• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH SARDA REZKILLAH NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI OLEH SARDA REZKILLAH NIM"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS

MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PERKALIAN DI KELAS III-B SD INPRES

PA’BANGIANG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

SARDA REZKILLAH NIM 10540 9314 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

(2)

2

MOTTO

“Kunci Keberhasilan”

1. Man Jadda Wa Jadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

2. Man Shobaro Zafiro, siapa yang bersabar akan beruntung.

3. Man Saaro „alaa Darbi Washola, siapa yang berjalan dijalur-Nya akan sampai.

Sebab Allah Swt telah menjanjikan segala kemudahan dalam setiap langkah perjuangan kita menuju tangga keberhasilan

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap,”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

Dengan Segala Kerendahan Hati Kuperuntukkan Karya Ini Kepada Almamater, Bangsa Dan Agamaku Kepada Ayahanda, Ibunda, Dan Saudaraku Tercinta Serta Keluarga Tersayang Yang Dengan Tulus Dan Ikhlas Selalu Berdoa Dan Membantu Baik Moril Maupun Materil Demi

Keberhasilan Penulis

(3)

3 ABSTRAK

SARDA REZKILLAH. 2018. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian Di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Skripsi Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Nasrun, dan Pembimbing II Ernawati. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini termasuk dalam kategori Pre-Exsperiment dengan menggunakan desain The One-Group

Pretest-Posttest Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan

media pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian ini diharapkan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi perkalian. Penelitian ini dilakukan di SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang berkelompok-kelompok misalnya kelompok kelas. Penelitian ini mengambil sampel yaitu kelas III-B yang berjumlah 33 siswa. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan tes awal (pretest), observasi, dan tes akhir (posttest). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui skor rata-rata peningkatan pretest dan posttest dan analisis data statistik inferensial untuk pengujian hipotesis. Hasil analisis data deskriptif menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar secara klasikal pada pretest hanya 45,5% sedangkan pada posttest mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 93,9%. Sedangkan untuk analisis data inferensial menunjukkan bahwa tHitung = 6,16

dan tTabel = 2,03, maka diperoleh tHitung > ttabel atau 6,16 > 2,03. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti bahwa ada pengaruh dari

penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia terhadap hasil belajar matematika pada materi perkalian di kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa.

Kata Kunci : Pengaruh media pembelajaran berbasis multimedia, Hasil belajar

(4)

4 KATA PENGANTAR

Tiada untaian kata yang lebih indah selain ucapan Alhamdulillah sebagai wujud rasa syukur penulis kepada Allah Swt. atas segala limpahan rahmat, hidayah, ddan karuniah-Nya, terlebih lagi dengan terselesainya skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”. Shalawat serta salam senantiasa bergema dalam hati dan sanubari, serta tertutur melalui lisan kepada Nabiullah Muhammad saw. Nabi yang menjadi suri tauladan dan penuntun menuju jalan kebenaran.

Ucapan terima kasih atas segala dukungan yang selama ini penulis terima disampaikan kepada :

1. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh jajarannya yang telah memberi peluang untuk mengikuti proses perkuliahan dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh jajarannya, yang telah memberikan layanan akademik, administrasi, dan kemahasiswaan selama proses pendidikan dan penyelesaian studi.

3. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) beserta seluruh jajarannya, yang dengan penuh

(5)

5

4. perhatian memberikan bimbingan dan memfasilitasi penulis selama proses perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai / Tata Usaha FKIP, atas segala perhatiannya dan layanan akademik, administrasi, dan kemahasiswaan sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi berjalan lancar.

6. Nasrun, S.Pd., M.Pd dan Ernawati, S.Pd., M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripi atas segala arahan, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

7. Dr. Abdul Munir. K, M.Pd, sebagai Penasehat Akademik atas segala nasehatnya selama penulis mengikuti proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Nurjannah, S.Pd., M.Si Sebagai Kepala Sekolah SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, yang telah memberi izin melaksanakan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya, dan Ramlawati, S.Pd, sebagai guru kelas III-B yang telah membantu penulis dalam melakukan proses penelitian.

9. Teristimewa kepada Ayahanda Sappara Dg Lawa, yang rela bekerja keras dan berjuang untuk membiayai semua kebutuhan penulis selama menjalankan pendidikan dan Ibundaku Syahruni Dg Kenna, yang tiada henti-hentinya memberikan doa, cinta kasih, mendidik, membesarkan, dan mengajariku tentang arti kehidupan. Demikian pula kepada adikku Muh. Sardi Saputra serta keluarga besarku atas dukungan dan semangatnya selama ini.

10. Terkhusus kepada orang terkasih Muh. Asdar, yang telah membantu dalam segala hal terutama dalam hal financial serta dukungan dan semangat yang

(6)

6

diberikan kepada penulis selama menjalankan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

11. Kepada Sahabatku yang sudah seperti saudara sendiri, Jumrini dan Salmiati yang selalu membantu dan berbagi suka duka dengan penulis selama mengikuti proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar. 12. Teman-teman mahasiswa terkhusus kepada Prodi PGSD kelas 14-I atas

segala kebersamaan, kerja sama dan motivasi yang diberikan dengan ikhlas kepada penulis.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan tak sempat penulis sebutkan, atas bantuannya penulis ucapkan terima kasih dan semoga budi baik dan bantuan semua pihak bernilai ibadah disisi Allah SWT, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, Juli 2018

Penulis

(7)

