• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM 2c2388f971 BAB III3. BAB III RTRW Sebagai Arahan Spasial RPI2 JM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM 2c2388f971 BAB III3. BAB III RTRW Sebagai Arahan Spasial RPI2 JM"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI

ARAHAN SPASIAL RPI2-JM

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk :

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

f. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

(2)

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

(3)

2. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. 3. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c) memiliki sumber daya alam strategis nasional

d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

(4)

d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional

h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

NO PROVINSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

1 Nanggroe Aceh

Darussalam Lhokseumawe

Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh

2 Sumatera Utara

Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli-Serdang-Karo

(Mebidangro)

Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang Sidempuan, Sibolga

3 Sumatera Barat Padang Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok

4 Riau Pekanbaru, Dumai

Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura

5 Kepulauan Riau Batam

Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun

6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun,

Muarabungo, Muara Bulian

7 Sumatera Selatan Palembang

Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat

8 Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup

9 Bangka Belitung Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung

Pandan, Manggar

10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, Kota Agung

11 DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang, Rangkas Bitung

13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon

Sukabumi, Cikampek-Cikopo, Pelabuhanratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran

14 Jawa Tengah

Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang-

(5)

NO PROVINSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap

15 Daerah Istimewa

Yogyakarta Yogyakarta

Bantul, Sleman

16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila)Malang

Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

17 Bali

Kawasan Perkotaan

Denpasar-Bangli-Gianyar-Tabanan (Sarbagita)

Singaraja, Semarapura, Negara

18 Nusa Tenggara Barat Mataram Praya, raya, Sumbawa Besar

19 Nusa Tenggara Timur Kupang Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

20 Kalimantan Barat Pontianak

Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang

21 Kalimantan Tengah Palangkaraya Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok, Muarateweh, Sampit

22 Kalimantan Selatan Banjarmasin Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru

23 Kalimantan Timur

Kawasan Perkotaan

Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang, Tarakan

Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar

24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta

25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado-Bitung

Tomohon, Tondano, Kotamobagu

26 Sulawesi Tenggah Palu Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala

27 Sulawesi Selatan

Kawasan Perkotaan

Makassar-Sungguminahasa-Takalar-Maros (Maminasata)

Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru, Parepare

28 Sulawesi Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu

29 Sulawesi Tenggara Kendari Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, Kolaka

30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual,

Namlea, Wahai, Bula

31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana

32 Papua Barat Sorong Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru

(6)

Tabel 3. 2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP

Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN

STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4)

1 Kota Sabang I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Namggroe Aceh Darussalam

2 Kota Dumai

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Riau

3 Kota Batam

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kep. Riau

4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Kep. Riau

5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

II/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap II) Nusa Tenggara Timur

7 Kefamenanu (Ibukota Kab. Timor Tenggah Utara)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Nusa Tenggara Timur

8 Paloh-Aruk (Kab. Sambas) I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Kalimantan Barat

9 Jagoi Babang )Kab. Bengkayang)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Kalimantan Barat

10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Kalimantan Barat

11 Entikong (Kab. Sanggau)

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kalimantan Barat

12 Jasa (Kab. Sintang) II/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap II) Kalimantan Barat

13 Nunukan (Ibukota Kabupaten Nunukan)

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi

Kalimantan Timur

14 Simanggaris (Kabupaten Nunukan

I/A/2 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kalimantan Timur

15 Long Midang (Kabupaten Nunukan)

I/A/2 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kalimantan Timur

16 Long Pahangai (Kabupaten Kutai Barat)

II/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap II) Kalimantan Timur

17 Long Nawan (Kabupaten Malinau)

II/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap II) Kalimantan Timur

18 Melonguane (Ibukota Kabupaten Talaud)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Sulawesi Utara

19 Tahuna (Ibukota Kabupaten Kep. Sangihe)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kabupaten Maluku Tenggara Barat)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Maluku

21 Ilwaki (Kabupaten Maluku Barat Daya)

II/A/2 : Pengembangan Baru

(7)

NO PUSAT KEGIATAN

STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4)

22 Dobo (Kabupaten Kepulauan Aru)

II/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap II) Maluku

23 Daruba (Kabupaten Pulau Morotai)

I/A/2 : Pengembangan Baru

(Tahap I) Maluku Utara

24 Kota Jayapura

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

25

Kota Tanah Merah (Ibukota Kabupaten Tanah

Merah)

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

26 Kota Merauke (Ibukota Kabupaten Merauke)

I/A/1 :

Pengembangan/Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

Tabel 3. 3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun

2008 Tentang RTRWN

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan industry

Lhokseumawe Ekonomi Kota Lhokseumawe

Nanggroe Aceh

Ekonomi Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam

Ekonomi Kota Banda Aceh Naggroe Aceh Darussalam

4 Kawasan

Ekosistem Leuser Lingkungan Hidup

13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat

Daya, Aceh Selatan, Ace Singkil,

Subulussalam,Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah Bener Meriah Aceh Utara, Aceh Timur,

dan Aceh Tamiang)

Naggroe Aceh Darussalam

5

Kawasan Perbatasan LauRI termasuk 2 pulau

(8)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS

Ekonomi Kota Medan, Binjai, Deli

Serdang, Karo Sumatera Utara

Perpres No.

Kab. Samosir, Kab. Tapanuli

Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab.

Simalungun,

Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat

Kab. Agam Sumatera

Barat

Kab. Kuantan Singingi dan

Kab. Indragiri Hulu

Riau

10 Kawasan Hutan

Lindung Mahato Lingkungan Hidup Kab. Rokan Hilir Riau

11

Kawasan Perbatasan Laut

RI termasuk 20 pulau kecil terluar

(9)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS

Kab. Bintan, Kab. Natuna,

Kab. Karimun, Kota Batam

Kab. Kerinci, Kota Padang,

Kab. Lubuk Linggau, Kab.

Nasional Berbak Lingkungan Hidup

Kab. Muaro

Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung

Jabung Barat,Kab. Tebo

Jambi dan

Kab. Soralangu, Kab. Muaratebo, Kab. Batanghari

Jambi

17 Kawasan Selat

Sunda Ekonomi

Kota Serang,

Pusat DKI Jakarta

19

Kota Jakarta (Utara, Selatan, Barat, Timur, Pusat), Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kab.

Tangerang, Kota

(10)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS

Ekonomi Kota Bandung, Kab.

