• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencobaab Yesus di Padang Gurun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pencobaab Yesus di Padang Gurun"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

gurun”

Matius 4:1-11

Dalam rangka memenuhi Tes Akhir Semester 1

Mata Kuliah Pengantar Hermeneutik Perjanjian

Baru 2012/2013

(2)

Matius 1:1-11 “Pencobaan di padang gurun”

A. Latar belakang

Penulis mengambil tema ini sebagai paper karena perikop ini cukup unik dan menarik untuk ditelusuri. Mengapa demikian? Telah kita ketahui bahwa ketiga Injil dalam Perjanjian Baru yaitu Markus, Matius dan Lukas, mempunyai isi dan struktur sistematika cerita yang hampir sama, dan ini terbukti dalam perikop ini. Penulis ingin mencoba membandingkan ketiga isi perikop ini dari sudut pandang yang berbeda, namun sebagai bahan utama tetap Injil Matius itu sendiri. Sebagai urutan paper ini, penulis akan terlebih dahulu membandingkan tiga sumber tersebut, lalu setelah itu penulis akan menjelaskan pencobaan Yesus ini sesuai Injil Matius secara spesifik beserta pertanyaan-pertanyaan kritis dan jawaban saya(penulis).

B. Isi dan Struktur

Injil Markus, Matius, dan Lukas sangat identik dengan perjalanan ‘penyejarahan’ kehidupan Yesus. Injil Markus yang terlebih dahulu terbentuk daripada kedua injil yang lain, membuatnya saat itu menjadi sumber bagi pengarang Matius dan Lukas. Hal ini terlihat secara eksplisit bahwa isi Injil Lukas dan Injil Matius lebih panjang dari isi Injil Markus, termasuk dalam pembahasan penulis saat ini tentang pencobaan Yesus di padang gurun. Dalam injil Markus, perikop yang sama terdapat dalam pasal 1:12-13(Penulis menyebut ini dengan nama ‘sumber A’), hanya dua ayat. Dalam penulisan pencobaan Yesus di Lukas dan Matius, perikop ini mengalami perluasan ditengah kalimat sumber A. Injil Matius menulis pembukaan dan penutupnya sesuai Injil Markus(pembuka=Mar 1:12-13a, penutup=Mar 1:13b). Sedangkan, Injil Lukas mengambil pembuka dari Markus 1:12-13, sama dengan Injil Matius, namun isi dan penutupnya merupakan perluasan cerita, dan kalimat penutup perikop Markus(1:13b--“..dan malaikat-malaikat melayani Dia”--) tidak ada dalam Lukas. Dengan demikian, Matius lebih sama persis dengan Markus dibandingkan Lukas. Secara keseluruhan perbedaan atau ciri-ciri teks, Penulis menjelaskannya sebagai berikut:

(3)

Kemungkinan mengapa muncul perbedaan seperti itu, alasan saya sebagai penulis adalah, memang benar bahwa Markus adalah sumber utama dalam Injil Matius dan Lukas, tetapi ada sumber lain yang berbeda dari Markus, yaitu sumber Q dan S. Lukas mempunyai sumber khusus dalam penulisan teksnya, sehingga ceritanya sedikit berbeda. Perbedaan pertama terletak pada urutan pencobaan terutama pencobaan kedua dan ketiga, Injil Matius mendahulukan pencobaan ‘kesensasionalan’ Yesus untuk menjatuhkan diri dari puncak(Mat 4:6), sedangkan Lukas lebih mendahulukan pencobaan pemberian ‘kekuasaan’nya atas Tuhan Yesus(Luk 4:6). Namun muncul pertanyaan mengenai hal ini, apakah ini ada hubungannya dengan latar belakang budaya masing-masing penulis Injil?

Ketika penulis mencoba untuk berpikir lebih jauh mengenai hal ini, ada beberapa hal yang menarik dari masing-masing Injil tersebut(berdasarkan pemahaman penulis terkait buku Willi Marxen yang telah dipelajari).1 Pertama, Injil Markus sebagai injil perdana sekaligus injil

yang terdekat dengan kematian Yesus, lebih menekankan kisah sengsara Yesus, sehingga penjelasan mengenai pencobaan Yesus menjadi tidak terlalu penting bagi penulis Markus(hanya dua ayat). Kedua mengenai Injil Matius, kita mengetahui bahwa tujuan penulisan Injil Matius adalah penekanan Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah, oleh sebab itu penulis Injil Matius menempatkan pencobaan ‘sensasional’ ini pada urutan kedua untuk menjelaskan status Yesus sebagai Anak Allah yang begitu dikasihi Bapa-Nya. Yang terakhir tentang Injil Lukas, kemungkinan penulis Injil Lukas adalah seorang yang berpusat akan kehormatan dan kekuasaan, sehingga ia menempatkan pencobaan ‘kekuasaan’ ini di urutan kedua.

C. Pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun sesuai konteks Matius 4:1-11

Dari sisi kepengarangan, menurut tradisi Injil Matius ditulis oleh Matius Lewi, seorang pemungut cukai (Mat 9:9-13; 10-13). Namun identitas Matius masih misteri sampai saat ini, tetapi juga dapat dipastikan bahwa ia seorang Yahudi karena tulisannya yang sangat bersifat Yahudi. Tulisan ini agaknya memang ditujukan kepada orang-orang Yahudi, karena banyaknya penjelasan-penjelasan khas dari Yahudi. Siapapun pengarang Injil Matius ini, penulis menilai bahwa pengarang ini telah mengembangkan ‘sumber A’ dengan baik. Dia berhasil menempatkan Yesus pada posisi-Nya sebagai tokoh utama, serta menekankan pembuktian bahwa Yesus adalah Mesias yang sesuai dalam nubuat Perjanjian Lama, oleh karena itu, Injil Matius terlihat lebih banyak menjelaskan dan memaparkan nubuat-nubuat yang telah ada dalam Perjanjian Lama.

Ada beberapa hal yang menarik dalam perikop ini yang bisa kita pertanyakan, -Apakah pencobaan ini niat Yesus atau Iblis?(ayat 1)

-Mengapa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam? Apakah arti sebuah angka 40 itu?(ayat 2)

-Mengapa Injil Matius dan Injil Lukas menyebutkan pencobaan awal(batu menjadi roti) yang sama?(ayat 3)

-Mengapa Matius meletakkan pencobaan penjatuhan Yesus dari Bait Allah di urutan kedua? Mengapa harus Bait Allah? Apakah tidak ada bangunan lain yang setinggi Bait Allah? Apakah ini bermakna konotasi atau denotasi?

-Apakah makna perdebatan Yesus dan Iblis dalam Injil Matius pasal 4 ini?

(4)

Penulis akan mencoba menjawab pertanyaan di atas dengan pemahaman penulis akan konteks lingkungan dan budaya saat itu. Sebagai latar belakang, Injil Matius ini dibuat sekitar tahun 70 M, setelah Injil Markus terlebih dahulu ada. Banyak hal yang terjadi di sekitar tahun ini, salah satunya adalah perang Yahudi dengan penghancuran tentara Romawi atas Bait Allah Yerusalem. Sebelum tahun ini, juga telah terjadi penyiksaan yang hebat atas orang-orang Kristen saat itu, oleh Kaisar Nero, kaisar yang terkenal kerena kekejamannya saat itu, bahkan murid-murid dan pengikut Kristus yang lain tak luput dari pandangannya. Dengan kondisi dan situasi yang demikian, penulis menyimpulkan Injil Matius justru muncul ditengah kekacauan dan penghancuran umat Kristen saat itu. Agak aneh memang, pengarang Matius terkesan ‘terlalu berani untuk mengambil resiko’ dalam situasi yang parah seperti ini.

Kembali pada perikop ini, penulis akan mencoba membandingkan dengan situasi yang terjadi saat itu. Mulai dari pertanyaan pertama, apakah ini pekerjaan Yesus atau Iblis? Memang sedikit berbeda jawabannya, tapi penulis rasa justru ini merupakan pekerjaan Roh Kudus yang menyertai Yesus. Dalam ayat 1 dinyatakan bahwa, “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis”, kata “dibawa” menunjukkan bahwa Yesus dituntun atau diarahkan oleh Roh. Penulis berpendapat bahwa memang ada kalanya Yesus mengatasi pencobaan yang ada, sehingga hal ini bisa terjadi pada Yesus. Hal ini juga menunjukkan bahwa, Yesus sebagai manusia juga bisa dicobai ketika Dia dirasa lemah, dan secara langsung ini juga bertentangan dengan Gnostik yang berpendapat bahwa Yesus tidak memiliki tubuh, melainkan hanya roh saja(sebagai bukti bahwa Yesus bisa lapar).

