• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015 1

No. 34/6/32/Th XVII, 1 Juni 2015

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

D

AN

H

ARGA

B

ERAS

D

I

P

ENGGILINGAN

NILAI TUKAR PETANI MEI 2015 SEBESAR 102,48 (2012=100)

BPS PROVINSI JAWA BARAT

                        

 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Mei 2015 (2012 =100) tercatat sebesar 102,48 atau turun 0,28 persen dibandingkan NTP April 2015 sebesar 102,78. Hal ini disebabkan Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 0,23 persen lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,51 persen.

 Mei 2015, dua dari lima subsektor pertanian mengalami penurunan NTP yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 1,07 persen dari 102,58 menjadi 101,48 serta NTP Subsektor Perikanan turun 0,36 persen dari 98,72 menjadi 98,37, sementara NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,70 persen dari 96,54 menjadi 97,22, demikian juga NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,38 persen dari 108,28 menjadi 108,69 dan NTP Subsektor Hortikultura naik 0,10 persen dari 103,07 menjadi 103,18.

 Di Daerah Pedesaan Jawa Barat Mei 2015 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen. Ketujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan 1,00 persen, diikuti Kelompok Sandang 0,73 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,44 persen, Kelompok Kesehatan 0,35 persen, Kelompok Perumahan 0,15 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi 0,12 persen, dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,05 persen.

 Mei 2015 berdasarkan 226 transaksi gabah yang terpantau di Jawa Barat, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.246,00 per kilogram atau mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dibandingkan harga GKP April 2015 yang tercatat sebesar Rp. 4.253,00. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 2,03 persen dari Rp. 4.818,00 menjadi Rp. 4.916,00 per kilogram. Gabah Kualitas Rendah turun sebesar 10,34 persen dari Rp. 3.822,36 menjadi Rp. 3.427,15.

 Mei 2015, rata-rata harga beras di penggilingan sebesar Rp, 8.808,00 atau turun 4,85 persen dibandingkan harga beras April 2015 yang tercatat sebesar Rp. 9.256,96. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, harga Beras Premium turun 1,54 persen dari Rp, 9.510,94 menjadi Rp, 9.364,15, Beras Medium turun 10,54 persen dari Rp. 9.398,65 menjadi Rp, 8.408,07, sementara Beras kualitas Rendah naik 1,11 persen dari Rp, 7.920,00 menjadi Rp, 8.007,69.

(2)

2 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

1.

Nilai Tukar Petani

Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan membandingkan Indeks Harga Diterima Petani dengan Indeks Harga Dibayar Petani. NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang & jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga maupun proses produksi. Semakin tinggi NTP berarti semakin kuat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

Berdasarkan hasil pemantauan harga di 17 kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada Mei 2015, NTP Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,28 persen dibandingkan NTP April 2015 yaitu turun dari 102,78 menjadi 102,48. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani atau dengan kata lain Indeks Harga Diterima Petani (IT) naik sebesar 0,23 persen lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) yang naik sebesar 0,51 persen.

Mei 2015, dua dari lima subsektor pertanian mengalami penurunan NTP yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 1,07 persen dari 102,58 menjadi 101,48 serta NTP Subsektor Perikanan turun 0,36 persen dari 98,72 menjadi 98,37, sementara NTP Subsektor Tanaman Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,70 persen dari 96,54 menjadi 97,22, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,38 persen dari 108,28 menjadi 108,69, dan NTP Subsektor Hortikultura naik 0,10 persen dari 103,07 menjadi 103,18.

(3)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015 3

2. Indeks Harga Diterima Petani (IT)

Perkembangan yang terjadi pada Indeks Harga Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga dari komoditas-komoditas yang dihasilkan petani. Pada Mei 2015, IT Gabungan dari lima subsektor pertanian naik sebesar 0,23 persen dibandingkan dengan IT April 2015 yaitu dari 122,50 menjadi 122,78. Bila dirinci menurut subsektor, IT Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami kenaikan sebesar 1,12 persen, IT Subsektor Peternakan naik 0,78 persen, IT Subsektor Hortikultura naik 0,62 persen, sedangkan IT Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,46 persen, demikian juga IT Subsektor Perikanan turun 0,02 persen.