Bandung Jawa Barat

22

Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket

Pamengpeuk

Kab. Sumedang Jawa Barat

25 Kawasan Stasiun Telecomand

Kabupaten Pangandaran Jawa Barat

27

Kawasan Pangandaran –

Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan

(Pacangsanak)

Lingkungan Hidup

Kab. Pangancaran, Kab. Ciamis, Kab. Cilacap

Jawa Barat dan Jawa Tengah

(11)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS

Kab. Pasuruan Jawa Timur

34

Pandeglang Banten

35

38 Kawasan Gunung Rinjani

Ekonomi Kab. Ngada

Nusa Tenggara

(12)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS RI dengan negara

Timor Leste pulau kecil terluar

(Pulau Alor,

Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat

RI dan Jantung Kalimantan (Heart Kapuas dan Barito

Ekonomi Muara Jawa, dan

(13)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS

RI termasuk 18 pulau kecil terluar

(Pulau Sebatik,

Ekonomi Kota Manado, Kota Bitung

Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi

Tengah

54 Kawasan Poso

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Poso

Sulawesi

(14)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Makassar – Maros – Sungguminasa

– Takalar (Mamminasata)

Kab. Maros,

Kab. Gowa, Kab. Takalar

2011 tentang

59 Kawasan Toraja

dan Sekitarnya Sosial Budaya

Kab. Tana

Kota ParePare Sulawesi Selatan

61

Kawasan Soroakodan

Sekitarnya

Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi Selatan

Banda Sosial Budaya Kab. Maluku Tengah Maluku

66

Kawasan Perbatasan Laut

RI termasuk 20 pulau kecil terluar

(Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu

(15)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS dan Laag) dengan

negara Timor pulau kecil terluar

(Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo,

Bras, Bepondi, dan Liki) dengan

negara Palau

Ekonomi Kab. Biak

Numfor Papua

72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua

73

Kawasan Taman

Nasional Lorentz Lingkungan Hidup Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai

(16)

NO

KAWASAN STRATEGIS

NASIONAL

SUDUT

KEPENTINGAN KOTA/KABUPATEN PROVINSI

STATUS RI dengan negara

Papua Nugini

Pertahanan dan Keamanan

Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.

19 pulau kecil terluar (Pulau Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa

Prov. NAD: Kab. Simelue, Kab. Aceh

Barat, Kab.Aceh Besar, Prov Sumut:Kab. Nias, Prov Sumbar:Kab. Kep. Mentawai,Prov.Bengkulu: Kab. Bengkulu Utara, Prov.Lampung: Kab. Tanggamus, Prov. Banten: Kab. Pandeglang, Prov. Jabar: Kab. Tasikmalaya,

Ket : *)Penentuan Kabupaten/kota yang menjadi wilayah deliniasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan

3.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

1. Ekonomi

2. Lingkungan Hidup 3. Sosial Budaya

4. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi 5. Pertahanan dan Keamanan

(17)

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut: a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.3 RTRW Pulau Jawa

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

1. Ekonomi

2. Lingkungan Hidup 3. Sosial Budaya

4. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi 5. Pertahanan dan Keamanan

(18)

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

3. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut: a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.4 RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 - 2031 3.4.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi a. Sistem Pusat Pelayanan

Rencana sistem pusat pelayanan terdiri atas rencana sistem perkotaan disertai dengan penetapan fungsi WP-nya dan sistem perdesaan.

1) Rencana Sistem Perkotaan

Sistem perkotaan meliputi PKN, PKW, PKWP, PKL dan PKLp. Fungsi setiap pusat kegiatan dalam sistem perkotaan sesuai dengan skala pelayanan perkotaan masing-masing. Sistem perkotaan provinsi Jawa Timur meliputi :

 PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–

(19)

 PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,

Bojonegoro, dan Pacitan;  PKWP : Pasuruan dan Batu;

 PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep,

Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan

 Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat

kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Sedangkan untuk WP (Wilayah Pengembangan) terdiri atas 8 WP yang meliputi :  WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya meliputi: Kota Surabaya,

Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri;

 WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota Malang, Kota Batu,

dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri;

 WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi: Kota Madiun,

Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri;

 WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri, meliputi: Kota Kediri,

Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri;

 WP Probolinggo–Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi: Kota

(20)

pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan;

 WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan Kabupaten Blitar

dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata;  WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember meliputi: Kabupaten

Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata; dan

 WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi: Kabupaten

Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

2) Rencana Sistem Perdesaan

Rencana sistem perdesaan dilakukan dengan membentuk pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki. Pusat pelayanan perdesaan secara berhierarki memiliki hubungan dengan (a) pusat pelayanan wilayah kecamatan sebagai kawasan perkotaan terdekat; (b) perkotaan sebagai pusat pelayanan sub-WP; dan (c) ibukota kabupaten masing-masing. Sistem pelayanan perdesaan dikembangkan seiring dengan pengembangan sistem agropolitan. Keterkaitan antara sistem pelayanan perkotaan dan sistem pelayanan perdesaan dapat berbentuk sistem agroindustri. Pengembangan sistem agropolitan dan sistem agroindustri dapat dilaksanakan oleh provinsi dan/atau kabupaten/kota.

b. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Provinsi

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah meliputi: 1) Rencana sistem jaringan transportasi;

Rencana sistem jaringan transportasi dimaksudkan untuk:

 Mengembangkan sistem transportasi yang mengintegrasikan antarpusat

pengembangan;

 Mengembangkan sistem transportasi antarpulau;

 Mengembangkan sistem transportasi pendukung perdagangan ekspor komoditi

(21)

 Mengembangkan sistem transportasi pembuka akses wilayah tertinggal, terutama di

wilayah selatan Jawa Timur dan Kepulauan Madura serta pembuka akses wilayah terisolir, terutama pulau-pulau kecil.

Rencana sistem jaringan transportasi meliputi sistem jaringan transportasi yang sudah ada dan yang akan dikembangkan. Rencana sistem jaringan transportasi terdiri atas sistem jaringan transportasi darat, laut dan udara. Untuk rencana sistem jaringan transportasi darat meliputi jaringan jalan, jaringan kereta api dan jaringan sungail, dananu dan penyeberangan.

Untuk rencana jalan meliputi jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan nasional meliputi jalan bebas hambatan, jalan nasional arteri primer, jalan nasional kolektor primer, dan jalan strategis nasional rencana. Rencana jalan provinsi meliputi jalan provinsi kolektor primer dan jalan strategis provinsi.

