• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkembangan bahasa anak bahasa anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perkembangan bahasa anak bahasa anak "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PROSES PEMEROLEHAN BAHASA ANAK Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: pengembangan Kemampuan Berbahasa Anak Dosen Pengampu: Sri Wahyuningsih, M.Pd

Disusun oleh:

Normaidah (1310410026) Nofia Fitria Ningrum ( 1310410016)

Nurul Hasanati (1310410002)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN TARBIYAH / PGRA

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Anak usia dini memiliki kapasitas kemampuan berbahasa yang berbeda – beda. Ia dapat menggunakan bahasa atas dasar Pemerolehan bahasa di keluargadan di lingkungannya. Kemampuan menggunakan bahasa anak itu datang nya ada yang disengaj adan ada pula yang tidak disengaja.Kemampuan menggunakan bahasa yang dikarenakan secara direncanakan dan disengaja dalam ilmu linguistic disebut belajar bahasa.Sebaliknya, kemampuan menggunakan bahasa yang asalnya tidak disengaja dan tidak direncanakan disebut pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa anak usia dini penting untuk diketahui sebagai pangkal tolak untuk mengembangkan bahasanya dikanak – kanak. Dengan mengetahui dan memahami pemerolehan bahasa anak, calon guru TK perlu memahami konsep pemerolehan bahasa anak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dan proses pemerolehan bahasa anak ? 2. Bagaimana teori pemerolehan bahasa anak ?

3. Apa saja isu/permasalahan dalam pemerolehan bahas anak ?

(3)

1. Pengertian pemerolehan bahasa anak

Bahasa merupakan sarana yang efektif untuk menjalin komunikasi social. Tanpa bahasa, komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interkasi social pun tidak akan pernah terjadi1. sedangkan Pemerolehan bahasa diartikan sebagai periode

seorang individu memperoleh bahasa atau kosakata baru. Kapan periode itu berlangsung? Dapat dikatakan hamper sepanjang masa. Namun, selama ini pemahaman masyarakat tentang pemerolehan bahasa lebih banyak tercurah pada masyarakat usia dini atau masyarakat yang belajar bahasa asing.2

2. Proses pemerolehan bahasa anak

Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa secara alami. Dalam proses berbahasa, seseorang dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di otaknya. Pada belahan otak sebelah kiri dikendalikan oleh sistem syaraf pusat yang ada di mengontrol produksi atau penghasilan bahasa, seperti berbicara dan menulis. Pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah wernicke yang mempengaruhi dan bagian otak itu terdapat wilayah motor suplementer. Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan unsur fisik penghasil ujaran.

Berdasarkan tugas tenaga bagian otak itu, alur penerimaan dan penghasilan bahasa dapat disederhanakan seperti berikut. Bahasa didengarkan dan dipahami melalui daerah Wernicke. Isyarat bahasa itu kemudian dialihkan ke daerah Broca untuk mempersiapkan penghasilan balasan. Selanjutnya isyarat tanggapan bahasa itu dikirimkan ke daerah motor, seperti alat ucap, untuk menghasilkan bahasa secara fisik. 3

Kegiatan pemerolehan Bahasa melibatkan dua kemampuan. Pertama,

kemampuan reseptif, yaitu kemampuan menyerap,menerima, dan memahami tuturan orang lain. Kedua, kemampuan produktif, yaitu kemampuan menghasilkan tuturan, untuk mengekspresikan diri atau menanggapi rangsang bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Ketika anak melakukan kegiatan berbahasa secara langsung, secara perlahan dan tentu saja tanpa disadari, telah terbangun unsur dan kaidah bahasa ( kosakata,struktur,dan makna) dan kaidah bahasa4

Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa 1. Tahap asing Pralinguistik

1 Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar, PT Asdi Mahasatya, Jakarta: 2008 hal 46

2 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, strategi pembelajaran Bahasa, Rosda, Bandung: 2008 hal 84

3 Http://wastksdbrajaselebah.blogspot.com

(4)

Bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati bunyi vocal atau konsonan tertentu. Perkembangan bahasa pada fase ini disebut Pralinguistik. Fase ini bersangsung sejak anak lahir sampai berumur sekitar 12 bulan.

a. Pada umur 0-2 bulan,anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif untuk menyatakan rasa lapar, haus, sakit atau ketidak nyamanan, serta bunyi-bunyi vegetatif yang berkaitan dengan aktifitas butuh.

b. Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mendekut dan mengluarkan bunyi-bunyi vocal yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.

c. Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi yang agak utuh dengan rentang waktu yang lebih lama.

d. Pada umur 6-12 bulan, anak mulai mulai berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau mengulangan konsenan dan vocal yang sama.

