• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN AJAR MATA KULIAH KEJEPANGAN II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN AJAR MATA KULIAH KEJEPANGAN II"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN AJAR

MATA KULIAH KEJEPANGAN II

Pokok Bahasan : Kebudayaan dan kebiasaan orang jepang Pertemuan : Ketiga

Subpokok Bahasan : kebudayaan tradisional

Sasaran Pembelajaran :

1. Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa mampu memahami tentang perbedaan antara geisha, oiran,maiko dan yuujo

2. Dengan memahami seni melipat kertas diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan mengetahui mengapa seni melipat kertas ini menjadi global

Uraian Materi : Origami

Origami merupakan sebuah cabang seni yang sudah ada sejak jaman dahulu dan terus berkembang hingga saat ini. Origami bukan hanya sebuah seni, tetapi juga mempunyai latar belakang yang unik dan jarang sekali orang yang tahu tentang hal tersebut. Diantaranya adalah sebagai penutup botol sake (arak Jepang) pada saat upacara penyembahan dan juga menjadi suatu kebudayaan bagi orang Jepang dalam keagamaan Shinto.

Origami sendiri berasal dari bahasa jepang yang terdiri dari dua kata, yaitu “ori” yang berarti “lipat” dan “kami” yang berarti “kertas”. Jadi secara garis besar, origami bisa diartikan sebagai seni melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian lainnya. Tujuan dari seni origami adalah untuk mengubah lembaran kertas datar menjadi bentuk lainnya, bisa juga dalam bentuk makhluk hidup atau benda mati lainnya.

Ada banyak spekulasi yang bermunculan tentang asal-usul origami. Berdasarkan bukti referensi yang ditemukan di Jepang, China, Jerman, Italia dan Spanyol. Ternyata hanya di Jepang saja yang punya referensi paling kuat tentang seni origami.

(2)

Sejarah origami dipercaya berawal sejak manusia mulai mengenal dan memproduksi kertas. Kertas pertama kali diproduksi di China (Tiongkok) kurang lebih sekitar abad pertama, tepatnya 105 M yang diperkenalkan oleh Ts’ai Lun. Kemudian, sekitar abad keenam (610 M), teknik dan cara pembuatan kertas tersebut dibawa ke Spanyol dan Jepang oleh orang-orang Arab. Namun ada yang bilang juga bahwa, seorang biksu Budha bernama Doncho (Dokyo) yang berasal dari Goguryeo (semenanjung Korea) yang memperkenalkan tinta dan kertas di Jepang pada masa pemerintahan Kaisar wanita Suiko. Sejak saat itu, origami menjadi sangat populer di kalangan orang Jepang yang kemudian turun-temurun hingga saat ini.

Dalam tradisi Shinto, kertas yang berbentuk segi empat dipotong dan dilipat menjadi sebuah lambang simbolik Dewata yang kemudian digantung di Kotai Jingu (Kuil Agung Imperial), Ise, sebagai persembahan. Dalam upacara perkawinan Shinto, kertas tersebut dibentuk menjadi burung bangau jantan (o-cho) dan burung bangau betina (me-cho) dan juga digunakan untuk membalut botol sake (arak) sebagai lambang untuk pengantin pria dan wanita. Selain itu, origami juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan yang lain.

Pada awalnya, origami hanya diajarkan secara lisan. Namun, pada tahun 1797 pendeta Rokoan (Akasito Rito) membuat penduan tertulis tentang origami yang ia tulis dalam buku yang berjudul Senbazuru Orikata (Bagaimana Melipat Seribu Burung Bangau). Pada saat itu, origami masih dikenal dengan nama orikata. Buku ini merupakan buku origami tertua di dunia yang memuat sekitar 49 metode melipat kertas menjadi burung bangau yang saling berhubungan dan puisi pendek yang lucu (Kyo-ka).

Pada tahun yang sama, Akisato Rito juga mengeluarkan buku yang berjudul Chushingura Orikata yang memuat cara melipat kertas menjadi bentuk manusia dan pada tahun 1819, dalam bukunya yang berjudul “Sekejap Mata Menghasilkan Burung Kertas” memperlihatkan bagaimana cara membuat burung dari kertas. Kemudian pada tahun 1845, dalam buku yang berjudul “Kan noMado” yang memuat kumpulan lengkap bentuk lipatan kertas tradisi Jepang, dalam buku tersebut memuat kurang lebih sekitar seratus lima jenis membuat origami. Selain itu, pada tahun 1850, juga diterbitkan sebuah naskah dalam tulisan lain yang berjudul Kayaragusa. Naskah tersebut berisi tentang dua bagian origami, yaitu sebagai hiburan dan keagamaan.

