• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Pengelolaan Zakat - Analisis Peranan Laz Rumah Zakat Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Mikro Melalui Program Senyum Mandiri Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Pengelolaan Zakat - Analisis Peranan Laz Rumah Zakat Dalam Pengembangan Usaha Kecil Dan Mikro Melalui Program Senyum Mandiri Di Kota Medan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lembaga Pengelolaan Zakat

(2)

Dalam menjalankan fungsinya terutama penghimpunan dana zakat Badan Amil Zakat memiliki UPZ (Unit Pengumpul Zakat). UPZ ini berada di kantor atau dinas pemerintahan setempat dengan tingkatan masing-masing.

Sedangkan Lembaga Amil Zakat berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat adalah institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan Zakat sesuai dengan ketentuan agama. Lembaga pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara umum mempunyai dua fungsi yakni (Ridwan, 2005 : 207):

a. Sebagai perantara keuangan

Amil berperan menghubungkan antara pihak muzakki dengan mustahik. Sebagai perantara keuangan amil dituntut menerapkan azas trust (kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan yang lain, azaz kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap amil dituntut mampu menunjukkan keunggulannya masing-masing sampai terlihat jelas positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya positioning, maka kedudukan akan sulit untuk berkembang.

b. Pemberdayaan

(3)

tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam jangka panjang diharapkan dapat berubah menjadi Muzakki baru.

2.2Zakat

2.2.1 Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat berarti tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan dari segi istilah Fiqh zakat berarti hak yang wajib dikeluarkan dari harta (Zuhayly, 1995 : 82). Pengertian tersebut diperkuat oleh Qardawi (1999 : 34) yang mengungkapkan bahwa zakat berarti sejumlah harta yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.

Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya, dengan catatan kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl setahun, bukan barang tambang dan bukan pertanian (Zuhayly, 1995 : 83). Yang dimaksud dengan nishab adalah kadar yang ditentukan oleh syariat sebagai ukuran mengenai kewajiban mengeluarkan zakat. Sedangkan hawl adalah periode waktu yang telah berlangsung setahun dengan menggunakan tahun Qamariyah.

(4)

zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula (Zuhayly, 1995 : 84).

2.2.2 Rukun Zakat

Menurut Zuhayly (1995 : 97) rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang yang berhak dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni orang yang bertugas untuk memungut zakat.

2.2.3 Syarat Zakat

Zuhayly (1995 : 98) menyatakan bahwa zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nishab dan mencapai hawl. Adapun syarat sahnya adalah niat yang menyertai

pelaksanaan zakat.

2.2.4 Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Golongan yang berhak mendapat zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada 8 golongan atau asnaf. Hal ini diatur dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 60. Delapan golongan tersebut adalah :

a. Fakir

(5)

atau penghasilan layak dalam memenuhi kebutuhan pokoknya (Qardawi, 1999 : 513).

b. Miskin

Menurut mazhab Hanafi yang dimaksud dengan miskin ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa. Mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali berpendapat yang dimaksud dengan miskin adalah yang mempunyai harta atau penghasilan tetapi tidak sepenuhnya mencukupi. (Qardawi, 1999 : 513)

c. Amil

Amil menurut Zuhayly (1995 : 282) adalah orang-orang yang bekerja

mengumpulkan zakat. Menurut Sayyid Sabiq (1978 : 110) amil adalah orang yang ditugaskan oleh imam, kepala pemerintahan atau wakilnya untuk mengumpulkan zakat, pemungut-pemungut zakat, para penyimpan, dan yang mengurus administrasinya.

d. Muallaf

Muallaf adalah orang-orang yang diharapkan kecenderungan hatinya atau

keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam (Qardawi, 1999 : 563). Menurut Sayyid Sabiq (1978 : 113) muallaf adalah golongan yang diusahakan merangkul dan menarik serta mengukuhkan hatinya dalam keislaman.

e. Budak

(6)

memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka meskipun mereka telah bekerja keras (Zuhayly, 1995 : 285). Pemberian zakat terhadap budak adalah salah satu cara Islam untuk menghapus segala bentuk perbudakan (Qardawi, 1999 : 589).

