• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Politik Internasional dan global

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Politik Internasional dan global "

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Ekonomi Politik Internasional 1

LAPORAN KEASISTENAN HUBUNGAN

INTERNASIONAL

EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

SOH 305

Alfionita Rizky Perdana 071311233080

Pembimbing : Dra. Lilik Salamah, M.Si

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)

Ekonomi Politik Internasional 2 Kata Pengantar

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan asistensi ini tepat pada waktunya. Laporan asistensi ini membahas mengenai Ekonomi Politik Internasional.

Dalam penyusunan laporan asistensi ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan asistensi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan asistensi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca begitu penulis harapkan untuk penyempurnaan karya-karya tulis lainnya.

Akhir kata semoga laporan asistensi ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Surabaya, 21 Juni 2016

(4)

Ekonomi Politik Internasional 3 Daftar Isi

Halaman

HALAMAN JUDUL……… 1

KATA PENGANTAR………. 2

DAFTAR ISI………..……… 3

Garis Besar Program Pengajaran………. 6

Satuan Acuan Pembelajaran………. 14

BAB I Pendahuluan………. 22

BAB II Apa Itu Ekonomi Politik Internasional ?... 29

BAB III Liberalisme, Marxisme, Nasionalisme : Pendekatan Besar dalam Ekonomi Politik Internasional……….. 38

BAB IV Kepemimpinan, Hegemoni, dan Stabilitas : Tatanan dalam Ekonomi Politik Internasional………….. 50

BAB V Dari Perdagangan Internasional ke Imperialisme : Ekspansi Global dalam Ekonomi Politik Internasional……… 60

BAB VI Great Depression, Keynesianisme, dan Fordisme :Krisis dan regulasi dalam Ekonomi Politik Internasional………. 71 BAB VII Dari Standar Emas ke Sistem Bretton

(5)

Ekonomi Politik Internasional 4 Internasional……….. 83 BAB VIII Developmentalisme, Industrialisasi,

dan Dependensi : Inklusi Non-Kapitalis dalam

Ekonomi Politik Internasional……….. 95 BAB IX Negara, Korporasi Multinasional,

dan Kapitalis Transnasional : Agensi dalam

Ekonomi Politik Internasional……….. 105 BAB X Pos-Bretton Woods dan Casino

Capitalism : Struktur Finansial Ekonomi Politik

Internasional……… 116

BAB XI Washington Consensus, Structural

Adjustment, dan Neoliberalisme : Monetarisme

dalam Ekonomi Politik Internasional………. 126 BAB XII Pos-Fordisme, Globalisasi, dan Ekonomi

Informasional : Perubahan Produksi dalam Ekonomi

Politik Internasional……… 135 BAB XIII GATT, Blok Regional, dan WTO :

Integrasi dalam Ekonomi Politik Internasional……... 148 BAB XIV Dari Krisis Asia ke Krisis Amerika

Serikat Kemudian Apa Selanjutnya ? : Prospek

dalam Ekonomi Politik Internasional……… 159

(6)
(7)

Ekonomi Politik Internasional 6 GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Nama Mata Ajaran : Ekonomi Politik Internasional Kode Mata Ajaran : SOH305

Pengajar : 1. Citra Hennida, MA (Koordinator) 2. Moch Yunus, MA (anggota)

Asisten Dosen : Ni Putu Indah Maharani (071311233097) Alfionita Rizky Perdana (071311233080) Semester : Genap; 2016

Hari pertemuan : Selasa/ pukul 15.30-18.00 WIB Tempat Pertemuan : FISIP A-304 dan A-310

1. Deskripsi Perkuliahan

(8)

Ekonomi Politik Internasional 7 mahasiswa dapat diharapkan akan mampu menganalisis berbagai persoalan ekonomi politik internasional.

2. Manfaat Mata Kuliah

Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan aspek-aspek atau fenomena internasional dalam perspektif yang menempatkan persinggungan antara persoalan ekonomi dan persoalan politik sebagai dasar analisis

3. Tujuan Instruksional

Dengan mengikuti mata ajaran ini secara aktif para mahasiswa

diharapkan mampu menganalisis berbagai persoalan ekonomi politik

internasional. Mata ajaran ini membahas mengenai berbagai

perspektif ekonomi-politik (seperti misalnya perspektif

Keynesianisme, Marxisme, public policy, dan kausa-sirkulasi) serta

menjelaskan berbagai permasalahan yang menyangkut keterikatan

politik pada ekonomi dalam skala internasional. Pembahasan lebih

menekankan pada interaksi/hubungan antar aktor negara dan bukan

Negara, seperti perusahaan multinasional dan organisasi

(9)

Ekonomi Politik Internasional 8 4. Strategi Perkuliahan

Strategi instruksional yang digunakan pada mata kuliah ini terdiri dari:

a. Urutan kegiatan instruksional berupa: pendahuluan (TIU dan TIK, cakupan materi pokok bahasan, dan relevansi), penyajian (uraian, contoh, diskusi, evaluasi), dan penutup (umpan balik, ringkasan materi, petunjuk tindak lanjut, pemberian tugas di rumah, gambaran singkat tentang materi berikutnya)

b. Metode instruksional menggunakan: metode ceramah, demonstrasi, tanya-jawab, diskusi kasus, dan penugasan.  Ceramah berupa penyampaian bahan ajar oleh dosen

pengajar dan penekanan-penekanan pada hal-hal yang penting dan bermanfaat

 Tanya jawab dilakukan sepanjang tatap muka, dengan memberikan kesempatan mahasiswa untuk memberi pendapat atau pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka mengerti atau bertentangan dengan apa yang mereka pahami sebelumnya.

(10)

Ekonomi Politik Internasional 9 memberikan pendapat atau menganalisis secara kritis kasus/kondisi tersebut sesuai dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan.

 Penugasan diberikan untuk membantu mahasiswa memahami bahan ajar, membuka wawasan, dan memberikan pendalaman materi. Penugasan bisa dalam bentuk menulis tulisan ilmiah, membuat review artikel ilmiah, ataupun membuat tulisan yang membahas kasus/kondisi yang berkaitan dengan pokok bahasan. Pada penugasan ini, terdapat komponen ketrampilan menulis ilmiah, berpikir kritis, penelusuran referensi ilmiah, dan ketrampilan bahasa Inggris.

c. Media instruksional berupa: LCD projector, whiteboard, artikel aktual di surat kabar/internet/majalah/jurnal ilmiah, buku diktat bahan ajar, handout, dan kontrak perkuliahan.

5. Tugas, bahan kuliah dan evaluasi

Dalam perkuliahan, diberikan beberapa tugas sebagai berikut: a. Materi perkuliahan sebagaimana disebutkan dalam jadwal

(11)

Ekonomi Politik Internasional 10 b. Evaluasi mahasiswa dilakukan dengan mengadakan UTS,

UAS, tugas-tugas jurnal/mingguan dan quiz bila perlu.

c. Penugasan sesuai pokok bahasan, yang harus sudah diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.

6. Kriteria Penilaian

Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan FISIP, sebagai berikut:

Nilai dalam huruf

Rentang nilai Bobot

A 75 – 80 4,0

AB 70 - 74,9 3,5

B 65 – 69,9 3,0

BC 60 – 64,9 2,5

C 55 – 59,9 2,0

D 40 – 54,9 1,0

E < 40 0

 Pembobotan nilai adalah sebagai berikut. Bobot evaluasi terdiri dari:

UTS: 20 % (ujian lisan)

(12)

Ekonomi Politik Internasional 11 Tugas-tugas: 25 %

Keaktifan di kelas (presentasi, penyangggah, tanya jawab): 15 %

7. Daftar Bacaan

1. Arrighi, Giovani, 2006. The Long Twentieth Century. London: Verso

2. Brown, Michael B., 1995. Models in Political

Economy. London: Penguin.

3. Castells, Manuell, 1996. The Rise of the Network

Society. Oxford: Basil Blackwell Ltd.

4. Dunford, Michael, 2000. Globalization and Theories of Regulation. In: Palan, Ronen, Global Political

Economy: Contemporary Theories. London:

Routlledge, pp. 143-167.

5. Fischer, Stanley, 1998. “Asian Crisis: The View from the IMF”, Journal of International Financial

Management and Accounting. 9(2), pp. 167-176

6. Frieden, Jeffrey A., 2006. Global Capitalism: Its Fall

and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W.

(13)

Ekonomi Politik Internasional 12 7. Gilpin, Robert, 1987. The Political Economy of

International Relations. Princeton : Princeton

University Press, pp. 25-64.

