• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asap - Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asap - Efek Asap Bakaran Sate terhadap Kesehatan Pernapasan Penjual Sate yang Diukur dengan Peak Flow Meter di Kota Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asap

Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang

terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Komposisi asap tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan pembakar, kelembaban, temperatur api, kondisi angin, dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama. Jenis kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa, lignin, tanin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin dan tepung, akan membentuk campuran yang berbeda saat terbakar. (WHO Guidelines, 2005)

Materi partikulat atau Particulate Matter (PM) adalah istilah yang digunakan untuk campuran partikel padat dan tetesan cairan (droplet) yang tersuspensi di udara. Partikel-partikel ini berasal dari berbagai sumber, seperti pembangkit listrik, proses industri, dan truk diesel, lalu terbentuk di atmosfer dengan transformasi emisi gas buang. Materi partikulat merupakan bagian penting dalam asap kebakaran untuk pajanan jangka pendek (jam atau mingguan). Karakteristik dan pengaruh potensial materi partikulat terhadap kesehatan tergantung pada sumber, musim, dan keadaan cuaca. (WHO Air Quality Guidelines, 2005)

Materi partikulat dibagi menjadi:

1. Ukuran lebih dari 10 μm biasanya tidak sampai ke paru; dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan.

2. Partikel kurang atau sama dengan 10 μm; dapat terinhalasi sampai ke paru.

3. Partikel kasar (coarse particles) berukuran 2,5 – 10 μm. 4. Partikel halus (fine particles) berdiameter kurang dari 2,5μm.

(2)

anorganik di udara dengan diameter <1 μm sampai maksimal 500 μm. Materi partikulat akan berada di udara dalam waktu relatif lama dalam keadaan melayang dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Karena komposisi materi partikulat yang rumit dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah digunakan untuk menyatakan materi

partikulat di udara. Beberapa istilah mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti suspended particulate matter (SPM), total suspended particulate

(TSP) atau ballack smoke. Istilah lain lebih mengacu pada tempat di saluran napas, tempat materi partikulat mengendap yaitu inhalable thoracic particulate

yang terutama mengendap pada saluran napas bagian bawah. (Schwela, 2001) Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini. Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iritasi pernapasan dapat menyebabkan batuk terus-menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi partikulat juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui mekanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak yang ditimbulkan tergantung dari individu seperti umur, penyakit pernapasan sebelumnya, infeksi dan kardiovaskuler dan ukuran partikel. (Schwela, 2001)

Partikel asap cenderung sangat kecil dengan ukuran hampir sama dengan panjang gelombang cahaya yang terlihat. Partikel asap tersebut hampir sama dengan fraksi partikel PM 2,5 sehingga dapat menyebar dalam cahaya dan mengganggu jarak pandang. Partikel halus dapat terinhalasi ke dalam paru sehingga lebih berisiko mengganggu kesehatan dibandingkan partikel lebih besar. (Brauer, 2007)

2.2. Pembakaran

Proses pembakaran adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan api,

(3)

(misalnya metana dan amonia). Senyawa ini ditemukan dalam asap yang terdiri dari partikel terhirup iritan dan gas serta dalam beberapa kasus mungkin karsinogenik. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan komponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air, bahan bakar aditif seperti pestisida yang disemprot pada dedaunan atau pohon. (Malilay, 1998)

Pengaruh asap terhadap kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi toksin. Cedera termal (luka bakar) terjadi pada daerah terkena pada permukaan eksternal tubuh, termasuk hidung dan mulut; luka bakar di bawah trakea jarang terjadi karena adanya efisiensi saluran napas bagian atas yang menyerap panas. Kematian karena menghirup asap tanpa luka bakar jarang terjadi (sekitar <10%), sedangkan kematian karena menghirup asap dengan luka bakar lebih sering, yaitu sekitar 30-50%. (California Thoracic Society American Lung Association, 2008)

2.3. Dampak Asap Bakaran

Beberapa faktor yang berperan seperti cuaca, fase kebakaran dan struktur tanah dapat mempengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran. Secara umum cuaca berangin membuat konsentrasi asap lebih rendah karena asap akan bercampur dengan udara. Sistem cuaca regional akan membuat api kebakaran menyebar lebih cepat dan membawa dampak yang lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan membawa asap ke udara dan menetap, kemudian turun jika suhu menurun. Asap kebakaran pertama biasanya langsung dibawa angin sehingga menjadi prediksi area yang terbakar. (National Interagency Fire Center, 2011)

Kebanyakan orang dewasa sehat dan anak anak akan sembuh dengan cepat dari pajanan asap dan tidak akan mendapat efek jangka panjang. Namun, populasi