Rencana pengembangan jalur kereta api umum meliputi :

 Jalur Tulangan–Gunung Gangsir sebagai relokasi jalur kereta api akibat luapan

lumpur Sidoarjo;  Jalur kereta api ganda

 Konservasi jalur perkeretaapian mati meliputi:

 Pengembangan jalur kereta api di Pulau Madura yang menghubungkan Bangkalan–

Kamal–Sampang–Pamekasan–Sumenep yang terintegrasi dengan jaringan perkeretaapian di Surabaya;

 Pengembangan jalur kereta api melayang pada wilayah Kota Surabaya dan

sekitarnya;

 Revitalisasi perlintasan tidak sebidang di seluruh wilayah Jawa Timur; dan  Pembangunan peringatan dini di seluruh perlintasan sebidang.

Rencana pengembangan pelabuhan penyeberangan terdiri atas:  Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antarprovinsi

 Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan antarkabupaten/kota dalam provinsi  Pelabuhan penyeberangan dengan pelayanan dalam wilayah kabupaten

dikembangkan sesuai kebutuhan di masing-masing kabupaten/kota yang bersangkutan

(22)

dan Pelabuhan Gresik, Pelabuhan Tanjung Wangi, Pelabuhan Pasuruan, Pelabuhan Paiton, Pelabuhan Tanjung Tembaga, Pelabuhan Kaibut dan pelabuhan Kangean, Pelabuhan Sapudi dan Pelabuhan Sepeken. Dan untuk pelabuhan pengumpan meliputi pengumpan regional, dan pengumpan lokal.

Rencana sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan. Rencana pengembangan tatanan kebandarudaraan meliputi bandar udara umum dan bandar udara khusus. Sedangkan ruang udara untuk penerbangan terdiri atas Kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, kelas E, kelas F dan kelas G. 2) Rencana sistem jaringan energi;

Pengembangan sistem jaringan energi dimaksudkan untuk menunjang penyediaan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya. Rencana pengembangan energi baru dan terbarukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi maupun Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menunjang penyediaan sumber daya energi listrik meliputi:  Energi air untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Kabupaten Nganjuk,

Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik dan Kota Batu;

 Energi angin di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung,

Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Tuban, dan kabupaten lainnya di wilayah pesisir dan kepulauan;

 Energi surya di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur;

 Energi air untuk PLTA di Karangkates, Wlingi, Ledoyo, Selorejo, Sengguruh,

Tulungagung, Mendalan, Siman, Madiun, Kesamben, dan Kalikonto;

 Energi panas bumi di Melati dan Arjosari di Kabupaten Pacitan, Telaga Ngebel–Wilis

(23)

Bondowoso, dan Kabupaten Jember, Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang, Belawan-Ijen di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Banyuwangi, serta Gunung Lawu di Kabupaten Magetan;

 Energi gelombang laut di Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten

Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep;  Energi biogas di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur; dan

 Energi biomassa di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur.

3) Rencana sistem jaringan telekomunikasi dan informatika;

Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika merupakan perangkat komunikasi dan pertukaran informasi yang dikembangkan untuk tujuan pengambilan keputusan dan peningkatan kualitas pelayanan publik ataupun privat. Sistem jaringan telekomunikasi dan informatika yang dikembangkan meliputi:

 Jaringan terestrial

Rencana jaringan terestrial meliputi :

a. Jaringan terestrial yang menggunakan sistem kabel yang diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota sampai wilayah terpencil; dan

b. Jaringan terestrial yang menggunakan sistem nirkabel atau base transceiver station (BTS) diarahkan untuk melayani seluruh wilayah kabupaten/kota.

 Jaringan satelit.

Rencana sistem jaringan satelit dapat menggunakan tower ataupun nontower yang melayani wilayah terpencil.

4) Rencana sistem jaringan sumber daya air

Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d meliputi:

 Jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian;

 Jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;  Jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan

 Pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi

(24)

5) Rencana sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:

 Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan

Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan  Sistem drainase perkotaan

Pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sanitasi lingkungan bagi kegiatan permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. Rencana pengembangan prasarana yang digunakan lintas kabupaten/kota meliputi:

 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang dilengkapi dengan instalasi pemanfaatan

limbah untuk energi yang dikelola bersama untuk kepentingan antarwilayah;  Instalasi pengolahan limbah tinja; dan

 Pengelolaan limbah B3;

3.4.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi

Rencana pola ruang wilayah provinsi terdiri atas rencana kawasan lindung, rencana kawasan budidaya dan rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

a. Rencana kawasan lindung

Rencana kawasan lindung provinsi terdiri atas kawasan hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

Untuk kawasan hutan lindung ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha. Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi :

 Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi dan kawasan

hutan lindung;

 Mempertahankan luasan kawasan hutan lindung;  Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

 Pengembangan kerja sama antarwilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;

 Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan yang termasuk kriteria kawasan lindung dengan

melakukan penanaman pohon lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya;

 Pemanfaatan jalur wisata alam jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki

(25)

 Pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan

kecintaan terhadap alam.

Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal. Kawasan sempadan pantai yang dimaksud meliputi wilayah pesisir kepulauan Jawa Timur, sempadan pantau utara Jawa Timur, sempadan pantai timur Jawa Timur dan sempadan pantai selatan Jawa Timur.

Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal meliputi :

 Kawasan permukiman budaya suku Samin di Kabupaten Bojonegoro;

 Kawasan permukiman budaya suku Tengger di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten

Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Lumajang;

 Kawasan permukiman budaya suku Osing di Kabupaten Banyuwangi; dan  Kawasan permukiman budaya di Gunung Kawi.

b. Rencana kawasan budidaya

Rencana pola ruang untuk kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan peternakan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan peruntukan kawasan budi daya lainnya.

Kawasan peruntukan hutan produksi berupa Hutan Produksi Tetap (HP) ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 782.772 ha. Kawasan hutan rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 425.570,43 ha. Kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan holtikultura. Pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 957.239 ha dan

dengan luas sekurang- pertanian

pangan berkelanjutan. Pertanian lahan kering direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 849.033 ha dan dengan luas sekurang-sekurang-kurangnya 215,191.83 ha ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pengembangan holtikultura direncanakan di wilayah sentra penghasil sayur, bunga, buah dan biofarmaka.

