• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 eJournal Administrative Reform Suryenidah 1 9 (04 18 18 03 19 32)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 eJournal Administrative Reform Suryenidah 1 9 (04 18 18 03 19 32)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2018

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA PUSKESMAS TERHADAP KINERJA PEGAWAI PUSKESMAS LOK BAHU KOTA SAMARINDA

Suryenidah1, Syahrani2, Cathas Teguh Prakoso3

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dan alat analisis yang digunakan adalah dengan metode regresi berganda serta menggunakan uji t dan uji F sebagai penguji hipotesisnya. Hasil pengujian secara partial menunjukkan variabel gaya kepemimpinan otoriter, demokratik dan kendali bebas masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan otoriter, demokrasi dan kendali bebas secara bersama-sama mampu menunjukkan pengaruhnya secara signifikan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda.

Kata Kunci : Manajemen Sumberdaya Manusia, Gaya Kepemimpinan, Kinerja.

Abstract

The purpose of this study are to determine the influence of leadership style on the performance of employees of Lok Bahu Public Health Center Samarinda. The type of research used in this study is quantitative research type and the analysis tool used is by multiple regression method and use t test and F test as hypothesis testers. Partial test results show that authoritarian, democratic, and independent leadership style variables have a significant effect on the performance of the employees of Lok Bahu Public Health Center (Puskesmas Lok Bahu). The simultaneous test results show that the variables of authoritarian leadership style, democracy and free control are simultaneously able to show significant influence on the performance of employees of Lok Bahu Public Health Center of Samarinda City.

Keywords: Human Resource Management, Leadership Style, Performance.

Pendahuluan

Tidak ada suatu organisasi yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya keberhasilan dari unsur manusia dengan kemampuan manajerial dan moralitas kerja yang memadai. Manusia selalu berperan aktif dan berada pada

(2)

posisi dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia merupakan perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Dengan kata lain, sumberdaya manusia merupakan unsur terpenting disamping unsur yang lainnya bagi kelancaran kegiatan organisasi (Siagian, 1994:25).

Pegawai negeri bekedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan, sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Ayat 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Hal ini merupakan suatu landasan hukum bagi pegawai negeri untuk mengatur negara menuju kepada administrasi yang baik, dimana kualitas pegawai negeri dan mutu aparatur organisasi sangat menentukan pencapaian tujuan negara.

Pengelolaan sumber daya manusia perlu adanya pola gaya kepemimpinan yang tepat sehingga dapat membentuk kesinergian antara atasan dan bawahan. Perusahaan harus mampu memperhatikan kebutuhan dan keinginan karyawannya serta memperhatikan tingkat kompensasi yang sesuai bagi karyawan tentunya agar karyawan memiliki loyalitas yang tinggi untuk perusahaan, disamping itu perusahaan harus mendorong karyawan agar dapat bekerja sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan harapan. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan diharapkan adanya suatu hubungan komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan yang lainnya untuk meningkatkan kinerjanya.

Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. Sedangkan kepemimpinan menurut Manulang (2001:141) sebagai suatu proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Gaya kepemimpinan ini sering kali menjadi hambatan bagi karyawannya dalam menjalankan tugas dan kegiatan sehari-hari. Pemimpin disini harus dituntut mampu memahami motif dari karyawannya, sebab motif didasari oleh keinginan untuk memuaskan berbagai jenis kebutuhan yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku dan kinerja karyawan.

Peranan pemimpin dalam kehidupan berorganisasi sangat dibutuhkan karena tiada organisasi tanpa pimpinan, jika boleh diibaratkan organisasi itu tubuh tanpa kepala. Dalam kenyataannya seorang pemimpin harus dapat memberikan semangat dan motivasi kepada karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Agar para karyawan termotivasi untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja mereka. Dengan demikian para karyawannya akan berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat memberikan keuntungan perusahaan.

(3)

Pemimpin harus mampu memberikan contoh kepada bawahan, memastikan bahwa para bawahannya termotivasi dan menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk melakukan pekerjaan yang lebih giat lagi.

Mengacu pada pemaparan latar belakang dengan fenomena yang ditemui, maka penulis tertarik meneliti keterkaitan antara Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda ”.

Konsep dan Teori

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat. Kebanyakan orang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (1994:14) bahwa gaya kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan.

Menurut Rivai (2005:122) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.

3. Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas

Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta bawahan.

Berdasarkan beberapa uraian gaya kepemimpinan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga gaya kepemimpinan yang umum digunakan antara lain adalah gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan laissez-faire (kendali bebas).

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

(4)

Menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (2007:304), ciri-ciri gaya kepemimpinan otoriter

1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan. 2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.

3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.

4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.

2. Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif

Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2005:61).

Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadipodjo, 2007:304) :

1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.

3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

3. Gaya kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002:460).

Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 2007:304) :

1. Pemimpinan membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri. 2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.