Selanjutnya mengenai pertanyaan kedua, mengapa Yesus berpuasa 40 hari 40 malam? Apakah arti sebuah angka 40 itu? Penulis teringat saat mengikuti mata kuliah PHPL(pak Daniel L.), beliau menceritakan kisah-kisah Israel yang penuh dengan angka 40. Sebagai contoh, Musa dan Elia juga bergumul dan berpuasa selama 40 hari 40 malam(Ulangan 9:18 dan 1 Raja-raja 19:8), perjalanan Israel keluar dari Mesir dan berada di padang gurun selama 40 tahun, dan lain sebagainya. Bagi Israel, 40 merupakan lambang masa yang genap dan sempurna. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus juga mengikuti jejak kedua nabi PL itu. Kita juga harus melihat bahwa injil ini juga sangat dipengaruhi oleh nats atau nubuat-nubuat dalam PL. Untuk pertanyaan ketiga, mengapa Injil Matius dan Injil Lukas menyebutkan pencobaan awal(batu menjadi roti) yang sama? Penulis mencoba mengkaitkan dengan kondisi sosial awal Masehi saat itu. Kaisar kejam seperti Nero seolah-olah menjadi bayangan maut tiap harinya bagi mereka. Ancaman kelaparan, penindasan maupun pembunuhan bisa terjadi kapan saja. Keadaan ekonomi yang sulit sebab mereka didalam pencarian membuat bahaya akan kelaparan selalu mengikuti mereka. Satu–satunya cara menghindari kelaparan adalah menyangkal Yesus dan menyembah kepada patung Nero (karena Nero menganggap dirinya sebagai dewa). Orang-orang juga rela berbuat apapun untuk mengisi perut, termasuk dengan cara kejahatan. Situasi yang sangat sulit bagi orang-orang Kristen zaman itu, tetapi dengan penolakan Yesus dalam ayat ini, mengindikasikan bahwa pengarang Injil Matius ingin menguatkan hati mereka agar tetap terarah pada Kristus sekalipun dalam kondisi lingkungan yang sulit dan terancam.

(5)

yang tinggi, bertingkat-tingkat dan meliputi seperempat wilayah Yerusalem saat itu. Selain itu, Bait Allah ini juga sebagai lambang kemewahan masyarakat Yahudi di Yerusalem. Yesus bisa saja melompat untuk menunjukkan keagungan-Nya sebagai Anak Allah, serta kesombongan akan popularitas-Nya. Namun, yang ditekankan disini adalah, Yesus tak mau mengikuti perintah Iblis, karena diatasnya ada Allah yang lebih layak untuk dihormati dan diikuti, yaitu Allah Bapa-Nya.

Pertanyaan terakhir, yaitu “Apakah makna perdebatan Yesus dan Iblis dalam Injil Matius pasal 4” ini bagi penulis bisa diartikan sebagai kesimpulan penafsiran ini. Injil Matius 4:1-11 yang dipaparkan diatas menunjukkan suatu sikap kerendahan hati serta keteguhan dan kebulatan hati seorang Yesus Kristus. Dia telah mengusir segala yang jahat dalam batin yang menjerumuskan ke dalam dosa. Dalam konteks saat itu, pengarang Matius mencoba memakai cerita ini untuk menguatkan orang-orang Kristen di zaman itu yang mulai di iming-imingi dengan harta kekayaan dan jabatan.

Dari kisah ini, Yesus sebagai tokoh utama berhasil memenangkan perdebatan-Nya dengan Iblis, terlihat sekali bahwa Yesus adalah seorang yang pintar, dan Qatam akan hukum dan perintah Allah. Sehingga, pada akhirnya Yesus bisa membuat Iblis putus asa. Penulis juga teringat statement pak Budyanto, kita harus malu saat membaca perikop ini. Mengapa demikian? Seringkali sebelumnya, kita menganggap siapa yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah dan Mesias untuk pertama kalinya adalah murid-murid Yesus(Petrus atau yang lain), tetapi itu salah. Justru melalui perikop sederhana ini, secara tersirat Iblis telah terlebih dahulu mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah(ayat 3 dan 6—“..Jika Engkau Anak Allah,..---).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Balai Teknik Ke- sehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penya- kit Menular Kelas 1 Makassar mengenai analisis

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan petunjuk-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “ Perbandingan skala Critical-Care Pain

(KPH) “Python” HIMAKOVA. Forum reptilia Kaskus atas kerjasama menjadi responden dalam penelitian ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

Analisis teoritik dari perspektif kolaborasi paparan tentang instansi/organisasi yang terlibat dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum menunjukkan organisasi yang

Sedangkan Interpretasi data log gamma ray dan log porosity yang dilakukan dari sumur F06-1 dapat dilihat nilai log gamma ray sangat tinggi pada top unconformity

Saran untuk Keperluan Pemanfaatan Produk Pengoptimalan pemanfaatan modul IPA untuk kelas III berbasis integrasi Islam dan Sains dengan pendekatan inkuiri ini disarankan hal-hal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies lalat buah ( Bactrocera sp.) apakah yang datang pada tanaman Pare dan Gambas, mengetahui methyl eugenol ditambah

Langkah yang diambil oleh Takaful Indonesia sesuai dengan isi dari Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Akad Tabarru ’ pada Asuransi Syariah dan Reasuransi