8. Gilpin, Robert, 2001. Global Political Economy:

Understanding the International Economic Order.

Princeton: Princeton University Press

9. Gramsci, Antonio, 1971. Selections from the Prison

Notebooks. London: Lawrence & Wishart

10. Harvey, David, 2007. Freedom’s Just Another Word….

In: A Brief History of Neo-Liberalism. Oxford: Oxford

University Press, pp. 5-38.

11. Hobsbawm, Eric, 1987. The Age of Empire 1875-1914. London: Weidenfield & Nicolson

12. Hoogvelt, Ankie, 1997. Globalization and the Post-Colonial World: the New Political Economy of

Development. Baltimore: The John Hopkins University

Press

13. Jackson, Robert, & George Sorensen, 1999.

Introduction to International Relations. Oxford :

Oxford University Press, pp. 175-216.

(14)

Ekonomi Politik Internasional 13

Power and Wealth. Orlando: Harcourt Brace College

Publishers

15. Magdoff, Harry, 1978. Imperialism: From the Colonial

Age to the Present. New York: Monthly Review Press.

16. Naim, Moises, 2000. Foreign Policy. No. 118, pp. 86-103

17. Peet, Richard, 2003. Unholy Trinity: The IMF, World

Bank, and WTO. London: Zed Books

18. Raphael, D.D., Donald Winch, & Robert Skidelsky, 1997. Three Great Economists: Smith, Maltus, Keynes. Oxford: Oxford University Press

19. Ravenhill, John, 2008. Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press

20. Robinson, William I., 2004. A Theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a

Transnational World. Baltimore: The John Hopkins

University Press

21. Stiglitz, Joseph E., 2002. Globalization and Its

Discontents. London: W.W. Norton & Co. Inc., pp.

89-132.

(15)

Ekonomi Politik Internasional 14 SATUAN AJAR PEMBELAJARAN (SAP)

DETAIL PERKULIAHAN

1. Mata Ajar : Ekonomi Politik Internasional

2. Kode : SOH 305

3. SKS : 3

4. Semester : Semester genap, semester terbuka; 2016

5. Deskripsi : Mata kuliah ini akan membawa sejumlah perspektif dalam ekonomi politik seperti Keynesianisme, Marxisme, ‘public policy’, dan kausa sirukulasi, juga termasuk akan menjelaskan isu-isu berkaitan dengan Ekonomi dan politik internasional. Lebih lanjut, pembahasan dalam mata kuliah ini akan menekankan pada interaksi/hubungan antara aktor negara dan non-negara (contoh

: Multinational Corporations

(16)

Non-Ekonomi Politik Internasional 15

Governmental Organizations

(INGO))

6. Manfaat Utama : Mahasiswa dapat mengerti dan memberi sebuah penjelasan lengkap mengenap apa itu ekonomi politik internasional dan aspek-aspek atau fenomena-fenomena

internasional dari perspektif-perspektif, yang menjadi latar belakang analisis permasalahan ekonomi dan politik.

7. PJMA : Citra Hennida, MA Staf Pengajar : Moch Yunus, MA Asisten Dosen :

(17)
(18)
(19)
(20)

Ekonomi Politik Internasional 19 BAHAN BACAAN:

1. Arrighi, Giovani, 2006. The Long Twentieth Century. London: Verso

2. Brown, Michael B., 1995. Models in Political Economy. London: Penguin.

3. Castells, Manuell, 1996. The Rise of the Network Society. Oxford: Basil Blackwell Ltd.

4. Dunford, Michael, 2000. Globalization and Theories of Regulation. In: Palan, Ronen, Global Political Economy:

Contemporary Theories. London: Routlledge, pp. 143-167.

5. Fischer, Stanley, 1998. “Asian Crisis: The View from the IMF”, Journal of International Financial Management and

Accounting. 9(2), pp. 167-176

6. Frieden, Jeffrey A., 2006. Global Capitalism: Its Fall and

Rise in the Twentieth Century. New York: W.W. Norton &

Co. Inc.

7. Gilpin, Robert, 1987. The Political Economy of

International Relations. Princeton : Princeton University

(21)

Ekonomi Politik Internasional 20 8. Gilpin, Robert, 2001. Global Political Economy:

Understanding the International Economic Order.

Princeton: Princeton University Press

9. Gramsci, Antonio, 1971. Selections from the Prison

Notebooks. London: Lawrence & Wishart

10. Harvey, David, 2007. Freedom’s Just Another Word…. In:

A Brief History of Neo-Liberalism. Oxford: Oxford

University Press, pp. 5-38.

11. Hobsbawm, Eric, 1987. The Age of Empire 1875-1914. London: Weidenfield & Nicolson

12. Hoogvelt, Ankie, 1997. Globalization and the

Post-Colonial World: the New Political Economy of

Development. Baltimore: The John Hopkins University

Press

13. Jackson, Robert, & George Sorensen, 1999. Introduction to

International Relations. Oxford : Oxford University Press,

pp. 175-216.

14. Lairson, Thomas D., & D. Skidmore, 1993. International

Political Economy: The Struggle for Power and Wealth.

Orlando: Harcourt Brace College Publishers

15. Magdoff, Harry, 1978. Imperialism: From the Colonial

(22)

Ekonomi Politik Internasional 21 16. Naim, Moises, 2000. Foreign Policy. No. 118, pp. 86-103 17. Peet, Richard, 2003. Unholy Trinity: The IMF, World Bank,

and WTO. London: Zed Books

18. Raphael, D.D., Donald Winch, & Robert Skidelsky, 1997.

Three Great Economists: Smith, Maltus, Keynes. Oxford:

Oxford University Press

19. Ravenhill, John, 2008. Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press

20. Robinson, William I., 2004. A Theory of Global

Capitalism: Production, Class, and State in a

Transnational World. Baltimore: The John Hopkins

University Press

21. Stiglitz, Joseph E., 2002. Globalization and Its Discontents. London: W.W. Norton & Co. Inc., pp. 89-132.

(23)

Ekonomi Politik Internasional 22 Pendahuluan

Buku ini membahas mengenai Ekonomi Politik Internasonal. Sebagai sebuah disiplin ilmu yang khas dan asli ditemukan dalam studi Hubungan Internasional, Ekonomi Politik Internasional menjadi sama pentingnya dengan disiplin ilmu lain untuk dipelajari. Laporan asistsnsi yang berbentuk buku ini terdiri dari 15 bab. 13 bab di antaraanya merupakan 13 topik dalam perkuliahan Ekonomi Politik Internasional. Bab pertama dalam buku ini berisi pendahuluan yang menjelaskan mengenai gambaran umum rangkaian materi perkuliahan dengan tujuan atau sasaran pembelajaran.

Pada bab kedua buku ini akan menjelaskan mengenai definisi Ekonomi Politik Internasional. Berkaitan dengan definisi, konsep umum mengenai Ekonomi Politik Internasional dibahas dalam bab ini. Di dalam bab ini pula akan dijelaskan mengenai perkembangan Ekonomi Politik Internasional, bagaimana ia muncul dan menemukan urgensinya. Dilanjutkan pembahasan mengenai state of art dari Ekonomi Politik Internasional dan apa yang kemudian membedakannya dari Ekonomi Politik.

(24)

Ekonomi Politik Internasional 23 Merkantilisme. Di dalam bab ini dijelaskan bagaimana dan seperti apa masing-masing ketiga pendekatan tersebut memandang Ekonomi Politik Internasional. Terakhir, dalam bab ini dijelaskan bagaimana perbedaan dari ketiga pendekatan tersebut.

Bab keempat buku ini membahas mengenai tatanan dalam Ekonomi Politik Internasional. Di dalam pembahasan bab ketiga ini akan berfokus pada tiga hal yakni kepemimpinan, hegemoni, dan stabilitas. Pada bab ini dijelaskan mengenai tiga hal ; yang pertama didefinisikan terlebih dahulu mengenai tatanan atau orde dalam Ekonomi Politik Internasional, bagian dua menjelaskan tentang struktur yang berlaku dalam Ekonomi Politik Internasional, dan kemudian di bagian terakhir dijelaskan mengenai siapa yang bertanggungjawab atas tatanan Ekonomi Politik Internasional saat ini. Bab ketiga ini juga membahas 3 teori untuk memahami bagaimana tatanan dalam Ekonomi Politik Internasional yakni stabilitas hegemoni, dualisme, dan modern world system.

(25)

Ekonomi Politik Internasional 24 Internasional. Dilanjutkan kemudian pada pembahasan mengenai motif-motif atau bentuk-bentuk historis yang ada di balik ekspansi global Ekonomi Politik Internasional. Di bagian terakhir bab keempat ini pembahasan mengarah pada alasan mengapa praktik ekspansi global berkembamg ke tingkat internasional.

