2-4 jam setelah makan. Neonatus memiliki enzim lipase dan amilase dalam jumlah sedikit. Feses bayi keluar dalam 48-72 jam setelah lahir, berwarna hijau kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu, berubah warna menjadi kuning kecoklatan setelah 3-5 hari. Bayi BAB 4-6 x sehari. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung belum sempurna sehingga menyebabkan gumoh. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Untuk mengoreksi penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan ASI, menggunakan cadangan glikogen, dan dari lemak.

5) Perubahan sistem hepar

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Daya detoksifikasi hepar juga belum sempurna.

6) Perubahan sistem imunitas

Sistem imunitas neonatus belum matang, sehingga rentan terhadap berbagai alergi dan infeksi. Kekebalam alami disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing, tetapi pada neonatus sel-sel ini belum matang. ASI memberikan kekebalan pasif pada bayi, terutama kolostrum dalam bentuk latoferin, lisosom, faktor antitripsin, faktor bifidus.

7) Perubahan-perubahan sistem reproduksi

(31)

penarikan estrogen maternal menghasilkan kongesti di dada dan kadang mensekresi susu pada hari ke 4/5. Untuk alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan.

8) Perubahan sistem skletal

Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional, tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup.

9) Perubahan sistem neuromuskular

Sistem saraf neonatus baik secara anatomi dan fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum. Beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada neonatus antara lain: refleks moro/peluk, refleks rooting, refleks mengisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks genggam, refleks melangkah dan berjalan, refleks otot leher, refleks babinsky.

2.4.3 Kebutuhan bayi baru lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pencegahan infeksi saat melakukan penanganan sangat diperlukan. Bentuk pencegahan infeksi pada masa janin dan neonatus antara lain: imunisasi maternal (tetanus, rubella, varicela, hepatitis B), dan penggunaan saleb mata untuk mencegah infeksi mata karena klamidia, gonore dan jamur. Rawat gabung, bertujuan untuk bantuan emosional, penggunaan ASI, pencegahan infeksi, dan pendidikan kesehatan (Maryanti, 2011).

Bantuan emosional, hubungan ibu dan bayinya sangat penting ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan memperoleh kehangatan, kelembutan dan kasih sayang ibu. Penggunaan ASI, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan produksi ASI akan lebih lancar jika bayi semakin sering menyusui. Pencegahan infeksi, kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran cerna bayi sehingga akan mempunyai kekebalan yang tinggi dan akan mencegah infeksi terutama diare. Pendidikan kesehatan, dengan rawat gabung petugas akan lebih mudah dalam memberikan penkes, keinginan ibu untuk bangun, menggendong bayi, dan merawat bayi akan mempercepat pemulihan ibu (Maryanti, 2011).

2.4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir

(32)

(hepatitis B dan vit. K), mencegah infeksi mata dengan pemberian saleb mata 1 jam setelah bayi lahir (Hidayat, 2009).

2.5 Keluarga Berencana

2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana

Perencanaan keluarga, seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang pertama. Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid. Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak, adalah 20-35 tahun. Persalinan pertama dan kedua paling renah risikonya. Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun (Abdul, 2010).

2.5.2 Fisiologis Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan kehamilan (Pinem, 2009).

Fase menunda kehamilan ditujukan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun, dengan ciri kontrasepsi reversibilitas tinggi dan efektifitas tinggi. Fase menjarangkan kehamilan ditujuan pada perempuan usia 20-30/35 tahun dan jarak antar kelahiran diharapkan 2-4 tahun, dengan ciri kontrasepsi reversibilitas cukup tinggi, efektifitas cukup tinggi, tidak menghambat ASI. Fase menghentikan kehamilan ditujukan kepada perempuan usia di atas 30 tahun, dengan ciri kontrasepsi efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang (Pinem, 2009).