2. Tahap satu Kata Holofrasis

Pada umur 12-18 bulan, anak mulai mengunakan satu kata yang bermakna mewakili keseluruhan ide yang di sampaikannya.

Kata yang diucapkan anak adalah kata-kata yang telah dikenal dan di kuasainya. Kata-kata itu biasanya sering muncul dalam tuturan keseharian dilingkungan anak. 3. Tahap Dua kata

Pada usia 18-24 bulan, tahap ini kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat, seiring dengan kematangan otak dan alat ucapannya.

4. Tahap telegrafis

Antara usia 2-3 tahun anak telah menghasilkan ujaran dalam bentuk kalimat-kalimat pendek. Ciri yang paling mencolok pada fase ini bukanlah pada jumlah kata yang dihasilkan anak, tetapi pada fariasi bentuk kata yang sudah mulai muncul. Namun demikian, pada fase ini, anak belum menggunakan kata tugas dalam bertutur.

Bayi dalam usia 2-4 bulan ternyata telah memahami dan merespon maksud tuturan orang tuanya, melalui berbagai nada suara tertentu. Sekitar 6 bulan, anak mulai mengaitkan tuturan yang di dengarnya dengan konteks yang menyertainya, seperti ucapan dadah(disertai dengan lambaian tangan ), tepuk tangan atau gurauan .5

B. Teori-Teori Pemerolehan Bahasa

1. Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik (akuisisi)

(5)

Menurut pandangan kaum behavioristik, bahwa anak sejak lahir tidak membawa struktur linguistic.Artinya, anak lahir tidak ada struktur lingustik makan, antara lain dapat dipenuhi dengan makan nasi atau makan bubur. Bagi seorang anak yang mereaksi terhadap stimulus yang datang, ia mencoba menghasilkan sebagian ujaran berupa bunyi yang kemudian memperoleh pengakuan dari orang yang di lingkungan anak itu.

Dikaitkan dengan akuisisi bahasa, teori behavioris mendasarkan pada proses akuisisi itu melalui perubahan tingkahlaku yang teramati. Gagasan behavioristic terutama didasarkan pada teori belajar yang pusat perhatian tertuju pada peranan lingkungan, baik verbal maupun nonverbal.Teori belajar behavioris ini

menjelaskan bahwa perubahan tingkahlaku dilakukan dengan menggunakan model stimulus dan respon.Apabila anak berkata, “Bu, saya minta makan”, sebenarnya sebelum ada ujaran ini anak telah ada stimulus berupa perut terasa kosong dan lapar.Rasa lapar menimbulkan keinginan untuk makan.Keinginan untuk makan, anatara lain dapat dipenuhi dengan makan nasi atau makan bubur. Bagi seorang anak yang mereaksi terhadap stimulus yang datang, ia mencoba menghasilkan sebagian ujaran berupa bunyi yang kemudian memperoleh pengakuan dari orang yang di lingkungan anak itu.

Teori akuisisi bahasa berdasarkan konsep behavioris bahwa anak – anak

mengakuisisi bahasa melalui hubungan dengn lingkungan, dalam hal ini dengan cara meniru. Pateda (1990:45) menyatakan bahwa factor yang penting dalam meniru adalah frekuensi berulangnya satu kata dan urutan kata.

2. Teori pemerolehan bahasa Mentalistik (Nativisme)

Menurut pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi bahasa bukan karena hasil proses belajar, tetapi karena sejak anak lahir ia telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai proses kematangan intelektualnya. Kaum mentalis berpendapat bahwa setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa.Potensi bahasa ini akan berkembang apa bila saatnya tiba. Pandangan ini biasa pula disebut pandangan natavis (brown, 1980:20). Kaum mentalis beranggapan bahwa setiap anak yang lahir telah memliki apa yang mereka sebut LAD ( LanguageAcquistion Device)

mcNeill (dalam Brown, 1980:22)6

3. Teori Akuisisi Bahasa Kognitiftik

(6)

Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Konsep sentral teori kognitif adalah

kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya Pendekatan kognitif menjelaskan bahwa: dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir, belajar terjadi dari kegiatan mental internal dalam diri kita, belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks. Menurut Piaget Struktur tersebut lahir dan berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingualnya.7.