Bab keenam buku ini menjelaskan mengenai krisis dan regulasi dalam Ekonomi Politik Internasional. Bab ini berfokus pada tiga hal yakni Great Depression sebagai unit analisis terkait krisis, kemudian Fordisme dan Keynesianisme sebagai dua bentuk regulasi menghadapi krisis. Di bagian awal, buku ini menerangkan mengenai peristiwa Great Depression bagaimana bisa terjadi dan dampaknya kemudian. Dilanjutkan di bagian kedua membahas mengenai Keynesianisme dan Fordisme, bagaimana preskripsi Keynesianisme dalam mengatasi Great Depression dan bagaimana sistem atau mekanisme dalam Fordisme yang ikut berperan dalam membantu pengentasan krisis.

(26)

Ekonomi Politik Internasional 25 institusionalisasi Ekonomi Politik Internasional. Kemudian di bagian ketiga dijelaskan mengenai nilai-nilai yang mendasari institusionalisasi dalam Ekonomi Politik Internasional sebagaimana yang tercermin dalam Sistem Bretton Woods.

Pada bab kedelapan buku ini menjelaskan mengenai inklusi non-kapitalis dalam Ekonomi Politik Internasional. Fokus pembahasan adalah pada developmentalisme, industrialisasi, dan dependensi. Bagian pertama akan dimulai dengan penjelasan mengenai kemunculan inklusi non-kapitalis sebagai preskripsi alternatif sesudah Perang Dunia II. Kemudian di bagian kedua pembahasan menerangkan tentang perbedaan inkulis kapitalis dan non-kapitalis dalam memandang pembangunan.

(27)

Ekonomi Politik Internasional 26 penting untuk memahami apa yang dimiliki oleh negara untuk memertahankan posisinya di tengah keberdaan dua aktor lain.

Bab kesepuluh ini menjelaskan tentang struktur finansial dalam Ekonomi Politik Internaasional. Pembahasan mengenai struktur finansial dalam Ekonomi Politik Internasional akan terdiri dari dua hal utama yakni pos-Bretton Woods dan Casino

Capitalism. Penjelasan terkait pos-Bretton Woods akan terdiri dari

bagaimana keruntuhan rezim ini dan dampaknya terhadap struktur finansial kala itu. Setelah itu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai Casino Capitalism yang mengulas tentang apa yang dimaksud Casino Capotalism dan bagaimana kemunculannya.

Bab kesebalas buku ini menerangkan mengenai Monetarisme dalam Ekonomi Politik Internasional. Pembahasan terkait Monetarisme akan dijelaskan ke dalam tiga sub-pokok bahasan yakni Washington Consensus, Structural Adjustment, dan Neoliberalisme. Dijelaskan sebagai awal adalah Monetarisme dan kaitannya dengan embedded liberalism. Dilanjutkan di bagian kedua mengenai hubungan Washington Consensus dan Structural

Adjustment dengan Monetarisme dan Neoliberalisme. Terakhir

(28)

Ekonomi Politik Internasional 27 Bab keduabelas membahas mengenai perubahan produksi dalam Ekonomi Politik Internasional. Pembahasan bab keduabelas ini berfokus pada 3 sub-pokok bahasan yakni globalisasi, global

value chain, dan ekonomi informasional. Masing-masing akan

menjelaskan tentang bagaimana kaitan ketiganya dengan perubahan model produksi dalam Ekonomi Politik Internasional. Tentunya dengan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana ketiganya bisa muncul dan seperti apa ilustrasinya.

Kemudian pada bab ketigabelas pembahasan buku ini akan meneranhkan tentang integrasi dalam Ekonomi Politik Internasional. Yang menjadi fokus adalah GATT, blok regional, dan WTO. Integrasi dalam Ekonomi Politik Internasional dalam perkuliahan ini terdiri dari dua pola yakni global dan regional. Integrasi global yang ada dalam GATT dan WTO akan dianalisis seperti apa praktiknya. Dilanjutkan pada bagaimana integrasi regional yang tengah populer akhir-akhir ini dan dianalisis pula mengapa terjadi peningkatan tren integrasi regional.

(29)

Ekonomi Politik Internasional 28 lembaga dunia menghadapi krisis ini. Kemudian ketika berbicara mengenai prospek tentu tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah apa yang dihadapi oleh Ekonomi Politik Internasional ke depannya.

(30)

Ekonomi Politik Internasional 29 Apa Itu Ekonomi Politik Internasional ?

Pendahuluan

inEkonomi Politik Internasional merupakan salah satu kajian yang khas Hubungan Internasional. Ekonomi Politik Internasional pada dasarnya telah ada dan dipraktikkan sejak lama. Sempat dianggap sebagai sebuah hal yang berbeda dan terpisah, hingga kemudian ekonomi dan politik kembali bersatu dan dianggap sebagai sebuah hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Hingga saat ini Ekonomi Politik Internasional menjadi salah satu kajian yang menarik dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembahasan ini, topic mendasar yang perlu dipahami adalah mengenai definisi, state of art, dan perbedaan kajian ini dengan kajian lain yakni Ekonomi Politik.

(31)

Ekonomi Politik Internasional 30 sebagai segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai setidaknya secara sederhana Ekonomi Politik Internasional dapat dipahami tentang bagaimana proses-proses dalam pasar memiliki implikasi maupun kaitan dengan aktivitas politik. Sementara itu, Adam Smith yang dikenal sebagai bapak Ekonomi menjelaskan bahwa Ekonomi Politik adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan para negarawan dan legislator dan sebagai panduan menuju manajeman ekonomi nasional yang lebih bijaksana (Gilpin 2001, 25). Selanjutnya John Stuart Mill mengartikan ekonomi politik sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang mengajarkan bangsa bagaimana untuk menjadi kaya (Gilpin 2001, 25). Secara keseluruhan, dapat dirangkum pemaknaan ekonomi politik sebagai sebuah studi yang mempelajari kaitan antara pasar (ekonomi) dan politik yang dapat diwakili salah satunya ke dalam bentuk kebijakan.

Ekonomi Politik Internasional sebenarnya telah dimulai secara praktik sosialnya sejak masa lampau. Setidaknya salah satu

stepping stone dalam praktik Ekonomi Politik Internasional dapat

dilihat dari perdagangan di abad 13 yang melalui jalur sutra (silk

road). Hingga kemudian di abad 15 bangsa-bangsa Eropa mulai

(32)

rempah-Ekonomi Politik Internasional 31 rempah yang menyebabkan diperlukannya pencarian tempat baru. Sekilas pelayaran ini terlihat seperti aktivitas ekonomi biasa. Akan tetapi, pelayaran atau ekspedisi semacam ini sebenarnya memiliki keterkaitan politis yang terletak dari perumusan keputusan para negarawan saat itu. Kondisi pasar rempah-rempah yang tidak berjalan dengan baik di Eropa sementara kebutuhan masyarakat semakin meningkat mendorong pemerintah mengambil kebijakan untuk mencari area baru untuk berdagang. Di sini kemudian dapat terlihat praktik Ekonomi Politik Internasional yang terjadi secara sederhana.

(33)
(34)

Ekonomi Politik Internasional 33 State of Art Ekonomi Politik Internasional

State of art dimaknai sebagai nature atau karakter khas

(35)

Ekonomi Politik Internasional 34 dengan AIIB. Namun Tiongkok tetap bersikukuh untuk membentuknya. Setelah dilihat lebih lanjut dapat dipahami bahwa motif Tiongkok adalah untuk menunjukkan eksistensi dan posisinya sebagai negara yang tengah bangkit perekonomiannya di percaturan dunia. ADB didominasi kepemimpinannya oleh Jepang dan ini yang menjadi ketidaksepakatan Tiongkok akan adanya ADB. Sehingga, motif Tiongkok membentuk AIIB juga dilandasi persaingannya dengan Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang ikut menjadi pendonor terbesar di ADB.

(36)

Ekonomi Politik Internasional 35 misalnya secara khusus pada distribusi perolehan dari aktivitas pasar. Selain itu, ekonomi politik internasional lebih tertarik pada fakta bahwa ekonomi dunia memiliki dampak pada kekuatan, nilai-nilai, dan otonomi politik dari masyarakat nasional negara. (Gilpin 2001, 77) Negara memiliki insentif kuat untuk mengambil aksi dalam menjaga kepentingannya, khususnya melalui media kekuatan dan kebebasan bertindak, selain itu negara jmampu untuk memanipulasi kekuatan pasar untuk meningkatkan kekuatan dan pengaruhnya terhadap negara-negara lain yang menjadi pesaingnya maupun yang menjadi aliansinya (Gilpin 2001, ).