(26)

perikanan merupakan kawasan minapolitan meliputi peruntukan perikanan tangkap, peruntukan perikanan budi daya dan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral (mineral logam, mineral bukan logam, dan batuan), pertambangan minyak dan gas bumi dan pertambangan panas bumi. Kawasan peruntukan industri direncanakan dengan luas sekurang-kurangnya 69.288,52 Ha meliputi kawasan industri, kawasan peruntukan industri di luar kawasan industri dan sentra industri. Kawasan peruntukan pariwisata meliputi daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata hasil buatan manusia.

Kawasan peruntukan permukiman meliputi permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan. Kawasan permukiman perdesaan direncanakan tersebar di seluruh kawasan perdesaan. Arahan pengelolaan kawasan permukiman perdesaan meliputi:

 Pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada;

 Pengembangan permukiman perdesaan sedapat mungkin menghindari terjadinya alih

fungsi lahan produktif;

 Penanganan kawasan permukiman kumuh di perdesaan melalui perbaikan rumah tidak

layak huni; dan

 Penataan kawasan permukiman perdesaan melalui konsolidasi tanah.

Kawasan permukiman perkotaan direncanakan tersebar di seluruh kawasan perkotaan. Arahan pengelolaan kawasan permukiman perkotaan meliputi:

 Pengaturan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru;

 Pengembangan permukiman perkotaan dengan memperhitungkan daya tampung

perkembangan penduduk, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan;

 Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat dilakukan melalui

pembangunan rumah susun; dan

 Penataan kawasan permukiman perkotaan melalui konsolidasi tanah.

c. Rencana kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berupa kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh wilayah Jawa Timur. Arahan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan:

 Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan perlindungan ekosistem;

dan

 Mengembangkan kegiatan budi daya yang bersinergi dengan potensi kawasan pesisir

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

3.4.3 Rencana Kawasan Strategis

Kawasan strategis di wilayah provinsi meliputi: a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi:  Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat

yaitu kawasan Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) sebagai KSN.

 Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah

Provinsi sebagai KSP

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan;

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 ayat (1) huruf b yaitu rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat sebagai KSN, berupa kawasan perbatasan negara pulau kecil terluar yang berhadapan dengan laut lepas meliputi:

 Pulau Barung di Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember dengan luas

sekurang-kurangnya 8.008,83 Ha;

 Pulau Panehan di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas

sekurang-kurangnya 15,55 Ha; dan

 Pulau Sekel di Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek dengan luas

sekurang-kurangnya 14,11 Ha.

c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 86 ayat (1) huruf c yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP meliputi:

 Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto; dan

 Bromo-Tengger-Semeru beserta pemukiman adat suku Tengger di Kabupaten

Lumajang, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Probolinggo. d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau

teknologi tinggi; dan

(32)

1) Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan pemerintah pusat, yaitu kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek di Kabupaten Pasuruan sebagai KSN;

2) Rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup pengelolaan Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, terdiri atas:

 Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi meliputi Bangkalan dan sekitarnya,

Bojonegoro dan sekitarnya, Gresik dan sekitarnya, Sidoarjo dan sekitarnya, Sumenep dan sekitarnya, serta Tuban dan sekitarnya;

 Kawasan Pembangkit PLTG, PLTU, dan PLTD meliputi Lekok di Kabupaten Pasuruan,

Ngadirojo di Kabupaten Pacitan, Paiton di Kabupaten Probolinggo, Singosari di Kabupaten Gresik, dan Tanjung Awar-awar di Kabupaten Tuban; dan

 Kawasan pengembangan potensial panas bumi, meliputi Argopuro di Kabupaten

Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo; Belawan-Ijen di Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo; Cangar di Kota Batu; Gunung Arjuno Welirang di Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Pasuruan; Telaga Ngebel di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo; dan Tiris (Gunung Lamongan) di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.

e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi rencana kawasan strategis yang berada dalam lingkup Pemerintah Daerah Provinsi sebagai KSP, yakni WS Bengawan Solo dan WS Brantas.

3.5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 - 2030 3.5.1 Rencana Struktur Ruang

3.5.1.1 Sistem Pusat Pelayanan Kegiatan Kota Sistem pusat pelayanan kegiatan kota, meliputi :

a) Pusat pelayanan kota yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, yakni pada Kawasan Alun-alun dan sekitarnya, dengan fungsi :

1. Pelayanan primer : pemerintahan, perkantoran, perdagangan dan jasa, sarana olahraga, dan peribadatan;

(33)

b) Sub pusat pelayanan kota terdiri dari :

1. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Dinoyo dan sekitarnya serta Taman Krida Budaya dan sekitarnya, melayani sub wilayah kota Malang Utara, meliputi wilayah Kecamatan Lowokwaru, dengan fungsi :

 Pelayanan primer : pendidikan, perdagangan dan jasa, industri besar/menengah

dan kecil serta wisata budaya;

 Pelayanan sekunder : perumahan, perkantoran, fasilitas umum, dan ruang terbuka

hijau.

2. Sub pusat pelayanan kota yang berada di Kawasan Pasar Blimbing dan sekitarnya, Jalan Laksamana Adi Sucipto dan sekitarnya, Kawasan Perumahan Pondok Blimbing Indah dan sekitarnya, serta Terminal Arjosari dan sekitarnya, melayani Sub wilayah Kota Malang Timur Laut, meliputi sebagian Wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :

 Pelayanan primer : pelayanan terminal, industri besar, menengah, dan kecil,

perdagangan dan jasa, pendidikan dan sarana olah raga;

 Pelayanan sekunder : permukiman, sarana olahraga, perkantoran, pendidikan dan

fasilitas umum, serta ruang terbuka hijau;

3. Sub pusat pelayanan kota yang berada di kawasan Perumahan Sawojajar, Vellodrom dan sekitarnya, serta Perumahan Buring dan sekitarnya, melayani Sub Wilayah Kota Malang Timur, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kedungkandang dan sebagian wilayah Kecamatan Blimbing, dengan fungsi :

 Pelayanan primer : perkantoran, sarana olahraga, industri dan perumahan;  Pelayanan sekunder : perdagangan dan jasa, peribadatan, pendidikan, fasilitas

umum, dan RTH;

4. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di Pasar Gadang dan sekitarnya, kawasan Jalan Mayjen Sungkono dan sekitarnya, serta Jalan Satsuit Tubun – Gadang – Bumiayu dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Tenggara, meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sukun dan sebagian Kecamatan Kedungkandang, dengan fungsi :