f. Gharim atau orang yang memiliki hutang

Menurut mazhab Abu Hanifah Gharim adalah orang yang mempunyai hutang, dan dia tidak memiliki apa-apa selain hutangnya itu (Zuhayly, 1995 : 287). Sedangkan menurut Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad bahwa orang yang memiliki hutang terbagi kepada dua golongan. Golongan pertama adalah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat (Qardawi, 1999 : 594).

g. Fi Sabilillah atau orang yang berjuang di Jalan Allah

Sabilillah menurut Sayyid Sabiq (1978 : 122) adalah jalan yang

menyampaikan kepada keridhaan Allah, baik berupa ilmu, maupun amal. Sedangkan menurut Zuhayly (1995 : 287) yang dimaksud dengan Sabilillah ialah para pejuang yang berperang di Jalan Allah yang tidak

digaji oleh markas komando karena yang mereka lakukan hanyalah berperang.

h. Ibnu Sabil atau orang yang sedang dalam perjalanan

Ibnu Sabil menurut Zuhayly (1995 : 289) adalah orang orang yang

(7)

bahwa Ibnu Sabil adalah musafir, apakah dia kaya atau miskin, apabila mendapat musibah dalam bekalnya, atau hartanya sama sekali tidak ada, atau terkena sesuatu terhadap hartanya, atau ia sama sekali tidak memiliki apa-apa, maka dalam keadaan demikian itu hanya bersifat pasti.

2.2.5 Macam-macam Zakat

secara garis besar zakat diklasifikasikan menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat maal (harta).

2.2.5.1 Zakat Fitrah

Menurut Qardawi (1999 : 920) zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah Futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Abu Muhammad al-Abhuri dalam M. Yusuf Qardawi (1999 : 920) mengatakan zakat fitrah artinya zakat asal kejadian, karena ia seolah-olah zakat badan.

Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua Hijrah, yaitu tahun diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya, untuk memberi makanan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-minta pada Hari Raya (Qardawi, 1999 : 921). Para ahli fiqh menyebut zakat ini dengan zakat kepala, atau zakat perbudakan atau zakat badan (Qardawi, 1999 : 921). Yang dimaksud dengan badan disini adalah pribadi, bukan badan yang memiliki arti yang sama dengan tubuh.

(8)

makanan orang yang wajib nafkah baginya pada hari dan malam hari raya, dan kelebihan dari rumahnya, perabot rumah tangganya dan kebutuhan pokoknya.

2.2.5.1.1 Jenis Benda yang Dikeluarkan untuk Zakat Fitrah

GolonganSyafi’i dalam Yusuf Qardawi (1999 : 951) mengemukakan bahwa jenis benda yang dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok yang di makan selama bulan Ramdhan bukan sepanjang tahun. Sedangkan Golongan Maliki mengemukakan bahwa yang dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok yang di konsumsi pada sebagian besar bulan Ramadhan. Golongan Maliki dalam mensyaratkan bahwa makanan pokok itu harus yang termasuk ke dalam 9 kelompok yaitu sya’ir, kurma basah, kurma kering, gandum, biji-bijian, salt, padi, susu kering dan keju. Sedangkan sebahagian ulama lainnya menyatakan apabila yang dijadikan makanan pokok itu bukan dari jenis yang sembilan itu maka dapat menggunakan jenis makanan pokok yang lainnya (Qardawi, 1999 : 951).

2.2.5.1.2Mustahiq Zakat Fitrah

(9)

mengatakan bahwa zakat fitrah itu diberikan hanya kepada fakir miskin saja, tidak kepada yang lainnya dari asnaf yang delapan.

2.2.5.2Zakat Maal

Ibnu Asyr dalam Yusuf Qardawi (1999 : 123) mengatakan bahwa maal atau harta pada mulanya adalah emas dan perak, tetapi kemudian berubah pengertiannya menjadi segala barang yang disimpan dan dimiliki. Ibnu Najim mengatakan bahwa maal atau kekayaan adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan dan hal itu terutama menyangkut yang konkret (Qardawi, 1999 : 124).

2.2.5.2.1 Kekayaan yang Wajib Zakat Maal 1. Emas dan Perak

Emas dan perak merupakan dua barang tambang yang sudah ditentukan zakatnya dengan syarat : a) pemiliknya Muslim, b) merdeka, c) milik sendiri, d) sampai nishab, e) sampai hawl satu tahun, dan barangnya disimpan. Nishab emas adalah 20 dinar, dan besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah sebesar 1/40 dari berat emas yang dimiliki (Sabiq, 1978 : 35). Sedangkan nishab perak adalah 200 dirham, dan besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 1/40 dari berat perak yang dimiliki.