Pada jaman Heian

Pada jaman Heian (741-1185 Masehi), khususnya di kalangan kaum biksu Shinto, origami digunakan sebagai penutup botol sake (arak) pada saat upacara penyembahan. Pada saat itu,

(3)

origami lebih dikenal dengan istilah orikata/origata, orimino dan orisui. Pada jaman ini diperbolehkan memotong kertas menggunakan pisau.

Pada jaman Kamakura

Pada jaman Kamakura (1191-1333 Masehi), mengenal origami dalam bentuk noshi. Noshi merupakan singkatan dari kata noshi-awabi, yang berarti daging tiram tipis yang dijemur. Noshi merupakan hidangan yang istimewa bagi orang-orang Jepang dan dianggap sebagai pembawa keberuntungan bagi siapa saja yang mendapatkannya.

Pada jaman Muromachi

Pada jaman Muromachi (1338-1573 Masehi) penggunaan pisau sebagai alat pemotong kertas telah dihentikan. Kemudian, origamai berkembang menjadi suatu cara untuk memisahkan masyarakat golongan kelas atas (samurai) dan kelas bawah (masyarakat biasa). Para golongan kelas atas mengikuti ajaran Ise, sedangkan masyarakat biasa mengikuti ajaran Ogasawara. Seiring dengan perkembangannya, origami menjadi semakin identik dengan budaya Jepang yang diwariskan secara turun-temurun dari waktu ke waktu. Terutama dalam adat keagamaan Shinto yang masih dipertahankan sampai saat ini. Selain itu, ada juga origami yang sampai saat ini masih dan hanya bisa kita temui di Jepang, yaitu origami yang menggunakan kertas asli dari Jepang atau disebut juga dengan washi.

Pada jaman Edo

Pada jaman Edo (1600-1868 Masehi) produksi kertas sangat melimpah, sehingga menjadikan kertas mudah untuk diperoleh. Hal ini membuat origami berkembang sangat pesat. Pada akhir jaman Edo, menghasilkan hampir tujuh puluh bentuk origami termasuk bentuk burung bangau (tsuru), katak, kapal dan balon yang masih kita kenal hingga saat ini.

Pada jaman Meiji

Pada jaman Meiji (1868-1912 Masehi), origami digunakan sebagai alat untuk mengajar di Taman Kanak-kanak dan juga Sekolah Dasar. Hal tersebut dikarenakan pengaruh dari ahli pendidikan Friedrich Wilhelm August Fröbel, dia merupakan seorang pendidik dari Jerman pada abad ke-19. Pada awalnya, dia menggunakan origami tradisional Eropa untuk membuat bentuk geometrik. Kemudian, konsep ini digunakan sebagai alat belajar di seluruh Taman Kanak-kanak di Jepang.

(4)

Pada jaman Showa (1926-1989 Masehi) origami kurang begitu diminati. Pada saat itu, hanya noshi yang masih populer dan digunakan untuk pertukaran hadiah antar samurai. Seiring dengan perkembangan jaman, munculah seni origami modern yang diperkenalkan oleh Akira Yoshizawa di Jepang. Origami modern ini lebih ke bentuk lipatan baru dan berbeda dengan bentuk lipatan klasik/tradisional dengan mengadopsi berbagai bentuk realistik dari binatang, benda dan bentuk-bentuk dekoratif lainnya. Dia memperkenalkan bentuk-bentuk awal dari hewan berkaki empat dengan cara mengabungkan dua lembar kertas yang terlipat.

Selain itu, Akira Yoshizawa juga memberikan sumbangan yang cukup besar untuk perkembangan origami dengan memperkenalkan teknik lipatan basah. Lipatan basah merupakan teknik baru dalam dunia seni melipat kertas. Cara dari tenik ini yaitu membasahi kertas yang tebal terlebih dahulu agar lentur sehingga mudah untuk dibentuk. Dengan begitu kita bisa menghasilkan model 3 dimensi dengan sudut lipatan yang lembut. Akira Yoshizawa bersama Sam Randlett juga memperkenalkan sebuah diagram yang mereka namai dengan Yoshizawa-Randlett.