 Pelayanan primer : perkantoran, perdagangan dan jasa, pusat olah raga, gedung

pertemuan, industri, dan perumahan;

 Pelayanan sekunder : perdagangan dan jasa, peribadatan, pendidikan dan fasilitas

(34)

5. Sub Pusat Pelayanan Kota berada di kawasan Jalan Dieng – Terusan Dieng dan sekitarnya, melayani Sub wilayah kota Malang Barat, meliputi wilayah sebagian Kecamatan Sukun, dengan fungsi :

 Pelayanan primer : industri, fasilitas umum, dan perumahan;

 Pelayanan sekunder : pendidikan, pertanian, perdagangan dan jasa, sarana olah

raga, dan RTH;

6. Rencana Detail Tata Ruang untuk setiap Sub Wilayah Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis akan disusun selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan setelah diundangkannya Peraturan Daerah ini.

c) Pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota dikembangkan pada masing-masing kelurahan di tiap sub wilayah kota

3.5.1.2 Sistem Prasarana Wilayah Kota a) Sistem Prasarana utama

Rencana perbaikan pola pergerakan transportasi wilayah kota, meliputi :

a. Pembangunan pola jaringan jalan yang menjangkau daerah-daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien dengan pembangunan jalan lingkar;

b. Pengaturan rute arus pergerakan atau lalu lintas;

c. Penataan rute angkutan umum yang pola pergerakannya dapat melayani kepentingan masyarakat secara merata.

Rencana peningkatan sarana transportasi, sebagai berikut :

a. Penambahan rute angkutan umum terutama pada wilayah-wilayah yang belum terlayani yang sebagian besar masih berupa jalur pelosok ataupun kompleks perumahan; b. Pengadaan bus pemadu moda, untuk rute Terminal Arjosari, Stasiun Kereta Api Malang

Kota Baru, dan Bandara Abdulrahman Saleh;

c. Pengadaan bus kota, dengan wilayah pelayanan di sepanjang Jalan Lingkar Barat dan Jalan Lingkar Timur;

d. Pengadaan angkutan umum bus metro;

e. Pengembangan dan pengadaan kereta api komuter beserta prasarana pelengkapnya (stasiun/shelter);

f. Mendukung pembangunan jalur kereta api double track untuk lintasan Malang – Surabaya;

(35)

Rencana peningkatan sarana penunjang jalan, meliputi :

a. Pengadaan Automatic Traffic Control System (ATCS) pada persimpangan-persimpangan yang merupakan jalur lintas utama wilayah kota, yakni persimpangan Jalan Basuki Rahmat (Kayutangan), persimpangan Sarinah, persimpangan Jalan Ikhwan Ridwan Rais, pertigaan Janti, persimpangan Jalan Satsuit Tubun (Kacuk), persimpangan Jalan Laksamana Adi Sucipto, Perempatan Jalan Sulfat, perempatan Lapangan Rampal, perempatan Klenteng An En Kiong, hingga ke kawasan Terminal Hamid Rusdi;

b. Perbaikan dan peremajaan kembali rambu-rambu jalan;

c. Peremajaan dan pengecatan kembali ruas-ruas jalan yang telah memudar markanya maupun pada jalan-jalan yang belum dilengkapi marka jalan;

d. Evaluasi pengaruh keberadaan tempat memutar (U-Turn) pada kelancaran lalu lintas dan tingkat keselamatan pengguna jalan;

e. Penyediaan halte bagi angkutan umum bus metro, bus kota, dan angkutan kota; f. Penyediaan trotoar dan zebra cross pada pusat-pusat kegiatan untuk memfasilitasi para

pejalan kaki;

g. Pengadaan penerangan jalan utama;

h. Perbaikan kondisi fisik jembatan penyeberangan; dan

i. Pemanfaatan sempadan jalan dan sempadan rel kereta api sebagai RTH. b) Sistem Prasarana Lainnya

1. Sistem Jaringan Energi / Kelistrikan

Rencana peningkatan sistem jaringan prasarana listrik dilakukan dengan :

 Pembatasan kegiatan di sekitar lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

dan/atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);  Penetapan ketentuan radius pengembangan;

 Pengamanan di sekitar jaringan listrik dengan pemasangan tanda peringatan adanya

tegangan tinggi;

 Pengoptimalan sumber-sumber tenaga listrik melalui pengkajian dan penelitian

terhadap sumber energi listrik alternatif;

 Peningkatan pelayanan listrik pada daerah permukiman baru dan peningkatan

pelayaanan listrik pada daerah yang direncanakan akan dikembangkan yaitu di Sub Wilayah Malang Timur dan Tenggara.

(36)

2. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan telepon fixed line atau sistem kabel yang merata hingga wilayah kota skala lingkungan. Rencana

jaringan telekomunikasi nirkabel dilakukan dengan :

 Penetapan radius lokasi dan pemanfaatan menara telekomunikasi atau tower

bersama;

 Pembatasan terhadap pembangunan menara telekomunikasi atau tower baru;  Pemanfaatan bangunan menara telekomunikasi atau tower yang telah ada untuk

digunakan sebagai tower bersama. 3. Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota

Rencana pengembangan jaringan sumber air baku bersumber dari mata air dan sumur bor. Rencana peningkatan sistem prasarana air bersih, meliputi :

 Sumber air baku Kota Malang berasal dari 6 (enam) mata air dan 4 (empat) sumur

bor, sehingga lokasi dari tiap sumber mata air meliputi Mata Air Wendit, Binangun, Banyuning, Karangan, Sumbersari, dan Sumberpitu. Sedangkan sumber air baku yang berasal dari sumur bor antara lain Badut, Istana Dieng, TPA Supiturang, dan Sumbersari;

 Pengembangan wilayah pelayanan diarahkan ke kelurahan yang sebagian dan/atau

seluruhnya belum dilayani oleh sistem perpipaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yaitu : Kelurahan Tlogomas, Merjosari, Karangbesuki, Bandulan, Mulyorejo, Bandungrejosari, Bakalankrajan, Bumiayu, Arjowinangun, Tlogowaru, Wonokoyo, Buring, Kedungkandang, Lesanpuro, Madyopuro, Cemorokandang, Tunjungsekar, Tasikmadu, dan Tunggulwulung;

 Pengembangan jaringan air bersih dilakukan pada permukiman baru;

 Pembatasan penyediaan air bersih non Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang

memanfaatkan sumur, sumur bor dan pompa; 4. Infrastruktur Perkotaan

Rencana pengembangan pengelolaan sampah dilakukan dengan :

 Upaya reduksi dan pengolahan sampah secara terpadu sejak di TPS sampai di TPA

sampah Supiturang;

 Sampah buangan industri yang berbahaya harus diolah terlebih dahulu oleh industri

yang bersangkutan hingga layak dan tidak berbahaya untuk dibuang ke TPA sampah;  Sampah yang berasal dari rumah sakit harus diolah terlebih dahulu dengan

(37)

 Penambahan lokasi TPS pada wilayah yang tidak memiliki TPS atau wilayah yang

jarak ke TPS terdekat lebih dari 1 (satu) kilo meter.

