• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

1. Penelitian dengan Judul “Kosakata Busana pada Rubrik Busana sebagai Materi

Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan” oleh Aminah Adnan

Tahun 2003

Skripsi tersebut mendeskripsikan jenis kosakata yang meliputi kosakata umum, kosakata khusus, kosakata aktif, kosakata pasif, kosakata asli dan kosakata serapan. Kemudian mengenai makna kata, jenis makna kata yang meliputi makna konotatif, makna denotatif, makna leksikal, makna gramatikal, makna lugas dan makna kias pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan. Data yang digunakan adalah kosakata busana pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan. Selain itu digunakan teori jenis busana, meliputi busana rumah, busana kerja, busana pesta, busana rekreasi dan busana olahraga. Sumber data yang digunakan adalah media cetak majalah Kartini, yaitu kosakata pada rubrik busana majalah Kartini nomor 2015,2019, 2023, 2030, 2033, 2036, 2037, 2039, 2041, 2047, 2049, 2052, 2067, 2068, 2069, 2070, 2071, dan 2072, tanggal 27 Juli 2000 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2002. Pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC. Untuk menyediakan data tulis digunakan metode pustaka

Persamaan penelitian yang dilakukan Aminah Adnan dengan penelitian ini, sama-sama menganalisis kosakata. Perbedaannya terletak pada data dan sumber data yang digunakan. Data yang digunakan peneliti berupa kosakata pada ungkapan gaya hidup dalam wacana acara “Orang Pinggitan” di Trans7 periode Maret 2014. Sedangkan

(2)

7

data penelitian Aminah Adnan adalah kosakata busana pada rubrik Busana sebagai Materi Pelajaran Kosakata Bahasa Indonesia di Sekolah Kejuruan.

2. Penelitian dengan Judul “Analisis Gilir Tutur pada Acara Talkshow Hitam Putih

yang Ditayangkan Trans7” oleh Indah Februani Tahun 2013

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan gilir tutur pada tayangan acara talk show “Hitam Putih” di Trans7. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menguraikan atau mendeskripsikan serta memaparkan data yang kemudian dilanjutkan dengan penganalisisan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dari para peserta percakapan acara talk show “Hitam Putih” yang ditayangkan di Trans7. Tuturan yang diambil berupa cara memperoleh gilir tutur dengan cara memperoleh, mencuri, merebut, mengganti, menciptakan dan melanjutkan dari tayangan talk show “Hitam Putih” edisi on the weekend pada Mei tanggal 6,17,20, 27 tahun 2012. Sumber data dalam penelitian ini diambil dari acara talk show “Hitam Putih”.

Persamaan penelitian Indah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada jenis penelitian yang digunakan, yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaannya terletak pada data dan sumber data. Data yang digunakan peneliti berupa kosakata pada ungkapan gaya hidup dalam wacana acara “Orang Pinggitan” di Trans7 episode Maret 2014, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan data tuturan dari para peserta pada percakapan acara talk show “Hitam Putih” di Trans7. Sumber data yang digunakan peneliti berupa wacana ungkapan gaya hidup dalam acara “Orang Pinggiran” episode Maret 2014, yang tayang pada hari Kamis pukul 15.45 WIB di Trans7, sedangkan peneliti terdahulu pada acara talk show “Hitam Putih”.

(3)

8

B. Kosakata

1. Pengertian Kosakata

Kosakata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 499) adalah perbendaharaan kata. Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Banyaknya kata tidak dapat disebutkan jumlahnya dengan pasti, karena kata-kata itu merupakan bagian dari sistem bahasa yang rentan terhadap perubahan dan perkembangan sosial budaya masyarakat, sehingga jumlahnya sewaktu-waktu dapat bertambah maupun berkurang (Chaer, 2007: 6-7). Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Soedjito (1992: 24) kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan dan daftar kata yang disusun seperti kamus serta penjelasan secara singkat dan praktis.