7 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Berbasis Multimedia ... 9

B. Hasil Belajar Siswa ... 21

C. Matematika dan Materi Perkalian ... 24

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Kerangka Pikir ... 30

F. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Definisi Operasional Variabel ... 36

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

(8)

8 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Deskripsi hasil belajar pretest matematika kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 43 2. Deskripsi hasil belajar posttest matematika kelas III-B SD Inpres

Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 45 3. Deskripsi hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia.47 4. Pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa ... 48 B. Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 53 B. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vii

(9)

9

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Populasi Penelitian Siswa Kelas III SD Inpres Pa’bangiang ... 36

Tabel 3.3 Sampel Penelitian Siswa Kelas III SD Inpres Pa’bangiang ... 36

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Belajar Matematika ... 40

Tabel 4.1 Tingkat Hasil Belajar Pretest ... 44

Tabel 4.2 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika ... 44

Tabel 4.3 Tingkat Hasil Belajar Posttest... 46

Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika ... 46

Tabel 4.5 Kualifikasi Nilai Akhir Pada Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 48

(10)

10 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 32

(11)

11 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Skor Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (Pretest)

Lampiran 2 Data Skor Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (Posttest)

Lampiran 3 Tabel Analisis Skor Pretest Dan Posttest

Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Matematika Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia

Lampiran 5 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 6 Lembar Soal Pretest dan Posttest beserta kunci jawabannya Lampiran 7 Persuratan dan Dokumentasi

(12)

12 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk mewujudkan generasi yang berkarakter dan mampu mengembangkan potensi dalam dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan keterampilan dan berakhlak mulia. Untuk mencapai pembinaan ini, asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik, diantaranya: aspek kognitif, efektif, dan berimplikasi pada aspek psikomotorik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 2O tahun 2003 (Trianto, 2009: 1), tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban.

Kendala peningkatan pendidikan di Indonesia saat ini salah satunya adalah dari tingkat kesadaran para siswa yang kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Masalah-masalah pembelajaran yang sering muncul di kelas, diantaranya metode yang digunakan oleh guru kurang tepat, guru kurang menarik dalam menyampaikan materi, siswa kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan materi pembelajaran, siswa kurang aktif bertanya pada guru, media yang digunakan oleh guru kurang menarik, dan indikator tidak sesuai.

Pada hakikatnya, kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.

(13)

13

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting, guru bukan hanya sebagai penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disamakan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut yang akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa (Wahyuni, 2014 : 2).

Kholis (dalam Harsanti, 2012) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik baik ketika mereka berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik .

Berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, dikarenakan matematika merupakan pelajaran yang terstruktur, harus adanya pemahaman siswa dari konsep awal untuk memahami konsep selanjutnya. Keberhasilan dalam

(14)

14

pembelajaran tidak terlepas dari berbagai aspek pembelajaran yang diantaranya adalah media pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang relevan, agar peserta didik dalam hal ini dapat menyerap materi pelajaran sesuai dengan tujuan dan harapan. Sedangkan hakikat matematika yaitu memiliki tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Begitu pula pada

pembelajaran matematika, guru juga harus mampu meningkatkan

keterampilannya dan menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga anak didik dapat memahami materi pembelajaran yang disajikan oleh guru (Heruman, 2008: 226).

Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu, merupakan pengetahuan yang sangat penting karena matematika adalah salah satu alat bantu dalam teknologi. Umumnya di sekolah-sekolah pembelajaran metematika masih berlangsung secara tradisional, dimana guru sebagai pusat belajar siswa. Pembelajaran hanya berlangsung satu arah, siswa hanya sebagai pendengar sehingga aktivitas guru mendominasi pembelajaran dikelas dan aktivitas siswa sangat kurang. Pada kurikulum SD, khususnya di kelas-kelas rendah pembelajaran matematika lebih menekankan pada penguasaan keterampilan-keterampilan berhitung dasar. Salah satunya adalah Keterampilan Perkalian.

Sehubung dengan itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika haruslah memerhatikan beberapa prinsip, antara lain adalah : 1) belajar matematika harus berarti (meaningful), 2) anak aktif terlibat dalam belajar matematika (belajar aktif merupakan inti belajar matematika yang memungkinkan anak berkesulitan belajar membentuk pengetahuan mereka), 3) anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas matematika (anak akan bekerja

(15)

15

keras untuk mencapai tujuan-tujuan menentu), 4) menggunakan berbagai bentuk atau model matematika dalam pembelajaran matematika. Oleh sebab itu, pemilihan model, strategi, dan alat bantu yang digunakan oleh guru haruslah mampu membahas materi-materi yang abstrak menjadi konkret (Tombokan & Selpius, 2014: 31).

Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar belajar dari apa yang mereka lihat (belajar kongkret). Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah dasar diusahakan untuk terciptanya suasana yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, guru perlu memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan tersebut.

Namun kenyataan saat ini, pembelajaran matematika masih terasa jauh dari teori yang ada. Bahkan beberapa prinsip yang telah disebutkan di atas sering luput dari perhatian guru. Guru yang seharusnya mempunyai peranan memilih model dan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai, lebih sering mendominasi kegiatan belajar mengajar sehingga guru terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan siswa. Seperti yang terlihat di kelas III SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa, penyampaian materinya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta teknik meghapal untuk materi perkalian. Selain itu, penggunaan media juga masih kurang. Hal inilah yang membuat peserta didik kurang mampu menyerap materi yang diajarkan sehingga kebanyakan menganggap belajar matematika itu sulit dan terkesan tidak terlalu

(16)

16

bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini juga akan berdampak pada peserta didik lainnya yang belum dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang seharusnya telah dikuasai pada kelas sebelumnya. Bahkan sebagian besar peserta didik belum terampil pada materi perkalian. Peserta didik mengungkapkan bahwa materi perkalian sangatlah sulit bagi mereka karena mengharuskan menghapal.

Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, perkalian merupakan salah satu keterampilan berhitung dasar yang harus mereka kuasai sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Penguasaan materi perkalian akan mempermudah peserta didik untuk menguasai materi matematika yang lain. Oleh karena itulah diperlukan adanya suatu media atau alat bantu yang memudahkan peserta didik dalam memahami materi perkalian, serta merangsang minat belajar peserta didik dalam menghapal perkalian dengan mudah dan menyenangkan.

Berdasarkan permasalahan diatas, terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam memahami materi perkalian. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan bahan ajar berbasis multimedia. Multimedia pembelajaran merupakan suatu alternatif baru dalam inovasi pembelajaran. Menurut Ega Rima Wati (dalam Dentika, 2017: 4) Multimedia pembelajaran mampu memadukan pembelajaran dan teknologi. Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran matematika akan membantu siswa dalam menyajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, meningkatkan minat belajar, merangsang kreativitas, pemahaman konsep, dan lain-lain. Multimedia pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan tahap berpikir anak yang masih

(17)

17

terkait dengan hal-hal konkret. Secara sederhana multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media yaitu dengan berbagai macam kombinasi grafis, teks, suara, video, dan animasi. penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menarik, menyenangkan, mudah dimengerti, dan jelas.

Pada permasalahan yang ada diatas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan media pembelajaran berbasis multimedia untuk membantu dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi perkalian di Sekolah Dasar, sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh

Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar

Matematika Pada Materi Perkalian Di Kelas III SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini, penulis uraikan dalam bentuk pertanyaan yaitu Bagaimana Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian Di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh dari Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia

(18)

18

Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian Di Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara umum maupun secara khusus sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pengguanaan media pembelajaran berbasis multimedia pada pembelajaran matematika secara umum dan terkhusus pada materi perkalian.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat: a) Bagi siswa

Manfaat bagi siswa antara lain:

1) Untuk meningkatkan motivasi siswa sehingga mereka memiliki semangat belajar matematika terutama dalam menghapal perkalian dengan mudah dan menyenangkan.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang melalui penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia.

b) Bagi guru

Manfaat bagi guru antara lain:

1) Untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran matematika di dalam kelas.

(19)

19

2) Untuk mempermudah guru menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menghasilkan suasana belajar yang lebih kondusif dan menyenangkan.

3) Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bahan masukan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran matematika.

c) Bagi sekolah

Manfaatnya bagi sekolah yaitu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk dapat meningkatkan mutu sekolah.

(20)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran Berbasis Multimedia 1. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran

Asnawir & Basyiruddin Usman (dalam Nanda Septiana, 2015: 24) mengatakan bahwa secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin “medium” yang memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan

Komunikasi Guruan (Association for Education and Communication

technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat

dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.

Gerlach & Ely (dalam Nanda Septiana, 2015: 24) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Gagne (dalam Nanda Septiana, 2015: 24) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

(21)

21

untuk belajar, sementara itu Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Adapun media pengajaran menurut Nana & Ibrahim (dalam Nanda Septiana, 2015: 25) diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung dalam media tersebut. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang diajarkan dapat dibantu dengan kehadiran media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik lebi mudah mencerna bahan pelajaran dengan bantuan media pembelajaran. Arsyad (2007: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi, sehingga membuat murid mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Dari pendapat diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga

(22)

22

dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

b. Fungsi media

Menurut Asnawir & Basyiruddin Usman (dalam Nanda Septiana, 2015: 26) penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Berikut ini fungsi-fungsi dari penggunaan media pembelajaran :

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2) Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit). 3) Menarik perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan

lebih menyenangkan dn tidak membosankan). 4) Semua indera siswa dapat diaktifkan.

5) Lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media pembelajaran yaitu media yang mampu menampilkan serangkaian peristiwa secara nyata terjadi dalam waktu lama dan dapat disajikan dalam waktu singkat dan suatu peristiwa yang digambarkan harus mampu mentransfer keadaan sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan adanya verbalisme.

c. Manfaat Media

Beberapa manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (dalam Nanda Septiana, 2015: 27) yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

(23)

23

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.

3) Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain sebagainya.

Maka dapat diambil kesimpulan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi untuk belajar dan materi yang diajarkan akan lebih jelas, cepat dipahami sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Peranan Media

Belajar tidak selamanya bersentuhan dengan hal-hal yang kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitasnya. Karena itu media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjang hal-hal yang tersembunyi. Ketidak jelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran. Namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan esensi tujuan pengajaran

(24)

24

yang telah dirumuskan, karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Peran media diantaranya :

1) Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik. 2) Mengatasi batas-batas ruang kelas.

3) Mengatasi kesulitan apabila suatu benda diamati terlalu kecil. 4) Mengatasi gerak benda secara cepat atau lambat.

5) Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks untuk dipisahkan. 6) Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar.

7) Mengatasi peristiwa-peristwa alam.

8) Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau alam. 9) Memungkinkan terjadinya kesamaan dalam pengamatan.

Belajar dengan menggunakan indra ganda (pendengar dan penglihatan) akan memberikan keuntungan lagi bagi murid dalam proses belajar dibandingkan dengan jika hanya menggunakan indra dengar atau penglihatan saja.