Kesimpulan

(37)

Ekonomi Politik Internasional 36 hampir sama. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan utama keduanya adalah jika pada ekonomi politik internasional, ada proses dan dampak yang akan berhubungan atau berkaitan dengan negara-negara lain baik yang menjadi saingannya atau yang menjadi aliansinya.

Kata-kata Kunci : interaksi, negara, pasar, state of art, internasional, aktor non-negara

Pertanyaan Arahan :

Apa itu Ekonomi Politik Internasional ? Apa yang menjadi state of art disiplin ini ?

Seberapa berbeda Ekonomi Politik Internasional dengan studi mengenai Ekonomi Politik ? Berikan ilustrasinya!

Referensi :

Gilpin, Robert, 2001. The New Global Economic Order. dalam: Global Political Economy: Understanding the International

Economic Order. Princeton: Princeton University Press, pp.

3-24---ADD.

(38)

Ekonomi Politik Internasional 37

International Economic Order. Princeton: Princeton

University Press, pp. 25-45.

_________________. The Study of International Political Economy. dalam: Global Political Economy: Understanding

the International Economic Order. Princeton: Princeton

University Press, pp. 77-102.

(39)

Ekonomi Politik Internasional 38 Liberalisme, Marxisme, Nasionalisme : Tiga Pendekatan

Besar dalam Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

Ekonomi Politik Internasional pada mulanya berangkat dari dua studi berbeda, ekonomi dan politik. Dua studi ini dipelajari secara terpisah cukup lama sebelum akhirnya didapat kesadaran bahwa keduanya tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Namun demikian dalam memahami Ekonomi Politik Internasional ada berbagai pendekatan yang memiliki pakem tersendiri. Secara garis besar ada 3 pendekatan umum yang diguanakn dalam memahami Ekonomi Politik Internasional yaitu Liberalisme, Nasionalisme, dan Marxisme. Ketiganya memiliki pandangan berbeda terkait pakem persepektif terhadap studi Ekonomi Politik Internasional.

Merkantilisme (Nasionalisme Ekonomi)

(40)

Ekonomi Politik Internasional 39 kegiatan politik. Dengan kata lain kemudian bahwa ekonomi adalah alat politik, sebuah basis untuk kekuatan politis (Jackson & Sorensen 1999, 178). Nasionalisme begitu menekankan pada pemanfaatan ekonomi sebagai basis kekuatan negara. Nasionalisme memilikin ama lain yaitu Merkantilisme. Seperti yang telah diketahui, Merkantilisme merupakan sebuah paham atau cara pandang yang populer di era sebelum tahun 1700-an. Sehingga implementasi dari pendekatan ini pun dapat dilihat dari bgaimana negara berlomba-lomba untuk memiliki kekuatan di sektor ekonomi yang begitu besar. Hingga melakukan ekspedisi dan kolonialisme ke negara-negara di luarnya untuk memeroleh pemasukan dalam bentuk cadangan emas. Ini berguna untuk menyokong kekuatan negara saat itu. Artinya semakin besar cadangan emas suatu negara akan semakin kuat negara tersebut di mata negara lain.

(41)

Ekonomi Politik Internasional 40 bahwa politik adalah nomor 1 sementara ekonomi sebagai submisinya. Robert Gilpin (1987) juga menyatakan bahwa negara adalah aktor utama dalam Ekonomi Politik Internasional. Sehingga ini berimplikasi pada Nasionalisme, pendekatan ini menempatkan alasan kekuatan negara sebagai yang utama. Ekonomi diperlukan untuk menyokong kekuatan negara.

Liberalisme Ekonomi

(42)

Ekonomi Politik Internasional 41 banyaknya emas yang dimiliki. Berawal dari gagasan Smith ini muncul konsepsi Liberalisme.

Liberalisme meyakini bahwa pemerintah atau negara harus keluar dari pasar. Tugas pemerintah atau negara hanya sebatas sebagai pengawas. Keterlibatan pemerintah atau negara baru akan diperlukan apabila pasar mengalami ketidakstabilan. Di situ peran negara atau pemerintah sebagai pembuat kebijakan diperlukan, kebijakan yang merupakan instrument politis muncul dan lantas dapat berkaitan dengan ekonomi. Sehingga dapat dipahami kemudian bahwa kerangka teoritis besar Liberalisme bagi Ekonomi Politik Internasional terletak pada cara pandang mereka bahwa ekonomi dan politik adalah dua hal terpisah (Glipin 1987, 26). Meskipun mereka tidak menolak jika ekonomi meningkatkan kekuatan dan keamanan negara, akan tetapi tujuan utama dari aktivitas ekonomi menurut Liberalisme tetaplah keuntungan individu (Glipin 1987, 27).

Marxisme

(43)
(44)

Ekonomi Politik Internasional 43 Ekonomi bersifat ekspansif, demikian pernyataan Marxisme. Oleh sebab itu permasalahan politik tidak lepas dan berakar dari permasalahan ekonomi.

Perbedaan Ketiga Pendekatan Besar dalam Ekonomi Politik Internasional

(45)

Ekonomi Politik Internasional 44 kerjasama di bidang ekonomi internasional antarnegara sangat mungkin dilakukan dan akan membawa keuntungan bagi semua (Jackson & Sorensen 1999, 182). Liberalisme memiliki konsepsi

relative advantage. Artinya sebuah negara tidak mungkin

memproduksi segala macam produk atau jasa untuk meraih keuntungan. Akan tetapi, negara sebaiknya mengkalkulasi potensi yang dimiliki dan melakukan spesialisasi. Missal jika negara A spesialisasi pada anggur, sementara itu negara B memiliki spesialisasi pada keju. Dengan spesialisasi, kerjasama antarnegara tetap bisa terjalin dan lebih efisien, di mana negara hanya perlu melakukan produksi produk yang menguntungkan dan mampu dihasilkan, sementara untuk produk lain yang tidak dilakukan bisa didapat melalui pertukaran barang dengan negara lain.

(46)
(47)

Ekonomi Politik Internasional 46 Grand Theoretical Templates : Kunci Memahami Ketiga Pendekatan Besar dalam Ekonomi Politik Internasional

(48)

Ekonomi Politik Internasional 47 Sehingga dari uraian mengenai masing-masing pendekatan dan perbedaannya, didapat tabel seperti di atas. Dari tabel di atas, dapat dilihat bagaimana masing-masing pendekatan dalam ekonomi politik internasional memiliki grand theoretical template untuk memahami ekonomi politik internasional itu sendiri. Salah satu poin yang menunjukkan distingsinya dalam ekonomi politik internasional adalah kaitan antara ekonomi dan politik. Merkantilisme menjadikan politik sebagai entitas yang paling menentukan, Liberalisme memposisikan ekonomi sebagai entitas yang bebas dan otonom dari politik, sementara Marxisme menjadikan ekonomi sebagai entitas yang menentukan kegiatan politiknya.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, di dalam Ekonomi Politik Internasional ada 3 pendekatan besar yakni Merkantilisme atau Nasionalisme Ekonomi, Liberalisme, dan Marxisme. Masing-masing memiliki grand theoretical template dalam melihat Ekonomi Politik Internasional. Hal utama yang menjadi grand

theoretical template dari Nasionalisme Ekonomi atau

(49)

Ekonomi Politik Internasional 48 melihat ekonomi sebagai sebuah entitas yang otonom terpisah dari politik. Marxisme memandang ekonomi sebagai entitas yang paling menentukan, artinya masih ada kaitan antara ekonomi dan politik.

Kata-kata Kunci : pendekatan, Merkantilisme, Liberalisme, Marxisme, grand theoretical template, ideologi, perbedaan

Pertanyaan Arahan :

Adakah grand theoretical templates dalam memahami Ekonomi Politik Internasional ?

Ideologi apa saja yang ada di balik variasi-variasi 3 pendekatan tersebut ?

Seberapa berbeda ketiga pendekatan besar tersebut ?

Referensi :

Gilpin, Robert, 1987. “Three Ideologies of Political Economy”, dalam The Political Economy of International Relations. Princeton : Princeton University Press, pp. 25-64

(50)

Ekonomi Politik Internasional 49 Raphael, D.D., Donald Winch, &Robert Skidelsky, 1997.Three

Great Economists: Smith, Maltus, Keynes. Oxford: Oxford

University Press, pp.26-43---ADD.