1. Macam-macam Metoda Kontrasepsi

Metode kontrasepsi yang akan ditawarkankepada ibu Andini adalah KBA, kondom/barrier,suntik 3 bulan, dan AKBK. Berikut ini adalah penjelasan metode kontrasepsi (Pinem, 2009) :

a) KBA (Keluarga Berencana Alamiah)

(33)

Metode kalender adalah dengan cara menentukan waktu ovulasi yang umunya terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang, metode suhu badan basal adalah dengan cara mengukur perubahan suhu tubuh umumnya mulai 1-2 hari setelah ovulasi dengan peninggian suhu 0,2-0,5 oC, metode lendir serviks atau metode ovulasi billings adalah perubahan siklis dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. KBA aman dan murah, tanpa biaya, tetapi tidak melindungi diri dari PMS. Efektif jika pasangan mau dan disiplin melaksanakanya. Tidak boleh menggunakan metode ini adalah kalau siklus haid tidak teratur. Metode senggama terputus atau koitus intereptus adalah metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Keuntungan kontrasepsi yaitu tidak ada efek samping, tidak memerlukan alat, murah. Tetapi memutus kenikmatan dalam hubungan seksual dan tidak melindungi diri dari PMS.

b) Metode Barier

Kondom untuk pria terbuat dari lateks, cara kerjanya adalah menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum. Mencegah penularan IMS, tetapi agak mengganggu hubungan seksual.

c) Kontrasepsi suntik 3 bulan

Suntikan 3 bulan yaitu hanya mengandung progestin saja. Cara kerjanya yaitu mencegah ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit, pemakaian 1 kali dalam 3 bulan. Sangat efektif, aman, tidak mempengaruhi produksi ASI. Kembalinya kesuburan lebih lambat (kira-kira 4 bulan), sering terjadi gangguan haid.

d) AKBK

Implan atau AKBK adalah kontrasepsi yang diinsersikan di bawah kulit, tepatnya di bagian dalam lengan atas. Implan ada 3 jenis yaitu, norplant 6 batang, implanon, dan jadena/indoplant 2 batang. Cara kerjanya yaitu mengentalkan lendir serviks, mencegah ovulasi, dan menghambat perkembangan siklis endometrium. Sangat efektif dan perlindungan jangka panjang, reversibel, dan tidak mengganggu ASI. Setelah pemasangan kemungkinan akan terjadi nyeri kepala, BB naik/turun, nyeri payudara. Metode ini tidak memberikan perlindungan terhadap IMS.

2. Kebutuhan klien keluarga berencana

(34)

2.5.3 Asuhan Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah konseling, informed choice, persetujuan tindakan medis (informed consent), serta pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB baik pada klien dan petugas pemberi layanan KB. Konseling harus dilakukan dengan baik dengan memperhatikan beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik, petugas menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien, menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas metode yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat. Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi (Saifuddin, 2006).

2.6 Asuhan Kebidanan

2.6.1 Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara sistematis, mulai dari pengumpulan data, menganalisis data, menegakkan diagnosis kebidanan, menyusun rencana asuhan, melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan rencana asuhan, dan mendokumentasikan asuhan (Mangkuji, 2012).

2.6.2 Dokumentasi Kebidanan

Dokumentasi kebidanan adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan tentang layanan mandiri yang dilakukan bidan. Suatu sistem pencacatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Secara umum memiliki tujuan sebagai bukti pelayanan yang bermutu/standar, tanggung jawab legal, informasi untuk perlindungan nakes, data statistik untuk perencanaan layanan, informasi pembiayaan/asuransi, informasi untuk penelitian dan pendidikan, dan perlindungan hak pasien (Mangkuji, 2012).

Dokumentasi SOAP

(35)

merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita mengatur pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh (Mangkuji, 2012).

Berikut ini merupakan penjelasan dari SOAP (Mangkuji, 2012):

a) Subjektif

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien memalui anamnesis, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenal kekhawatiran dan keluhanya).

b) Objektif

Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.

c) Assessment

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan objektif, diagnosis/masalah, diagnosis/masalah potensial, antisipasi diagnosis/masalah potensial/tindakan segera. Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

d) Planning

(36)

BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Masuk Ke Rb Tanggal/Jam : 22Februari 2015/ 15.30 WIB

BIODATA Ibu Suami

Nama : Ny.A Tn.S

Umur : 19 tahun 28 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Jawa Jawa

Pendidikan : SMA SMP

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat : Jln. Namori Desa Lama Gang Buntu Kecamatan

Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

No. Hp : 082368604430

DATA SUBJEKTIF

1. Kunjungan saat ini : Kunjungan ulang ke-7

Keluhan utama : Ibu mengatakan ingin memeriksakan ulang

kehamilannya, umur kehamilan 8 bulan.