3. Indeks Harga Dibayar Petani (IB)

Fluktuasi harga barang & jasa yang dikonsumsi rumah tangga petani serta barang & jasa yang diperlukan petani dalam proses produksi terlihat mengalami kenaikan. Pada Mei 2015, indeks harga yang dibayar petani (IB) naik sebesar 0,51 persen dari 119,19 menjadi 119,80. Lima subsektor serentak mengalami kenaikan IB, tertinggi terjadi pada IB Subsektor Tanaman Pangan naik 0,61 persen, diikuti IB Subsektor Hortikultura 0,52 persen, IB Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,41 persen, IB subsektor Peternakan sebesar 0,40 persen, dan IB Subsektor Perikanan sebesar 0,34 persen.

Di Daerah Pedesaan Jawa Barat Mei 2015 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen. Ketujuh kelompok pengeluaran serentak mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Bahan Makanan 1,00 persen, diikuti Kelompok Sandang 0,73 persen, Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,44 persen, Kelompok Kesehatan 0,35 persen, Kelompok Perumahan 0,15 persen, Kelompok Transportasi & Komunikasi 0,12 persen, dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 0,05 persen.

Khusus Indeks yang dibayar petani untuk keperluan proses produksi pada Mei 2015 mengalami inflasi sebesar 0,37 persen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi yaitu Kelompok Transportasi mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,55 persen, Kelompok Bibit 0,44 persen, Kelompok Upah Buruh 0,35 persen, Kelompok Biaya Sewa & Pengeluaran Lain 0,32 persen, Kelompok Pupuk, Obat-obatan & Pakan 0,28 persen, dan Kelompok Penambahan Barang Modal 0,23 persen.

4. Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor Pertanian

a. NTP Tanaman Pangan

NTP Subsektor Tanaman Pangan pada Mei 2015 mengalami penurunan sebesar 1,07 persen yaitu turun dari 102,58 menjadi 101,48, hal ini disebabkan oleh indeks yang diterima petani (IT) turun sebesar 0,46 sedangkan indeks yang dibayar petani (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen. Turunnya IT Subsektor Tanaman Pangan dikarenakan oleh IT Subkelompok Padi turun sebesar 0,62 persen, sementara IT Subkelompok Palawija naik sebesar 0,54 persen. Pada sisi pengeluaran petani, IB mengalami inflasi sebesar 0,61 persen akibat IB Subkelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) inflasi sebesar 0,45 persen demikian juga IB Sub Kelompok Konsumsi Rumah tangga (IKRT) mengalami inflasi sebesar 0,66 persen.

(4)

4 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015

b. NTP Hortikultura

Pada Mei 2015, Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani (IT) naik sebesar 0,62 persen lebih tinggi dari kenaikan indeks yang dibayar petani (IB) yang naik sebesar 0,52 persen. Kenaikan IT dipengaruhi oleh kenaikan IT Subkelompok Sayur-sayuran yang naik sebesar 1,30 persen, IT Subkelompok Buah-buahan naik sebesar 0,05 persen sedangkan IT Subsektor Tanaman Obat turun sebesar 1,68 persen. Di sisi pengeluaran, IB Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen akibat IB indeks Konsumsi Rumah Tangga naik 0,54 persen demikian juga IB Subkelompok Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik 0,45 persen.

c. NTP Tanaman Perkebunan Rakyat

NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Mei 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen dari 96,54 menjadi 97,22. Hal ini disebabkan oleh Indeks Diterima Petani (IT) naik sebesar 1,12 persen lebih tinggi dari kenaikan Indeks Dibayar Petani (IB) yang naik sebesar 0,41 persen. Bila dirinci menurut penggunaan, IB Subkelompok Konsumsi Rumah Tangga naik 0,53 persen serta IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,19 persen.

d. NTP Peternakan

Mei 2015, NTP Subsektor Peternakan berada pada posisi 108,69 tercatat mengalami kenaikan dari NTP April 2015 yang memiliki indeks sebesar 108,28 atau naik sebesar 0,38 persen. Indeks Diterima Petani (IT) naik 0,78 persen dan Indeks yang Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,40 persen. Bila dirinci per subkelompok, IT Subkelompok Ternak Kecil naik 1,42 persen, IT Subkelompok Unggas naik sebesar 1,03 persen, IT Subkelompok Ternak Besar naik 0,67 persen, sedangkan IT Subkelompok Hasil Ternak turun 0,01 persen. Sementara Di sisi pengeluaran petani, Indeks Dibayar Petani (IB) mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen akibat IB Konsumsi Rumah Tangga naik sebesar 0,62 persen serta IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,22 persen.

e. NTP Perikanan

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan mengalami penurunan sebesar 0,36 persen yaitu dari 98,72 pada April 2015 menjadi 98,37 pada Mei 2015. Hal terjadi karena Indeks Diterima Petani (IT) turun sebesar 0,02 persen sementara Indeks Dibayar Petani (IB) naik sebesar 0,34 persen. Dari sisi pendapatan Petani, IT Subkelompok Penangkapan Ikan naik sebesar 0,62 persen sedangkan IT Subkelompok Budidaya turun sebesar 0,07 persen. Dari sisi pengeluaran, Indeks yang dibayar (IB) naik sebesar 0,34 persen akibat IB Konsumsi Rumah tangga naik sebesar 0,31 persen serta IB Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal naik sebesar 0,41 persen.