Kualitas penguasaan kosakata seseorang akan mempengaruhi empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini menandai bahwa penguasaan kosakata sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa seseorang karena ide-ide seseorang tak akan mungkin dapat disampaikan tanpa melalui kata-kata. Penguasaan kosakata merupakan salah satu syarat utama yang menentukan keberhasilan seseorang untuk terampil berbahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin mudah pula ia menyampaikan dan menerima informasi, baik secara lisan maupun tulisan. Tarigan (2008: 2) menjelaskan, penguasaan kosakata sangat diperlukan dalam setiap keterampilan berbahasa, baik itu menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kosakata atau perbendaharaan kata adalah himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang

(4)

9

tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Penguasaan kosakata sangat diperlukan dalam setiap keterampilan bahasa. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap sangat penting, baik dalam proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah banyak diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang semakin mudah dia menyampaikan dan menerima informasi, baik secara lisan maupun tulisan.

2. Jenis-Jenis Kosakata

Setiap kata mengandung makna dan mempunyai peran di dalam pelaksanaan bahasa. Konsep dan peran yang dimiliki sesuai dengan jenis atau macam dari kata-kata tersebut serta penggunaannya di dalam kalimat. Chaer (2007: 86) menggolongkan kata-kata dalam beberapa jenis sesuai konsep makna yang dimiliki atau peran yang harus dilakukan. Jenis-jenis kosakata tersebut meliputi kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat, kata sapaan, kata penunjuk, kata bilangan, kata penyangkal, kata depan, kata penghubung, kata keterangan, kata tanya, kata seru, kata sandang, dan kata partikel. Sedangkan menurut Tarigan (1994: 447) jenis kosakata meliputi: kosakata dasar, kosakata aktif dan pasif, kosakata umum dan khusus, kosakata asli dan serapan. Menurut Redaksi Transmedia (2010: 37) kosakata meliputi kosakata baku dan nonbaku. Secara umum, kosakata meliputi: kosakata umum dan khusus, kosakata baku dan nonbaku, kosakata asli dan serapan.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kosakata mempunyai beberapa jenis yang didasarkan pada konsep makna yang dimiliki. Dalam hal ini, peneliti

(5)

10

akan menjabarkan jenis-jenis kosakata secara umum. Jenis-jenis kosakata tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Kosakata Umum dan Khusus

Menurut Tarigan (1994: 449), kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal, sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya. Menurut Hurlock (1978: 187), kosakata umum terdiri atas kata yang dapat digunakan dalam berbagai situasi yang berbeda, sedangkan kosakata khusus terdiri atas kata dan arti spesifik yang hanya digunakan pada situasi tertentu. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kosakata umum adalah kata yang memiliki ruang lingkup makna luas, sedangkan kosakata khusus adalah kata yang memiliki ruang lingkup makna sempit atau terbatas. Sebagai contoh dapat tergambar dari tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.1 Kosakata Umum dan Khusus

Umum Khusus Buah unggas bunga warna dsb.

apel, jeruk, semangka ayam, burung

mawar, melati, kamboja merah, kuning, hijau dsb.

b. Kosakata Baku dan Nonbaku

Menurut Kosasih (2012: 83) kosakata baku adalah kata yang cara pengucapan ataupun penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sedangkan kata nonbaku adalah kata yang cara pengucapannya atau penulisannya tidak memenuhi kaidah standar atau baku. Mufid (2015: 7) kata baku adalah kata yang telah diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Adapun

(6)

11

secara khusus dapat dipahami sebagai kata yang secara sosial lebih disenangi pemakaiannya, terlebih bagi mereka yang dianggap berpendidikan disekitar masyarakat bahasa ( pelajar dan mahasiswa). Kata baku juga digunakan dalam bahasa baku dengan konteks ragam bahasa yang berpendidikan. Sedangkan kata nonbaku adalah kata yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tatabahasa, dan kosakatanya dari kata baku. Singkatnya, kata tidak baku dapat dipahami sebagai kata-kata atau ungkapan yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yang umumnya dipakai dalam percakapan atau tulisan tidak resmi.

