7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Pengadopsian ESOP di Indonesia sudah dilakukan sejak sebelum tahun 1998.
Bapepam (2002) merangkum dua masa perkembangan ESOP di Indonesia,
sebelum tahun 1998 dan setelah tahun 1998 sampai sekarang. Sebelum tahun
1998, pada awal perkembangannya berbentuk alokasi saham pada saat perusahaan
go public, sehingga dapat disimpulkan lebih merupakan sebuah stock allocation scheme dimana pada penawaran tersebut karyawan memperoleh subsidi ataupun pinjaman yang dijamin oleh perusahaan.
Periode kedua, yakni setelah tahun 1998 – sekarang. Perkembangan lebih
lanjut mengenai kepemilikan saham oleh karyawan selain penjatahan tetap hasil
penawaran umum 10%, kemudian lebih menyerupai suatu program opsi dimana
sebelum melakukan penawaran umum (go public) karyawan diberi waran yang dapat dilaksanakan pembelian sahamnya dengan harga tertentu di masa yang akan
datang yang telah ditentukan periode dan harganya.
Employee Stock Ownership Program (ESOP) merupakan program kepemilikan saham oleh karyawan atas saham perusahaan dimana karyawan
tersebut bekerja (Bapepam, 2002). Sebagai program kompensasi terhadap
karyawan, ESOP memberikan kompensasi atau reward berupa saham kepada karyawan-karyawan yang terpilih atau yang mempunyai kinerja baik. Pemberian
8 Beberapa studi mengenai ESOP dan hubungannya terhadap kinerja
perusahaan maupun kinerja karyawan sudah banyak dilakukan. Penelitian
Freeman (2007) menyimpulkan adanya hubungan antara kepemilikan karyawan
dengan kinerja perusahaan. Studi Kruse et al (1996) menemukan bahwa ada peningkatan produktivitas karyawan dan peningkatan kinerja perusahaan sebelum
dan sesudah pengadopsian ESOP. Studi tersebut juga meneliti perbandingan
antara perusahaan ESOP dan perusahaan non-ESOP dan menyimpulkan bahwa
kinerja perusahaan ESOP jauh lebih baik daripada perusahaan non-ESOP terkait
profitabilitas dan produktivitasnya. Namun, Kruse et al (1996) menyatakan bahwa
“there is clearly no automatic connection between employee ownership and performance, but where difference do exist, they tend to indicate better performance by EOFs (Employee Ownership Firms) than by non-EOFs.”
Kruse et al (2003) mengemukakan tiga hal penting yang dibutuhkan untuk memotivasi karyawan pada perusahaan ESOP agar tujuan diadakannya ESOP
terhadap kinerja perusahaan berhasil, yakni “1) the incentives that ownership gives; 2) the participative mechanisms available to workers to act on those incentive; and 3) the corporate culture that battles against tendencies to free ride.”
Teori keagenan sering muncul sebagai salah satu isu yang terkena dampak positif
atas pengadopsian ESOP. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan
9 suatu kontrak). Masalah utama yang muncul dalam hubungan ini adalah agen akan mengutamakan kepentingannya dan memilih perilaku yang menghasilkan
kesejahteraan tertinggi baginya (Jensen dan Meckling, 1976).
Sebagai pihak yang menerima otorisasi, agen berusaha untuk
memaksimumkan imbalan (reward) kontraktual yang diterimanya dan ini sangat bergantung pada tingkat upaya yang dilakukannya. Di sisi yang lain para prinsipal
berusaha memaksimumkan return yang berasal dari pengelolaan sumber daya yang telah diserahkan kepada agen dan upaya ini bergantung pada imbal jasa yang
dibayarkan kepada agen.
Jensen dan Meckling (1976) menganalisis perbandingan antara perilaku
manajer yang mempunyai saham di perusahaan dengan perilaku manajer yang
menjual sahamnya di perusahaannya kepada pihak luar. Manajer yang mempunyai
saham di dalam perusahaannya akan membuat keputusan yang memaksimalkan
apa yang ada. Hal ini tidak hanya mempengaruhi perilakunya atau keputusannya
yang berkenaan dengan masalah keuangan saja, namun juga hal-hal yang tidak
berkenaan dengan aspek keuangan, misalnya sikap yang ditunjukan di kantor,
hubungan dengan staf, tingkat disiplin karyawan dan lain-lain.