(5)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015 5

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat per Subsektor Pertanian

serta Perubahannya (2012=100), Mei 2015

Subsektor Indeks Perubahan (%)

April 2015 Mei 2015

[1] [2] [3] [4]

1, Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 124,00 123,83 -0,46

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 121,28 122,02 0,61

c. Nilai Tukar Petani (NTP-TP) 102,58 101,48 -1,07

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,86 105,88 -0,91

2, Hortikultura

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 124,64 125,41 0,62

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 120,92 121,55 0,52

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,07 103,18 0,10

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,65 108,83 0,17

3, Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 114,28 115,56 1,12

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 118,38 118,87 0,41

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 96,54 97,22 0,70

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 102,98 103,93 0,92

4, Peternakan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 123,42 124,38 0,78

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 113,98 114,43 0,40

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 108,28 108,69 0,38

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 115,03 115,67 0,56

5, Perikanan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 116,10 116,08 -0,02

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 117,60 118,00 0,34

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 98,72 98,37 -0,36

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,18 105,73 -0,43

6, Gabungan

a. Indeks yang Diterima Petani (IT) 122,50 122,78 0,23

b. Indeks yang Dibayar Petani (IB) 119,19 119,80 0,51

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,78 102,48 -0,28

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 108,23 108,07 -0,15

(6)

6 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015

Tabel 2

Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani

per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya [2012=100], Mei 2015

Kelompok/Sub Kelompok

Indeks Gabungan Subsektor

April 2015 Mei 2015

Perubahan Mei 2015 Thd

April 2015

[1] [3] [3] [4]

1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA

PETANI 122,50 122,78 0,23

2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR

PETANI 119,19 119,80 0,51

2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 122,93 123,66 0,59

2.1.1. Bahan Makanan 127,38 128,66 1,00

2.1.2. Makanan Jadi 122,12 122,66 0,44

2.1.3. Perumahan 117,73 117,91 0,15

2.1.4. Sandang 115,93 116,78 0,73

2.1.5. Kesehatan 112,24 112,64 0,35

2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 115,93 115,98 0,05

2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 125,51 125,66 0,12

2.2 BIAYA PRODUKSI DAN PENAMBAHAN 113,18 113,61 0,37

BARANG MODAL

2.2.1. Bibit 113,59 114,09 0,44

2.2.2. Pupuk dan Obat-obatan 110,21 110,52 0,28

2.2.3. Biaya Sewa dan Pngeluaran Lain 110,02 110,52 0,32

2.2.4. Transportasi 133,36 134,09 0,55

2.2.5. Penambahan Barang Modal 111,17 111,43 0,23

2.2.6. Upah Buruh 114,78 115,18 0,35

3. NILAI TUKAR PETANI 102,78 102,48 -0,28

(7)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015 7

5.

Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa

Empat dari enam provinsi di Pulau Jawa mengalami penurunan NTP pada Mei 2015, penurunan tertinggi terjadi di Provinsi NTP Banten turun 0,48 persen, diikuti NTP Jawa Timur turun 0,31 persen, NTP Jawa Barat turun 0,28 persen, dan NTP DKI Jakarta turun 0,13 persen, sementara NTP DI Yogyakarta naik 0,54 persen demikian juga NTP Jawa Tengah naik 0,10 persen. Secara Nasional, NTP Mei 2015 dibandingkan April 2015 mengalami penurunan sebesar 0,12 persen yaitu dari 100,14 menjadi 100,02.