Menurut pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata baku dan nonbaku hanyalah istilah yang dipakai guna mempermudah memahami kaidah-kaidah yang biasa digunakan dalam masyarakat, baik secara umum maupun khusus. Kata baku dan nonbaku bukanlah pembahasan mengenai kata benar atau kata tidak benar. Dengan kata lain, kata baku tidak berarti kata yang benar pemakaiannya, sedang kata tidak baku adalah kata yang salah atau tidak boleh digunakan. Transmedia (2010: 38) memberikan beberapa contoh kosakata baku dan nonbaku sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kosakata Baku dan Nonbaku

Kosakata Baku Kosakata Nonbaku

Cabai Cabe

Camilan Cemilan

Dengan Sama

Mengapa Kenapa

Tidak Enggak

c. Kosakata Asli dan Serapan

Departemen Pendidikan Nasional (2007: 514) menyebutkan bahwa kata serapan (juga kata pungutan atau kata pinjam) adalah kata yang diserap dari bahasa lain, dan sebaliknya kosakata asli adalah kata yang tidak dipengaruhi atau diserap dari bahasa lain.

(7)

12

Kridalaksana (2011: 112) menamakannya kata pinjaman yaitu kata yang dipinjam dari bahasa lain dan kemudian sedikit banyaknya disesuaikan dengan kaidah bahasa sendiri. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain yang masuk ke dalam bahasa Indonesia akibat terjadinya kontak antar bahasa. Kontak tersebut menimbulkan serapan kata yang bermakna. Dalam bahasa Indonesia jika tidak ditemukan istilah yang tepat, maka bahasa asing dapat dijadikan sebagai sumber peristilahan Indonesia. Dari kosakata bahasa asing tersebut dibentuk istilah baru dengan cara menerjemahkan atau menyerap istilah asing.

C. Makna Kata

1. Pengertian Makna Kata

Depdiknas (2007: 7003) pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (1) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu. (2) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Djajasudarma (2009: 7) makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Sedangkan Lyons (dalam Djajasudarma, 2009: 7) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Djajasudarma (2009: 3) berpendapat bahwa makna mempunyai empat aspek yang dapat dipertimbangkan dari fungsi, dan dibedakan atas (1) sense (pengertian), (2) feelling (perasaan), (3) tone (nada), dan (4) intension (tujuan). Keempat aspek tersebut dapat dipertimbangkan melalui data bahasa Indonesia sebagai contoh pemahaman makna tersebut.

(8)

13

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna kata adalah arti yang mengandung maksud dan tujuan. Makna juuga merupakan konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Semua hal yang ditunjuk oleh para pemakai bahasa mengandung makna sehingga mereka dapat saling mengerti akan maksud dari tujuan tersebut. Makna merupakan pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Makna sebuah kata didasarkan pada kesepakatan dari pemakainya sehingga dapat saling dimengerti.

2. Jenis-Jenis Makna Kata

Chaer (1994: 289-296) membagi makna kata menjadi beberapa jenis antara lain: makna leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial dan nonreferensial, denotatif, konotatif, konseptual, asosiatif, kata idiom serta makna peribahasa. Sedangkan Djajasudarma (2009: 7) membagi makna kedalam 12 jenis antara lain: Makna sempit, luas, kognitif, konotatif dan emotif, referensial, konstruksi, leksikal dan gramatikal, idesional, proposisi, pusat, piktorial, dan makna idiomatik. Secara umum, makna kata meliputi: Makna denotatif dan makna konotatif. Berdasarkan uraian tersebut, pada kesempatan kali ini peneliti akan membahas dua jenis makna kata yaitu makna denotatif dan konotatif. Kedua makna tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Makna Denotatif

Kridalaksana (2001: 98) menyatakan bahwa makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Redaksi Transmrdia (2010: 88) menyatakan makna denotatif adalah makna suatu kata sesuai dengan konsep asalnya, apa adanya tanpa mengalami perubahan atau penambahan makna. Parera ( 2004: 99)

(9)

14

menyatakan bahwa makna denotatif suatu kata merupakan makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama, yang diketahui pada mulanya, atau makna yang sesuai pada kenyataan (sebenarnya). Dengan demikian dapat disimpulkan makna denotatif adalah makna sebenarnya yang tidak mengalami perubahan atau penambahan makna. Contoh:

(1) Rani sedang makan pisang goreng. (2) Kaki ayah terjepit pintu.