2. Hewan Ternak

(10)

domba). Maka tidak wajib zakat pada kuda, bagal dan keledai kecuali untuk diperdagangkan. Beliau bersandar pada hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud yang diterima dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda: “telah Saya maafkan bagimu mengenai kuda dan hamba sahaya, dan tidak wajib zakat pada keduanya”. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu daud dengan sanad yang dapat diterima.)

Adapun syarat munculnya kewajiban zakat terhadap hewan ternak menurut Yusuf Qardawi (1999 : 170) adalah : Sampai nishab, telah dimiliki selama satu tahun, digembalakan dan tidak dipekerjakan. Berikut ini akan disajikan nishab untuk hewan ternak.

a. Nishab zakat unta

Sesuai dengan ijma’ ulama dan hadits-hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah, maka nishab unta dapat dilihat pada tebel berikut.

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta Nishab

unta

Banyak zakat yang wajib diKeluarkan 5 – 9 1 ekor kambing 91 – 120 2 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih 121 – 129 3 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih

130 – 139 1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih ditambah 2 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih

140 – 149 2 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih ditambah 1 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih

(11)

160 – 169 4 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih

170 – 179 3 ekor anak unta betina umur 2tahun lebih ditambah 1 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih

180 – 189 2 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih ditambah 2 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih

190 – 199 3 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih ditambah 1 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih

200 – 209 4 ekor anak unta betina umur 3 tahun lebih atau 5 ekor anak unta betina umur 2 tahun lebih

Sumber : Yusuf Qardawi (1999 : 176) b. Nishab sapi

Pendapat masyhur yang diambil dari empat mazhab ialah bahwa nishab sapi itu 30 ekor, di bawah jumlah itu tidak ada zakatnya (Qardawi, 1999 : 195). Nishab sapi dan berapa besar zakatnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi

Nishab sapi Banyaknya zakat yang dikeluarkan

30 – 39 1 ekor anak sapi jantan atau betina usia 1 tahun

100 – 109 1 ekor anak sapi betina usia 1 tahun dan 2 ekor anak sapi jantan usia 1 tahun

110 – 119 2 ekor anak sapi betina usia 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan usia 1 tahun

Sumber : Yusuf Qardawi (1999 : 195)

c. Nishab zakat kambing dan domba

Para ulama bersepakat tentang nishab kambing adalah 40 ekor, dan juga berijma’ bahwa kambing itu termasuk juga domba (Qardawi, 1999 : 205). Adapun nishab kambing dan domba serta besarnya zakat yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(12)

Nishab kambing dan domba

Banyaknya zakat yang dikeluarkan

40 – 120 1 ekor kambing

121 – 200 2 ekor kambing

201 – 399 3 ekor kambing

400 – 499 4 ekor kambing

500 – 599 5 ekor kambing

Sumber : Yusuf Qardawi (1999 : 205)

3. Pertanian

Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa zakat wajib atas segala makanan yang dimakan dan disimpan, biji-bijian dan buah kering seperti gandum, bijinya, jagung, padi, dan sejenisnya (Qardawi, 1999 : 333). Yang dimaksud dengan makanan adalah sesuatu yang dijadikan makanan pokok oleh manusia pada saat normal bukan pada masa tertentu. Oleh karena itu menurut mazhab Maliki dan Syaf’i pala, kemiri, kenari dan sejenisnya tidak wajib zakat walaupun dapat disimpan karena tidak menjadi makanan pokok. Begitu pula dengan buah-buahan seperti jambu, apel prem dan sejenisnya kerena tidak kering dan disimpan. Dalam Qardawi (1999 : 336) Abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil tanaman yaitu yang dimaksudkan untuk mengeksploitasi dan memperoleh penghasilan dari penanamannya, wajib zakatnya sebesar 10% atau 5%. Iya tidak mempersyaratkan semuanya itu harus berupa makanan pokok, kering, bisa disimpan, bisa ditakar atau bisa dimakan. Oleh karena itu, hal ini berarti semua tanaman wajib zakat tanpa terkecuali. Pendapat ini didukung oleh Umar bin Abdul Aziz, Mujahid, dan Hamad bin Abu Sulaiman.

