• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM……… i

LEMBAR PENGESAHAN………... ii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI……….….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI………... iv

KATA PENGANTAR………... v

ABSTRAK……….…… vi

ABSTRACT………... vii

RINGKASAN……… viii

SUMMARY………... x

DAFTAR ISI……….……… xii

DAFTAR TABEL………..………... xv

DAFTAR GAMBAR……….………... xvi

DAFTAR SIGKATAN………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian……….. 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian………. 7

1.3.1 Tujuan umum……….. 7

1.3.2 Tujuan khusus………. 7

1.4 Manfaat Penelitian………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 9

2.1 Demam Tifoid……….. 9

2.2 Tes Widal………. 12

(2)

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP……….. 15

3.1 Kerangka Berpikir……… 15

3.2 Konsep Penelitian...……… 16

BAB IV METODE PENELITIAN……….. 17

4.1. Rancangan Penelitian……….. 17

4.2. Subjek dan Sampel Penelitian………. 17

4.2.1 Variabilitas populasi………. 17

4.2.2 Kriteria subjek……….. 18

4.2.3 Teknik penentuan sampel………. 18

4.3. Variabel………... 19

4.3.1 Identifikasi variabel………. 19

4.3.2 Definisi operasional variabel………... 19

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian……….. 21

4.4.1 Formulir pengumpulan data………. 21

4.4.2 Hasil pemeriksaan laboratorium……….. 21

4.5 Protokol Penelitian……….. 21

4.5.1 Perizinan di tempat penelitian………. 21

4.5.2 Mencari dan mengambil data hasil pemeriksaan laboratorium……… 22

4.5.3 Ekstraksi data……….. 22

4.5.4 Pengolahan dan analisis data………. 22

4.6 Analisis Data……….. 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 24

5.1 Hasil……… 24

5.1.1 Jumlah kasus……… 24

5.1.2 Jenis kelamin……… 26

5.1.3 Kategori usia……… 27

5.1.4 Tes Widal dan tes IgM Salmonella typhi………. 28

5.2 Pembahasan………. 30

5.2.1 Hasil Laboratorium Tes Widal pada Pasien Suspect Demam Tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013………. 30

(3)

5.2.2 Hasil Laboratorium Tes IgM Anti Salmonella typhi pada Pasien Suspect Demam Tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan

Bulan Desember 2013……….. 31

5.2.3 Sensitivitas, Spesifisitas, PPV dan NPV Tes Widal Dibandingkan dengan Tes IgM Anti Salmonella typhi sebagai Baku Emas pada Pasien Suspect Demam Tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013……… 32

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN……….. 38

6.1 Simpulan………. 38

6.2 Saran………... 39

DAFTAR PUSTAKA……….. 40

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….….. 42

LAMPIRAN……… 43

Lampiran 1………... 43

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jumlah Kasus Suspect Demam Tifoid yang Melakukan Tes Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah Sakit

Surya Husadha Tahun 2013……….. 24 Tabel 5.2 Jenis Kelamin Pasien Suspect Demam Tifoid yang Melakukan

Tes Serologi Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di

Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……… 26 Tabel 5.3 Kategori Usia Pasien Suspect Demam Tifoid yang Melakukan

Tes Serologi Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di

Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……….. 27 Tabel 5.4 Akumulasi Hasil Tes Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi

pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya

Husadha Tahun 2013………. 28 Tabel 5.5 Cross Tabulation Hasil Tes Widal (Salmonella typhi O) dan Tes

IgM Anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……… 33 Tabel 5.6 Cross Tabulation Hasil Tes Widal (Salmonella typhi H) dan Tes

IgM Anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……… 35

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Konsep Penelitian……….……… 16 Gambar 5.1 Grafik Jumlah Kasus Suspect Demam Tifoid yang Melakukan

Tes Serologi Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013………... 25 Gambar 5.2 Diagram Jenis Kelamin Pasien Suspect Demam Tifoid

yang Melakukan Tes Serologi Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun

2013………. 26 Gambar 5.3 Grafik Kategori Usia Pasien Suspect Demam Tifoid

yang Melakukan Tes Serologi Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun

2013………. 28 Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Hasil Tes Widal dan Tes IgM

Anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……….. 29

(6)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

IgM : Imunoglobulin M

IgA : Imunoglobulin A

PPV : Positive Predictive Value NPV : Negative Predictive Value

TP : True Positive

FP : False Positive

FN : False Negative

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Pengumpulan Data Laboratorium Pasien Suspect Demam Tifoid yang Melakukan Tes Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013……….. 43 Lampiran 2. Hasil Tes Widal dan Tes IgM Anti Salmonella typhi pada

pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha Tahun 2013……….. 44

(8)

ABSTRAK

UJI DIAGNOSTIK TES SEROLOGI WIDAL DIBANDINGKAN DENGAN TES IGM ANTI SALMONELLA TYPHI SEBAGAI BAKU EMAS PADA

PASIEN SUSPECT DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT SURYA HUSADHA PADA BULAN JANUARI 2013 SAMPAI DENGAN

BULAN DESEMBER 2013

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut sistemik yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotype Typhi (Salmonella typhi), yang hingga saat ini masih memiliki angka morbiditas dan mortaliatas yang tinggi di dunia khususnya di negara berkembang salah satunya Indonesia. Metode diagnosis cepat dan tepat perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien yang dicurigai mengalami demam tifoid sehingga pasien segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Tes Widal dan tes IgM Anti Salmonella typhi merupakan pemeriksaan penunjang yang sering digunakan untuk menegakkan diagnosis demam tifoid. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa tes IgM Anti Salmonella typhi memiliki sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV yang tinggi, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal jika dibandingkan dengan tes IgM Anti Salmonella typhi sebagai baku emas.

Pada penelitian diperoleh bahwa dari 203 sampel, terdapat 17 sampel (8%) yang positif dan 186 sampel (92%) yang negatif terdapat antibodi terhadap antigen Salmonella typhi O. Sedangkan 27 sampel (13%) yang positif dan 176 sampel (87%) yang negatif terdapat antibodi terhadap antigen Salmonella typhi H. Pada tes IgM Anti Salmonella typhi, terdapat 104 sampel (51%) yang positif dan 99 sampel (49%) yang negatif.

Dengan menggunakan cross tabulation maka diperoleh sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal khususnya untuk Salmonella typhi O secara berturut-turut yaitu 14,6%, 98%, 88,2% dan 52,7%. Sedangkan sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes Widal khususnya untuk Salmonella typhi H secara berturut-turut yaitu 20%, 94%, 78% dan 53%.

(9)

ABSTRACT

DIAGNOSTIC TEST OF WIDAL SEROLOGY TEST COMPARED TO IGM ANTI-SALMONELLA TYPHI TEST AS A GOLD STANDARD TO

PATIENT THAT SUSPECTED OF TYPHOID FEVER AT SURYA HUSADHA HOSPITAL IN JANUARY TO DECEMBER 2013

Typhoid fever is an acute systemic infection caused by gram-negative bacterium Salmonella enterica serotype Typhi (Salmonella typhi), which still has the morbidity and high mortality in the world, especially in developing countries, such as Indonesia. Rapid diagnosis and appropriate methods need to be done as early as possible in patients suspected of having typhoid fever so that patients get proper treatment immediately.

Widal test and IgM Anti-Salmonella typhi test is the investigation that often used for the diagnosis of typhoid fever. Based on previous research, it is known that the IgM Anti-Salmonella typhi test had a sensitivity, specificity, PPV and NPV were high, so the authors are interested in knowing the sensitivity, specificity, PPV and NPV of the Widal test in comparison with IgM Anti-Salmonella typhi test as a gold standard.