C. Isu/Permasalahan dalam Pemerolehan Bahasa Anak a. Kompetensi dan performa

Kompetesi mengacu pada pengetahuan yg mendasari system, peristiwa atau tidakan,. Kompetensi itu tidak dapat diobservasi.

Performa merupakan perwujudan atau realisasi kompetensi yang dapat diamati secara jelas. Dalam Bahasa, Kompetensi merupakan perbuatan yang actual seperti berjalan, menari, menyanyi. Dalam masyarakat teknologi perbedaan teknologi dan performa digunkan dalam semua sisi kehidupan. Misal diasumsikan anak –anak memiliki kompetensi tertentu bahwa kompetensi itu dapat diukur dan dapat dinilai dengan tehnik observasi dari sampel yang dipilih dengan apa yang disebut dengan tes.

b. Pemahaman dan produksi

Pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa dalam bahasa anak-anak keunggulan umum pemahaman atas produksi. Dengan kata lain: anak-anak tampaknya memahami “lebih banyak” ketimbang yang mereka produksi. Misalnya, seorang anak mungkin memahami kalimat yang mengandung kata petunjuk melekat di dalamnya (misalnya, “The ball that’s in the sandbox is red”) tetapi tidak mampu membuat kalimat demikian. W.R. Miller (1963, 863) member contoh bagus tentang fenomena perkembangan fonologis ini: “Baru-baru ini seorang bocah tiga tahun mengatakan pada saya bahwa namanya Litha. Saya menanggapi “Litha?” Buka, Litha.” “Oh, Lisa.” “Ya, Litha.” Anak itu jelas mengerti perbedaan besar antara s dan

(7)

th, sekalipun dia sendiri tidak bisa menghasilkan perbedaan itu. Hal yang sama berlaku juga untuk orang dewasa, dalam bahasa asing maupun asli. Kita bisa mengerti kata, frase, tata bahasa, gaya, dan wacana yang sama sekali tidak pernah kita keluarkan.

c. Nature dan nurture

Kaum nativis berpandangan bahwa seorang anak dilahirkan dengan pengetahuan bawaan kebahasaan yang sering disebut LAD yang bersifat universal pada setiap manusia. Hipotesis tentang perlengkapan bawaan ini mungkin bisa mengakhiri pertentangan antara gagasan behavioristik dan nativistik. Walaupun LAD masih merupakan hipotesis yang terus memerlukan penyempurnaan, tetapi secara perlahan-lahan suatu saat akan terbukti bahwa bukti genetic (ilmiah) tentang pewarisan kemampuan dan akan mendapatkan bukti nyata tentang adanya “gen” bahasa. LAD dan factor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang. Bertahun-tahun para linguis, psikolog, dan pendidik disibukkan dalam kontroversi “bawaan versus pengasuhan”. Perilaku-perilaku apa saja yang bersifat “bawaan”, yang secara biologis memang sudah begitu dari sananya, dan perilaku-perilaku apa saja yang dipelajari dan ditanamkan dalam sebuah lingkungan melalui “pengasuhan”, melalui pengajaran?

Serangkaian penelitian menarik tentang sifat bawaan ditekuni oleh Derek Bickerton (1981) yang mendapatkan bukti, dalam sejumlah bahasa, tentang pola umum perkembangan linguitik dan kognitif. Manusia “terprogram secara biologis” untuk berproses dari tahap ke tahap. Seperti tanaman yang mengeluarkan bunga, secara bawaan orang terprogram untuk “mengeluarkan” perlengkapan bahasa tertentu yang ia miliki di usia-usia perkembangan. Sama seperti kita tidak bisa membuat geranium berbunga sebelum “waktunya”, maka manusiapun sama hanya akan “berbunga” dalam tahap-tahap yang sudah terprogram sebelumnya.8

d. Sistematisitas dan variabilitas

Asumsi yang muncul dalam pemerolehan bahasa anak adalah sistematisias proses

pemerolehan. Dari tata bahasa tumpu (atau tata bahasa pivot) sampai pada ujaran tiga atau empat kata, sampai pada kalimat lengkapyang hampir tidak dapat ditentukan panjangnya, anak menunujukan kemampuan yang luar biasa untuk menyusun kaidah tentang fonologi , struktur, leksikal, serta semantic suatu bahasa. proses belajar bahas anak itu bervariasi.