(13)

itu didukung oleh keumuman cakupan pengertian nash-nash Al-Quran dan hadits, dan sesuai dengan hikmah satu syariat diturunkan. Nishab zakat hasil pertanian adalah 653 kg. Sedangkan besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 10% apabila menggunakan sistem tadah hujan (di luar penggunaan tenaga manusia yang dibayar). Dan apabila menggunakan sistem irigasi dan tenaga manusia yang dibayar maka besar kadar zakatnya adalah 5%.

4. Zakat Barang Temuan ( Rikaz)

Yusuf Qardawi (1999 : 410) berpendapat bahwa rikaz adalah barang temuan, benda-benda yang disimpan di tanah, berbagai macam harta benda yang disimpann orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas, perak, tembaga, pundi-pundi berharga dan sejenisnya. Ulama fiqh sepakat bahwa kadar zakat yang wajib dikeluarkan dari harta rikaz atau temuan adalah seperlima bagian atau 20% (Qardawi 1999 : 410). Kesepakatan itu berdasarkan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, “zakat rikaz adalah seperlima bagian”.

5. Zakat Harta Perdagangan

(14)

6. Zakat profesi

Penghasilan yang diperoleh oleh seorang pegawai di dalam fiqh dikenal dengan istilah al-mal al-mustasfad (Zuhayly, 1995 : 275). Al-mal al-mustasfad wajib dikeluarkan zakatnya begitu diterima meskipun kepemilikannya belum sampai setahun, berdasarkan pada pendapat sebagian sahabat (Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan Mu’awiyah) sebagian tabi’in (Al-zuhri, Al-hasan bashri), serta pendapat Umar bin Abdul aziz, Baqir Shadiq, nashir, dan Dawud Al-Zhahiri. (Zuhayly, 1995 : 275). Besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40.

2.2.6 Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan (penghasilan) untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada memiliki syarat khusus yaitu terpenuhi nishab dan hawl-nya serta di berikan pada golongan tertentu, maka infaq tidak.

Berdasarkan UU No.23 pasal 1 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Adapun untuk infaq, peraturan bagi kategori kelompok penerimanya lebih luas dari pada zakat, artinya distribusi infaq dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannya.

(15)

Pendayagunaan zakat berkaitan erat dengan pendistribusian zakat. Hal ini dikarenakan jika distribusi zakat dapat dilakukan secara efektif dan tepat sasaran, maka pendayagunaan zakat juga akan memperoleh hasil yang optimal. Dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan sebagai berikut :

a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut:

1. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan ashnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil.

2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan. 3. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.

a. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut:

1. Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.

2. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan 3. mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan.

(16)

termaktub di dalam keputusan Menteri Agama RI No. 373 tahun 2003 tentang pengelolaan dana zakat. Adapun jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:

a. Berbasis Sosial

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian dana langsung berupa santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok mustahik. Ini disebut juga Program Karitas (santunan) atau hibah konsumtif. Program ini merupakan bentuk yang paling sederhana dari penyaluran dana zakat. Tujuan utama bentuk penyaluran ini adalan antara lain :

1. Untuk menjaga keperluan pokok mustahik

2. Menjaga martabat dan kehormatan mustahik dari meminta-minta 3. Menyediakan wahana bagi mustahik untuk meningkatkan

pendapatan

4. Mencegah terjadinya eksploitasi terhadap mustahik untuk kepentingan yang menyimpang.

b. Berbasis pengembangan ekonomi

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada mustahik secara langsung maupun tidak langusng, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.

(17)

kategori zakat ini dibedakan berdasarkan bentuk pemberian zakat dan penggunaan dana zakat itu oleh mustahik. Masing-masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua, yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif, adapun penjelasan lebih rinci dari keempat bentuk penyaluran zakat teresebut adalah:

1. Konsumtif Tradisional

Maksud pendistribusian zakat secara konsumtif tradisional adalah bahwa zakat dibagikan kepada mustahik dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat mal secara langsung oleh para muzakki kepada mustahik yang sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena mengalami musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam rangka mengatasi permasalahan umat.

2. Konsumtif Kreatif

Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena, bantuan alat pertanian, seperti cangkul untuk petani, gerobak jualan untuk pedagang kecil.