In the study showed that of the 203 samples, there are 17 positive samples (8%) and 186 negative samples (92%) with antibodies against Salmonella typhi O antigen, while there are 27 positive samples (13%) and 176 negative samples (87%) with antibodies against antigens of Salmonella typhi H. In IgM Anti-Salmonella typhi test, there are 104 positive samples (51%) and 99 negative samples (49%) with antibodies of Anti-Salmonella typhi.

By using the cross tabulation that found sensitivity, specificity, PPV and NPV of Widal test especially for Salmonella typhi O are 14.6%, 98%, 88.2% and 52.7%. While the sensitivity, specificity, PPV and NPV of Widal test especially for Salmonella typhi H are 20%, 94%, 78% and 53%.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi akut sistemik yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotype Typhi (Salmonella typhi) ditandai dengan adanya demam tujuh hari atau lebih, gangguan pencernaan seperti perasaan tidak nyaman pada abdomen yang berlangsung selama kurang lebih tiga minggu serta gangguan sistem saraf pusat seperti sakit kepala, kejang hingga gangguan kesadaran. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat terjadi baik di negara beriklim tropis maupun sub tropis (Prasetyo dan Ismoedijanto, 2011).

Hingga saat ini, penyakit demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan di dunia khususnya di negara berkembang karena penyebarannya yang berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene pengolahan makanan yang masih buruk (Prasetyo dan Ismoedijanto, 2011). Insiden demam tifoid umumnya bervariasi di setiap daerah dan biasanya insiden di daerah urban lebih banyak dibandingkan daerah rural. Perbedaan insiden ini berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai, sanitasi lingkungan dan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan (Widodo, 2009).

Demam tifoid menjadi salah satu masalah kesehatan global yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Penyakit ini merupakan penyakit endemik di kawasan subkontinental India termasuk Bangladesh, Asia

(11)

Tenggara dan Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan. Kasus demam tifoid yang terjadi di dunia diperkirakan mencapai 33 juta kasus setiap tahunnya, dimana kasus terbanyak terjadi di negara berkembang yang berada di kawasan Asia Tenggara dan Afrika (Chanh, et al., 2004). Sedangkan menurut data World Heath Organization (WHO) pada tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus (WHO, 2003). Laju mortalitas yang disebabkan oleh demam tifoid sangat bevariasi dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Namun, laju mortalitas tertinggi (diatas 12% - 13%) dilaporkan terdapat di Indonesia, Nigeria dan India dengan case fatality rate tertinggi yaitu pada pasien >30 tahun dan <1 tahun (Chanh, et al., 2004). Di Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara terdapat 900.000 kasus dengan angka kematian sekitar 20.000 kasus. Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk Indonesia untuk semua umur. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak umur 5-15 tahun. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, insiden demam tifoid pada anak 5-15 tahun di Indonesia terjadi 180,3/100.000 kasus pertahun dan dengan prevalensi mencapai 61,4/1000 kasus pertahun (Ochiai, et al., 2008).

Tingginya angka mortalitas pada penderita demam tifoid disebabkan oleh komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit tersebut. Sebagai suatu penyakit sistemik, maka hampir semua organ utama tubuh dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Komplikasi demam tifoid dapat berupa komplikasi intra-intestinal dan ekstra-intestinal seperti pada sistem

(12)

kardiovaskular, darah, paru, hepatobilier, ginjal, tulang serta neuropsikiatrik (Widodo, 2009).

Demam tifoid memiliki salah satu keluhan utama berupa demam yang merupakan suatu gejala tidak spesifik mengingat terdapat banyak penyakit infeksi yang memiliki keluhan berupa demam seperti malaria dan dengue fever (Begum, 2008; Mitra, et al., 2010). Banyaknya diagnosis banding terhadap keluhan-keluhan tersebut menyebabkan sulitnya diagnosis apabila hanya ditegakkan melalui anamnesis. Sehingga diperlukan suatu pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis pasti penyakit tersebut. Keterlambatan menegakkan diagnosis demam tifoid juga cukup sering terjadi, disebabkan oleh masa inkubasi penyakit yang dapat berlangsung selama 10-14 hari bahkan lebih panjang mencapai 30 hari (Muliawan, et al., 2000). Selain itu, keterlambatan penegakan diagnosis juga dipengaruhi oleh metode pemeriksaan penunjang yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan metode diagnosis cepat dan tepat serta dilakukan sedini mungkin pada pasien yang dicurigai mengalami demam tifoid sehingga pasien segera mendapatkan penanganan yang tepat, mengingat komplikasi yang dapat terjadi serta morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada pasien demam tifoid (Ley, et al., 2011).