 Pengolahan atau TPA sampah menggunakan sistem sanitary landfill;  Penyediaan infrastruktur yang menunjang sistem sanitary landfill.

 Penyediaan infrastruktur khusus yang menunjang pengelolaan sampah yang

tergolong Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

 Pengembangan penggunaan teknologi pengolahan sampah dengan teknologi ramah

lingkungan dan hemat lahan yang ditempatkan pada kawasan-kawasan yang memungkinkan;

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah, dengan penerapan

konsep 3R (reused, reduced, dan recycling); dan

 Pengendalian pembuangan sampah ke dalam sungai/kali dan kanal serta situ

(tampungan sementara) dengan melibatkan peran serta masyarakat; Rencana peningkatan sistem drainase, meliputi :

 Penanganan saluran drainase dengan basis Daerah Pengaliran Sungai (DPS)/Daerah

Aliran Sungai (DAS);

 Perbaikan saluran drainase pada Jalan Raya Langsep (DAS Metro), Jalan Gajayana

sampai Jalan MT Haryono (DAS Brantas), Jalan Sukarno Hatta (DAS Bango), Jalan Terusan Borobudur sampai Kawasan Pasar Blimbing (DAS Bango);

 Pembuatan sudetan dari saluran drainase yang bermasalah menuju ke drainase yang

lebih besar atau saluran drainase primer (sungai) terdekat, Jalan DI. Panjaitan dan Jalan MT. Haryono perlu dibuat sudetan ke Sungai Brantas, Jalan Ki Ageng Gribig perlu sudetan ke Sungai Amprong, sudetan ke Sungai Brantas dari Jalan Gatot Subroto, Jalan Sudanco Supriadi ke Sungai Metro;

 Penanganan saluran-saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran drainase dan

saluran irigasi;

 Penanganan saluran drainase yang bermasalah dengan adanya utilitas pipa air

minum, kabel telekomunikasi, dan sejenisnya;  Pembuatan sumur resapan.

(38)

rawan bencana di Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro, Kedungkandang, dan Kotalama dengan lokasi evakuasi bencana.

Sesuai dengan strategi diatas, struktur ruang Kota Malang dapat digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Struktur Ruang Kota Malang

3.5.2 Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kota Malang diarahkan pada tujuan keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang untuk kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota. Rencana pola ruang wilayah kota terdiri dari rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.

3.5.2.1 Rencana Kawasan Lindung

(39)

a. Kawasan Lindung Setempat

Kawasan Lindung Setempat meliputi daerah sekitar sungai atau sempadan sungai dan sempadan irigasi. Pengamanan dan perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai baik sungai-sungai besar maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang menyebabkan atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai atau bangunan di sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan. Mencegah dan menangkal pembangunan di sepanjang sempadan sungai untuk kebutuhan sosial, ekonomi dan pembangunan fisik lainnya, kecuali pembangunan yang digunakan untuk maksud dan tujuan perlindungan dan pengelolaan sungai. Pembangunan jalan inspeksi di sepanjang sungai untuk memudahkan pengawasan terhadap berkembangnya kawasan terbangun pada sempadan sungai maupun alih fungsi lahan lainnya. Mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan sungai sebagai bagian latar depan. Pelestarian kawasan lindung setempat juga dilakukan pada kawasan sekitar mata air dan kawasan sempadan irigasi.

b. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana di Kota Malang yaitu kawasan yang memiliki kecenderungan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Kawasan Rawan Bencana di Kota Malang yaitu Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro, Kedungkandang, dan Kotalama. Pengurangan dampak bencana melalui penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk dan pusat-pusat kegiatan perkotaan. Pelaksanaan rekayasa teknik dan penyediaan fasilitas guna mengantisipasi terjadinya bencana. Pembangunan pos pemadam kebakaran pada kawasan perumahan padat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kawasan Cagar Budaya

(40)

d. Kawasan RTH Kota

Penyediaan RTH di Kota Malang meliputi RTH Publik dan Privat. Rencana pengembangan RTH di Kota Malang, meliputi :

1. Pengadaan lahan untuk RTH Publik;

2. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan RTH yang ada sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota;

3. Pengembangan Taman Anggrek di Kedungkandang yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana;

4. Pengembangan Taman Pintar di kawasan perumahan Dieng, Araya, dan Permata Jingga;

5. Pengembangan Taman Teknologi di alun-alun kota, alun-alun tugu, vellodrom yang dilengkapi dengan fasilitas gazebo dan shelter;

6. Pengembangan Lapangan Rampal sebagai taman teknologi, lapangan pertunjukan, dan pameran;

7. Peningkatan GOR Ken Arok sebagai taman olahraga;

8. Pemeliharaan taman-taman kota yang sudah ada, sebaik-baiknya dan berdasar pada prinsip fungsi pokok RTH masing-masing lokasi;

9. Pengembangan RTH halaman rumah dan bangunan umum, serta di puncak gedung, dengan tanaman aerofonik atau hidrofonik, dan semacamnya oleh pemilik bangunan; 10. Pengembangan RTH sebagai zone pengaman pada jalur KA, sempadan sungai,

sempadan SUTT, dan kawasan industri;

11. Peningkatan fungsi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami, yaitu di sepanjang tepian jalan raya, bawah jalan layang (fly-over), Tempat Pemakaman Umum (TPU), dan

lapangan olahraga dari okupasi permukiman liar;

12. Penyediaan jalur hijau dan taman kota di Sub Wilayah Malang Timur dan Tenggara, dan di setiap jalan lingkar;

13. Pemberian ciri-ciri khusus pada tempat-tempat strategis yaitu pada batas-batas kota dan alun-alun kota;

14. Peremajaan dan peningkatan kualitas tanaman pada jalur jalan utama kota, sesuai klasifikasinya;

15. Pengembangan hutan kota dan kebun bibit pada sub wilayah Malang Timur dan Tenggara;

(41)