Menurut Arsyad (2003:10) mengungkapkan bahwa kurang lebih 70% prestasi dan hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera penglihatan, dan sisanya 25% melalui indera pendengaran dan 5% lagi melalui indera lain.

2. Multimedia

a. Definisi Multimedia

Secara sederhana, multimedia diartikan sebagai lebih dari satu media. Arti multimedia yang umumnya dikenal adalah berbagai macam kombinasi grafis,

(25)

25

teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yyang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan computer merupakan pengendali seluruh peralatan itu. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti, dan jelas. Multimedia berbasis computer ini sangat menjanjikan untuk penggunaannya dalam bidang pendidikan (Azhar Arsyad, 2000 : 169).

Menurut Hick dan Hyde dalam Ismaniati (2000) mengemukakan bahwa multimedia merupakan salah satu dari media pembelajaran dengan bantuan computer yang sering juga disebut sebagai Computer Assisted Intruction (CAI), dimana si belajar berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi tersebut terjadi secara individual, dengan adanya link dan tool memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Multimedia adalah gabungan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, suara, foto atau gambar, seni grafis, animasi, dan elemen video yang dikemas menjadi file digital yang memiliki link dan tool, digunakan untuk menyampaikan pesan kepada public atau pengguna dengan bantuan komputer.

b. Pentingnya Multimedia

Menururt Fidianto (Dalam Nur Fadilah, 2010) Pada proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, siswa sering dihadapkan pada materi yang abstrak dan

(26)

26

di luar pengalaman sehari-harinya. Materi seperti ini sulit diajarkan guru dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkonkretkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM. Pada era informatika visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat ditambahkan suara (audio). Sajian audio visual atau lebih dikenal dengan sebutan multimedia menjadikan visualisasi lebih menarik.

Dengan multimedia, guru dapat menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial, nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan simpul secara interaktif. Tampilan tersebut akan membuat pengguna (user) lebih leluasa memilih, mesintesa, dan mengelaborasi pengetahuan yang ingin dipahaminya. Alhasil komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena komputer tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan. Iklim afektif ini akan melibatkan penggambaran ulang berbagai objek yang ada dalam pikiran siswa. Dan iklim inilah yang membuat tingkat retensi siswa pengguna komputer multimedia lebih tinggi daripada bukan pengguna.

Multimedia mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain, yaitu: multimedia membolehkan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik, dapat memberikan kebebasan kepada pelajar dalam menentukan topik pembelajaran, dan memberikan kemudahan kawalan yang sistematis dalam pembelajaran. Multimedia telah mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamik. Namun yang lebih penting ialah pemahaman tentang bagaimana menggunakan teknologi tersebut

(27)

27

dengan lebih efektif dan dapat menghasilkan ide-ide untuk pengajaran dan pembelajaran.

Pada saat ini, guru perlu mempunyai kemahiran dan keyakinan diri dalam menggunakan teknologi ini dengan cara yang paling berkesan. Suasana pengajaran dan pembelajaran yang interaktif, lebih menggalakkan komunikasi aktif antara berbagai hal. Penggunaan komputer multimedia dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah dengan tujuan meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran.

Menurut Nanda Septiana (2015: 36) seiring dengan perkembangan zaman, maka penggunaan multimedia sangat penting, berikut ini adalah alasan pentingnya multimedia.

1) Multimedia menjadikan kegiatan membaca itu dinamis dengan memberikan dimensi baik pada kata. Apalagi dalam hal penyampaian makna, kata-kata dalam aplikasi multimedia bisa menjadi pemicu yang dapat digunakan memperluas cakupan teks untuk memeriksa suatu topik tertentu secara lebih luas.

2) Multimedia melakukan hal ini bukan hanya dengan menyediakan lebih banyak teks melainkan juga menghidupkan teks dengan menyertakan bunyi, gambar, musik, animasi, dan video.

3) Multimedia menarik indera dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara dan gerakan. Lembaga riset dan penerbitan komputer yaitu Computer Technology Riset (CTR) menyatakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar, sedangkan dari

(28)

28

yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus orang dapat mengingat 80%, maka multimedia sangatlah efektif digunakan sebagai media pembelajaran. 4) Multimedia menjadi alat yang ampu untuk pengajaran dan pendidikan serta

untuk meraih keunggulan bersaing.

c. Prinsip Desain Multimedia

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Richard E. Mayer (dalam Hardianto, 2011: 7) menunjukan bahwa anak didik kita memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Menurut Mayer ada 12 prinsip desain multimedia pembelajaran yang dapat diterapkan di Pembelajaran yaitu :

1) Prinsip Multimedia

Orang belajar lebih baik dari gambar dan kata dari pada sekedar kata-kata saja. Karena dinamakan multimedia berarti wajib mampu mengkombinasikan berbagai media (teks, gambar, grafik, audio/narasi, video, animasi, simulasi, dll) menjadi satu kesatuan yang harmonis. Sebab jika tidak, namanya bukan multimedia tapi single-media.

2) Prinsip Kesinambungan Spasial

Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disandingkan berdekatan dibandingkan apabila disandingkan berjauhan atau terpisah. Oleh karena itu, ketika ada gambar (seperti video, animasi, dll) yang dilengkapi dengan teks, maka teks tersebut harus merupakan jadi satu kesatuan dari gambar tersebut, jangan menjadi sesuatu yang terpisah.