(8)

Penguasaan bunyi bahas mungkin urutannya dapat diramalkan dan bersifat universal. Tetapi kapan anak memperoleh , tepatnya waktunya kapan, dari anak sangat bervariasi.

e. Bahasa dan pikiran

Menurut pandangan behavioristik kognisi tak layak dibahas karena terlalu berbau mentalistik dan tidak dapat diamati secara langsung. Padahal menurut piaget (1972) perkembangan kognitif merupakan organism manusia yang paling utama dan bahwa bahasa berganutng pada danbersemi karena perkembangan kognitif.

Isu yang penting disini adalah bagaimanakah bahasa itu mempengaruhi pikiran dan

bagaimanakah pikiran itu juga memperngaruhi bahasa. yang jelas adalah bahasa itu adalah pandangan hidup kita, bahasa adalah fondasi keberadaaan kita, dan berinteraksi secara simultans dengan pikiran dan perassaan.

f. Peniruan (imitasi)

Penilitian menunjukan bahwa anak adalah peniru yang baik. Penirua merupakan strategi yang penting yang digunakan anak dalam pemerolehan bahasa. kesimpulan itu tidak akurat dalam tataran global. Penelitian menunjukan bahwa strategi peniruan merupakan strategi yang banayak digunakan pada awal perkembangan bahasa anak.

g. Universal

Linguis structural sangat yakin bahwa bahasa itu dapat berbeda-beda saru dengan yang lain tanpa batas. Sebaliknya linguis generative transformasi yang dipelopori oleh Chomsky sangat percaya bahwa ada kesemestaan bahasa, ada tata bahasa universal. Kalau tidak bagaimana anak dapat belajar bahasa apapun. Kenyataany anak-anak didunia ini belajar bahasa dengan cara yang hamper sama. Anak-anak memperoleh /p/ dan /b/ kemudian /t/ dan /d/ baru

kemudian memperoleh /k/ dan /g/ . begitu juga anak akan meproduksi kalimat satu kata dulu, baru dua kata dan kemudian tiga kata.9

h. Latihan dan Frekuensi

Persoalan lebih luas yang berkaitan dengan gagasan tentang peniruan adalah bagaimana karakteristik latihan dan frekuensi dalam bahasa anak-anak. Anak-anak berlatih bahasa terus-menerus terutama dalam tahap awal ketika mereka mengeluarkan ujaran dalam satu-dua kata. Sebuah model behavioristik pemerolehan bahasa pertama akan menyatakan bahwa latihan dengan pengulangan dan asosiasi adalah kunci bagi pembentukan kebiasaan

(9)

melalui pengkondisian. Jadi, latihan yang dilakukan oleh anak-anak merupkan kunci bagi pemerolehan bahasa. Latihan biasanya dipandang hanya berkaitan dengan wicara. Tetapi kita juga bisa memikirkan latihan pemahaman yang sering dihubungkan dengan frekuensi masukan linguistik pada anak-anak. Anak-anak menguasai lebih awal bentuk-bentuk tertentu yang sering mereka jumpai: yakni pertanyaan apa, barang-barang dan orang-orang yang ada di rumah. Brown dan Hanlon (Brown, 2008: 49) menyatakan bahwa dengan memerhatikan frekuensi munculnya item-item linguistik tertentu dalam pembicaraan para ibu kita akan bisa memerkirakan urutan munculnya item-item tersebut dalam wicara anak-anak mereka. Metode audiolingual sangat dipengaruhi oleh paradigma behavioristik, di mana pengkondisian adalah kunci utamanya. Metode-metode pengajaran bahasa saat ini yang berfokus pada makna, interaksi dan komunikasi berjalan di atas asumsi bahwa frekuensi berada di belakang kebermaknaan.

i. Masukan

Para linguis pernah menyatakan bahwa sebagian besar pembicaraan orang dewasa pada dasarnya adalah semigramatikal (penuh variabel performa)

Arti penting permasalahan ini terletak pada fakta dari penelitian mutakhir yang memerjelas bahwa masukan orang dewasa dan teman sebaya bagi ank-anak jauh lebih penting daripada yang sebelumnya diyakini kaum nativis. Masukan orang dewasa tampaknya membentuk pemerolehan anak-anak dan pola-pola interaksi antara anak dan orang tua berubah mengikuti peningkatan keterampilan berbahasa anak. Pengasuhan dan lingkungan merupakan hal yang penting, meskipun tetap harus dilihat seberapa penting masukan orang tua sebagai bagian dari keseluruhan masukan.