18. Peningkatan fungsi lahan terbuka kota menjadi RTH;

19. Pengembangan RTH pada kawasan perbatasan wilayah kota;

20. Penetapan kawasan konservasi sesuai karakteristik kawasan sebagai pendukung ikon kota;

21. Peningkatan pendanaan baik dari pemerintah, swasta, dan swadaya masyarakat yang memadai untuk program RTH kota;

22. Revitalisasi Hutan Kota Malabar;

23. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan RTH; dan 24. Penerapan perangkat insentif dan disinsentif pelestarian RTH;

25. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana-rencana pengembangan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam pengembangan RTH; 26. Peningkatan pengambilan tindakan dan penjatuhan sanksi hukum terhadap penyimpangan dan/atau pelanggaran terhadap pelaksanaan rencana-rencana pengembangan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam pengembangan RTH.

3.5.2.2 Rencana Kawasan Budidaya

Rencana kawasan budidaya dititikberatkan pada pengembangan dan keserasian masing-masing kawasan bagi kegiatan sosial ekonomi kemasyarakatan. Kawasan budidaya Kota Malang, meliputi kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan pergudangan, pariwisata, ruang evakuasi bencana, ruang bagi kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan lain.

a. Kawasan perumahan

Pengembangan perumahan diarahkan pada pembangunan rumah bertingkat (vertikal) dan layak huni. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman ditentukan berdasarkan atas luasan kapling rumah, sebagai berikut :

 Rumah kapling kecil (kepadatan tinggi), luas lahan antara ≥ 54 - 120 m2;

 Rumah kapling menengah (kepadatan sedang), luas lahan antara > 120 – 600 m2;  Rumah kapling besar (kepadatan rendah), luas lahan antara > 600 – 2.000 m2.

Penataan permukiman lingkungan di daerah badan air Sungai Brantas, Sungai Metro, Sungai Amprong, melalui :

 Secara bertahap memindahkan bangunan pada wilayah sempadan sungai yang

(42)

 Mengadakan penataan lingkungan permukiman atau peremajaan lingkungan

permukiman dengan pola membangun tanpa menggusur terhadap kawasan permukiman yang tidak dinyatakan sebagai kawasan rawan bencana;

 Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota terhadap

kawasan permukiman yang berada di wilayah luar dari sempadan sungai. b. Kawasan perdagangan dan jasa

Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pasar Tradisional, sebagai berikut:

1. Kegiatan perdagangan skala besar untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya (pasar basah) tetap menggunakan Pasar Induk Gadang dan dikembangkan ke arah areal eks Terminal Gadang;

2. Perdagangan kebutuhan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah dilayani oleh pasar yang tersebar di wilayah, antara lain Pasar Gadang, Pasar Kebalen, Pasar Madyopuro, Pasar Klojen, Pasar Tawangmangu, Pasar Blimbing, Pasar Oro-oro Dowo, Pasar Dinoyo, Pasar Bunul, Pasar Bareng, Pasar Kasin, Pasar Sukun.

Rencana pemenuhan kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa, meliputi :

1. Peningkatan kualitas Pasar Besar, Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, dan Pasar Tawangmangu serta penambahan Pasar baru di sub wilayah Malang Timur dan Timur Laut;

2. Pengembangan Pasar Burung dan Pasar Bunga di Kawasan Splendid;

3. Mengarahkan pendistribusian secara merata fasilitas perdagangan dan jasa pada pendistribusian di daerah pinggiran; dan

4. Mendorong pengembangan fasilitas perdagangan berupa warung oleh masyarakat secara swadaya.

Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa Pusat Perbelanjaan, sebagai berikut :

1. Perdagangan barang campuran, antara lain garment, elekronika dan jasa mulai dari Jalan Basuki Rahmat dan Jalan Jaksa Agung Suprapto, sepanjang Jalan Letjend. Sutoyo, Jalan Letjend. S. Parman, Jalan Jend. Ahmad Yani, dan Jalan Raya Sawojajar;

(43)

3. Kegiatan perdagangan skala besar (grosir) jenis kelontong, garment, elektronika dan barang pelengkapan sehari-hari dilayani di sekitar pusat kota yaitu di sekitar Pasar Besar, Pecinan, dan Kiduldalem;

4. Perdagangan alat-alat mobil yang berkembang sepanjang Jalan Gatot Subroto, Jalan Laksamana Martadinata sampai ke Jalan Kolonel Sugiono tetap dipertahankan keberadaannya.

Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa berupa toko modern, sebagai berikut :

1. Pembatasan toko modern yang didirikan di kawasan perumahan;

2. Pertokoan dengan tingkat pelayanan lokal yang menjual beraneka ragam barang yang dibatasi intensitasnya yakni pada kompleks pertokoan di Jalan Kawi, Jalan MT. Haryono, Jalan Ikhwan Ridwan Rais, kawasan Klojen, kawasan Bunul, kawasan Blimbing, Jalan S. Supriadi, Jalan Laksamana Martadinata, dan Jalan Slamet Riadi;

3. Pengembangan kawasan pertokoan baru di sepanjang Jalan Raya Sawojajar.

Pengembangan kawasan perdagangan baru dengan berbagai skala pelayanan, mulai dari toko atau warung, pertokoan, pasar, grosir, supermarket yaitu :

1. Pusat perdagangan di Gunung Buring, Mulyorejo, dan Sawojajar; 2. Pertokoan diarahkan berdekatan dengan fasilitas umum;

3. Toko dan warung yang sifatnya eceran dan barang dagangannya merupakan bahan kebutuhan sehari-hari diarahkan pengembangannya menjadi satu dengan kawasan atau lingkungan permukiman; dan

4. Pengembangan Malang Trade Centre diarahkan pada sub wilayah Kota Malang Utara yaitu di antara Mojolangu dan Tunjungsekar atau kawasan LIK dan Jalan Sukarno Hatta ke arah utara sampai Tasikmadu – Karangploso, serta kawasan Pasar Blimbing dan di sub wilayah Kota Malang Barat, yaitu di kawasan Pasar Dinoyo.

c. Kawasan perkantoran

(44)