Pada contoh kalimat (1) mengandung makna yang sebenarnya, yaitu Rani sedang memakan pisang yang digoreng menggunakan minyak goreng. Kemudian makna sebenarnya yang timbul dari contoh (2) adalah kaki (anggota tubuh bagian bawah yang digunakan untuk berjalan) ayah terjepit pintu.

b. Makna Konotatif

Menurut Djajasudarma (2009: 12), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Menurut Pateda (2010: 112) makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Tarigan (1995: 56) menyatakan bahwa makna konotatif merupakan responsi-responsi emosional yang sering bersifat perorangan serta timbul dalam kebanyakan kata-kata leksikal pada kebanyakan para pemakainya. Menurut Redaksi Transmedia (2010: 88) makna konotatif adalah makna yang mengalami perubahan atau penambahan dari makna asalnya. Parera (2004: 99) menyatakan bahwa makna konotatif bersifat merangsang dan menggugah panca indra, perasaan, sikap, keyakinan dan keperluan tertentu. Lehrer (dalam Chaer, 2007: 152) menyatakan bahwa konotatif yang berkaitan dengan nilai rasa kata maksudnya, berkenaan dengan adanya rasa senang atau tidak adanya rasa senang pada seseorang

(10)

15

apabila mendengar atau membaca kata tersebut. Timbulnya rasa senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang menyenangkan (positif), timbulnya rasa tidak senang karena kata tersebut memiliki nilai rasa yang tidak menyenangkan (negatif). Contoh:

(3) Rani makan hati karena tingkah laku suaminya. (4) Kimi terkenal sebagai kutu buku di sekolahnya.

Kata makan hati pada contoh (3) merupakan makna kiasan yang mempunyai arti tersiksa hati dan pikiran karena kelakuan suaminya yang kurang baik. Sedangkan kata kutu buku merupakan kiasan dari orang yang sangat rajin membaca dan sering terlihat membaca buku. Dengan demikian dapat disimpulkan makna konotatif adalah makna suatu kata yang berdasarkan perasaan (nilai rasa) atau pikiran seseorang yang melakukan perubahan atau penambahan makna. Makna konotatif merupakan nilai rasa yang ditambahkan pada kata-kata yang bersangkutam.

D. Wacana

1. Pengertian Wacana

Menurut Kridalaksana (2011: 259) wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedi, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Tarigan (1993: 23) mengatakan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tinggi atau terbesar (Chaer, 2012: 267).

(11)

16

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedi). Wacana bukan hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara lakon. Wacana juga merupakan satuan bahasa yang terlengkap, yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan yang utuh, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana bersifat komunikatif, interpretatif dan kontekstual.

2. Jenis-Jenis Wacana

Pada dasarnya, klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru. Menurut Mulyana (2005: 47:63) wacana dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (1) berdasarkan bentuk, (2) berdasarkan media penyampaian, (3) berdasarkan jumlah penutur, (4) berdasarkan sifat, (5) berdasarkan isi, (6) berdasarkan gaya dan tujuan. Menurut Marwoto, dkk., (1987: 151-152) wacana dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) jika ditinjau dari aspek hubungan pembicara dan pendengar yakni: wacana monolog, wacana dialog, dan wacana polilog dan (2) berdasarkan tujuan: wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasif. Dalam penelitian ini klasifikasi wacana dibatasi dua jenis menurut dasar pengklasifikasiannya, yaitu berdasarkan media penyampaiannya dan tujuannya. Hal ini dikarenakan kedua klasifikasi wacana tersebut merupakan hal yang dibutuhkan dalam penelitian dan sesuai dengan judul penelitian.

(12)

17

a. Berdasarkan Media Penyampaiannya

Menurut Mulyana (2005: 51-52) berdasarkan media penyampaiannya. Wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu wacana tulis dan lisan. Wacana tulis yaitu jenis wacana yang yang disampaikan melalui tulisan. Wacana lisan yaitu wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai wacana tulis dan wacana lisan.

1) Wacana tulis yaitu jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan karena tulisan merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia. Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi, istilah teks atau naskah tampaknya berorientasi pada huruf, sedangkan gambar tidak termasuk di dalamnya.