Tabel 3

Perbandingan NTP Enam Provinsi di Pulau Jawa

dan Nasional [2012=100], Mei 2015

Provinsi NTP Perubahan (%) April 2015 Mei 2015 [1] [2] [3] [4] DKI Jakarta 98,89 98,76 -0,13 Jawa Barat 102,78 102,48 -0,28 Jawa Tengah 97,84 97,93 0,10 DI Yogyakarta 98,71 99,24 0,54 Jawa Timur 102,82 102,50 -0,31 Banten 102,79 102,30 -0,48 Nasional 100,14 100,02 -0,12

(8)

8 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Mei 2015, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat sebesar Rp. 4.246,00 per kilogram atau mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dibandingkan harga GKP April 2015 yang tercatat sebesar Rp. 4.253,00. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani mengalami kenaikan harga sebesar 2,03 persen dari Rp. 4.818,00 menjadi Rp. 4.916,00 per kilogram. Kualitas yang ketiga yaitu Gabah Kualitas Rendah turun sebesar 10,34 persen dari Rp. 3.822,36 menjadi Rp. 3.427,96. Hal ini terjadi karena panen masih berlangsung di beberapa sentra produksi di Jawa Barat.

Gambar 2

Perkembangan Harga Rata-rata Gabah di Tingkat Petani Jawa Barat (Rp/Kg)

1, Harga Gabah Tertinggi dan Terendah

Mei 2015, jumlah transaksi yang terpantau melalui Survei Monitoring Gabah di Jawa Barat berjumlah 226 transaksi yang tersebar di 15 Kabupaten Jawa Barat. Diantaranya transaksi GKP sebanyak 171 observasi (75,66 persen), transaksi GKG sebanyak 30 observasi (13,27 persen) dan transaksi Gabah Kualitas Rendah sebanyak 25 observasi (11,06 persen). Dari hasil pengamatan harga, GKP di Tingkat Petani terendah sebesar Rp, 3,200,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Bekasi (1 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp, 3.400,00 akibat adanya ongkos angkut dari lokasi transaksi GKP ke penggilingan terdekat sebesar Rp, 200,00 per kilogram. Demikian juga harga GKP tertinggi di Tingkat Petani sebesar Rp, 5.100,00 terjadi di Kabupaten Bekasi (1 observasi) dengan harga di Tingkat Penggilingan sebesar Rp, 5.270,00.

Untuk kualitas GKG di Jawa Barat pada Mei 2015, terhitung rata-rata harga GKG di Tingkat Penggilingan sebesar Rp. 5.066,00 per kilogram. Harga GKG Penggilingan terendah sebesar Rp, 4.500,00 per kilogram dijumpai di Kabupaten Cianjur (2 observasi), Harga GKG Penggilingan tertinggi sebesar Rp, 5.600,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Bandung (5 observasi). Dari hasil pemantauan transaksi gabah pada Mei 2015 di Jawa Barat, terdapat beberapa transaksi di bawah HPP yaitu transaksi

2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00

MEI'14 JULI'14 SEPT'14 NOV'14 MARET'15 Mei'15

GKP GKG

(9)

Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015 9

GKG Penggilingan di Kabupaten Cianjur sebanyak 5 observasi dan transaksi GKP Petani di Kabupaten Bekasi sebanyak 4 observasi.

Tabel 4

Jumlah Observasi Gabah, Harga Gabah serta

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas Gabah di Jawa Barat, Mei 2015

Kelompok Kualitas Gabah

Jumlah Observasi (%)

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga di Tingkat Penggilingan

HPP Di Tingkat Penggilingan

Terendah Tertinggi Rata-Rata

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] GKG 30 (13,27 %) 4.200,00 5.500,00 4.916,00 5.066,00 4.600,00 GKP 171 (75,66 %) 3.200,00 5.100,00 4.246,00 4.213,27 3.750,00 Rendah 25 (11,06 %) 2.900,00 3.857,00 3.427,96 3.560,76 - Jumlah 226 (100,00 %) Keterangan :

GKG (Gabah Kering Giling) : Kadar Air ≤ 14,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran ≤ 3,00 %

GKP (Gabah Kering Panen) : Kadar Air (14,01 % - 25,00 %) dan Kadar Hampa/Kotoran (3,01 % - 10,00 %) Rendah (di luar Kualitas) : Kadar Air > 25,00 % dan Kadar Hampa/Kotoran > 10,00 %

2. Kasus Gabah Kualitas Rendah

Transaksi Gabah Kualitas Rendah pada Mei 2015 terpantau sebanyak 25 observasi dari total transaksi sebanyak 226 atau 11,06 persen, yaitu terjadi di Kabupaten Sukabumi sebanyak 14 observasi, di Kabupaten Bogor sebanyak 6 observasi dan di Kabupaten Bekasi sebanyak 5 observasi. Harga terendah Gabah Kualitas Rendah di Tingkat Petani sebesar Rp, 2.900,00,00 per kilogram terjadi di Kabupaten Sukabumi (1 observasi) sedangkan harga Gabah Kualitas Rendah tertinggi sebesar Rp, 3.857,00 terjadi di Kabupaten Bogor (1 observasi).