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Kantor BPN, Kantor Pengairan dan Dinas Pekerjaan Umum, tetap dipertahankan keberadaannya serta ditingkatkan lagi kondisinya. Pengembangan kawasan perkantoran baru selain perkantoran yang sudah ada di Jalan Tugu dan kawasan perkantoran yang berada di sekitar Kelurahan Arjosari, direncanakan di sekitar Kelurahan Sawojajar sebagai lokasi kawasan perkantoran yang baru. Perkantoran Pemerintah dengan skala pusat pelayanan kota diarahkan di Kelurahan Arjowinangun. d. Kawasan Industri dan Pergudangan

Rencana Pengembangan komplek industri dan pergudangan terdapat 5 (lima) lokasi, yaitu: 1. Kawasan Industri dan pergudangan di Jalan Tenaga;

2. Kawasan Industri dan pergudangan di Bandulan; 3. Kawasan Industri dan pergudangan di Ciptomulyo;

4. Kawasan Industri keramik di sepanjang Jalan Majyend. Panjaitan dan Jalan Mayjend. Haryono;

5. Kawasan industri dan pergudangan di Arjowinangun.

Pembatasan pengembangan kawasan komplek industri dan pergudangan di sekitar Jalan Tenaga, Jalan Bandulan Barat, dan di Jalan Kolonel Sugiono. Industri rumah tangga yang sudah ada dapat dikembangkan selama tidak menganggu lingkungan sekitarnya.

e. Kawasan pariwisata

Kawasan obyek wisata yang diprioritaskan dikembangkan antara lain : Stadion Gajayana, Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang, Taman Rekreasi Tlogomas Permai, Sentra Industri Keramik Dinoyo, Kawasan Alun-alun Merdeka Malang, Hutan Kota Malabar, Kompleks Perguruan Tinggi, Taman Rekreasi Kota Malang, Sentra Industri Tempe Sanan, Pasar Besar Malang, dan Kawasan Alun-Alun Tugu, Stasiun Kereta Api, serta perumahan yang ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, gedung Sarinah dan Masjid Agung Jami’.

f. Ruang evakuasi bencana

Penetapan ruang evakuasi bencana diarahkan pada kawasan, sebagai berikut :

1. Pemanfaatan daerah/kawasan yang berada di sekitar lokasi rawan bencana dengan topografi yang lebih tinggi dari lokasi rawan bencana;

2. Pemanfaatan ruang evakuasi bencana di Buring dapat dilakukan di Kantor Pemerintahan dengan memanfaatkan bangunan publik sebagai posko-posko evakuasi bencana seperti balai RW dan kantor kelurahan;

(45)

4. Jalur evakuasi bencana yang telah ditetapkan di Buring dapat diakses dengan mudah dalam melakukan evakuasi terhadap bencana yang terjadi;

5. Pencapaian ke lokasi evakuasi bencana dari lokasi bencana di Kota Malang dapat melalui jalan utama di Kecamatan Kedungkandang yaitu Jalan Madyopuro, Jalan Ki Ageng Gribig, Jalan Muharto dan Jalan Mayjend Sungkono yang menghubungkan lokasi rawan bencana di Kelurahan Mergosono, Madyopuro, Lesanpuro, Kedungkandang, dan Kotalama menuju lokasi evakuasi bencana.

g. Ruang bagi kegiatan sektor informal

Rencana penyediaan dan pemanfaatan sektor informal, meliputi :

1. Mengarahkan pedagang makanan ke Pasar Besar, Pasar Tugu, Pulosari, Jalan Gajayana dan di sekitar Taman Krida Budaya;

2. Mengarahkan pedagang jenis buku ke Jalan Wilis dan kawasan Vellodrome; 3. Mengarahkan pedagang onderdil sepeda dan motor ke wilayah Comboran; 4. Mengarahkan pedagang kredit mikro, fasilitas, dan bantuan teknis;

5. Menciptakan kerjasama antara ekonomi informal dengan pemerintah, masyarakat, LSM, dan sektor swasta.

h. Kawasan peruntukan lain, yang meliputi kawasan pelayanan umum pendidikan, kesehatan, peribadatan serta rekreasi dan olahraga.

1. Kawasan pelayanan umum pendidikan

Pengembangan fasilitas umum pendidikan dilakukan untuk memenuhi skala pelayanan lokal, regional, dan nasional. Pengembangan fasilitas umum pendidikan yang ada di wilayah Kota Malang, sebagai berikut :

o Pengembangan kawasan pendidikan tinggi di sekitar Dinoyo Sumbersari;

o Untuk perkembangan di masa yang akan datang, keberadaan perguruan tinggi yang

ada tetap dipertahankan dan untuk pengembangannya disebarkan ke seluruh wilayah Kota Malang;

o Pengembangan Lembaga pendidikan setara D1 atau D3 yang mengelompok di sekitar

kawasan pendidikan tinggi dikembangkan secara terbatas dan diarahkan mendekati Perguruan Tinggi yang dikembangkan secara menyebar khususnya pada sub wilayah kota Malang Utara dan sub wilayah Kota Malang Timur.

Pengembangan fasilitas umum pendidikan tinggi diarahkan pada :

o Sub wilayah Kota Malang Utara, yakni sekitar Kelurahan Tasikmadu Tunjungsekar

Gambar

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Tabel 3. 2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP
Tabel 3. 3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun
gambar berikut:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan observasi, praktikan kemudian mengadakan konsultasi dengan guru pembimbing untuk meminta persetujuan tentang program yang akan dilaksanakan sehubungan dengan

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui keragaman bobot hasil panen udang vaname di tambak super intensif karena tingkat

beberapa kesimpulan bahwa Perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran biologi, dan efektif

Tindakan: Dia menelpon (atau meminta orang lain yang menelpon) kompetitornya dan berpose sebagai calon pembeli untuk memperoleh informasi berharga tentang perubahan harga,

besi cor yang mana membuat kualitas produk rendah karena adanya bagian permukaan dari molten metal yang meleleh menempel pada permukaan pipa.. rendah dan umur

Laporan Tugas Akhir Kuliah Kerja Media ini, disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) menyelesaikan studi pada Program studi

Status gizi balita setelah dilakukan massotherapy (pijat bayi) dan pemberian makanan tambahan di Dusun Jogodayoh Desa Jabon, sebagian besar status gizinya menjadi

Interaksi cara budidaya secara mono- cultur maupun intercropping dengan kacang merah dengan lama penyim- panan selama 2 bulan, menghasilkan kadar air benih jahe