(18)

Pendistribusian zakat secara produktif konvensional adalah zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, di mana dengan menggunakan barang-barang tersebut, para muzakki dapat menciptakan suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit.

4. Produktif Kreatif

Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk pemodalan proyek sosial, seperti pembangunan sosial, seperti pembangunan sekolah, sarana kesehatan atau tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.

Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelola zakat, Bab V pasal 29 ditetapkan sebagai berikut:

a. Melakukan studi kelayakan. b. Menetapkan jenis usaha produktif. c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan.

d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan. e. Mengadakan evaluasi.

f. Membuat pelaporan.

2.3Zakat Dalam Usaha Produktif

(19)

sosisal, dan menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha (wulansari, 5 : 2014). dengan kata lain zakat dapat menjadi pendorong perekonomian karena menjaga konsumsi masyarakat pada tingkat yang lebih rendah, menyediakan permodalan bagi dunia usaha, serta mampu menjadi instrumen distribusi pendapatan.

Zakat bukanlah pajak, tetapi pungutan khusus yang hanya diwajibkan bagi umat muslim yang mampu. Zakat merupakan pendapatan khusus pemerintah yang harus dibelanjakan untuk kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk membantu pengangguran, fakir miskin, dan sebagainya. Zakat membentuk masyarakat untuk bekerja sama bertindak sebagai lembaga penjamin dan penyedia dana cadangan bagi masyarakat muslim (wulansari, 2014: 7).

Zakat terhadap produksi dengan asumsi para muzakki adalah golongan yang umumnya bekerja sebagai produsen, maka manfaat zakat oleh produsen akan dirasakan melalui tingkat konsumsi yang terus terjaga, akibat zakat yang mereka bayarkan dibelanjakan oleh mustahik untuk mengkonsumsi barang dan jasa dari produsen (wulansari, 5 : 2014). Artinya, semakin besar jumlah zakat maka semakin tinggi pula konsumsi masyarakat yang dapat mendorong ekonomi.

(20)

Zakat yang bersifat produktif mampu mengangkat kedudukan masyarakat mustahik menjadi masyarakat muzakki. Hal ini dikarenakan dengan adanya bantuan modal berupa dana zakat produktif, sehingga para mustahik memiliki usaha yang dapat meningkatkan pendapatannya sehingga mereka terlepas dari belenggu kemiskinan. Bahkan para mustahik yang sudah menjadi muzakki ini memiliki potensi zakat yang cukup besar pula.

2.4Usaha Mikro dan Kecil

Pengertian Usaha mikro dan kecil tidak selalu sama pada setiap negara, tergantung pada konsep yang digunakan negara tersebut. Usaha Mikro dapat mencakup paling sedikit dua aspek yaitu penyerapan tenaga kerja dan pengelompokkan perushaaan dilihat dari jumlah tenaga kerja yang dapat diserap.

2.4.1 Pengertian Usaha Mikro

Adapun beberapa definisi usaha mikro sebagai berikut

1. Berdasarkan Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 1, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro mempunyai pekerja lima orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar.

(21)

4. Bank Dunia, Usaha mikro merupakan usaha gabungan atau usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang. Usaha mikro merupakan usaha untuk mempertahankan hidup yang kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman beskala kecil.

2.4.2 Pengertian Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan sebutan yang ringkas dari usaha sekala kecil sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise yang mengacu pada perusahaan yang melakukan aktivitas produktif, mengomninasikan faktor-faktor produksi dan menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan dimana pemilik adalah pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya (Pandji, 2011 : 47). Adapun berdasarkan Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 1, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2.4.3 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

Adapun kriteria usaha kecil dan mikro sesuai yang termaktub dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2008 pasal 6 adalah :

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

(22)

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 tidak termasuk dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

2.4.4 Keunggulan Dan Permasalahan Usaha Mikro Dan Kecil

Partomo dan soedjoedono (2002 : 13) menyebutkan beberapa keunggulan UMK terhadap usaha besar sebagai berikut :

a. Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi pengembangan produk.

b. Hubungan kemanusiaan yang akrab dalam usaha kecil. c. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak.

d. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat disbanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

e. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Adapun permasalahn yang sering dihadapi oleh UMK adalah (kuncoro, 2007 : 368) :

(23)

b. Masalah bagaimana menyusun proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman.

c. Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar semakin kuat.

d. Masalah akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan atau grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah.

e. Masalah memperoleh bahan baku, terutama karena adanya persaingan ketat dalam memperoleh bahan baku

f. Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi

g. Masalah tenaga kerja karena sulit memperoleh tenaga kerja yang terampil.