(51)

Ekonomi Politik Internasional 50 Kepemimpinan, Hegemoni, dan Stabilitas : Tatanan dalam

Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

(52)

Ekonomi Politik Internasional 51 Definisi Orde atau Tatanan dalam Ekonomi Politik Internasional

Orde atau tatanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai aturan, tata tertib, dan sistem. Dari sini dapat dipahami bahwa tatanan menggambarkan adanya pengaturan dan aktor yang bertanggung jawab sebagai pengaturnya. Di ranah Ekonomi Politik Internasional ada tatanan yang mengatur kegiatan perekonomian internasional. Tatanan ini diciptakan oleh aktor yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengaturnya. Salah satu contohnya adalah peranan AS dan Inggris yang menjaga dan menjamin keberlangsungan sistem moneter internasional dengan menyediakan kekuatan finansial dan moneter (Gilpin 1987, 77). Selain itu, ada pula berbagai sistem dan peraturan lain yang diciptakan, seperti Bretton Woods System. Orde-orde ini diciptakan untuk menjaga keberlangsungan Ekonomi Politik Internasional di tengah situasi yang dominan liberal.

(53)

Ekonomi Politik Internasional 52

Teori pertama adalah teori dualisme yang berakar dari pendekatan

(54)

Ekonomi Politik Internasional 53 Berikutnya, teori kedua adalah teori Modern World System. Teori ini merupakan berakar dari Marxisme. Cara pandang teori ini salah satunya menekankan pada melihat dunia sebagai area yang memiliki struktur. Maka teori ini memandang bahwa dalam ranah Ekonomi Politik Internasional ada struktur yang berhirarki dan terefleksi dari struggle of states dan kelas-kelas ekonomi (Gilpin 1987, 68). Teori ini kemudian menjelaskan sistem atau struktur yang muncul adalah negara core dan periphery sebagai sebuah integrasi secara keseluruhan (Gilpin 1987, 69). Teori Modern

World System menjelaskan bahwa dalam Ekonomi Politik

(55)

Ekonomi Politik Internasional 54 kembali menguntungkan kelompok negara itu sendiri, sementara negara-negara berkembang tidak banyak menikmati hasil dari alur ekonomi internasional.

(56)

Ekonomi Politik Internasional 55 hegemon tersebut mengalami ketidakstabilan dalam internal maupun eksternal. Apabila negara hegemon tidak dapat dikendalikan, yang terjadi kemudian adalah imbas ke kegiatan ekonomi internasional.

Siapa yang Bertanggungjawab atas Tatanan Ekonomi Politik Internasional Saat Ini ?

(57)

Ekonomi Politik Internasional 56 (WTO) (Lairson & Skidmore 1993, 65). Sistem Bretton Woods digagas oleh Amerika Serikat (AS) beserta Inggris dan beberapa negara industri lainnya. Sistem ini telah menghasilkan beragam kebijakan yang diimplementasi di seluruh dunia. Tidak hanya sistem Bretton Woods, tatanan lain juga ditemukan dalam Ekonomi Politik Internasional. Dari kesemua tatanan yang diciptakan untuk menjaga kestabilan ekonomi internasional, muncullah AS sebagai aktor yang memiliki peranan besar. AS dapat dikatakan sebagai negara hegemon yang menjaga kestabilan kegiatan ekonomi internasional. Terlihat dari bagaimana AS menciptakan tatanan-tatanan tersebut dan juga mengalokasikan uang serta tenaga militer yang cukup besar untukmenjaga kestabilan dan kelangsungan kegiatan ekonomi internasional tersebut (Lairson & Skidmore 1993, 69). AS juga bukan tanpa kendala, krisis pada tahun-tahun tertentu juga ikut berdampak pada perekonomian internasional. Menurut (Lairson & Skidmore 1993) AS masih memegang peranan sebagai yang bertanggung jawab dalam Ekonomi Politik Internasional. Sehingga dapat dikatakan jika tatanan yang berlaku dalam Ekonomi Politik Internasional adalah Stabiliitas Hegemoni.

(58)

Ekonomi Politik Internasional 57 Ekonomi Politik Internasional saat ini adalah Modern World

System. Hal ini disebabkan karena saat ini dapat diamati tren yang

muncul adalah kemunculan negara-negara maju baru seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan. Kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan dunia yang baru misalnya mulai memperlihatkan peranan di beberapa hal, seperti membiayai banyak kredit di dunia. Sehingga kemudian struktur yang terlihat adalah ada negara-negara maju yang disebut sebagai core dan negara-negara berkembang yang disebut sebagai periphery. Selain itu ada pula negara-negara yang menjadi semi-periphery atau negara-negara yang belum dapat dikatakan negara maju namun sudah bukan lagi negara-negara berkembang.

Kesimpulan

(59)

Ekonomi Politik Internasional 58 yang menghasilkan 3 organisasi internasional yakni IMF, Bank Dunia, dan WTO. Masing-masing memegang peranan pernting dalam menjaga urusan ekonomi internasional. Di masa sekarang, aktor yang paling bertanggung jawab dalam Ekonomi Politik Internasional masih dipegang AS. Meskipun ada kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan baru yang ikut memengaruhi, namun AS masih memegang peranan vital dalam menjaga kestabilan ekonomi internasional. Penulis beropini, tatanan muncul dan memang layak dibuat oleh satu aktor hegemon. Ini berfungsi untuk menjaga kestabilan dan menciptakan keteraturan. Apabila ekonomi internasional dibiarkan berjalan apa adanya maka kegiatan ekonomi bisa terganggu. Sehingga penulis sependapat dengan teori stabilitas hegemoni yang mendukung kemunculan satu aktor hegemon sebagai penanggungjawab dan pengontrolnya.

Kata-Kata Kunci : tatanan, struktur, dual economy system, modern world system theory, hegemonic stability.

Pertanyaan arahan :

Adakah tatanan dalam Ekonomi Politik Internasional ?

(60)

Ekonomi Politik Internasional 59 Siapa yang bertanggungjawab atas struktur dalam Ekonomi Politik Internasional saat ini ?

Referensi :

Arrighi, Giovani, 2006. “The Three Hegemonies of Historical Capitalism”, dalam: The Long Twentieth Century. London: Verso, pp.27-84---NONE.

Gilpin, Robert, 1987. “The Dynamics of International Political Economy”, dalam The Political Economy of International

Relations. Princeton : Princeton University Press, pp.

65-117.

Lairson, Thomas D., & D. Skidmore, 1993. “The Political Economy of American Hegemony : 1938-1973”, dalam International Political Economy : the Struggle for Power

and Wealth. Orlando : Harcourt Brace College Publishers,

(61)

Ekonomi Politik Internasional 60 Dari Perdagangan Internasional ke Imperialisme : Ekspansi

Global Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

Ekonomi Politik Internasional berbicara kaitan antara pemerintah dan pasar. Pemerintah mewakili unsure politik, sementara pasar merepresentasikan unsur ekonomi. Interaksi dari ketiganya ini yang kemudian menyebabkan adanya Ekonomi Politik Internasional. Kemunculan Ekonomi Politik Internasional dilatarbelakangi berbagai peristiwa. Dari peristiwa ini kemudian melahirkan gagasan-gagasan yang menjadi solusi dan pedoman dalam memahami peristiwa tersebut. Ekonomi Politik Internasional dalam sejarahnya telah melewati berbagai masa dan peristiwa yang membuatnya sebagai sebuah studi menjadi matang.

Ekonomi Politik Internasional sebagai Praktik Sosial

(62)
(63)

Ekonomi Politik Internasional 62 Motif-Motif atau Bentuk Historis di Balik Ekspansi Global

(64)

Ekonomi Politik Internasional 63 1997, 17). Selain untuk diperdagangkan kembali di Eropa, ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di masing-masing negara Eropa itu sendiri. Misalnya ekspedisi Vasco da Gama ke Benua Amerika yang lantas datang ke pemukiman suku Indian. Di sana da Gama mulai membawa sumber daya berupa kentang, vanilla, sayur-sayuran, dan sebagainya ke Eropa untuk dijual kembali sekaligus untuk memenuhi keperluan sehari-hari masyarakat di Spanyol. Selain mencari sumber daya alam mentah, tujuan ekspansi di masa Merkantilisme juga dikatakan oleh Hoogvelt (1997, 18) bertujuan untuk mempersiapkan keperluan menuju Revolusi Industri, seperti hasil penjualan sumber daya mentah tersebut digunakan sebagai dana untuk Revolusi Industri.