3) Prinsip Kesinambungan Waktu

Orang belajar lebih baik ketika kata dan gambar terkait disajikan secara simultan dibandingkan apabila disajikan bergantian atau setelahnya. Ketika Anda

(29)

29

ingin memunculkan suatu gambar dan atau animasi atau yang lain beserta teks, misalnya, sebaiknya munculkan secara bersamaan atau simultan. Jangan satu per satu, sebab akan memberikan kesan terpisah atau tidak terkait satu sama lain. 4) Prinsip Koherensi

Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, gambar, suara, video, animasi yang tidak perlu dan tidak relevan tidak digunakan. Nah, ini yang sering terjadi. Banyak sekali pengembang media mencantumkan sesuatu yang tidak perlu. Mungkin maksudnya untuk mempercantik tampilan, memperindah suasana atau menarik perhatian mata. Tapi, menurut Mayer, hal ini sebaiknya dihindari. Cantumkan saja apa yang perlu dan relevan dengan apa yang disajikan.

5) Prinsip Modalitas Belajar

Orang belajar lebih baik dari animasi dan narasi termasuk video, daripada animasi dan teks pada layar. Jadi, lebih baik animasi atau video dan narasi daripada menggunakan narasi ditambah dengan teks yang panjang. Hal ini sangat mengganggu.

6) Prinsip Redudansi

Sama dengan prinsip di atas. Jangan redudansi, kalau sudah diwakili oleh narasi dan gambar/animasi, janganlah tumpang tindih pula dengan teks yang panjang.

7) Prinsip Personalisasi

Orang belajar lebih baik dari teks atau kata-kata yang bersifat komunikatif (conversational) daripada kalimat yang lebih bersifat formal. Lebih baik menggunakan kata-kata lugas dan enak daripada bahasa teoritis, oleh karena itu, sebaiknya gunakan bahasa yang komunikatif dan sedikit ber-style.

(30)

30

8) Prinsip Interaktivitas

Orang belajar lebih baik ketika ia dapat mengendalikan sendiri apa yang sedang dipelajarinya (manipulatif: simulasi, game, branching). Sebenarnya, orang belajar itu tidak selalu linier atau urut satu persatu. Dalam kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu, multimedia pembelajaran harus memungkinkan user/pengguna dapat mengendalikan penggunaan daripada media itu sendiri. dengan kata lain, lebih manipulatif (dalam arti dapat dikendalikan sendiri oleh user) akan lebih baik. Simulasi, branching, game, navigasi yang konsisten dan jelas, bahasa yang komunikatif, dan lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.

9) Prinsip Sinyal

Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue, highlight, penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan. Kita bisa memanfaatkan warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan penekanan, highlight atau pusat perhatian (focusofinterest). Karena itu kombinasi penggunaan media yang relevan sangat penting sebagai isyarat atau kata keterangan yag memperkenalkan sesuatu. 10) Prinsip Perbedaan Individu

Sembilan prinsip tersebut berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas visual tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya. Kombinasi teks dan narasi serta visual berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas auditori tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya.

(31)

31

11) Prinsip Praktek

Interaksi adalah hal terbaik untuk belajar, kerja praktek dalam memecahkan masalah dapat meningkatkan cara belajar dan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.

12) Pengandaian

Menjelaskan materi dengan audio meningkatkan hasil belajar. Siswa belajar lebih baik dari animasi dan narasi, daripada dari animasi dan teks pada layar.

d. Tahapan Dalam Pembelajaran Multimedia

Untuk mendesain mata pelajaran yang hendak disampaikan melalui pembelajaran multimedia, seorang guru harus menyiapkan Rencana Pembelajaran dan persiapan-persiapan yang diperlukan. Persiapan-persiapan itu meliputi : 1) Persiapan awal :

a. Menyiapkan Rencana Pembelajaran

b. Mengumpulkan data-data yang diperlukan, gambar atau film / slide (jika dimungkinkan ada)

c. Menyiapkan perangkat komputer ( software yang diperlukan ) 2) Pembuatan presentasi untuk pembelajaran:

a. Tidak harus semua materi yang akan diajarkan diinformasikan semua dalam presentasi. Dibutuhkan jiwa seni bagi seorang guru dalam membuat design presentasi pembelajaran.

b. Presentasi mencakup pokok-pokok materinya saja.

c. Menyisipkan gambar-gambar, film atau suara jika diperlukan.

(32)

32

d. Sebaiknya pada akhir presentasi dibuatkan soal-soal atau tugas-tugas untuk siswa.

3) Pelaksanaan:

a. Sebelum pelajaran dimulai guru menyiapkan tempat presentasi.

b. Menyiapkan perangkat-perangkat yang dibutuhkan misalnya, komputer, LCD proyektor, screen proyektor, microphone dan pengeras suara.

c. Pelaksanaan pembelajaran. d. Penilaian ( PostTest )

e. Kelebihan Multimedia

Adapun kelebihan multimedia menurut Munir (dalam Dentika Apria, 2017: 14) yang tidak dimiliki media lain yaitu :

1) Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik.

2) Multimedia memberikan kebebasan kepada pembelajar dalam menentukan topik proses belajar.

3) Multimedia memberikan kemudahan control yang sistematis dalam proses belajar.

B. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian

Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha (Sugono, 2008: 528). Belajar dan mengajar merupakan konsep yang

tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang

(33)

33

seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

Hasil Belajar menurut Sudjana (2000:7), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu. Lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap, dan motorik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 2).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

“Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkunganya” (Muhammad, 2004: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung

(34)

34

secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif ) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (dalam Rusman, 2012: 124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal: a) Faktor Internal

1). Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

(35)

35

2). Faktor Psikologis. Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.

b). Faktor Eksternal

1). Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

2). Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

C. Matematika dan Materi Perkalian 1. Matematika

a. Definisi Matematika

Para ahli telah mendeskripsikan matematika dengan menyebutkan beberapa sifatnya saja. Masing-masing ahli mengemukakan pendapatnya tentang

(36)

36

matematika berdasarkan sudut pandang, kemampuan, pemahaman, dan pengalamannya masing-masing. Ada yang mendeskripsikan dengan begitu sederhana, juga ada yang mendeskripsikannya dengan kompleks. Dari semua deskripsi yang dikemukakan tersebut, tidak ada yang menjadi suatu definisi formal matematika. Oleh karena itulah, matematika tidak akan pernah tuntas untuk didiskusikan, dibahas, maupun diperdebatkan.

Sumardyono (2004: 28) mengemukakan bahwa definisi matematika dapat dideskripsikan secara umum, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Metematika sebagai struktur yang terorganisasi

Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisasi. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma atau postulat, pengertian pangkal atau primitif, dan dalil atau teorema (termasuk didalamnya lemma, yaitu teorema pengantar/ kecil; dan corolly/ sifat).

2) Matematika sebagai alat (tool)

Matematika juga sering di pandang sebagai alat dalam mencari solusi dari berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3) Matematika sebagai pola pikir deduktif

Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif. Suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum).

4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thingking)

Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar. Paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara pembuktian yang sah

(37)

37

(valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.

5) Matematika sebagai bahasa artificial

Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial. Artinya baru memiliki makna apabila dikenakan pada suatu konteks.

6) Matematika sebagai seni kreatif

Matematika adalah penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide juga pola-pola yang kreatif dan menakjubkan. Hal tersebut mengakibatkan matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir kreatif.

b. Faktor-faktor yang mengakibatkan matematika itu sulit

1) Faktor matematika itu sendiri

Matematika menuntut banyak analisa, perhitungan, dan lain-lain. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kebanyakan siswa, yang cenderung lebih memilih menghafalkan dari pada berhitung dan memahami konsep. Pada kenyataannya siswa dituntut untuk bisa berhitung dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat dilihat dari soal-soal ujian yang sebagian besar hanya hitungan. Akibatnya menjamurlah berbagai bimbingan belajar yang menawarkan cara cepat dan praktis untuk mengerjakan soal matematika. Siswa tidak perlu memahami konsep matematika yang begitu menjemukan dan rumit. Cukup dengan rumus cepat, dalam hitungan detik soal pun terjawab dengan benar. Pada intinya, tuntutan untuk mengerjakan matematika dengan cepat, praktis, tanpa berhitung, dan yang sejenisnya malah justru bertolak belakang dengan matematika itu sendiri.

(38)

38

2) Faktor Guru

Kebanyakan guru mengalami kesulitan dalam mengajar matematika, bukan berarti guru tidak mengerti materi matematika, tetapi memang cukup sulit menyampaikan materi tersebut agar dipahami siswa dengan mudah. Padahal, peranan guru dalam pengajaran sangatlah penting dalam pendidikan. Sejauh mana penguasaan materi yang dicapai siswa sangat bergantung kepada guru. Jika diibratkan guru adalah jembatan ilmu, jadi bagaimana ilmu bisa tersampaikan dengan baik jika siswa tidak menyukai sang guru.

Ada siswa yang mengatakan bahwa gurunya galak sehingga tidak bisa berkonsentrasi pada saat belajar. Adapula yang mengatakan bahwa gurunya membosankan, tidak asyik. Bahkan, tidak sedikit siswa yang tidak menyukai gurunya karena warisan dari seniornya. Ketika sang senior mengatakan bahwa seorang guru galak dan tidak menyenangkan, ia pun terpengaruh dan ikut tidak menyukai sang guru. Akhirnya proses belajar mengajar pun tidak menyenangkan. 3) Faktor dari siswa itu sendiri

Faktor dari siswa itu sendiri bermacam-macam, diantaranya sebagai berikut:

a. Pengaruh perkataan orang lain b. Tidak siap menghadapi tantangan c. Mudah menyerah

d. Malas

2. Perkalian

Menurut Yasin (2009: 39) perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan dengan bilangan lain. Perkalian terdefinisi untuk seluruh bilangan di

(39)

39

dalam suku-suku penjumlahan yang diulang-ulang, misalnya 3 dikali 4 (sering kalidibaca “3 kali 4”) dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama: 3 × 4 = 4 + 4 + 4 = 12. Dengan kata lain perkalian adalah penjumlahan berulang, ataupenjumlahan dari beberapa bilangan yang sama.

Heruman (Yuliani, 2010: 10) mengatakan bahwa pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.Perkalian termasuk topik yang sulit untuk dipahami sebagian siswa. Ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkatan tinggi Sekolah Dasar belum menguasai topik perkalian ini, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari topik matematika yang lebih tinggi. Melalui penggunaan media pembelajaran yang efektif berikut serta bimbingan guru, diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari perkalian ini.

Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami topik perkalian, kita dapat memberikan contoh soal, selain itu juga dapat dilakukan dengan pembinaan ketrampilan. Pembinaan ketrampilan pada awalnya dapat dilakukan dengan memberikan latihan soal pada siswa tentang perkalian. Pembinaan ketrampilan siswa dalam perkalian dapat dilakukan dengan cara mencongak secara perorangan. Kegiatan mencongak ini sering dilakukan oleh guru-guru di masa lalu ketika menjelang pulang sekolah. Guru memberikan soal perkalian, siswa kemudian menjawabnya. Siswa yang dapat menjawab dengan benar, dipersilahkan untuk pulang terlebih dahulu dan siswa yang tidak dapat menjawab atau masih salah dalam menjawabnya, tidak diperbolehkan dahulu untuk pulang.

(40)

40

Kegiatan ini memang efektif dalam melatih siswa untuk hafal perkalian (Ibid 2011 : 24).

Jadi dapat disimpulkan bahwa perkalian adalah suatu proses aritmatika dasar dimana satu bilangan dilipat gandakan sesuai dengan bilangan pengalinya.

D. Penelitian yang Relevan

Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang peneliti akan laksanakan. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Galuh Kartikasari (2016). Judul “Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis

Multimedia Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Sistem Pencernaan

Manusia Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini adalah penggunaan

media pembelajaran berbasis multimedia berpengaruh teradap motivasi dan hasil belajar peserta didik. Peningkatan yang terjadi antara sebelum pembelajaran dan setelah pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 17,52 dari selisih nilai rata-rata angket motivasi sedangkan untuk kelas control adalah 9,13 dari selisih nilai rata-rata angket sebelum dan setelah pembelajaran. Begitu pula pada hasil belajar siswa, dapat diketahui bahwa rata-rata yang diperoleh pada pretest kelas eksperimen adalah 63,00 dan kelas control 61,52 dari nilai rata-rata siswa. Setelah diberi perlakuan, hasil posttest kelas eksperimen 86,16 dan hasil posttest kelas control 79,30 dari nilai rata-rata siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh hasil belajar lebih tinggi dari kelas control pada akhir pembelajaran.

(41)

41

2. Latifa Arina Rizqi (2014). Judul “Pengaruh Penggunaan Multimedia

Interaktif Berbasis Macromedia Flash Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Kejuruan Kelas X SMK N 2 Depok”.

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh rata-rata nilai hasil belajar pretest kelas control sebesar 47,19 dan nilai rata-rata posttest sebedar 78,75, sedangkan pada kelas eksperimen nilai rata-rata pretest sebesar 49,22 dan nilai rata-rata posttest sebesar 86,88. Peningkatan hasil belajar kelas control sebesar 31,56 dan kelas eksperimen sebesar 37,66. dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metodemultimedia interaktif berbasis macromedia flash lebih besar dari hasil belajar siswa yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran kompetensi dasar kejuruan.

3. Dentika Aprilia Wahyuni (2017). Judul “Pengembangan Bahan Ajar

Pembelajaran Matematika Berbasis Multimedia Pada Materi Peluang Untuk Siswa Kelas XI”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahan ajar berbasis

multimedia yang dikembangkan memiliki kriteria baik berdasarkan kualitas isi,instruksional, komunikasi visual, dan teknis menurut ahli materi, ahli media, guru dan siswa. dari keseluruhan penilaian, bahan ajar berbasis multimedia ini termasuk dalam criteria baik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika.

E. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika di sekolah dasar masih terasa jauh dari teori yang ada. Guru yang seharusnya mempunyai peranan memilih model, menyiapkan media pembelajaran dan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai. Namun

(42)

42

guru lebih sering mendominasi kegiatan belajar mengajar sehingga guru terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan siswa. Penyampaian materinya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta teknik meghapal untuk materi perkalian. Bahkan sebagian besar peserta didik belum terampil pada materi perkalian. Peserta didik mengungkapkan bahwa materi perkalian sangatlah sulit bagi mereka karena mengharuskan menghapal. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, perkalian merupakan salah satu keterampilan berhitung dasar yang harus mereka kuasai sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Penguasaan materi perkalian akan mempermudah peserta didik untuk menguasai materi matematika yang lain. Oleh karena itulah diperlukan adanya suatu media atau alat bantu yang memudahkan peserta didik dalam memahami materi perkalian, serta merangsang minat belajar peserta didik dalam menghapal perkalian dengan mudah dan menyenangkan.

Bahan ajar atau media terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah multimedia. Multimedia adalah sekumpulan media pembelajaran yang disajikan dalam bentuk seperti teks, gambar, animasi, suara, video, dan simulasi kejadian nyata dalam satu program. Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menarik, menyenangkan, mudah dimengerti, dan jelas. Bahan ajar berbasis multimedia dapat membantu siswa dalam memahami materi perkalian dengan lebih mudah, menarik, dan dapat membantu siswa merasakan kejadian nyata melalui simulasi serta dapat mempengaruhi hasil belajar matematika khusunya pada materi perkalian.

(43)

43 Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

F. Hipotesis Penelitian

Penulis menentukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti sebagai hipotesis, yaitu “ada pengaruh dari penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia terhadap hasil belajar matematika pada

Menggunakan Metode Menghapal Pembelajaran

Matematika Pada Materi Perkalian

Pretest

Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia

Posttest

Temuan

Ada Pengaruh Tidak ada

Pengaruh 32

(44)

44

materi perkalian di kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa”. Memuat Hipotesis yaitu :

(Sumber : Sugiyono, 2016: 103) Keterangan :

µ

1 = Rata-rata hasil belajar sebelum diberikan perlakuan

µ

2 = Rata-rata hasil belajar setelah diberikan perlakuan

H1 = Ada Pengaruh dari penggunaan media pembelajaran berbasis

multimedia terhadap hasil belajar matematika pada materi perkalian siswa kelas III SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