2.4.5 Kelemahan UMK di Indonesia

Terdapat beberapa kelemahan dalam proses pengembangan UMK (usaha Mikro dan kecil) di Indonesia yang menghambat pertumbuhan dan daya saingnya kurang progresif. Menurut Hubeis (2009 : 2) kelemahan itu disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. SDM lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2. Keterbatasan keuangan.

3. Ketidak mampuan aspek pasar.

4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana.

(24)

6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai, serta perlakuan pelaku usaha besar (usaha besar).

7. Tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama. 8. Sering tidak memenuhi standar.

9. Belum memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

2.4.6 Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil

Dalam era desentralisasi dan globalisasi sekarang, setiap masyarakat di daerah menghadapi tantangan yang berbeda dari lingkungan eksternal. Dalam kaitan ini, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan sama yang berlaku umum dari tingkat pusat. Kebijakan dan strategi yang dikembangkan haruslah sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah yang bersangkutan.

Untuk itu perlu diperhatikan bahwa peran UMK strategis untuk menciptakan tenaga kerja, kesejahteraan dan peningkatan standar hidup masyarakat setempat. Pertumbuhan UMK tergantung dari kondisi lingkungan bisnis yang dibuat sebagai usaha bersama antara UMK, pemerintah, swasta dan masyarakat setempat. Strategi pemberdayaan UMK yang telah diupayakan selama ini dapat diklasifikasikan dalam (Kuncoro, 2010 : 197) :

(25)

2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% ari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit. 3. Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem

Bapak angkat, PIR, keterkaitan hulu – hilir (forward linkage), keterkaitan hilir – hulu (backward linkage), modal ventura ataupun subkontrak.

4. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan). Lembaga Amil Zakat mempunyai fungsi sebagai lembaga perantara atau Intermediasi dalam aktivitas suatu perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik maka Lembaga Amil Zakat tersebut dapat menghasilkan nilai tambah. Aktifitas ekonomi ditujukan untuk membantu usaha mikro dan kecil agar dapat meningkatkan skala usahanya. Hal ini berarti jika usaha mikro dan kecil dapat memanfaatkan jasa Lembaga Amil Zakat maka akan meningkatkan nilai tambah sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi Lembaga Amil Zakat termasuk usaha produktif yang dilakukan oleh UMK.

2.5 Omset Penjualan

(26)

TR = P x Q

TR adalah penerimaan total, sedangkan P adalah harga, dan Q adalah jumlah barang. Penerimaan total dapat meningkat akibat perubahan harga dan perubahan jumlah penjualan barang. Penerimaan total meningkat apabila harga naik sedangkan penjualan tetap atau bertambah, atau jumlah penjualan meningkat sedangkat harga tetap atau meningkat.

P

TR0 TR*

P1 TR1

P0

Q Q0 Q1

Gambar 2.1 : Kurva Total Revenue

TR0 adalah total Revenue yang terjadi karena peningkatan harga dari P0 ke

P1 sedangkan jumlah penjualan tetap Q0. Adapun TR1 adalah total revenue yang

terjadi akibat pertambahan jumlah penjualan dari Q0 ke Q1 sedangkan harga tetap

P0.

2.6 Aset

(27)

Karakteristik aktivitas sebuah perusahaan mempengaruhi bentuk kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sumber kekayaan memberikan informasi darimana kekayaan perusahaan berasal. Baik yang berasal dari pemilik modal maupun pinjaman dari pihak lain.

2.7Keuntungan Atau Laba

Keuntungan atau laba diperoleh ketika terdapat selisih antara penerimaan total dengan biaya total (wilson, 2007 : 100). Penerimaan total adalah jumlah seluruh penjualan yang diterima atau hasil perkalian antara jumlah penjualan dan harga. Sedangkan biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi sampai barang tersebut dijual.