C. PERKEMBANGAN HARGA BERAS DI TINGKAT PENGGILINGAN

Pemantauan harga beras di tingkat penggilingan pada Mei 2015 dilakukan di 15 Kabupaten Jawa Barat yang tersebar di 35 Kecamatan dengan jumlah observasi sebanyak 85. Diantaranya observasi Beras Premium sebanyak 41 observasi (48,24 persen), Beras Medium 31 observasi (36,47 persen), Beras kualitas Rendah 13 observasi (15,29 persen). Pada Mei 2015, rata-rata harga beras di penggilingan sebesar Rp, 8.808,00 atau turun 4,85 persen dibandingkan harga beras April 2015 yang tercatat sebesar Rp. 9.256,96. Berdasarkan kualitas beras yang dikelompokkan menurut patahan (broken) beras, harga Beras Premium turun 1,54 persen dari Rp, 9.510,94 menjadi Rp, 9.364,15, Beras Medium turun 10,54 persen dari Rp. 9.398,65 menjadi Rp, 8.408,07, sementara Beras kualitas Rendah naik 1,11 persen dari Rp, 7.920,00 menjadi Rp, 8.007,69.

Perkembangan harga beras di penggilingan menunjukkan pola yang fluktuatif. Sepanjang Mei 2014 sampai Mei 2015, penurunan harga terjadi di enam bulan terakhir yaitu Mei, Agustus dan September 2014 serta Maret, April dan Mei 2015. Dalam rentang waktu itu rata-rata harga beras terendah sebesar Rp, 8.270,00 per kilogram yaitu terjadi pada Mei 2014.

(10)

10 Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Jawa Barat No. 34/6/32/Th.XVII, 1 Juni 2015

Gambar 3

Perkembangan Harga Beras di Tingkat Penggilingan

Di Jawa Barat (Rp/Kg)

Tabel 5

Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan

Menurut Kelompok Kualitas Beras di Jawa Barat

Kelompok Kualitas

Rata-rata Harga Beras di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Ags 2014 Sept 2014 Okt 2014 Nov 2014 Des 2014 Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Apr 2015 Mei 2015 [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] Premium 8.589 8.517 8.755 8.772 8.652 8.785 8.745 9.346 9.377 10.100 10.244 9,511 9.364 Medium 8.057 8.372 8.570 8.252 8.184 8.450 8.483 8.940 9.364 10.062 9.948 9,399 8.408 Rendah 7.846 7.629 7.665 7.733 7.813 8.086 8.382 8.732 9.121 9.600 8.608 7,920 8.008 Rata-rata 8.270 8.305 8.470 8.411 8.352 8.561 8.598 9.140 9.330 10.053 9.864 9,257 8.808 Keterangan :

Premium : Kadar Broken ≤ 10,00 % Medium : Kadar Broken (10,01 % - 20,00 %) Rendah : Kadar Broken > 20,00 % 6000,00 7000,00 8000,00 9000,00 10000,00 11000,00

MEI'1 4 JUL I'14 SEP T'14 NOV'14 JAN'1 5 MAR'15 MEI'1 5

PREMIU M MEDIU M REND AH RAT A-RAT A

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga tidak disarankan untuk mengidentifikasikan waktu baku suatu pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan yang tinggi.  Adanya

bahwa berdasarkan Pasal 68 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman

Metode ini bekerja dengan melakukan operasi baris elementer terhadap matrik yang diperoleh dari system persamaan linear yang diketahui.. Pada saat implementasi dalam program

Pengukuran kandungan timbal dalam sampel kangkung darat dan kangkung air dimulai dengan pengukuran absorbansi larutan standar timbal (Pb) menggunakan Spektrofotometri

Rumusan maslah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana nilai kosa kata siswa sebelum mereka diajar menggunakan permainan bingo.. (2) Bagaimana nilai kosa kata siswa sesudah

Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah baik jika dilihat dari net profit margin, return on asset, dividend payout ratio, price earning ratio, price book value, walaupun

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan

antigen dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan tes PCR Swab. Sebagai informasi, metode RT LAMP ini diperkirakan memiliki sensitivitas 94% dan hanya memerlukan