j. Wacana

Sub bidang penelitian yang memeroleh perhatian dari semakin banyak peneliti bahasa anak, khususnya dalam penelitian konstruktivis sosial adalah wilayah analisis percakapan atau wacana. Meskipun masukan orang tua merupakan bagian penting dari perkembangna kaidah percakapan anak, tapi perlu diingat bahwa anak juga berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan dengan orang dewasa lainnya. Interaksi diperlukan agar pemerolehan bahasa pertama berhasil. Anak-anak tidak memelajari bahasa dengan cara mendengarkan smbil lalu percakapan orang lain atau mendengarkan radio tapi memerolehnya dalam konteks pembicaraan.

(10)

memulai sebuah percakapan tetapi juga bagaimana merespons ujaran orang lain. Pertanyaan bukan sekedar pertanyaan, tetapi dimengerti fungsinya sebagai permintaan akan informasi, tindakan dan pertolongan. Pada usia relatif muda, anak-anak memelajari perbedaan-perbedaan terkecil antara pernyataan dan penentangan. Mereka memelajari bahwa ujaran memunyai makna baik secara harfiah maupun tersirat atau fungsional. 10

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pemerolehan bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Bahasa pertama adalah baahsa yang diperoleh anak pertama kali dari lingkungan yang paling dekat dengannya (dalam hal ini baiasanya keluarga). Bahasa pertama sering juga disebut sebagai “bahasa sumber”? Ada beberapa teori pemerolehan bahasa yang menjelaskan hal ini, yaitu teori behaviorisme, nativisme, kognitivisme. Ketiga teori ini memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menjelaskan perihal cara anak memperoleh bahasa pertamanyaPemerolehan bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa pertama. Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap dua-kata, dan ujaran telegrafis

Selama penguasaan bahasa pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu proses kompetensi dan proses performasi, pemnahaman dan produksi,nature dan nurture, universal. Sistemtiditas dan variabilitas, bahasa dan pemikiran, latihan dan frekuensi, masukan, wacana.

B. SARAN

(11)

Demikian makalah perkembangan bahasa anak yang kami susun.Kami sudah berusaha semampu kami, namun kami menyadari banyak nya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, oleh sebab itu kritik dan saran senantiasa kami nantikan guna kesempurnaan makalah ini.Terimakasih.Sekian dari kami.

DAFTAR PUSTAKA

Solchan TW, Yetty Mulyati dkk, Pendidikan bahasa indonesia di SD, Universitas terbuka, Jakarta: 2011

Suhartono, Pengembangan Keterampilan Anak Usia Dini, Depertemen Pendidikan Nasioanal Direktorrat Jederal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenaga Kerjaan Perguruan tinggi. Jakarta:2005

H.Douglas Brown, prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Pearson Education Inc, Jakarta: 2008

ulfahsutiyarti.lecture.ub.ac.id

Belajar Bahasa.Bolgspot.com wastksdbrajaselebah.blogspot.com

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Ferina Ratnasari, 2015

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Tamu Terhadap Repurchase Intention Tamu Di Saffron Restoran ... 114 Tabel 4.13 Output Pengaruh Service Guarantee Terhadap

Meskipun hasil glukomanan lebih tinggi dengan menggunakan isopropil alkohol pada temperatur ekstraksi 55°C, perlu diuji dengan menggunakan temperatur yang sama menggunakan

[r]

2 I WAYAN ADNYANAS.Sn., M.Sn Modal sosial Institusional Pita Maha (Praktik Sosial Pelukis Bali 1930-an) Seni Murni FSRD DISERTASI DOKTOR 50,000,000 PUSAT.. 3 Drs.I WAYAN MUDANA,

4 Penelitian ini menguji sikap mahasiswa kesejahteraan sosial mengenai definisi berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap istri oleh suami serta faktor-faktor yang

Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu bank pemerintah yang memiliki fasilitas kredit yang bisa mendukung para pengusaha mikro, kecil, menengah dan koperasi yaitu

Penyebab lain seringnya K-means terjebak pada solusi lokal optima adalah karena cara penentuan titik pusat baru untuk setiap iterasi dalam K-means dilakukan dengan menggunakan