2. Riwayat perkawinan

Kawin pertama kali Umur kawin 19 tahun Lamapernikahan5bulan

3. Riwayat menstruasi

Menarche umur 14 tahun, siklus 28 hari, teratur Disminorhoe ada, banyaknya 3x ganti pembalut HPHT : 01 Juli 2014

TTP: 08April 2015

4. Riwayat kehamilan

(37)

ANC sejak ibu mengetahui bahwa dirinya telat haid. Frekuensi : Trimester I : 3 kali

Trimester II : 3 kali

Trimester III : 1 kali

b. Pergerakan janin yang pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 5 bulan, pergerakan janin sering dirasakan ketika beraktivitas dan terutama pada malam hari.

c. Pola nutrisi

Makan : 3x/hari, jenis makanan yang dimakan: nasi, sayur (bayam, kangkung, sawi, wortel, kentang, jipang, daun ubi, touge),

lauk (dencis, ikan basa, teri, daging, tahu, tempe, telor),danbuah-buahan (jeruk, semangka, pepaya, pisang,

rambutan), susu, cemilan (roti, biscuit). Minum : Air putih > 8 gelas/hari

Pola eliminasi : BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna kekuningan. BAK > 6 kali sehari, warna jernih

Kegiatan sehari-hari : memasak, mencuci, membersihkan rumah Istirahat/tidur : siang ± 2 jam, malam ± 7 jam

Seksualitas : frekuensi 3x seminggu, tidak ada keluhan d. Personal Hygine

Kebiasaan mandi 2 kali sehari

Kebiasaan membersihkan alat kelamin setiap habis BAK/BAB Kebiasaan mengganti pakaian dalam bila lembab b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga : Tidak ada c. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada d. Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, minum jamu, minuman

keras : Tidak ada

(38)

a. Kelahiran ini diinginkan

b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang baik c. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan baik

d. Ketaatan ibu dalam beribadah baik

DATA OBJEKTIF

BB: 50 kg, BB sebelum hamil: 43 kg d. Kepala dan leher

Edema wajah : tidak ada, Cloasma gravidarum: ada Mata :Conjunctivatidakpucat, sklera putih, tidak ada

oedem palpebra Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis dan

kelenjar limpe

Payudara : bentuk asimetris, areola mammae hiperpigmentasi, puting susu masuk ke dalam

e. Abdomen : bentuk asimetris, bekas lukaoperasitidak ada, striaealbican, linea nigra.

Leopold I : teraba bagian lunak bundar, TFU 30 cm (Mc Donald), 3 jari di atas pusat.

Leopold II : teraba bagian panjang keras memapan di sebelah kananperutibu dan bagian kecil dan jari-jari

janin di sebalah kiri perut ibu. Leopold III : teraba bagian bulat dan keras, mobile. Leopold IV : kedua tangan masih bertemu (Convergent)

TBJ : [(TFU-13)x155]=2635 gram

DJJ : 138 x/i Punctum maksimum di kanan bawah pusat ibu f. Ekstremitas

(39)

Distansia Kristarum : 26 cm Distansia Spinarum : 25 cm

Konjugata Eksterna : 19 cm Lingkar Panggul : 89 cm h. Genetalia : Tidak ada pengeluaran

i. Anus : Tidak ada hemoroid j. Pemeriksaan laboratorium : Hb 11 gr%

ANALISA

GIPOAO, usia kehamilan 32-33 minggu, hidup, tunggal, pu-ka, kepala, U.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum ibu dan janin baik. Hasil pemeriksaan TD : 110/80 mmHg, Temp : 36 ºC, DJJ : 137 x/i HR: 80 x/i, RR : 22 x/i, TBBJ : 2635 gram: Ibu sudah mengetahui keadaannya, ibu tampak tersenyum.

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil, dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Memfasilitasi ibu suntikan TT1 secara IM di 1/3 lengan kiri bagian luar. Ibu mengerti dan sudah diberikan suntikan TT1.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang:

a. Perawatan payudara. Mengajari ibu cara melakukan perawatan payudara. Puting susu ibu masuk ke dalam, jadi perlu perawatan khusus supaya puting susu ibu menonjol. Setiap kali ibu mandi, letakkan dua jari ibu (jari telunjuk dan ibu jari) di setiap payudara, dan lakukan gerakan memutar minimal sebanyak 30 kali. Ibu sudah mengerti dan mempraktekkannya dengan benar: Ibu mengerti dan mempraktekkannya dengan benar di depan petugas.

b. Pentingnya gizi. Dianjurkan supaya ibu mengonsumsi makanan yang tinggi protein untuk kebutuhan janin. Seperti 1 potong tempe/hari, 2 potong tahu, 1 mangkuk kecil daging, dan

juga ibu bisa membuat bubur kacang hijau

karenabaikuntukpertumbuhandanperkembanganjanin. Dan dianjurkan kepada ibu supaya memakan makanan yang tinggi serat seperti buah-buahan (buah pisang, jeruk, air kelapa, bengkuang) dan sayuran (bayam, sawi, kol, dll) : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

(40)

4. Menganjurkan ibu dan keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan bayi, perlengkapan ibu, dana untuk bersalin dan transportasi. Ibu mengerti dan suami telah mengurus BPJS kesehatan.