(65)

Ekonomi Politik Internasional 64 dengan tenaga kerja yang dipekerjakan dengan jam kerja cukup lama. Hasilnya, Inggris hingga memasuki abad 19 menguasai perdagangan dunia (Frieden 2006, 59). Ini menandakan bahwa Inggris menjadi negara imperial pada masa itu. Istilah negara imperial merujuk pada indikator negara imperialisme yaitu penguasaan sumber-sumber ekonomi dan penempatan kekuatan militer di wilayah kekuasaan. Ini terlihat dari kekuatan laut Inggris pada masa itu yang mendukung perekonomiannya. Kekuatan militer juga ditempatkan untuk memastikan kestabilan kegiatan industri di daerah jajahan.

(66)

Ekonomi Politik Internasional 65 sedang rendah karena gaji yang diterima sebagai buruh nilainya kecil. Kebanyakan masyarakat pada masa itu bekerja sebagai buruh yang memeroleh pendapatan rendah akibat kebijakan produsen untuk meraih keuntungan besar dengan menekan gaji pekerja.

(67)

Ekonomi Politik Internasional 66 Inggris perlahan memperbaiki kondisinya dan mempertahankan posisinya sebagai negara imperial. Pengaruh imperial Inggris ini lantas menjadikan negara-negara besar lain seperti Prancis dan Belanda berada dalam kendali kebijakan Inggris (Tarling 1999). Inggris memainkan peranan dominan ini setidaknya hingga akhir abad 19. Baru kemudian ekspansi juga diikuti oleh negara-negara lain seperti Jerman. Jerman ini yang kemudian menjadi pesaing Inggris saat memasuki abad 20. Namun kemampuan Jerman diruntuhkan saat Perang Dunia I yang lantas memunculkan Amerika Serikat (AS) sebagai kekuatan imperialisme baru.

Praktik Ekonomi Politik Berkembang ke Lingkup Internasional

(68)

Ekonomi Politik Internasional 67 yang tepat agar tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain. Ekonomi Politik berkembang ke tingkat internasional juga dipengaruhi oleh pembentukan imperium akibat adanya ekspansi tersebut. Ekspansi dan pendudukan Inggris di abad 17-19 dan kemudian di abad berikutnya diikuti oleh negara-negara industri lain ke wilayah-wilayah lain seperti di Afrika, Asia, dan sebagainya menyebabkan terbentuknya imperium baru. Ini menandakan Ekonomi Politik di satu negara pemilik imperium juga harus memerhatikan negara-negara lain yang menjadi kekuasaannya tersebut.

Kesimpulan

(69)
(70)

Ekonomi Politik Internasional 69 Kata-Kata Kunci : perdagangan internasional, ekspansi global, imperialisme

Pertanyaan Arahan :

Kapan Ekonomi Politik Internasional sebagai sebuah praktik sosial dimulai ?

Motif-motif atau bentuk-bentuk historis apa yang ada di balik ekspansi global Ekonomi Politik Internasional ?

Mengapa praktik-praktik ekonomi politik berkembang ke tingkat internasional ?

Referensi :

Frieden, Jeffrey A., 2006. “Success Stories of the Golden Age”, dalam Global Capitalism : Its Fall and Rise in the

Twentieth Century. New York : W.W. Norton & Co. Inc.,

pp. 56-79.

Gilpin, Robert, 2001. Global Political Economy : Understanding

the International Economic Order. New Jersey : Princeton

(71)

Ekonomi Politik Internasional 70 Hobsbawm, Eric, 1987. “An Economic Changes Gear”, dalam The

Age of Empire 1875-1914. London : Weidenfield &

Nicolson, pp. 34-55.

Magdoff, Harry, 1978. “Imperialism : A History Survey”, dalam

Imperialism : From the Colonial Age to the Present. New

York : Monthly Review Press, pp. 94-113.

Hoogvelt, Ankie, 1997. “The History of Capitalist Expansion”, dalam Globalization and the Post-Colonial World : the

New Political Economy of Development. Baltimore : The

(72)

Ekonomi Politik Internasional 71 Great Depression, Keynesianisme, dan Fordisme : Krisis dan

Regulasi dalam Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

(73)

Ekonomi Politik Internasional 72 Peristiwa Great Depression dalam Ekonomi Politik Internasional

(74)

Ekonomi Politik Internasional 73

margin. Artinya, para spekulan membeli saham sebagai down

payment untuk menginvestasikan perolehan saham lainnya. Ini

pula yang diikuti oleh masyarakat saat itu. Mereka lebih senang menyimpan uang daripada membelanjakannya.

(75)
(76)

Ekonomi Politik Internasional 75 dimaksudkan dengan menutup pintu perdagangan negara untuk mencegah ekspor negara lain ke negara tersebut. Kebijakan ini pertama kali dilakukan oleh AS yang lantas diikuti di beberapa negara Eropa dan akhirnya menjadi semacam domino dengan satu persatu jatuh perekonomiannya.

Preskripsi Keynesianisme terhadap Great Depression

(77)

Ekonomi Politik Internasional 76 dan berperan sebagai store of value. Dua hal ini yang muncul akibat masyarakat tidak membelanjakan semua uangnya. Perilaku masyarakat yang lebih memilih untuk menyimpan uangnya ini berakibat pada inflasi, jumlah uang yang beredar dalam masyarakat banyak tetapi harga-harga naik. Oleh sebab itu, masyarakat perlu untuk membelanjakan uangnya tersebut agar perputaran uang kembali stabil.

(78)

Ekonomi Politik Internasional 77 membaik. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk memberikan

social safety atau tunjangan. Tunjangan diberikan bertujuan untuk

mengurangi pengangguran. Dengan social safety, setidaknya permintaan pasar dapat terus terjaga karena masyarakat memiliki uang untuk membelanjakannya daripada hanya sekedar menyimpan.

Fordisme dan Kaitannya dengan Great Depression serta Keynesianisme

Selain Keynesianisme yang dinilai oleh ilmuwan sebagai salah satu solusi menangani Great Depression saat itu, ada pula yang disebut sebagai Amerikanisme dan Fordisme. Amerikanisme dan Fordisme merupakan sebuah paham dan prinsip berproduksi yang pertama kali dijelaskan oleh Antonio Gramsci. Amerikanisme dan Fordisme merupakan dampak dari metode produksi AS yang produktif dan efisien yang diperkenalkan ke Eropa (Gramsci 1971, 277).

(79)

Ekonomi Politik Internasional 78 canggih yang tidak sulit untuk dioperasikan oleh tenaga kerja. Ford juga menjelaskan bahwa tenaga kerja akan bekerja secara spesialisasi pada sektor pengolahan tertentu. Tenaga kerja tersebut akan bekerja secara spesifik di sektor pengolahan tertentu, mengoperasikan mesin yang sama, dan meski monoton namun tingkat efisien dan efektivitasnya tetap terjaga. Hal ini disebabkan karena meskipun Ford dan perusahaannya merekrut tenaga kerja yang tidak berkemampuan sekalipun, penggunaan mesin yang mudah dioperasikan akan membantu tenaga kerja tersebut untuk tetap menghasilkan produk dalam jumlah besar (Gramsci 1971). Oleh sebab itu karena jumlah produksi yang besar dan sifat pekerjaan yang monoton, maka Ford memberi insentif pada tenaga kerjanya (Gramsci 1971, 279-280). Upah para tenaga kerja dipatok tinggi dan selain itu para tenaga kerja ini diberi fasilitas yang baik dan bermanfaat agar dapat melepas penat. Fasilitas ini dimanfaatkan bersama keluarga para tenaga kerja, sehingga potensi penyalahgunaan waktu dan fasilitas untuk bersenang-senang dengan mabuk dan hal lain dapat dicegah. Karena hal-hal yang seperti mabuk dan bersenang-senang hanya akan menurunkan produktivitas pekerja tersebut.