(4)

albumin dan laktosa dehidrogenase yang menunjukkan kerusakan membran sel serta kerusakan sel epitel dapat ditemukan akibat pajanan asap bakaran. (A Guide for Public Health Officials, 2008)

Pada pasien penyakit jantung terdapat hubungan antara peningkatan serangan jantung dengan jumlah partikel asap di udara. Orang berusia tua mudah

terpengaruh oleh asap karena mekanisme pertahanan saluran napas mereka terutama fungsi pembersih partikel sudah berkurang. Pajanan asap akan meningkatkan kemungkinan infeksi saluran napas oleh bakteri dan virus akibat penekanan aktivitas makrofag sehingga timbul gejala pneumonia dan komplikasi pernapasan lain. (Englert, 2004)

Tabel 2.1. Pengaruh Polutan Asap Bakaran terhadap Sistem Pernapasan dan Organ Lain

Polutan Mekanisme Efek Potensial pada Kesehatan

Partikulat (partikel kecil < 10 μ, diameter aero dinamik < 2.5 μ)

• Akut: iritasi bronkus, inflamasi dan reaktivitas

• Mengi, asma eksaserbasi • Infeksi saluran napas

• Bronkitis kronik dan PPOK • PPOK eksaserbasi

Karbon monoksida • Berikatan dengan hemoglobin

menghasilkan karboksi hemoglobin yang dapat mengurangi transport oksigen ke organ vital dan menyebabkan

• Berat badan bayi lahir rendah

• Meningkatnya kasus

(5)

gangguan janin

Hidrokarbon

aromatik polisiklik (benzo-alpyrene)

Karsinogenik • Kanker paru

• Kanker mulut, nasofaring dan laring

Nitrogen dioksida • Pajanan akut menyebabkan reaktivitas bronkus

• Pajanan kronik dapat meningkatkan kerentanan infeksi bakteri dan virus

• Mengi, asma eksaserbasi • Infeksi saluran napas

• Berkurangnya fungsi paru anak

Sulfur dioksida • Pajanan akut

menyebabkan reaktivitas bronkus

• Pajanan kronik sulit untuk memisahkan

efek partikel

• Mengi, asma eksaserbasi • PPOK eksaserbasi

• Absorpsi racun ke dalam lensa sehingga

terjadi perubahan oksidatif

• Katarak

2.4. Anatomi Jalan Napas

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru - paru adalah hidung, faring, laring, trakhea, bronkus dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. (Ganong, 1998)

(6)

mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah. (Price, 1994)

Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakhea, melalui bronkiolus, bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris

sampai ke alveoli.

Antara trakhea dan sakus alveolaris terdapat 23 percabangan saluran udara. Enam belas percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang menyalurkan udara dari dan ke lingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan zona respirasi, tempat terjadinya pertukaran gas dan terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus elveolaris dan alveoli. Tiap alveolus

dikelilingi oleh pembuluh kapiler paru. (Pearce, 1986)

Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan trachea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus

lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi

bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru - paru. (E. Pearce)

Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru – paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari (l)

bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) duktus alveolaris, seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan (3)

(7)

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan

2.5. Fisiologi Pernapasan

Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel.

Sebagian besar orang menganggap bahwa pernapasan sebagai proses menarik dan mengeluarkan napas. Namun , dalam fisiologi, pernapasan memiliki makna yang lebih luas. Respirasi internal atau seluler mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh (Lauralee Sheerwood, 2001)

Pada dasarnya tujuan utama dari proses respirasi dapat dibagi menjadi 4 mekanisme, yaitu:

1. ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli paru

(8)

3. pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel jaringan tubuh

4. pengaturan ventilasi dan hal hal lain dari respirasi (Guyton, 2007)

2.5.1. Volume Paru

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut dengan spirometri. Perubahan perubahan volume paru yang terjadi selama bernapas dapat diukur dengan menggunakan spirometer. Berikut adalah berbagai macam volume paru :

1. Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru setiap kali bernapas normal; besarnya kira kira 500 ml pada laki laki dewasa

2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat; besarnya kira kira mencapai 3000 ml

3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah normalnya biasanya mencapai 1100 ml

4. Volume residu adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira kira 1200 ml. volume residu ini tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer karena volume udara ini tidak keluar masuk paru.

(9)

2.5.2. Kapasitas Paru

Untuk menguraikan peristiwa peristiwa dalam siklus paru, terkadang perlu menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup seseorang,

dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum. Kapasitas inspirasi paru sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi; jumlahnya kira kira 3500 ml.

2. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu; jumlahnya kira kira 2300 ml.

3. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak banyaknya. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi; jumlahnya kira kira 4600 ml.

4. Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin. Kapasitas paru total sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu; jumlahnya kira kira 5800 ml.

2.6. Gejala Respiratorik

Gangguan pada fungsi pernapasan sering ditandai dengan gejala gejala berupa : batuk, berdahak, sesak napas, napas berbunyi (wheeze), dan nyeri pleuritik.

1. Batuk

Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi berupa

(10)

2. Batuk Berdarah

Batuk berdarah atau hemoptisis sering merupakan petunjuk tentang adanya penyakit yang serius. Penyebab hemoptisis sangat beragam, namun penyebab tersering di seluruh dunia adalah tuberculosis, sedangkan di negara maju penyebab hemoptisis tersering adalah: bronchitis, bronkiektasis, dan kanker

bronkogenik. Dahak yang bercampur darah sering didapati pada perokok yang masih sehat dan biasanya tidak dipedulikan oleh orang tersebut.

3. Sesak Napas

Sesak napas atau dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena bersifat subjektif, dispnea tidak dapat diukur (namun terdapat gradasi sesak napas). Dispnea sebagai akibat peningkatan upaya untuk bernapas dapat dijumpai pada berbagai kondisi klinis penyakit. Penyebabnya adalah meningkatnya tahanan jalan napas seperti pada obstruksi jalan napas atas, asma, dan pada penyakit obstruksi kronik.

4. Napas Berbunyi

Wheeze adalah napas yang berbunyi seperti bunyi suling yang menunjukkan adanya penyempitan saluran napas, baik secara fisiologis (oleh karena dahak) ataupun secara anatomic (oleh karena konstriksi). Wheezing dapat terjadi secara difus di seluruh dada seperti pada asma atau secara lokal seperti pada penyumbatan oleh lendir ataupun benda asing. Wheezing juga dapat timbul saat melakukan kegiatan agak berat.

5. Nyeri pleuritik

Nyeri pleuritik adalah salah satu dari dua jenis nyeri dada (chest pain); nyeri dada yang lain adalah nyeri sentral (central pain, visceral pain). Nyeri pleuritik dapat ditentukan lokasinya dengan mudah, rasa nyeri ini intensitasnya bertambah jika batuk atau bernapas dalam. Nyeri pleuritik berkaitan dengan

(11)

2.7. Fisiologi Peak Flow Meter

Peak Flow Meter merupakan sebuah instrument kecil, portable, murah, dan mudah digunakan sebagai suatu alternative untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE). Alat ini sudah memadai untuk melakukan pemantauan penyakit paru obstruktif atau untuk melakukan uji tapis massal. Jenis peak flow meter yang

sering digunakan untuk mengukur APE adalah Wright Peak Flow Meter yang dirancang oleh BM Wright dan CB McKerrow (1959). Cara kerja alat ini berdasarkan azas mekanika, dimana deras arus udara diukur dengan gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Piston dikaitkan dengan sebuah pegas, lalu setelah arus berhenti, oleh gaya tarik balik piston akan tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik jangkauan piston terjauh. Nilai APE dibaca pada titik tunjuk jarum tersebut. (Majalah Kedokteran Indonesia, 1992). Berikut adalah kriteria pengukuran kualitas fungsi paru yang diukur dengan peak flow meter:

Kualitas Fungsi Paru Volume Arus Puncak Ekspirasi

Baik >500 ml

Sedang 300 ml – 500 ml

Buruk <300 ml

Gambar

Tabel 2.1. Pengaruh Polutan Asap Bakaran
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan
Gambar 2.2 Wright Peak Flow Meter

Referensi

Dokumen terkait

Y2.1 Departemen Engineering Service akan memiliki engineers dengan pengetahuan yang cukup dalam hal teknis pembuatan Basis Desain, FEED, dan DED, Risk Assesment, dan

Tahap pertama yang bisa dilakukan agar bisa menghasilkan sistem informasi yang baik adalah dengan mempelajari bagaimanasistem yang sedang berjalan saat ini di

RSUDKOTA BEKASI RSUDKOTA BEKASI JAWA BARAT JAWA BARAT 2013 – 2015 2013 – 2015. CHRONIK KIDNEY DISEASE CHRONIK

Kemudian melakukan pengamatan dan pengambilan data, kegiatan ini meliputi pengamatan dilapangan dan pengambilan data primer dan data sekunder, sebagai berikut:Melakukan

Menurut Abu Choir menjelaskan Manajemen kesiswaan adalah keseluruhan proses penyelenggaraaan, pembinaan, dan pengembangan kesiswaan mulai dari masuknya sampai

[r]

Mitra Medika /Garade Sale For Love.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) menganalisis keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan HDDS; (2) menganalisis hubungan status gizi