Pada prinsipnya pengaturan ESOP dapat menurunkan masalah keagenan (agency
cost) dan meningkatkan kinerja dengan cara mengikat gaji pekerja lebih erat kepada
kinerja perusahaan dan melibatkan pekerja dalam pembuatan keputusan. Dampak positif
ESOP dinyatakan dalam Long et al (2012), “Because it ties employee income and wealth
to company performance, employee ownership is viewed as a means to improve
productivity and performance by decreasing labour-management conflicts and
10 Sales growth, earning per share, dan price earning ratio merupakan beberapa komponen rasio untuk melihat kinerja perusahaan. Sales growth atau pertumbuhan penjualan dapat menjadi indikator untuk membuktikan teori bahwa
ada peningkatan produktivitas karyawan. Peningkatan penjualan akan
berpengaruh pada peningkatan laba bersih yang juga akan mempengaruhi
peningkatan atau penurunan laba per lembar saham atau earning per share.
Earning per share (EPS) memberikan informasi besarnya laba bersih perusahaan yang siap untuk dibagikan kepada semua pemegang saham
perusahaan. Jika laba bersih naik, EPS juga akan naik, dan bila laba bersih turun
maka EPS juga akan turun. Namun, EPS juga dipengaruhi dengan banyaknya
saham yang diterbitkan oleh perusahaan, sehingga belum tentu EPS naik
walaupun laba bersih naik, namun EPS akan turun jika laba bersih mengalami
penurunan. Selain laba bersih, penurunan dan peningkatan EPS juga dipengaruhi
oleh banyaknya lembar saham yang beredar. Peningkatan EPS diharapkan mampu
meningkatkan minat investor. Naiknya permintaan akan saham, akan menjadikan
harga saham meningkat.
Price earning ratio (PER) atau rasio harga terhadap laba bersih per saham adalah harga suatu saham dibagi EPS. PER suatu saham dapat naik atau turun
tergantung pada persepsi pasar terhadap perusahaan tersebut. PER yang tinggi
menunjukkan bahwa investor berpikir perusahaan memiliki peluang pertumbuhan
yang baik. Akan tetapi, perusahaan bisa memiliki PER yang tinggi bukan karena
harganya tinggi, melainkan laba untuk sementara tertekan. Dalam praktik pasar
11 angka tersebut menjadi patokan apakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)
sudah overvalued apa belum.
Jika kinerja perusahaan ESOP lebih baik dari perusahaan non-ESOP, maka
maka penurunan atau peningkatan ketiga rasio tersebut juga akan terpengaruh.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
2.2.1 Lisa F. Borstadt dan Thomas J. Zwirlein (1995)
Penelitian yang dilakukan oleh Borstadt dan Zwirlein (1995) berjudul
“ESOP in Publicly Held Companies: Evidence on Productivity and Firm Performance” meneliti 85 perusahaan publik yang mengadakan kebijakan ESOP antara tahun 1986 untuk menentukan efek pengadopsian ESOP
terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan, serta membandingkannya
dengan sejumlah perusahaan non-ESOP yang dicocokkan berdasarkan jenis
industri dan ukuran perusahaan.
Penelitian ini menggunakan variabel produktivitas yang diukur menggunakan
rasio sales per employee, cash flow per employee, total asset turnover. Variabel
profitabilitas diukur menggunakan rasio cash flow, cash flow per sales, return on
assets, dan net profit margin.
Hasil penelitian tidak menyediakan bukti adanya peningkatan produktivitas
ataupun peningkatan kinerja pada perusahaan yang mengadopsi ESOP. Proposisi
yang menyatakan bahwa karyawan yang memperoleh saham ekuitas akan lebih
12 2.2.2 Douglas Kruse, Joseph Blasi dan Michael Conte (1996)
Penelitian yang dilakukan Kruse et al (1996) berjudul “Employee Stock Ownership and Corporate Performance Among Public Companies” meneliti perbandingan kinerja perusahaan ESOP dan perusahaan non-ESOP. Data yang
dianalisis adalah data pada tahun 1990 dan perubahan yang terjadi sejak tahun 1980
sampai tahun 1990. Penelitian ini menggunakan delapan variabel, yakni empat
variabel untuk menilai profitabilitas (return on equity, return on total earning assets,
price earning ratio, dan profit margin), dua penilaian produktivitas (sales per
emlpoyee dan value-add per employee, keduanya dalam logaritma natural),
kompensasi tiap karyawan, dan perubahan harga saham.