Pemeriksaan penunjang yang umumnya digunakan untuk menegakkan diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan laboratorium. Mengingat demam merupakan suatu tanda utama terjadinya infeksi, maka kultur darah dipilih menjadi gold standar pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam tifoid. Namun pemeriksaan kultur darah tersebut memiliki kelemahan diantaranya memerlukan biaya yang mahal, memerlukan waktu yang cukup lama

(13)

yaitu kurang lebih satu minggu, serta terkadang memberikan hasil yang tidak selalu tepat (Kawano, et al., 2006). Meskipun demikian, terdapat pemeriksaan laboratorium lain berupa tes serologi yang memerlukan waktu yang lebih singkat dan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan kultur darah seperti tes Widal dan tes IgM anti Salmonella typhi. Kedua tes tersebut sudah cukup umum digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid, khususnya tes Widal yang sudah banyak digunakan di dunia termasuk di negara berkembang (Mitra, et al., 2010).

Tes Widal merupakan tes serologi baku dan rutin digunakan untuk menegakkan diagnosis demam tifoid mengingat tes Widal merupakan salah satu modalitas uji diagnosis yang relatif murah, mudah dikerjakan dan memberikan hasil yang cepat. Pada tes Widal dilakukan pemeriksaan reaksi antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi aglutinin. Tujuan tes Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang dicurigai demam tifoid, yaitu berupa aglutinin O (dari tubuh kuman/somatik), aglutinin H (flagela kuman) dan aglutinin Vi (simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut, yang digunakan untuk demam tifoid hanya aglutinin O dan H. Semakin tinggi titernya, maka semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman Salmonella typhi tersebut (Widodo, 2009). Namun tes Widal hanya dapat dilakukan mulai akhir minggu pertama karena umumnya aglutinin muncul pada hari ke-8 dan hari ke-10 hingga ke-12 setelah onset demam. Umumnya aglutinin akan meningkat cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-4 dan akan tetap tinggi pada beberapa minggu. Oleh karena itu, jika tes Widal digunakan sebagai satu-satunya pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis demam tifoid pada negara endemik

(14)

seperti Indonesia, maka akan memberikan hasil yang kurang akurat dengan banyaknya hasil false-positive maupun false-negative (Olsen, et al., 2004).

Sedangkan, IgM anti Salmonella typhi merupakan tes serologi lainnya yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid. Tes ini mendeteksi antibodi anti-Salmonella typhi O9 pada serum pasien dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida Salmonella typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetik latex. Hasil positif tes ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonella serogroup D. Respon imun terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 oleh tes IgM anti Salmonella typhi dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder (Widodo, 2009). Tes IgM anti Salmonella typhi ini hanya dapat digunakan untuk mendeteksi IgM sehingga sangat akurat dalam mendeteksi infeksi akut dan baik digunakan pada daerah endemik seperti Indonesia (Tam and Lim, 2008). Selain itu, tes IgM anti Salmonella typhi merupakan tes yang cukup sederhana dan memerlukan waktu singkat (lima menit), namun memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan tes Widal (Kawano, et al., 2007). Sensitivitas dan spesifisitas tes IgM anti Salmonella typhi cukup tinggi dibandingkan dengan tes Widal, dimana pada penelitian Kawano et al. pada tahun 2006 di Filipina diperoleh sensitivitas sebesar 94,7% dan spesifitas sebesar 80,4%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ley et al. pada tahun 2011 di Tanzania diperoleh sensitivitas dan spesifisitas tes IgM anti Salmonella typhi masing-masing 79% dan 89% (Ley, et al., 2011). Pada tahun 2006, di Jakarta, Surya H, et al. melakukan penelitian terhadap 52 sample darah pasien dengan diagnosis klinis