3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Pengertian Kinerja

Menurut Simamora (2001:219), kinerja atau prestasi kerja merupakan suatu pencapaian persyaratan-persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik jumlah maupun kualitasnya. Ditambahkan oleh Casio dalam Simamora (2001:219), bahwa kinerja adalah merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan

keseluruhan sumber daya (input) yang dipergunakan persatuan waktu.

Menurut Mathis (2002:78) yang mejadi indikator dalam mengukur kinerja atau prestasi karyawan adalah sebagai berikut :

(5)

2. Kualitas kerja, yaitu dapat berupa kerapian ketelitian dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan.

3. Pemanfaatan waktu, yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan organisasi atau lembaga pemerintahan.

4. Kerjasama, yaitu kemampuan menangani hubungan dengan orang lain dalam pekerjaan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya (Sugiyono, 2012:13).

Untuk Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja, maka alat analisis statistik yang digunakan adalah model regresi berganda sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + …….+ bnXn

Model tersebut diaplikasikan sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana :

Y = Kinerja

X1 = Gaya kepemimpinan otoriter

X2 = Gaya kepemimpinan demokrasi

X3 = Gaya kepemimpinan kendali bebas

b1,b2,b3 = Koefisien regresi partial

a = Konstanta, yaitu nilai Y yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel X

Menganalisis data penulis menggunakan alat bantu komputer dengan program Statistik Product and Service Solution (SPSS) Rel.18 For Windows.

Hasil dan Pembahasan

(6)

Korelasi yang dihasilkan berdasarkan nilai R adalah sebesar 0.758 atau 75.8 % yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat / erat antara variabel gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan kendali bebas terhadap peningkatan kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda sebesar 75.8 % berada diatas 50 % dan mendekati 100%.

Nilai R Square yang dihasilkan adalah sebesar 0.574 atau 57.4 %. Hal ini berarti keeratan hubungan antara variabel gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan kendali bebas terhadap variabel kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda sebesar 57.4 % dan selebihnya sebesar 42.6 % kinerja pegawai ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti kompensasi, lingkungan kerja, budaya kerja dan sebagainya.

Kondisi tersebut diperkuat dengan hasil perhitungan berdasarkan uji F, dimana nilai F hitung yang dihasilkan adalah sebesar 18.432 dengan tingkat signifikansi/probabilitas sebesar 0,000. Sedangkan nilai F tabel yang dihasilkan adalah sebesar 2,839. Karena F hitung > F tabel, serta signifikan 0,000 < 0,05, dengan demikian maka dapat dikatakan atau disimpulkan bahwa ada atau terdapat pengaruh positif antara variabel gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokrasi dan gaya kepemimpinan kendali bebas terhadap kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda diterima.

(7)

kepemimpinan di mana pemimpin banyak mempengaruhi atau menentukan perilaku pengikutnya. Dalam gaya ini pemimpin lebih banyak memperhatikan pencapaian dan tercapainya tujuan. Untuk itu ia lebih banyak menentukan apa yang harus dicapai dan dilaksanakan serta bagaimana mencapainya. Namun demikian, tidaklah berarti ia kurang memperhatikan anggotanya.

Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Demokrasi Terhadap Kinerja Pegawai

Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan regresi linier berganda nilai koefisien regresi gaya kepemimpinan demokrasi yang dihasilkan bertanda positif sebesar 0.464 menyatakan bahwa setiap penambahan variabel gaya kepemimpinan demokrasi sebesar 1 (satu) maka akan meningkatkan kinerja sebesar 0.464 (variabel lain dianggap konstanta). Hasil perhitungan uji t antara gaya kepemimpinan demokrasi dengan kinerja diperoleh nilai t hitung = 3.353 > t tabel = 2.017 dan Sig. 0.002 < 0.05 yang berarti variabel gaya kepemimpinan demokrasi secara parsial / sendiri-sendiri secara signifikan mampu menunjukkan pengaruhnya terhadap kinerja pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa semakin demokratis seorang pimpinan dalam menjalankan tugasnya akan semakin disukai oleh pegawainya. Hal ini akan mendorong meningkatkan motivasi mereka bekerja sehingga kinerja mereka akan meningkat Gaya kepemimpinan yang demokratis merupakan gaya yang banyak menekankan pada partisipasi pengikut dari kecenderungan pemimpin untuk menentukan sendiri. Para anggota atau pengikut selalu diberi kesempatan menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Gaya kepemimpinan ini pada umunya berasumsi bahwa pendapat orang banyak lebih baik dari pendapat sendiri dan adanya partisipasi akan menimbulkan tanggung jawab bagi pelaksanaannya. Asumsi lainnya ialah bahwa partisipasi memberikan kesempatan pada para anggota untuk mengembangkan diri mereka sendiri.

Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas Terhadap Kinerja Pegawai

(8)

akan menyerahkan keputusan kepada keinginan kelompok. Apa yang baik menurut kelompok, itulah yang menjadi keputusan. Bagaimana pelaksanaanya pun tergantung kepada kemauan kelompok. Pemimpin hanya berpartisipasi minimum, para bawahannya menentukan sendiri tujuan yang akan dicapai dan menyelesaikan sendiri masalahnya.

Pengaruh Variabel Gaya Kepemimpinan Yang Dominan Terhadap Kinerja Pegawai

Urutan pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen berdasarkan Standardized Coeficients kolom Beta

menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan demokrasi mempunyai nilai tertinggi sebesar 0.427 sehingga variabel gaya kepemimpinan demokrasi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja, kemudian diikuti oleh variabel gaya kepemimpinan kendali bebas sebesar 0.280 dan terakhir variabel gaya kepemimpinan otoriter sebesar 0.229. Hal ini diindikasikan bahwa pegawai umumnya menginginkan pimpinan yang memberikan kepercayaan penuh kepada mereka, bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada pegawai sehingga pegawai merasa kemampuan, idea atau gagasan mereka dihargai. Di samping itu komunikasi yang ada berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antara sesama pegawai maupun antara pegawai dengan pimpinan berjalan dengan baik, pimpinan selalu memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak. Kondisi ini tentunya akan membuat suasana atau lingkungan kerja terlihat harmonis.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Puskesmas Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis data dengan perhitungan uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Gaya Kepemimpinan Otoriter, Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Gaya Kepemimpinan Kendali Bebas terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Lok Bahu Kota Samarinda.

2. Persamaan regresi yang dihasilkan bertanda positif artinya terdapat hubungan yang searah antara variabel gaya kepemimpinan otoriter, demokrasi dan kendali bebas dengan variabel kinerja atau apabila ada kenaikan satu satuan pada variabel variabel gaya kepemimpinan otoriter, demokrasi dan kendali bebas, maka akan menyebabkan kenaikan pada variabel kinerja. 3. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Gaya Kepemimpinan yang dimiliki

(9)
(10)

Saran-saran

Berdasarkan hasil peneltian yang sebelumnya telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

Hal yang perlu dilakukan oleh Kepala Puskesmas adalah mempertahankan gaya kepemimpinan demokratis dan meningkatkankan gaya kepemimpinan kearah yang lebih baik lagi. Pimpinan harus lebih memperhatikan kebijakan yang sesuai dengan prosedur, dan memberikan wewenang kepada bawahannya untuk mengambil keputusan secara bersama.

Berdasarkan penelitian saya oleh karena itu disarankan kepada para peneliti yang mengkaji pokok permasalahan yang sama agar menggunakan indikator-indikator lain agar wawasan serta pengetahuan mengenai Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Pegawai semakin bertambah serta bagi yang akan meneliti dengan variabel dependen yang sama yaitu kinerja disarankan untuk menggunakan variabel bebas yang berbeda seperti gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan konsultatif, gaya kepemimpinan ini yang tidak saya teliti.

Daftar Pustaka

Anonim. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian. Jakarta.

Dharma, A. 2001. Manajemen Personalia. Edisi 3. Terjemahan. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Handoko Hani T. 2007. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi

2. BPFE: Yogyakarta.

Manulang, M. 2001. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Revisi. Cetakan Ke

Tujuh Belas. Liberty: Yogyakarta.

Mathis, Robert, L. 2002. Manajemen Personalia. Transito: Bandung.

Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Cetakan Kedua. Alfabeta:

Bandung.

Rivai, Abdul. 2005. Teori Organisasi. Archan: Bandung.

Rivai, Veithzal. 2005. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Robbins, Stephen dan Coulter, Mary. 2002. Manajemen. Gramedia: Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2010. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Cetakan Keenam.

Rineka Cipta: Jakarta.

Simamora, Henry. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. Cetakan Ketiga. Bagian Penerbit STIE YPKN: Yogyakarta.

Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Alpha Beta: Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Sektor jasa arsitektur merupakan salah satu sektor yang memiliki perangkat kebijakan memadai dibandingkan beberapa sektor lainnya seperti jasa keperawatan. Aturan tersebut antara

Penerapan metode klasifikasi support vector machine dalam sistem deteksi intrusi yang telah dibangun dapat membantu analis dalam pembentukan profile , skenario

[r]

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan vitamin E dan bakteri asam laktat berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap kecernaan lemak kasar pada ayam kedu

Data yangdikumpulkan melalui wawancara meliputi identitas petambak, penguasaan lahan tambak dan bukan tambak, penghasilan rata-rata tiap bulan dari bertambak, pekerjaan dan

Penelitian ini akan menerapkan Fuzzy Logic dengan menggunakan metode tsukamoto utuk menentukan tingkat polusi udara, zat pencemar digunakan variabel input.. Basis

[r]

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student