Hasil perhitungan menunjukkan kinerja perusahaan ESOP lebih baik dari
penilaian profitabilitas, produktivitas, dan kompensasi. Adanya pertumbuhan yang
lebih tinggi atas ROA, ROE, dan profit margin pada level kepemilikan 5%.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kepemilikan karyawan pada level yang rendah
memiliki pertumbuhan PER yang unggul.
2.2.3 Robert Stretcher, Steve Henry dan Joseph Kavanaugh (2006) Penelitian yang dilakukan oleh Stretcher et al (2006) ini berjudul “The ESOP Performance Puzzle in Public Companies” meneliti 196 perusahaan publik US yang mengadakan ESOP dari tahun 1998 sampai tahun 2004.
Setiap perusahaan ESOP dicocokkan dengan perusahaan non-ESOP yang
sebanding. Penelitian ini dilakukan dengan metode matched-pair technique dan
menemukan perbedaan signifikan pada operating performance bahwa perusahaan
13
Namun, sales growth memiliki nilai negatif yang artinya pertumbuhan penjualan
non-ESOP lebih baik daripada perusahaan ESOP.
Stretcher et al menyimpulkan perusahaan ESOP secara umum memiliki risiko
yang lebih rendah, pertumbuhan perusahaan dikelola secara lebih konservatif, dan
memiliki ROA yang lebih tinggi dibanding perusahaan non-ESOP.
2.2.4 Zimmy Damaswara (2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Damaswara (2012) berjudul “Analysis of Employee tock Ownership Plans (ESOP) on Earning Per Share (EPS) and Its Impact to Stock Price (Case Study in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk” Damaswara meneliti pengaruh ESOP terhadap EPS, serta pengaruh ESOP
dan EPS terhadap harga saham secara parsial dan simultan dengan
menggunakan ESOP dan EPS sebagai variabel independen dan harga saham
sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian Damaswara menunjukkan bahwa ESOP berpengaruh
tidak signifikan terhadap EPS. ESOP juga tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap harga saham, tetapi EPS berpengaruh signifikan terhadap saham.
Damaswara menyimpulkan bahwa setiap perubahan ESOP dan EPS
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Uraian atas tinjauan peneliti terdahulu yang telah dijelaskan dapat dirangkum
14 Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul penelitian Variabel yang Diteliti
Hasil Penelitian
1. Borstadt & Zwirlein (1995)
ESOP in Publicly Held Companies: atas produktivitas
dan kinerja saham yang lebih tinggi
2. Stretcher et al (2006)
The ESOP Performance
Puzzle in Public Companies yang lebih baik.
15 3. Damaswara
(2006)
Analysis of Employee Stock
Ownership Plans (ESOP) on Earning Per Share (EPS) and Its Impact to Stock Price (Case Study in PT. Bank terhadap EPS, dan tidak berpengaruh
Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian Kruse et al (1996) dan Stretcher et al (2006) dengan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebagai populasi penelitian, periode penelitian selama tiga tahun dari tahun 2009
sampai tahun 2011, menggunakan rasio sales growth, earning per share, dan price earning ratio, serta menggunakan metode penelitian yang berbeda.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini mencoba mendapatkan bukti empiris berdasarkan studi-studi
terdahulu yang menyimpulkan bahwa ada perubahan yang lebih baik setelah
perusahaan mengadopsi ESOP dan bahwa perusahaan yang mengadopsi ESOP
memiliki kinerja perusahaan yang lebih baik dibanding perusahaan yang tidak
mengadopsi ESOP. Kesimpulan-kesimpulan studi terdahulu menunjukkan bahwa
ada pengaruh ESOP terhadap kinerja perusahaan, dalam penelitian ini diproksikan
16 Penelitian ini dilakukan dengan membagi populasi (perusahaan manufaktur)
menjadi dua grup, yakni perusahaan manufaktur yang mengadakan ESOP dan
perusahaan manufaktur yang tidak mengadakan ESOP. Kedua grup ini
dicocokkan berdasarkan jumlah karyawan yang sebanding sebagai ukuran
perusahaan (matching by number of employment). Selanjutnya, dilakukan perbandingan nilai rasio sales growth, earning per share, dan price earning ratio antara perusahaan yang mengadakan ESOP dengan yang tidak mengadakan
ESOP.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2008) adalah “proposisi yang dirumuskan dengan
maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi adalah pernyataan yang dapat
dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk
yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:
H1: sales growth berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP
H2: earning per share (EPS) berbeda signifikan antara perusahaan yang mengadakan ESOP dan tidak mengadakan ESOP