(15)

demam tifoid untuk membandingkan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value (PPV) dan negative predictive value (NPV) tes IgM anti Salmonella typhi dengan tes Widal. Pada penelitian tersebut diperoleh sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes IgM anti Salmonella typhi berturut-turut yaitu 100% (Widal : 53,1%), 90% (Widal : 65%), 94,11% (Widal : 70,8%), 100% (Widal : 46,4%) (Widodo, 2009).

Berdasarkan data-data tersebut, maka penulis tertarik untuk mengatahui sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes widal jika dibandingkan dengan tes IgM anti Salmonella typhi sebagai baku emas karena berdasarkan studi pustaka, tes tersebut memiliki efektivitas yang lebih baik sebagai pemerikasaan penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis demam tifoid. Mengingat bahwa demam tifoid harus didiagnosis sedini mungkin untuk meminimalisasi morbiditas dan mortalitas, sehingga diperlukan suatu pemerikasaan yang cepat, mudah dikerjakan, dan memberikan hasil yang akurat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(1) Bagaimanakah hasil laboratorium tes Widal pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013?

(2) Bagaimanakah hasil laboratorium tes IgM anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013?

(16)

(3) Bagaimanakah sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes serologi Widal dibandingkan dengan tes IgM anti Salmonella typhi sebagai baku emas pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini meliputi : 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hasil tes serologi Widal dan IgM anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

(1) Untuk mengetahui hasil laboratorium tes Widal pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

(2) Untuk mengetahui hasil laboratorium tes IgM anti Salmonella typhi pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

(3) Untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, PPV dan NPV tes serologi Widal dibandingkan dengan tes IgM anti Salmonella typhi sebagai baku emas pada pasien suspect demam tifoid di Rumah Sakit Surya Husadha pada Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :

(1) Sebagai dasar atau bahan informasi untuk penelitian lainnya yang berhubungan dengan tes serologi Widal dan tes IgM anti Salmonella typhi.

(2) Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya untuk membandingkan efektivitas tes Widal dan tes IgM anti Salmonella typhi. (3) Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pemeriksaan laboratorium

sebagai pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis demam tifoid.

(4) Untuk memperkaya khazanah medis Indonesia terkait pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis demam tifoid berupa pemeriksaan laboratorium tes serologi Widal dan tes IgM anti Salmonella typhi.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode lean pada penelitian ini adalah mengurangi “waste” berupa waktu pendinginan dalam proses pemeliharaan dengan merancang portable air ejector

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan pengaruh kesadaran wajib pajak, dan sanksi perpajakan terhadap

Pola pemanfaatan secara lestari yang selanjutnya dipilih dan dikembangkan sebagai komitmen Pemerintah Kabupaten Alor dalam pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan

Dalam hal bank yang melakukan pengalihan sebagian pekerjaan kepada tenaga kerja outsourcing tidak menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan, maka sebagaimana diatur

ugas pokok Bidang Pencegahan Dan Penyuluhan Kebakaran adalah melakukan upaya pengendalian pencegahan bahaya kebakaran pada setiap tahap mulai dari penyusunan

Buku ini mampu menghasilkan jasa kebajikan yang sangat besar, bukan karena ditulis oleh saya, namun karena, ia semata-mata salah satu sarana untuk “mempertemukan”

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pasien post sectio caesaria sesudah diberikan di RS Setio Husodo Kisaran tahun 2019, dengan jumlah responden 30 orang, dari

Dari data-data yang telah didapatkan, maka sebagian dari data-data tersebut digunakan untuk proses training JST, dengan menggunakan struktur Multi Layer Perceptron (MLP)