5. Memberikan terapi tablet multivitamin prenase 1x1 (pagi) dan B12 1x1 (malam). Ibu sudah menerima obat dan mengatakan akan meminumnya sesuai dengan aturan yang telah di tulis. 6. Memdokuentasikan semua hasil tindakan di buku KIA. Memberitahu ibu untuk datang

kembali 1 bulan lagi ke BPM untuk pemeriksaan ulang kehamilan dan selalu membawa buku KIA. Ibu mengerti dan akan datang kembali tanggal 18-03-2015 untuk pemeriksaan ulang kehamilan.

Tanda Tangan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. http://www. depkes.go.id. (diakses 24 Februari 2015).

. 2010. Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Perlu Kerja keras. http://www.depkes.go.id. (diakses 11 Mei 2015)

Hidayat, A.A.A. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: EGC

Hani, U., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiyati, Yuni. 2010. Panuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya

Mangkuji, Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. Bagus, I.B. Gde. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC.

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryanti, D., Sujianti, T. Budiarti. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: TIM.

Maryunani, A. 2009. Asuha pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM

Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media

ProvSu. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

http://www.google.com. (diakses 27 Februari 2015)

Rachmaningtyas, ayu. 2013. Data SDKI 2012 Angka Kematian Ibu Melonjak.

kematian-ibu-melonjak-1380122625. (Diakses:16 Februari 2015).

Rini. 2011. Cakupan Pelayanan Persalinan. http://repository.usu.ac.id. (Diakses: 26 Februari 2015).

Riskesdas. 2013. Kesehatan Ibu Hasil Riskesdan 2013 Terkait Kesehatan Ibu. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id. (diakses 24 Februari 2015).

(42)

Saifuddin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Tridasa Printer

Sari, Reni R. P. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Dampak Kafein Bagi Kehamilan di Klinik Sari. Skripsi, Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Kebidanan Medan, Medan.

Sarwono, P. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Simkin, P., J. Whalley, dan A. Keppler. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan Melahirkan & Bayi. Jakarta: ARCAN.

Sinaga, Jasiun. 2006. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini di Kelurahan Sinaksak Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun. Tesis, Politeknik Kesehatan, Medan.

Stoppard, Miriam. 2011. Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

WHO. 2014. Maternal Health. http://www.who.int. (diakses 03 Maret 2015)

Wilandari, S. R., dan S. Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Diposting oleh retta jelita di 05.18 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Posting Lama Beranda

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)

Gambar

Tabel 2. 1
Tabel 2. 2Perubahan Berat Uterus

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka yang menjadi tema sentral dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Dengan adanya pengembangan sistem informasi

Pernyataan Double Precision dipergunakan bila didalam perhitungan aritmatik dari suatu program kita ingin mendapatkan hasil dengan ketelitian yang lebih baik.. Dengan

parasitisasi terutama pada lokasi Kecamatan Salibabu diduga karena adanya kegiatan pembakaran gulma ataupun sampah di areal perkebunan kelapa yang secara langsung

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pengarsipan ini telah sesuai dengan yang diinginkan use, dengan adanya perbaikan dalam pengolahan arsip di

Lastensuojelussa perheiden kanssa tehtävässä työssä keskeisimpinä tavoitteina näyttää olevan lapsen sijoituksen ehkäisy sekä vanhemmuuden ja perheen itsenäisen

produk bumper. Pencampuran gealcoat dan 1 pelapisan pada produk bumper. 4) pembuatan moulding kijang innova ini melakuan lima kali adukan resin + talc (adonan),

Juga dapat memberikan kemudahan pelayanan dari suatu instansi untuk melakukan proses yang berhubungan dengan masalah kependudukan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat

Dalam 9 upaya meminimalisasi resiko gagalnya perwujudan prestasi dari kepercayaan tersebut pada umumnya pihak pemilik dana atau pemilik proyek akan membutuhkan