2) Wacana lisan yaitu jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran. Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang utama, primer dan sebenarnya adalah wacana lisan. Wacana lisan meliliki beberapa kelebihan yaitu, bersifat alami dan langsung, mengandung unsur-unsur prosodi bahasa, memiliki sifat suprasentensial dan berlatar belakang konteks situasional.

b. Berdasarkan Tujuannya

Menurut Marwoto (1987: 176-177) wacana dapat dikelompokkan mejadi lima yaitu wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana

(13)

18

argumentasi. Wacana narasi mengisahkan suatu kejadian berdasarkan urutan waktu. Wacana deskripsi wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Wacana eksposisi menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Wacana persuasi membujuk pembaca agar mau berbuat sesuai dengan keinginan penulisnya. Wacana argumentasi meyakinkan pembaca agar mau mengubah pandangan kemudian mengikuti pandangan penulis. Wacana dalam acara “Orang Pinggiran” merupakan wacana deskripsi karena menceritakan suatu objek dengan gambaran mengenai keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan hal tersebut.

E. Wacana “Orang Pinggiran” di Trans7

Orang pinggiran merupakan program acara semi dokumenter yang mengulas tentang perjuangan orang pinggiran untuk dapat bertahan hidup meskipun kehidupan mereka terus terkikis oleh perkembangan zaman. Motivasi dan semangat mereka dalam mengatasi berbagai halangan demi memenuhi kebutuhan hidup walaupun dengan keterbatasan dan ketertinggalan menjadi inspirasi bagi penonton. Orang pinggiran adalah program tayangan yang menyentuh sisi humanis dan jiwa sosial penontonnya. Tayangan ini ditayangkan setiap hari Kamis dengan durasi 45 menit, pukul 17.15 – 18.00 WIB. Pada tayangan ini penonton diajak untuk larut dalam lika-liku perjuangan manusia hanya untuk sekedar bertahan hidup (anak-negeri.blogspot.com).

Umumnya yang menjadi subjek ataupun pelaku utama dalam tayangan ini adalah seorang fakir miskin dengan segala keterbatasan rezeki, fisik dan latar belakang keluarganya. Takdir yang menempatkan mereka dalam kondisi tertinggal tidak lantas

(14)

19

menyurutkan semangat mereka untuk mencari nafkah demi sesuap nasi. Kesulitan hidup mereka masih ditambah dengan adanya anggota keluarga yang menderita sakit menahun atau beban kebutuhan primer lainnya seperti biaya pendidikan bagi anak. Selain itu, masalah sandang, pangan dan papan juga kerap dipaparkan dalam tayangan tersebut. Seperti yang terjadi pada episode “Rindu di Ujung Senja” yang tayang pada tanggal 13 Maret 2014. Tayangan tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang nenek bernama Pinah yang tidak mempunyai anak dan hidup dengan menjual garam. Ia menjual garamnya dengan harga yang begitu murah dan harus berkeliling kampung supaya garam jualannya habis. Pinah menjual garam untuk bertahan hidup walaupun garam hasil olahannya sudah kalah saing dengan dengan garam hasil olahan industri. Kemudian episode “Persembahan Hidup untuk Biyung” yang tayang pada tanggal 20 Maret 2014. Tayangan tersebut bercerita tentang kehidupan seorang anak bernama Andri yang hidup bersama neneknya yang bernama Diyem dari kecil. Ibu dan ayahnya bercerai ketika Andri masih dalam kandungan, kemudian ibunya meninggal saat melahirkan Andri. Andri hidup bersama neneknya dari lahir. Sejak kelas 5 SD Andri menggantungkan hidupnya untuk bekerja di industri kerupuk rambak demi mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan neneknya.

Kedua episode tersebut banyak mengandung kosakata dan makna kata sebagai ungkapan gaya hidup. Selain itu pada episode Rindu di Ujung Senja dan Persembahan Hidup untuk Biyung dapat dijadikan cerminan hidup bahwa betapa di era globalisasi seperti sekarang masih terdapat sederetan kaum marjinal ditengah ganasnya arus globalisasi. Mereka orang pinggiran bukan lantas untuk dipinggirkan.