Diagram Yoshizawa-Randlett merupakan sebuah diagram tentang instruksi cara pembuatan bentuk origami dengan menggunakan berbagai macam simbol seperti panah dan garis. Diagram Yoshizawa-Randlett ini lebih memudahkan kalangan penggemar origami di seluruh dunia dalam hal memahami instruksi cara pembuatan origami yang sampai sekarang telah diterima dan digunakan di seluruh dunia sebagai diagram baku dalam penulisan instruksi cara pembuatan bentuk origami.

Oiran

Oiran ( 花 魁 ) adalah perempuan untuk kepuasan di jaman EDO (1600-1868) yang mempersembahkan kecantikan, karakteristik, pendidikan dan kemampuan dalam berseni. Untuk menjadi seorang Oiran mereka dididik berbagai tradisional skill termasuk chado (upacara pembikinan minuman teh), ikebana (merangkai bunga) dan kaligrapi. Oiran juga menimbulkan kesan negative sebagai pekerja sexual moderen. Mereka dituntut untuk berpengetahuan tinggi sehingga bisa menyeimbangi pembicaraan dengan para tamu, sebagai mana cantiknya seorang oiran tetapi berpengetahuan sempit akan kalah saingan dengan para oiran yang berparas tidak cantik tetapi berpengetahuan sosial tinggi, malah membuat para tamu kagum kepada mereka. Untuk menjadi seorang Oiran memerlukan tahap-tahap, dari mulai menjadi Maiko adalah penari

(5)

anak atau disebut juga setengah perhiasan, Geisha adalah perempuan yang dididik tinggi untuk menjadi entertainer dalam musik atau menari di depan para tamu pria. Oiran berpakaian lebih komplek dari pada para geisha. Mereka memakai ornamen hiasan rambut berupa sisir dan pin dengan memakai berlapis lapis kimono mahal, mengikuti jaman Edo akhir. Tentunya mereka selalu menjadi undangan para pejabat tinggi jaman itu, tamu dari kalangan rendah tidak pernah diterima untuk ditemani para oiran. Oiran terakhir tercatat pada tahun 1761. Tetapi biasanya turis turis yang datang ke Japan khususnya daerah Kyoto memanfaatkan kesempatan berpoto atau hanya memakai kimono ala oiran sebagai tanda mata di berbagai photo studio.

Geisha

Geisha (bahasa Jepang; 芸 者 "seniman") adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Di Kansai, istilah "geiko" (芸妓) dan geisha pemula "maiko" (舞妓) digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah "maiko" hanya digunakan di distrik Kyoto. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan.

Pada bulan Desember 2007, distrik Asakusa di Tokyo telah menjadi saksi atas debut Sayuki (紗 幸), geisha Barat non-Jepang pertama di sejarah Jepang. Asalnya, Sayuki menjadi geisha untuk proyek akademik, tapi sekarang berniat untuk melanjutkan pekerjaannya itu. “Sayuki: inside the flower and willow world” akan dipublikasikan oleh Pan Macmillan Australia. Sebuah film dokumenter tentang hidup seorang geisha juga sedang direncanakan.

Latihan:

1. Jelaskan tentang origami yang anda ketahui dan bagaimana seni melipat kertas ini menjadi mengglobal

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “ Perencanaan Jembatan Rangka Baja Air Pedado Kelurahan Kramasan Kecamatan Kertapati!. Palembang Provinsi Sumatera

Menurut hasil penelitian dan pembahasan perhitungan uji anava satu jalan dengan sel tak sama dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Think Pair Share, model

Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai ma- najemen strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara pengetahuan mengenai penanganan penyakit diabetes dengan kepatuhan melaksanakan diet diabetes.. Partisipan penelitian adalah

Dari dahulu Nokia memakai OS Symbian dan sistem 1 Feb 2015 Tipe-tipe ponsel Nokia yang mendukung aplikasi Whatsapp dengan Nokia PHONEKY - Free WhatsApp Messenger 2.9.7211 Symbian

Laba yang diperoleh koperasi sering disebut sisa hasil usha (SHU), laba tersebut akan dikembalikan ayau dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa-jasanya. Akan

Namun, dalam mengharungi dunia keusahawanan ini penting bagi graduan mengetahui faktor-faktor dan cabaran yang menjadi kekangan yang sering dihadapi oleh

۲۱۱ ), hlm.. ةغللا ةيبرعلا سيل نع ةفرعم دعاوق نكلو ،طقف لصفلا في رشابم ةيبرعلا ةغللاب ملكتت ةيسمر لصفلا جرالخا في وأ ةيسمر. بحأس ةيفللخا هذه نم ث