(80)
(81)

Ekonomi Politik Internasional 80 Keynesianisme memandang dan memberi solusinya. Sehingga dapat dikatakan Keynesianisme merupakan solusi dari sisi pemerintah. Sementara itu Fordisme merupakan solusi dari sisi swasta yang seiring dengan preskripsi Keynesianisme mengenai pembukaan lapangan kerja untuk menyerap tenaga kerja agar pasar kembali berjalan normal.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan Great

Depression yang terjadi di tahun 1930 merupakan peristiwa

terjadinya under consumption akibat daya beli masyarakat tengah menurun sementara jumlah produk masih besar. Ini disebabkan oleh upah pegawai yang dipotong menyebabkan pengangguran dan inflasi yang tinggi. Peristiwa ini dikritik sebagai titik kelemahan paham ekonomi klasik Adam Smith. Pemerintah tidak banyak berbuat karena keyakinannya jika pasar akan kembali pada keseimbangan. Pada kenyataannya pasar tidak kunjung stabil. John Maynard Keynes dan Herry Ford adalah sebagian orang yang memiliki gagasan di bidang ekonomi yang lantas menginspirasi para pengambil kebijakan untuk dijadikan solusi menangani Great

Depression. Keynes dikenal dengan Keynesianisme sementara

(82)

Ekonomi Politik Internasional 81 menjelaskan bahwa peran pemerintah masih diperlukan dalam menjaga kestabilan pasar. Pemerintah perlu untuk membangkitkan kembali permintaan pasar. Sehingga pendekatan Keynes lebih mengarah pada demand side. Sementara itu Fordisme menjelaskan adanya produksi dan konsumsi massal yang mengindikasikan pendekatan secara supply side. Keduanya juga sama-sama menekankan pada pentingnya memberi insentif pada tenaga kerja untuk menjaga produktivitasnya. Berbeda dari ekonom klasik yang lebih memilih untuk memotong gaji pegawai demi efisiensi. Penulis beropini Keynesianisme dan Fordisme keduanya telah menjadi solusi menangani Great Depression dan mengubah pola pikir tradisional di masa lampau.

Kata-kata kunci : Great Depression, Keynesianisme, Fordisme, beggar-thy-neighbor, buying on margin.

Pertanyaan Arahan :

Mengapa Great Depression terjadi ?

(83)

Ekonomi Politik Internasional 82 Referensi :

Brown, Michael B., 1995. “The Keynesian model”, dalam Models

in Political Economy. London : Penguin, pp. 55-71

Frieden, Jeffrey A., 2006. “The Established Order Collapses”, dalam Global Capitalism : Its Fall and Rise in the

Twentieth Century. New York : W.W. Norton & Co. Inc.,

pp. 173-194

Gramsci, Antonio, 1971. “Americanism and Fordism”, dalam

Selections from the Prison Notebooks. London : Lawrence

(84)

Ekonomi Politik Internasional 83 Dari Sistem Standar Emas ke Sistem Bretton Woods :

Institusionalisasi Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

Belajar dari peristiwa Great Depression, negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris mulai membenahi perekonomian dalam negerinya. Tetapi di tengah proses perbaikan sesudah krisis tersebut, dua negara ini bersama negara-negara Eropa lain seperti Uni Soviet, Prancis, Jerman, dan negara Asia yaitu Jepang terlibat dalam Perang Dunia II mulai tahun 1939. Berada dalam situasi penuh peperangan memunculkan pemikiran-pemikiran untuk menciptakan perdamaian. Di tahun 1944 diwujudkanlah sebuah “impian” untuk menciptakan situasi damai di sektor ekonomi setelah peperangan selesai. “Impian” ini adalah sebuah institusi yang mengatur regulasi ekonomi internasional yang terinspirasi dari pembelajaran krisis Great Depression tahun 1930. Institusi yang dihasilkan nantinya akan dikenal sebagai bagian dari Sistem Bretton Woods.

Sistem Standar Emas

(85)

Ekonomi Politik Internasional 84 Sistem Bretton Woods. Emas dijadikan standar nilai tukar uang pada masa itu. Mekanismenya adalah 1 ons emas bernilai beberapa sterling. Inggris menjadi penangung jawabnya supaya sistem standar ini berjalan stabil (Gilpin 1987, 124). Mengingat pada masa itu Inggris tengah menjadi hegemon dengan imperiumnya yang besar dan kuat di dunia, oleh sebab itu Inggris memiliki tanggung jawab sebagai penjamin nilai emas. Era ini juga dikenal sebagai Pax Brittanica dan dinilai sebagai masa yang relatif stabil (Peet 2003, 28). Sehingga jika dibuat sedikit ilustrasi, maka dapat dimisalkan 1 ons emas dihargai 15 sterling oleh Inggris (Yunus 2015). Ketika individu atau negara memiliki sejumlah emas dan ingin menukar dengan uang, maka individu tersebut dapat menukarkannya dengan mata uang Inggris tersebut. Begitu pula sebaliknya jika ada individu atau negara yang memiliki sejumlah emas dan ingin menukarnya dengan uang maka Inggris yang akan membayarnya.

(86)

Ekonomi Politik Internasional 85 ini juga diikuti oleh negara-negara lain. Akibat surplus ini pasar kemudian tidak mampu lagi menyerap. Dampaknya harga-harga barang menjadi jatuh karena jumlah produk di pasar berlebihan. Ini kemudian menyebabkan efek domino pada bisnis saham. Bisnis saham ikut jatuh karena harga-harga di sektor agrikultur semakin hari semakin menurun, akibatnya para spekulan memutuskan untuk menjual saham mereka secara serempak di hari Selasa dan Kamis yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday and

Thursday (Frieden 2006). Pemerintah sempat mengambil langkah

dengan menaikkan suku bunga untuk menghentikan aksi para spekulan ini. Keadaan ini juga makin diperburuk dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan likuidasi (Frieden 2006). Likuidasi pada mulanya bertujuan untuk memusnahkan bisnis dan hutang bermasalah, sehingga keadaan stabil akan kembali. Namun kenyataannya tidak terjadi. AS, negara-negara Eropa, dan lain yang tengah mengalami krisis kemudian memutar otak untuk segera menuju stabilitas.

(87)

Ekonomi Politik Internasional 86 pajak tinggi bagi produk-produk impor negara lain (Yunus 2015). Ini justru menimbulkan masalah karena produk-produk tersebut menjadi tidak laku karena pengangguran di negara tujuan yang tinggi sehingga daya beli masyarakat menurun. Akibatnya barang-barang tersebut kembali ke negara asal dan makin merugikan negara. Selain menerapkan kebijakan tersebut di sektor pajak, AS juga menerapkannya pada sektor hutang. AS menolak untuk melikuidasi hutang Jerman, Inggris, dan Prancis (Mansbach & Rafferty 2008, 517). Seperti yang diketahui sesudah Perang Dunia I, tiga negara tersebut berhutang pada AS untuk menutupi biaya pos-Perang Dunia I. AS yang tengah membutuhkan pemasukan enggan untuk menghapus hutang ketiga negara tersebut. Ini lantas berdampak pada kesulitan ekonomi di domestik negara-negara tersebut yang berakibat jangka panjang pada Perang Dunia II.

(88)

Ekonomi Politik Internasional 87 sedikit. Emas Inggris juga seiring waktu juga semakin menipis. Karena tidak mungkin memeroleh emas dalam waktu sekejap, diperlukan cara lain untuk mengakalinya. Caranya adalah dengan mengurangan jumlah uang yang dimiliki oleh Inggris (Gilpin 1987, 124-5). Tetapi akibat dari kebijakan ini adalah deflasi. Deflasi menyebabkan masyarakat tidak banyak memegang uang yang kemudian menurunkan daya beli mereka. Great Depression semakin nyata dengan kondisi-kondisi ini. Akhirnya dengan sistem standar emas yang kolaps dan situasi ekonomi internasional kacau, Inggris mulai menurun performanya sebagai hegemon.

Sistem Bretton Woods dan Nilai-Nilai yang Terkandung di Dalam Konteks Ekonomi Politik Internasional

(89)
(90)

Ekonomi Politik Internasional 89 di dunia sesudah perang untuk membangun kembali negaranya (Peet 2003, 42). IBRD khas dengan pemikiran Keynesianisme soal

welfare state. Ini juga seiring dengan nilai positif yang didapat

oleh Keynesianisme dari publik saat itu. Keynesianisme terbukti mampu membangkitkan kondisi ekonomi domestic dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu pendirian IBRD dibiarkan oleh AS saat itu. Sementara itu AS “menetapkan” diri sebagai hegemon baru menggantikan Inggris. Ini terlihat salah satunya dari kesediaan AS sebagai penjamin sistem moneter saat itu. Sistem moneter internasional yang sebelumnya adalah floating

exchange rate dengan emas sebagai standarnya kemudian bergeser

menjadi fixed exchange rate dengan emas tetap sebagai bagiannya. Sehingga dalam mekanisme baru, 1 ons emas dihargai US$ 35 Dollar (Frieden 2006, 290). Setelah muncul hegemon baru, ekonomi politik internasional kemudian berjalan stabil kembali.

(91)
(92)

Ekonomi Politik Internasional 91 Bretton Woods ini dapat berjalan beriringan dengan baik. Politik dijalankan sebagai instrumen pengatur dan pengendali ekonomi.