Trans7 adalah salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Trans7 berada dalam media CT Corp di bawah payung Transmedia. Awalnya Trans7 bernama TV7

(15)

20

yang berdiri pada 2 Maret 2000. Keberadaan TV7 telah diumumkan dalam berita negara nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Kemudian dengan adanya kerjasama strategis antara para group dan kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, lahirlah Trans7. Pada 15 Desember 2006 dilakukan re-launching dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Stasiun televisi ini menyajikan tayangan yang menomorsatukan kecerdasan, ketajaman, kehangatan, kepribadian yang aktif serta penuh hiburan. Trans7 diharapkan menjadi televisi yang maju dengan program yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif.

F. Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Engel (1994: 399) adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah hasil dari jajaran total ekonomi budaya, kekuatan kehidupan sosial yang menyokong kualitas manusia seseorang. Sedangkan Sutisna (2003: 145) mengemukakan gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat) dan mengelompokkan dalam tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Gaya Hidup

Aktivitas Ketertarikan ( Interests ) Opini

Bekerja Pekerjaan Bisnis

Peristiwa Sosial Makanan Budaya

(Sutisna, 2003: 145)

Berdasarkan tabel 2.3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bekerja

(16)

21

melakukan sesuatu pekerjaan (perbuatan) atau berbuat sesuatu. Dengan demikian bekerja merupakan aktivitas fisik maupun pikiran dalam mengerjakan atau nmenyelesaikan sesuatu. Dalam bekerja ada aturan sesuai dengan kriteria prosedur maupun aturan tertentu. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang dapat menghasilkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Peristiwa Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 811) peristiwa adalah kejadian atau hal luar biasa yang benar-benar terjadi. Sedangkan sosial menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 1189) adalah sesuatu yang berkenaan

dengan masyarakat. Dengan demikian peristiwa sosial adalah peristiwa yang lebih menitik beratkan pada kehidupan manusia (hubungan antar manusia). Peristiwa sosial yang terjadi atau timbul yang dapat disebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial. Juga dapat disimpulkan peristiwa sosial merupakan kejadian-kejadian yang ada dimasyarakat.

3. Pekerjaan

Pekerjaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 554) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb), tugas kewajiban atau perbuatan. Dengan demikian pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Ada pekerjaan yang menghasilkan barang dan ada pula yang menyediakan jasa. Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya.

(17)

22

4. Makanan

Makanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 699) adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (lauk pauk, kue dan lain-lain). Segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk jaringan tubuh, memberikan tenaga dan mengatur semua proses dalam tubuh. Dengan demikian makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan dan setelah dicerna serta diserap oleh tubuh akan berguna bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain.

5. Bisnis

Bisnis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 150) adalah usaha komersial dalam dunia perdagangan, bidang usaha atau usaha dagang. Dengan demikian bisnis merupakan usaha menjual barang atau jasa yang dilakukan oleh perorangan, sekelompok orang atau organisasi kepada konsumen (masyarakat) dengan tujuan utamanya adalah memperoleh keuntungan. Pada dasarnya, kita melakukan bisnis adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan. Untuk memulai suatu bisnis, semua orang dapat melakukan bisnis, termasuk mahasiswa atau pelajar.

6. Budaya

Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 222) adalah pikiran atau akal budi. Dengan demikian budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi

(18)

23

ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Gaya hidup masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Hal ini sangat dipengaruhi dengan budaya dan globalisasi suatu masyarakat.

Berdasarkan pernyataan tentang gaya hidup, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola tingkah laku sehari-hari sekelompok manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup juga dapat diartikan sebagai aktivitas seseorang, ketertarikan dan cara berpikir seseorang dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan seperti cara berpakaian, kosakata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, tingkat ekonomi, dan lain-lain. Gaya hidup sering dihubungkan dengan kelas sosial ekonomi dan menunjukkan citra seseorang. Tampaknya manusia dalam berbudaya kini tidak lagi sekedar membeli barang, tetapi membeli merek, dan merek bukanlah sekedar nama. Banyaknya jenis gaya hidup dan istilah-istilah dalam gaya hidup maka ada banyak istilah-istilah yang muncul. Istilah-istilah itu akhirnya berkembang menjadi kosakata mengenai gaya hidup.