Secara matematis keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

TC

TR

= π

π adalah besarnya keuntungan, TR (total revenue) adalah penerimaan total, dan

TC (total cost) adalah biaya total. Semakin besar selisih antara penerimaan total dengan biaya total maka semakin besar keuntungan yang diperoleh atas penjualan barang tersebut. Sebaliknya, semakin kecil keuntungan yang diperoleh bila semakin kecil selisih penerimaan total dengan biaya total. Keuntungan nol (zero profit) ketika penerimaan total sama dengan biaya total dan mengalami kerugian

(28)

TR,TC

keuntungan TC

TR

0 Q

Q0 Q* Q1

Gambar 2.2: Kurva Keuntungan dengan Pendekatan Total Revenue dan Total Cost.

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa bertambahnya penjualan total ( TR) meningkat sampai pada titik tertentu(maksimum), kemudian menurun akibat tambahan penjualan. Sebaliknya, kurva biaya total (TC) akan menurun sampai pada titik tertentu dan setelah itu akan mengalami peningkatan akibat tambahan penjualan. Keuntungan diperoleh dengan menjual barang antara Q0 sampai Q1.

Keuntungan maksimum dicapai dengan menjual sebanyak Q*, dimana kurva penerimaan total (TR) jauh berada diatas kurva biaya total (TC). Apabila menjual sebanyak Q0 dan Q1 perusahaan berada pada zero profit. Sebaliknya, perusahaan

akan mengalami rugi dengan menjual di bawah Q0 dan melebihi Q1.

2.8Program Senyum Mandiri

(29)

sistem hibah atau qardul hasan. Program ini bertujuan untuk membantu pelaku usaha mikro dan kecil yang tidak memiliki modal.

Dalam pemberian bantuan modal tidak langsung diberikan oleh pihak Rumah Zakat. Ada beberapa persyaratan yang harus mustahik lengkapi yaitu:

1. mengisi formulir

2. mengisi keterangan sudah memiliki usaha atau belum 3. mengisi keterangan jenis usaha

4. mengisi formulir tentang kendala usaha 5. surat keterangan tidak mampu

6. pernyataan komitmen

Sedangkan prosedur pemberian bantuan modal dari Rumah Zakat dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 Alur Pemberian Bantuan Modal

Setelah memenuhi semua kriteria pihak Rumah Zakat akan melakukan survey ke lokasi usaha. Setelah ditetapkan mustahik yang berhak menerima bantuan modal maka dilakukan monitoring usaha, agar mustahik dapat dilihat

Permohonan bantuan modal dari mustahik kepada Rumah Zakat

Ketputusan usaha yang layak diberikan bantuan modal

Bantuan diberikan, melakukan monitoring danpembinaan usaha Rumah Zakat melakukan penerimaan, seleksi, pemilihan dan melakukan

(30)

perkembangan usahanya. Monitoring dilakukan dengan adanya kunjungan dari pihak Rumah Zakat kepada Musahik penerima modal yang dilakukan sekali dalam sebulan. Mustahik diwajibkan membuat buku pencatatan usaha, dari buku tersebut dapat dilihat perkembangan usaha mustahik yang akan dilaporkan kepada kantor pusat. Selain adanya monitoring, pihak Rumah Zakat juga mengadakan berbagai pelatihan seperti pelatihan manajerial usaha, pembukuan, pelatihan pengembangan skill dan juga diadakannya trainning motivasi.

Indikator keberhasilan dari program senyum mandiri salah satunya dilihat dari pendapatan mustahik, dari jangka satu tahun bantuan yang sudah diberikan adakah peningkatan pendapatan. Indikator lain dilihat dari peningkatan managerial usaha maupun kelengkapan usaha. Pihak Rumah Zakat setiap hari mengadakan pemantauan terhadap usaha mustahik.

2.9Kewirausahaan

(31)

Sedangkan kewirausahaan menurut salim siagian dalam pandji (2011 : 28) adalah semangat, prilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan atau masyarakat dengan selalu berusaha mencari pelanggan lebih banyak dan melayani pelanggan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen. Dengan kata lain kewirausahaan merupakan suatu proses penciptaan nilai dengan menggunakan berbagai sumber daya tertentu untuk mengeksploitasi peluang. Adapun proses tersebut dibagi dalam beberapa tahapan yaitu : (pandji, 2011 : 28)

1. Identifikasi peluang

2. Pengembangan konsep bisnis baru

3. Evaluasi dan pengumpulan sumber daya yag diperlukan 4. Implementasi konsep

5. Pemanfaatan serta penuaian hasil

Adapun beberapa manfaat dari memiliki jiwa kewirausahaan adalah : (pandji, 2011 : 35)

1. Meningkatkan produktivitas. Melalui metode barunya, seorang wirausaha dapat meningkatkan produktivitasnya.

(32)

3. Menciptakan teknologi, produk (barang dan jasa) baru. Banyak wirausaha yang memanfaatkan peluang dan menciptakan produk baru. Kalau pun mereka masih memperthankan produk ama, produk tersebut merupakan produk yang sudah diperbaiki.