Ho = Tidak ada pengaruh dari penggunaan media pembelajaran berbasis

multimedia terhadap hasil belajar matematika pada materi perkalian siswa kelas III SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

(H

0

) : µ

1

≤ µ

2

(H

1

) : µ

2

> µ

1

(45)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Eksperimen. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2016: 14). Rancangan penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik, dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat (Arikunto, Suharsimi. 2006: 207).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah termasuk kategori pre-eksperimen (pre

experimental design) karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh

karena masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen. Desain pre-eksperimen yang digunakan adalah desain “The

one-group pretest-posttest design”. Desain ini memberikan tes awal (pretest)

sebelum diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

(46)

46

Menurut Sugiyono (2016: 111) Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

O1 X O2

Pretest Treatment Posttest

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) X = Perlakuan

O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2018.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016: 117), populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua siswa SD Inpres Pa’bangiang kelas III yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas A dan B.

(47)

47 Tabel 3.2 Populasi Penelitian Siswa Kelas III SD Inpres Pa’bangiang

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 III-A 16 23 39

2 III-B 15 18 33

Sumber : SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa 2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016: 118) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas III-B. Sampel tersebut ditentukan dengan menggunakan teknik

cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang

berkelompok-kelompok, misalnya kelompok kelas.

Tabel 3.3 Sampel Penelitian Siswa Kelas III-B SD Inpres Pa’bangiang

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

2 III-B 15 18 33

Sumber : SD Inpres Pa’bangiang Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasioanal variable dimaksudkan untuk menjabarkan variabel-variabel yang timbul dalam suatu penelitian ke dalam indikator-indikator terperinci. Adapun definisi operasional variable dalam penelitian ini, yaitu :

1. Media Pembelajaran Berbasis Multimedia

Media Pembelajaran Berbasis Multimedia sebagai variable bebas merupakan salah satu media pembelajaran yang dikenal sebagai media berbagai macam kombinasi grafis, teks, suara, video, dan animasi. Penggabungan ini

(48)

48

merupakan satu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.

2. Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian

Hasil belajar matematika sebagai variabel terikat merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam bentuk nilai setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia pada materi perkalian. Hasil belajar ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, ceklis (check-list) atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, 2006).

Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap suatu fenomena. Oleh karena itu, harus ada alat ukur yang digunakan yang disebut instrumen penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka instrumen yang digunakan adalah:

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Tes awal

(pretest) digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa. 37

(49)

49

Dan tes akhir (posttest) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan siswa setelah diberi perlakuan dan sebelum diberi perlakuan. Tipe tes yang akan digunakan dalam instrumen penelitian adalah bentuk uraian.

Bentuk tes uraian dipakai untuk mengungkapkan proses berfikir, ketelitian dan sistematika dalam menyelesaikan soal. Tes yang diberikan relatif sama, baik pada soal pretest maupun pada soal posttest.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang berisi daftar aspek-aspek pokok mengenai pengamatan terhadap siswa, guru, dan proses pembelajaran. Lembar observasi ini bermanfaat untuk mengetahui hal-hal yang tidak dapat diamati langsung oleh peneliti selama proses pembelajaran.

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 158) dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber data yang ada di sekolah yaitu profil sekolah, struktur organisasi dan hasil penilaian prestasi belajar.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian ini mendapatkan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu:

(50)

50 1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kunjungan langsung pada tempat atau lokasi penelitian. Tujuannya untuk mengetahui keadaan, jumlah populasi dan sampel penelitian.

2. Tes Awal (Pretest)

Tes awal dilakukan sebelum treatment. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum diterapkannya media pembelajaran berbasis multimedia.

3. Treatment (Pemberian Perlakuan)

Dalam hal ini peneliti memberikan perlakuan dengan menerapkan media pembelajaran berbasis multimedia pada pembelajaran matematika materi perkalian.

4. Tes Akhir (Posttest)

Setelah diberikan treatment selanjutnya adallah Posttest untuk mengetahui pengaruh dari penerapan media pembelajaran berbasis multimedia terhadap hasil belajar matematika pada materi perkalian.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis pre-eksperimen. Analisis pre-eksperimen ini digunakan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar matematika pada materi perkalian yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia.

(51)

51 1. Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa skor rata-rata, standar deviasi, skor ideal, skor rendah dan skor tertinggi. Data tersebut dikelompokkan dalam kriteria ketuntasan yang digunakan dalam pembelajaran matematika.

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Belajar Matematika

Skor Kategori

≥ 70 Tuntas

< 70 Belum tuntas

Menurut Arikunto dalam Kahar (2017: 36), untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, maka skor dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N= X 100

Keterangan :

N: nilai siswa

SS: skor hasil belajar siswa SI: skor ideal

2. Analisis Data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut :

t

= Md

( )

(Arikunto, 2006 : 306)

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai Pretest
Tabel Tingkat Hasil Belajar Pretest
Tabel Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai Posttest
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan hasil statistik inferensial diperoleh zhitung &gt; ztabel maka, berdasarkan analisis statistik deskriptif dan inferensial diperoleh hasil belajar

Berdasarkan hasil analisis statistik deskripstif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan

Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif dan statistic inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan t-test diperoleh p = 0,000 dan α = 0,05 karena p &lt; α (0,000&lt; 0,05), maka dapat disimpulkan

Berdasarkan hasil analisis statistik, deskriptif dan analistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Media Puzzle Peta

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model artikulasi

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik Kancing