(19)

24

G. Bahasa terhadap Gaya Hidup

Menurut Depdiknas (2007: 207), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri, budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan sifat serta tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau keturunan). Bahasa ada hubungan dengan tingkatan sosial di dalam masyarakat. Adanya tingkatan masyarakat dapat dilihat dari dua segi: pertama, dari segi kebangsawanan, dan kedua, dari kedudukan sosial yang ditandai dengan tingkatan pendidikan dan keadaan perekonomian (gaya hidup) yang dimiliki (Abdul Chaer, 2004: 39). Berdasarkan uraian tersebut, jika mengacu kepada bahasa seseorang, maka dalam hubungan dengan orang menurut kekuasaan dan solidaritas dapat dipandang sebagai cara untuk menempatkan seseorang pembicara dalam dunia sosialnya (gaya hidup) ketika mereka berbicara dan bahasa berkaitan dengan gaya hidup seseorang.

H. Kerangka Pikir

Skripsi berjudul Kajian Kosakata dan Makna sebagai Ungkapan Gaya Hidup dalam Wacana “Orang Pinggiran” Episode 13 dan 20 Maret 2014 di Trans7 membahas tentang kosakata, makna kata, wacana, wacana “Orang Pinggiran” dan gaya hidup. Di dalam kosakata terdapat pengertian kosakata dan jenis-jenis kosakata. Jenis-jenis kosakata diantaranya ada kosakata umum dan khusus, kosakata baku dan nonbaku, kosakata asli dan serapan. Kemudian, pada bagian makna kata, terdapat pengertian makna dan jenis-jenis makna. Jenis-jenis makna membahas tentang makna konotatif dan makna denotatif. Selanjutnya, skripsi ini juga membahas tentang wacana yang di dalamnya memaparkan tentang pengertian wacana dan jenis-jenis wacana. Pada bagian

(20)

25

jenis-jenis wacana dibagi lagi menjadi dua berdasarkan pada media dan tujuannya. Sedangkan pada bagian wacana “Orang Pinggiran” terdapat deskripsi mengenai acara tersebut yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Selain keempat sub-judul tersebut, pada skripsi ini juga dibahas mengenai gaya hidup yang berisi tentang pengertian gaya hidup. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada bagan 2.1 sebagai berikut:

(21)

27

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Kajian kosaka dan makna sebagai ungkapan gaya hidup dalam wacana “ Orang Pinggiran ” Episode 13 dan 20 Maret 2014 di Trans 7

Kosakata Pengertian Kosakata Jenis Kosakata Makna Kata Pengertian Makna Jenis - jenis Makna Wacana Pengertian Wacana Jenis - jenis Wacana

1. Kosakata Umum dan khusus 2. Kosakata Baku dan Nonbaku

3. Kosakata Asli dan Serapan

1. Makna Denotatif 2. Makna Konotatif Berdasarkan Tujuan Berdasarkan Media

Wacana “Orang Pinggiran” di Trans7

Kosakata dan Makna sebagai Ungkapan Gaya Hidup dalam Wacana “orang Pinggirian”

Episode Maret 2014 di Trans7

Gaya hidup

2

Gambar

Tabel 2.1 Kosakata Umum dan Khusus
Tabel 2.2 Kosakata Baku dan Nonbaku  Kosakata Baku  Kosakata Nonbaku
Tabel 2.3 Gaya Hidup

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Whitten dan Bentley (2007, p371), UML adalah suatu kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan suatu sistem perangkat

Pengertian sistem menurut Widjajanto [2008:2] adalah “sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga

Menurut Suryadana (2009), atraksi wisata (Tourist attractions) adalah segala sesuatu (tempat/area, fasilitas wisata, aktivitas wisata atau ciri-ciri/fenomena yang

Menurut Jogiyanto (2005: 11), sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung

Menurut Roger Pressman dalam bukunya Rekayasa Perangkat Lunak (2005, p10), Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi memberikan

Menurut Dembo (2004), academic self-management adalah strategi- strategi yang digunakan pelajar-pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,

Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara

Menurut Bourgeois (1978) seperti dikutip Hwang (2005) mendapati bahwa perubahan lingkungan yang tidak terprediksi membahayakan keberlangsungan sebuah perusahaan dan