Kejatuhan Sistem Bretton Woods

Kejayaan sistem ini kemudian mengalami penurunan seiring dengan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap AS (Gilpin 1987, 138). Ini disebabkan karena overvalued dollar dan penurunan trade balance di akhir periode 1960 atau di awal dekade 1970 (Gilpin 1987, 138). Di dalam mekanisme ini ditetapkan bahwa AS tidak akan mendevaluasi dollar AS untuk meningkatkan harga barang ekspor AS. Ini memunculkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap komitmen AS, sementara di sisi lain negara-negara di dunia diizinkan mendevaluasi mata uangnya. Akibat yang kemudian muncul karena terpacu, AS lantas mencetak uang banyak dengan asumsi tidak ada devaluasi. Tetapi permasalahan muncul karena sebenarnya AS mengekspor inflasi ke negara-negara lain. Ini seiring dengan suplai dollar AS ke negara-negara lain yang berarti jumlah dollar lantas semakin banyak di negara-negara tersebut. Akhirnya mekanisme fixed

exchange rate diubah kembali pada mekanisme lama yaitu float

exchange rate hingga saat ini. Sistem Bretton Woods kemudian

(93)

Ekonomi Politik Internasional 92 ketiga badannya. IMF, GATT atau WTO, dan Bank Dunia masih bertahan hingga saat ini. Namun ada pembaruan aturan yang ditetapkan karena telah terjadi pergeseran pendulum Ekonomi Politik Internasional. Misalnya IMF dan Bank Dunia yang kini berkolaborasi dengan menetapkan syarat pemberian hutang pada negara-negara resipiennya.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, membicarakan mengenai sistem moneter tidak terlepas dari sistem standar emas yang merupakan contoh sistem moneter tertua yang ada. Sistem standar emas menjadi acuan tentang bagaimana negara-negara dalam melakukan pertukaran uang. Sistem standar emas tertua ada di era Pax Britannica yang aturannya adalah satu ons emas dihargai senilai 15 sterling. Sehingga ketika negara lain ingin menukar mata uangnya, harus ada penjamin emas untuk memastikan nilainya. Sistem ini dikenal sebagai fixed exchange

rate. Tetapi kemudian sistem ini tidak bertahan lama karena

(94)

Ekonomi Politik Internasional 93 mendorong negara-negara saat itu untuk melakukan institusionalisasi. Institusionalisasi dilakukan dengan tujuan untuk menertibkan kondisi ekonomi politik internasional saat itu. Institusionalisasi ini yang kemudian mendorong lahirnya Sistem Bretton Woods dengan tiga institusi pilarnya yakni Bank Dunia, IMF, dan WTO (dulu GATT). Sistem Bretton Woods membuat standarisasi di masing-masing instansinya dengan tujuan menertibkan perilaku negara-negara dalam praktik ekonomi politik internasional. Ini menjadi solusi yang terbilang berhasil di masanya. Solusi Sistem Bretton Woods ini juga menggambarkan apa yang disebut sebagai embedded liberalism yakni sebuah terma yang menjelaskan upaya untuk menyatukan ekonomi domestik dan ekonomi internasional.

Kata-kata Kunci : sistem standar emas, sistem Bretton Woods,

embedded liberalism, institusionalisasi, moneter

Pertanyaan Arahan :

Seperti apa sistem standar emas ? Mengapa membawa masalah pada sistem moneter internasional ?

(95)

Ekonomi Politik Internasional 94 Nilai-nilai apa yang mendasari munculnya institusionalisasi dalam Ekonomi Politik Internasional sebagaimana yang terjadi dalam Sistem Bretton Woods ?

Referensi :

Frieden, Jeffrey A., 2006. The Bretton-Woods in Action. In: Global Capitalism: Its Fall and Rise in the Twentieth Century. New York: W.W. Norton & Co. Inc., pp. 278-300. Gilpin, Robert, 1987. International Money Matters. In: The

Political Economy of International Relations. Princeton : Princeton University Press, pp. 118-170.

(96)

Ekonomi Politik Internasional 95 Developmentalisme, Industrialisasi, dan Dependensi : Preskripsi Non-Kapitalis dalam Ekonomi Politik Internasional

Pendahuluan

(97)

Ekonomi Politik Internasional 96 Kapitalisme saja, tetapi juga non-Kapitalis. Pembahasan topic ini akan menjelaskan mengenai bagaimana inklusi non-Kapitalis diterapkan di negara-negara berkembang dengan perbandingan pemikiran dasarnya dengan solusi Kapitalis.

Perkembangan Inklusi Non-Kapitalis

(98)

Ekonomi Politik Internasional 97 bertahan ini muncul pandangan-pandangan yang dijadikan masukan bagi kebijakan pemerintah negara. Pada masa itu, di tengah arus utama preskripsi pembangunan dan industrialisasi negara berdasarkan paham Kapitalisme, ada pula negara-negara yang menerapkan preskripsi anti-mainstream. Ini yang dikenal sebagai inklusi non-kapitalis. Inklusi non-kapitalis ini banyak dimunculkan oleh pemikir-pemikir beraliran Strukturalisme dari Amerika Latin. Adanya inklusi non-kapitalis ini juga tidak terlepas dari tujuan negara-negara baru ini untuk mengejar ketertinggalan mereka dari negara-negara lain. Mengingat kondisi mereka yang telah tertinggal dan harus tetap bisa bertahan di tengah sistem internasional yang demikian, maka inklusi non-kapitalis banyak diadopsi di beberapa negara.

Perbedaan Inklusi Non-Kapitalis dan Kapitalis dalam Memandang Industrialisasi dan Pembangunan

(99)

Ekonomi Politik Internasional 98 melakukan industrialisasi berorientasi ekspor. Tidak hanya sekedar mengekspor bahan mentah, melainkan juga mulai mengekspor barang jadi. Solusi Kapitalis ini banyak diterapkan di negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Singapura, Taiwan, dan Hongkong. Di dalam kerangka kerja Liberalisme, ada unsure-unsur lain yang dapat digunakan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu bantuan internasional dan investasi asing (Gilpin 1987, 265). Tetapi, Liberalisme juga mengingatkan bahwa mencapai pertumbuhan dan perkembangan, pada dasarnya tidak dapat dicapai apabila unsur politik yaitu permrintah terlalu banyak mencampuri urusan pasar (Gilpin 1987, 266). Lebih lanjut pula Liberalisme menjelaskan mengenai kemungkinan terjadinya ketergantungan. Bagi Liberalisme, ketergantungan terjadi karena industrialisasi tersebut. Difusi dari negara core ke negara berkembang diperlukan untuk membantu proses industrialisasi itu sendiri (Gilpin 1987, 266). Ini sejalan dengan teori Dual Strategy yang menyatakan bahwa difusi modernitas wajar terjadi sebagai proses mencapai pertumbuhan ekonomi (Gilpin 1987, 265). Sehingga dapat dipahami, meski buruk, namun ketergantungan justru yang akan menjalankan aliran perdagangan internasional.

(100)

Referensi

Dokumen terkait

Lalu dinamika atau perubahan atau naik turunnya ekonomi politik internasional indonesia berlanjut pada tahun 2015 dimana kebakaran lahan kelapa sawit yaitu

Ilmu ekonomi internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan ekonomi antar negara. Ilmu ekonomi

Isu perubahan peta kekuatan politik dunia, krisis ekonomi dan perubahan iklim menjadi bahasan dunia internasional yang fundamental, terutama bagi Negara berkembang menjadi

Corona yang melanda dunia, Negara, agama maupun politik ekonomi sejak maret 2020 sampai saat ini masih menjadi “hantu” bagi masyarakat internasional, karena dengan adanya covid

Keduanya membuktikan bahwa ekonomi sangat berpengaruh pada kekuatan mutlak yang didapatkan suatu negara setelah memiliki dominasi politik, hal tersebut akan berdampak pada perkembangan

Keduanya membuktikan bahwa ekonomi sangat berpengaruh pada kekuatan mutlak yang didapatkan suatu negara setelah memiliki dominasi politik, hal tersebut akan berdampak pada perkembangan

Analisis Perdagangan Internasional Melalui Model Politik Heckscher-Ohlin Terhadap Kepentingan Ekonomi Nasional Perspektif Hukum Ekonomi Islam Analisis perdagangan internasional

Kesimpulan Kapitalisme Konsumen sejatinya mereproduksi budaya dan nilai-nilai kapitalisme dalam paradigma ekonomi negara-negara Selatan sehingga masing-masing negara Selatan berhasrat