HUBUNGAN REKAN DAN KELOMPOK
SOSIAL: IMPLIKASI UNTUK
PENDIDIKAN MORAL
TOFAN RAPIERA
YUDHA
Perspektif tradisional tentang teman terhadap
Pendidikan Moral
Salah satu yang telah menerima sejumlah perhatian
besar, menyatakan bahwa rekan-rekan memainkan
peran negatif karena mereka mempengaruhi
pemuda dengan mempromosikan perilaku nakal dan
antisosial (Coleman, 1961; Hall, 1904; Wynne, 1986;
Wynne & Ryan, 1993).
Teman sebaya memberi pengaruh terhadap tindakan
Peran StakeHolder
Perspektif Modern tentang
teman terhadap Pendidikan
Moral
Teman Dan Pendidikan Moral di Sekolah:
Empat Pendekatan
1. Pendekatan Sekolah masyarakat adil
Pandangan dari pendidikan moral yang terlibat mengubah masyarakat sekolah, di mana siswa secara aktif berpartisipasi dalam fungsi sosial dan moral dari sekolah dan dimana guru dan siswa dipandang sebagai peserta yang sama dalam demokrasi.
Pusat untuk metode ini adalah ide bahwa siswa harus terlibat dalam diskusi dan wacana dengan rekan-rekan mereka mengenai isu-isu yang menjadi perhatian moral, baik di dalam kurikulum resmi bahasa Inggris dan sejarah, serta dalam fungsi keseluruhan sekolah.
Pusat ide-ide ini adalah konsep bahwa siswa akan terlibat dalam dialog dan wacana dengan rekan-rekan mereka mengenai isu-isu moral kehidupan nyata yang memungkinkan mereka untuk mengambil perspektif orang lain dan merefleksikan pengetahuan dan tindakan moral mereka. Interaksi ini menyebabkan pembangunan tingkat pemahaman moral dan perilaku semakin tinggi.
2. Pendidikan Konstruktivis
Paradigma pendidikan konstruktivis adalah perpanjangan langsung dari teori konstruktivisme Piaget (1975/1985), serta penelitian empiris pada pembangunan sosial dan kognitif anak-anak. Salah satu prinsip utama dari pendekatan konstruktivis adalah bahwa ruang kelas membentuk "suasana sosial-moral" (DeVries, 2004; DeVries & Zan, 1994) di mana guru berusaha untuk "... membangun egaliter, hubungan kerjasama dengan anak-anak secara sadar" (p. 8).
Selain itu, ruang kelas konstruktivis harus kesatuan demokratis di mana anak-anak dan guru bekerja sama untuk memecahkan masalah dan konflik, anak-anak diberi otonomi dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atas struktur dan aturan kelas, anak-anak didorong untuk terlibat bekerjasama secara kooperatif dengan satu sama lain, dan juga didorong untuk menyelesaikan konflik mereka sendiri melalui negosiasi dan kerjasama.
Pusat dari pendekatan ini bertujuan memfasilitasi pengembangan pemahaman interpersonal, kompetensi sosial, dan keterampilan sosial (Greenberg, Weissberg, O'Brien, Zins, Fredericks, Resnik, Elias, 2003; Selman, 2003; Spivak & Shure, 1989), sebagai cara untuk mengurangi konflik rekan dan gangguan kelas.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk bergaul dengan satu sama lain dengan meningkatkan rasa empati, kepedulian sosial, dan keterampilan responsibilitas sosial (Greenberg et al, 2003;. Selman, 2003).
Metode yang digunakan dalam program ini meliputi menyediakan siswa dengan strategi dan mekanisme yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik mereka sendiri (misalnya, rekan mediasi, penyelesaian konflik secara kreatif, pemecahan masalah sosial), menggunakan literatur dan rekan dialog untuk meningkatkan pandangan dan empati (Selman 2003), siswa terlibat dalam peran dramatis bermain untuk meningkatkan kesadaran sosial mereka dan mengambil pandangan, serta melibatkan siswa dalam kelompok pembelajaran secara kooperatif (Aronson & Patnoe, 1996; Slavin & Cooper, 1999).