4. Mendorong inovasi. Meskipun wirausaha terkadang tidak menciptakan sesuatu yang baru, tetapi meereka dapat mengembangkanmetoe atau produk yang inovatif. Sebagai contoh Henry Ford yang pertama kali membuat sistem operasi yang mudah dipakai, Apple yang pertama kali membuat tetapi Microsoft yang mempopulerkan sistem operasi semacam itu di komputer PC.

5. Membantu organisasi bisnis yang besar. Bisnis yang besar seringkali memperoleh komponen dari perusahaan kecil yang memproduksi komponen tersebut. Perusahaan besar tidak memproduksi komponen tersebut karena tidak efisien memproduksi komponen yang kecil, dengan pasar yang kecil.

2.10 Penelitian Terdahulu

(33)

pemberian bantuan modal kepada mustahik yang membutuhkan bantuan modal. Sedangkan Berdasarkan hasil Uji Paired T-test dapat diketahui bahwa modal, omset usaha dan keuntungan usaha mustahik adalah berbeda secara signifikan antara sebelum dan sesudah menerima bantuan modal usaha yang diberikan oleh Rumah Zakat.

Dan penelitian yang dilakukan oleh Mila Sartika (2008) yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahik Pada Laz Yayasan Solo Peduli Surakarta”. Penelitian ini dilakukan dengan metode regresi sederhana. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana zakat sebagai variabel independen dan pendapatan mustahik sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara jumlah dana yang disalurkan terhadap pendapatan mustahik zakat. Ini berarti bahwa jumlah dana zakat yang disalurkan benar-benar mempengaruhi pendapatan

mustahik. Dengan kata lain, semakin tinggi dana yang disalurkan maka akan

semakin tinggi pula pendapatan mustahik. Ditemukan besarnya pengaruh variabel dana zakat terhadap variabel pendapatan pendapatan mustahik sebesar 10,2 %. Yang berarti sebesar 89,2 % dari pendapatan musatahik dipengaruhi oleh faktor lain.

(34)

usaha sebelum dan setelah menerima bantuan modal. Hasil regresi pada tingkat 5% menunjukkan variabel modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan usaha setelah menerima bantuan modal.

2.11 Kerangka Konseptual

Keberadaan lembaga amil zakat sangat membantu dalam penghimpunan dan penyaluran dana zakat. Diharapkan dana zakat yang telah terhimpun dapat diberikan kepada mustahik sebagai zakat produktif dan dapat menciptakan muzakki-muzakki baru. Dalam pemberian zakat dengan pola produktif membutuhkan manajemen dan pengawasan yang baik dari lembaga amil zakat. Penelitian ini ditujukan untuk dapat mengetahui sejauh mana peranan dana zakat produktif yang disalurkan oleh lembaga amil Rumah Zakat dapat meningkatkan, omset, Aset, maupun laba usaha mustahik.

ZAKAT

Penyaluran Zakat Produktif Laz Rumah Zakat

Kota Medan

Omset Penjualan

(35)

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual

2.12 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang akan dipecahkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Adanya perbedaan omset sebelum dan setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ Rumah Zakat kota Medan.

b. Adanya perbedaan jumlah aset sebelum dan setelah menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZ Rumah Zakat kota Medan.

Gambar

Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta
Tabel 2.2 Nishab Zakat Sapi
Gambar 2.1 : Kurva Total Revenue
Gambar 2.2: Kurva Keuntungan dengan Pendekatan  Total Revenue dan Total Cost.
+2

Referensi

Dokumen terkait

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Hal ini dapat dilihat dari peningkatan (mean) kelompok passing dipantulkan ke dinding untuk passing atas meningkat, yaitu sebesar 4,16 sedangkan kelompok

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menunjukkan bahwa hasil penelititian terdahulu yang tidak konsisten, maka penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan