• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis perbandingan biaya metode konvensional dengan Flat Slab proyek Hotel Gatot Subroto Jakarta.

Andi (2016) dalam penelitiaannya yang berjudul “Perbandingan Biaya Pelaksanaan Pelat Beton Menggunakan Boundeck dan Pelat Konvensional Pada Gedung Graha Suraco” memaparkan analisis perbandingan biaya pelaksanaan pelat beton boundeck dan konvensional menunjukkan bahwa biaya pelat lantai boundeck lebih tinggi dibandungkan dengan pelat lantai konvensional dengan penurunan harga sebesar Rp 178.503.047 atau 28,12 %.

Pelaksanaan untuk pekerjaan pelat lantai boundeck lebih efektif dan efisien baik dari tingkat kesulitan maupun waktu yang dibutuhkan dibandingkan pelat lantai konvensional, dimana pelaksanaan pelat lantai boundeck membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikan pekerjaan pelat lantai 3 Gedung Graha Suraco sedangkan menggunakan pelat lantai konvensional membutuhkan waktu 12 hari.

Andika (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan Harga Plat Lantai Ruko Antara Plat Lantai Konvensional dan Plat Lantai Steel Decking” didapatkan kesimpulan efektivitas perbandingan harga pelat lantai konvensional dan komposit (steel decking) untuk pelat lantai dimensi 4 x 20 = 22,42% untuk pelat lamtai dimensi 5 x 20 = 19,22% dan untuk pelat lantai dimensi 6 x 20 = 12,07 % lebih efektif pelat komposit.

Efektifitas perbandingan durasi pekerjaan pelat lantai komposit (steel decking)

(2)

berbanding konvensional, untuk pelat lantai dimensi 4 x 20 = 1 : 1,875, untuk pelat lantai dimensi 6 x 20 = 1 : 2,111. Dimana metode pelat komposit memerlukan durasi pekerjaan yang lebih singkat dibandingkan dnegan metode konvensional.

2.2 Pelat

Pelat merupakan suatu elemen struktur yang mempunyai ketebalan relatif kecil jika dibandingkan dengan lebar dan panjangnya. Di dalam konstruksi beton, pelat digunakan untuk mendapatkan bidang/permukaan yang rata. Pada umumnya bidang/permukaan atas dan bawah suatu pelat adalah sejajar atau hampir sejajar. Tumpuan pelat pada umumnya dapat berupa balok-balok beton bertulang, struktur baja, kolom-kolom (lantai cendawan), dan dapat juga berupa tumpuan langsung diatas tanah. Pelat dapat ditumpu pada tumpuan garis yang menerus, seperti halnya dinding atau balok, tetapi dapat juga ditumpu secara lokal (diatas sebuah kolom dan beberapa kolom). (Andi, 2016)

Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak langsung di atas tanah. Pelat di dukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Adapun kegunaan pelat lantai adalah sebagai berikut:

 Memisahkan ruang bawah dan ruang atas

 Untuk meletakkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah

 Meredam suara dari ruang atas atau ruang bawah

 Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

Adapun syarat-syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai antara lain :

(3)

● Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang ada pada atasnya

● Tumpuan pada dinding sedemikian rupa luas yang mendukung harus cukup besarnya

● Lantai harus dijangkarkan pada dinding sedemikian rupa sehingga mencegah dinding melentur

● Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara

● Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas

● Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan cara cepat

● Konstruksi lantai sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan

Dalam penelitian ini ada dua hal yang dibandingkan yaitu pelat beton sistem Flat Slab dan sistem Konvensional.

2.2.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Konvensional

Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Pelat lantai menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat. Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat dibedakan menjadi :

1. Pelat satu arah

Akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu

(4)

arah adalah pelat kantilever dan pelat yang ditumpu 2 tumpuan sejajar. Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi (seperti terlihat pada gambar di bawah).

Gambar 2.1. Tampak depan pelat kantilever (pelat 1 arah) (Sumber :

http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2011/11/sistem-perencanaan-tulangan-pada.html)

Gambar 2.2. Tampak atass pelat kanitlever (Sumber :

http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2011/11/sistem-perencanaan-tulangan-pada.html) 2) Pelat dua arah

Akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang sejajar.

(5)

Gambar 2.3. Tampak depan pelat dengan tumpuan sejajar (Sumber : Wang. C.K “Desain beton bertulang jilid II” tahun 1989)

Gambar 2.4. Tampak atas pelat dengan 2 tumpuan sejajar (Sumber : Wang. C.K “Desain beton bertulang jilid II” tahun 1989)

Gambar 2.5. Tampak depan pelat tulangan pokok 2 arah (Sumber : SNI 03-2847-2002 & S-03-2847-2002)

Gambar 2.6. Tampak atas pelat tulangan pokok 2 arah (Sumber : SNI 03-2847-2002 & S-2002).

(6)

Gambar 2.7. Metode pelat konvensional menggunakan balok ( Sumber : presentation by Fariz Andriawan singh for Institute Technologi Sepuluh November

2014)

Berikut metode pelaksanaan pekerjaan pelat konvensional adalah :

1. Penulangan

Pada beton konvensional, tulangan harus dirakit secara manual, tahapan dari penulangan itu sendiri adalah melalui pemotongan atau cutting, pembengkokan ataubending, perakitan atau assembling. Tulangan pada dunia sipil ada 2 macam yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Tulangan polos biasanya dipakai untuk sengkang sedangkan tulangan ulir dipakai sebagai tulangan utama. Tahapan penulangan ini banyak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak.

2. Pembesian Balok

Pemasangan tulangan balok dan pelat lantai dilakukan secara serentak setelah pemasangan bekisting balok dan pelat lantai. Pemasangan tulangan balok dilakukan sebagai berikut :

- Dipasang tulangan bawah diatas beton decking tebal 2,5 cm. ujung tulangan bawah dimasukkan ke dalam tulangan kolom sebagai penjangkaran sepanjang minimal 25D. Apabila terdapat sambungan pada penulangan dilakukan sambungan lewatan sekitar 40D.

(7)

- sambungan tulangan dilakukan selang seling dan harus dihindarkan penempatan sambungan ditempat-tempat dengan tegangan maksimum.

- Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak tengah bentang. Sengkang diikat dengan kawat beton.

- Tulangan atas dipasang dengan cara dimasukkan satu per satu kedalam tulangan sengkang dibagian atas kemudian diikat dengan kawat. Ujung tulangan atas dimasukan kedalam tulangan kolom sebagai panjang penjangkaran sepanjang 40 D atau ¾ kali tinggi manfaat balok jika balok berukuran besar. Sebagai pengaku dipakai tulangan pinggang sesuai dengan perencanaan.

3. Pembesian Pelat Lantai

- Dipasang tulangan bawah lapis 1 diatas beton decking dengan ketebalan 2 cm. Tulangan ini dipasang melewati tulangan atas balok. - Dipasang tulangan bawah lapis 2 diatas lapis 1 dengan arah tegak lurus lapis 1 kemudian persilangan tulangan diikat dengan kawat beton.

- Untuk mendapatkan jarak tertentu antara tulangan atas dan bawah dipasang tulangan kaki ayam yaitu potongan besi yang dipotong sedemikian rupa sehingga dapat menjaga jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah pelat.

(8)

- Tulangan atas lapis 2 dipasang. Tulangan ini juga melewati dan diletakkan dibagian atas tulangan atas balok. Tulangan atas lapis 2 dipasang tegak lurus dengan tulangan atas lapis 1.

- Persilangan tulangan atas diikat dengan kawat beton 4. Bekisting

Bekisting digunakan sebagai cetakan untuk membuat elemen struktur pada bangunan, dalam pembuatan bekisting harus dibuat sebaik mungkin agar tidak terjadi keruntuhan, cetakan tidak lurus, dan sebagainya. Bahan yang digunakan biasanya dari papan kayu, polywood, chipboard, dan hardboard. Polywood yang biasa digunakan adalah ¼, 3/8, ½, 5/8 dan ¾ inch yang tersedia dalam bentuk lembaran dengan lebar 4 ft dan panjang 8,10,12 ft. Bahan -bahan lain yang biasa digunakan untuk membuat bekisting adalah aluminium, plastik, serat sintetis, polystyrene, batako, dan beton.

5. Pengecoran

Pengecoran adalah tahap dimana membuat beton, pada tahap ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil beton dengan mutu baik, sesuai dengan yang direncanakan.

6. Bongkar Bekisting

Pada tahap ini bekisting dibongkar setelah 28 hari, ini dilakukan untuk menjaga mutu beton agar tercapai.

2.2.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Flat Slab

Flat Slab merupakan salah satu metode konstruksi yang hanya menggunakan kolom dan slab sebagai media pemikul beban dari bangunan.

(9)

Flat Slab tidak menggunakan balok, tetapi memiliki penebalan di area kolom ataupun pembesaran kolom maupun keduanya. Penebalan di area kolom, biasa disebut dengan Drop Panel, sedangkan pembesaran kolom biasa disebut Column Capital.

Pada perencanaan bangunan tinggi yang tidak menggunakan balok, geseran merupakan pertimbangan kritis terutama pada bagian pertemuan antara pelat dan kolom. Apabila bagian pertemuan pada struktur tersebut tidak kuat, maka kolom-kolom penyangga pada pelat akan memberikan tekanan yang hendak menembus pelat ke atas yang dapat mengakibatkan timbulnya tegangan geser cukup besar pada area sekitar kolom yang dapat menimbulkan keruntuhan . Keruntuhan itu ditandai dengan timbulnya retak-retak pada pelat atau bahkan tertembus oleh kolom. Antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi keruntuhan ini adalah dengan memberikan perkuatan geser yang cukup pada daerah pertemuan antara pelat dan kolom yaitu dengan pemasangan Drop Panel. Drop panel biasanya sampai seperenam dari panjang tiap arah bentang dari tiap kolom, memberikan kekuatan lebih pada daerah kolom sehingga meminimalkan jumlah beton di bagian tengah.

Sistem Flat Slab ini mempunyai ciri khusus yaitu, tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam atau (interior), sementara balok - balok tepi sepanjang garis kolom luar atau (eksterior), bisa jadi ada atau tidak (Wang. C.K.:Salman C.G., 1989).

Kemampuan flat slab untuk menahan gaya geser diperoleh dari salah satu atau kedua hal berikut :

(10)

1. Drop panel, yaitu penambahan tebal pelat di dalam daerah kolom untuk mengurangi tekanan pada bagian pelat.

2. Kepala kolom (column head) adalah pembesaran (penebalan) dari kolomnya yang bertemu dengan pelat diatasnya (sumber : John Scott.,2001).

Gambar 2.8. Pelebaran kepala kolom dan drop panel Flat Slab (Sumber: Wang, C.G.;hariandja, B., 1989 : 19).

Gambar 2.9. Konstruksi Flat Slab (Sumber : presentation by Silvanus singh for Institute Technologi Sepuluh November 2014)

(11)

3. Menentukan tebal dan dimensi drop panel Flat Slab :

- Tebal pelat lantai berdasarkan SNI 03-2847-2002 ps. 11.5

- Dimensi drop panel berdasarkan SNI 03-2847-2002 PS. 15.3.7

Gambar 2.10. Tebal pelat lantai dan dimensi drop panel Flat Slab (Sumber : presentation by Silvanus singh for Institute Technologi Sepuluh November 2014)

Gambar 2.11. Metode Flat Slab (Sumber : presentation by Silvanus singh for Institute Technologi Sepuluh November 2014)

(12)

Kelebihan sistem Flat Slab antara lain :

1. Pengerjaan lebih cepat karena tidak ada balok.

2. Pelaksanaan struktur lebih minimum.

3. Biasanya tidak memerlukan tulangan geser pada kolom.

Kekurangan sistem Flat Slab antara lain :

1. Umumnya tidak mendukung batu partisi

2. Merupakan bagian konstruksi yang tipis

3. Lemah terhadap gaya lateral.

Gambar 2.12. Perbedaan Flat Slab dan Konvensional (Sumber : presentation by Silvanus singh for Institute Technologi Sepuluh November 2014)

2.3 Basement

Penambahan kebutuhan ruang untuk beraktivitas dapat dilakukan secara vertilal ke atas maupun ke bawah. Ruang di bawah tanah (memiliki level lebih rendah dibandingkan lantai dasar/ground floor) lazim dikenal dengan basement.

Pada bangunan-bangunan tinggi, basement seringkali dimanfaatkan sebagai area parkir maupun ruang-ruang utilitas. Selain berfungsi sebagai area parkir atau

(13)

utilitas, keberadaan basementini juga memberi keuntungan secara struktural sebagai penunjang agar bangunan makin kokoh dan menjejak ke tanah.

Secara garis besar urutam pelaksanaan pekerjaan galian basement sebagai berikut : 1. Pekerjaan pengukuran dan pendataan elevasi.

2. Shop drawing Approval posisi Dewatering, Gambar rencana Caping Beam, Gambar rencana Galian Tanah.

3. Material Approval (terutama untuk pekerjaan yang terkait)

4. Approvsl metode Dewatering, Metode Bekesting Caping Beam, Metode Galian Basement

5. Kesiapan Specialist Contractor Ground Anchor (Shop Drawing, Material Approval, Metode Pelaksanaan, Schedule dan Man Power)

6. Dilakukan pemompaan Dewatering. 7. Dilakukan pemompaan Caping Beam.

8. Gali tanah sampai elevasi pelaksanaan Ground Anchor 9. Pemasangan Balok baja Waler & Slover.

10. Pekerjaan Ground Anchor.

11. Dilanjutkan Galian tahap 2 : Gali tanah setelah Ground Anchor.

12. Dilakukan pada tahap – tahap lanjutannya, sampai pada galian tahap akhir, gali tanah sampai elevasi yang direncanakan.

2.4 Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangatlah berperan dalam proses jalannya sebuah proyek atau setiap jenis pekerjaan, tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang memiliki

(14)

kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda sesuai dengan bidang dan keahliannya. Adapun kemampuan tenaga kerja meliputi jenis dan macam-macam tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Andi, 2016).

Penyediaan tenaga kerja pada umumnya meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja ahli. Untuk setiap pekerjaan memerlukan tenaga kerja tertentu baik mengenai jumlah maupun keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Secara teoritis keperluan rata-rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan dibagi dengan kurun waktu perencanaan. Metode perhitungan tersebut, tentu tidak sesuai dengan kenyataan yang sesunguhnya, karena akan timbul pemborosan dengan mendatangkan sekaligus banyak tenaga kerja pada awal proyek,mengingat pada saat awal belum cukup pekerjaan tersedia untuk mereka. Pekerjaan konstruksi menunggu material hasil kegiatan pembelian, sedangkan pembelian baru akan dimulai bila paket disiapkan oleh ahli engineering telah selelsai.

Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-macam factor, diantaranya yang terpenting adalah :

1. Produktifitas tenaga kerja

2. Tenaga kerja periode puncak (peak)

3. Jumlah tenaga kerja kanntor

4. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan

5. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam.

(15)

1. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/ tenaga mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya.

2. Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis,dan lain-lain.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,buruh angkat, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

2.5 Material Bangunan

Dalam mendirikan bangunan selain merencanakan desain fasad dan interior bangunan yang cantik, pemilihan material yang digunakan untuk membangun juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan kualitas bangunan yang baik dan kokoh. Sebelum membeli bahan bahan material bangunan di toko bangunan tersebut, sebaiknya lakukan survei terlebih dahulu untuk memastikan ketersediaan material selama proses permbangunan berlangsung. Survei juga bermanfaat untuk mengetahui harga material bangunan sehingga pemilik bangunan dapat mengetahui biaya yang harus dikeluarkan selama proses http://digilib.mercubuana.ac.id/

(16)

pembangunan berlangsung. Material pada umumnya yang terpenting adalah pasir, kerikil, semen, dan besi.

2.6 Biaya Konstruksi

Perencanaan biaya merupakan rangkaian langkah untuk perkiraan besarnya biaya dari sumber yang diperlukan oleh proyek. Langkah – langkah tersebut termasuk juga mempertimbangkan berbagai alternatif yang mungkin dalam mendapatkan biaya yang paling ekonomis bagi kinerja atau material. Hal ini menyebabkan perencanaan biaya baru dapat diselesaikan bila telah tersedia perencanaan keperluan sumber daya. (Irika, 2015).

Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaran proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek. Selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu. Meskipun kegunaanya sama, namun penekananya berbeda-beda untuk masing-masing organisasi peserta proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan didal proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaiknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek (Andi, 2016).

(17)

Biaya langsung (direct cost) adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan.

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah semua biaya proyek yang secara tidak langsung berhubungan dengan konnstruksi di lapangan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah biaya overhead dan biaya tak terduga.

Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan besarnya selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume kegiatan yang terjadi pada periode tersebut. Biaya tetap juga bisa disebut sebagai biaya operasional.

Biaya variable (variabel cost) adalah biaya yang besarnya selalu berubah, tergantung pada volume kegiatan yang dilakukan. Biaya variabel juga dapat disebut sebagai biaya produksi perunit produk.

Analisa Biaya konstruksi atau yang biasa disebut dengan ABK adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi.

Biaya konstruksi proyek merupakan penjumlahan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam sebuah proyek. Biaya langsung adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan proyek konstruksi. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan proyek, namun keberadaannya tetap dibutuhkan.

(18)

1.) Rencana Anggaran dan Biaya (RAB)

Biaya konstruksi sebuah proyek umumnya akan dirangkum dalam sebuah dokumen yang disebut dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB). Rencana Anggaran dan Biaya atau yang sering disebut RAB adalah perkalian antara harga satuan pekerjaan dengan volume pekerjaan. Tahapan Perhitungan Anggaran Biaya

2.) Perhitungan RAB

Perhitungan RAB pada dasarnya merupakan perkalian antara harga satuan pekerjaan dengan volume pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan diperoleh dari acuan yang digunakan baik BOW, SNI, maupun Lapangan. Volume pekerjaan, didapatkan dari perhitungan volume yang berasal dari shop drawing yang umumnya didapatkan ketika pelaksanaan tender sebuah proyek.

a.) Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan

Analisis dasar satuan pekerjaan adalah dasar untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan pemilik proyek untuk sebuah item pekerjaan. Dalam analisis harga satuan pekerjaan, dijabarkan koefisien untuk bahan material bangunan yang digunakan ditambah upah pekerja yang harus dibayarkan untuk item pekerjaan tersebut. Saat ini terdapat analiss harga satuan pekerjaan bangunan dalam bentuk SNI.(Andi, 2016)

Harga satuan pekerjaan dapat dihitung berdasarkan daftar harga satuan upah pekerja, daftar harga satuan material bahan bangunan, dan daftar analisa/ index BOW. Perhitungan yang dilakukan harus sesuai dengan tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan yang telah diatur oleh Standar Nasional

(19)

Indonesia. Rumus yang digunakan untuk perhitungan harga satuan pekerjaan adalah:

Keterangan :

*) Harga satuan pekerja berdasarkan SNI 2016

*) Harga satuan material berdasarkan SNI 2016

b.) Perhitungan Volume Pekerjaan

Perhitungan volume pekerjaan dilakukan atas semua item - item pekerjaan dimulai dari pembersihan lahan, pekerjaan galian, timbunan, pondasi, dst. Perhitungan ini didasarkan pada gambar perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

AHS = Index BOW x Harga Satuan*

Gambar

Gambar 2.1. Tampak depan pelat kantilever (pelat 1 arah) (Sumber :
Gambar 2.4. Tampak atas pelat dengan 2 tumpuan sejajar (Sumber : Wang. C.K
Gambar 2.7. Metode pelat konvensional menggunakan balok ( Sumber :  presentation by Fariz Andriawan singh for Institute Technologi Sepuluh November
Gambar 2.8. Pelebaran kepala kolom dan drop panel Flat Slab  (Sumber: Wang, C.G.;hariandja, B., 1989 : 19)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka dalam hal perlu adanya kebijakan pemerintah kabupaten jember mengatur pengelolaan sampahnya harus berdasarkan mengenai norma, standar, prosedur, dan kreteria

Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang mendapat izin untuk usaha pemanfaatan hutan, maka Perum perhutani wajib bekerjasama dengan koperasi masyarakat setempat

Set data uji coba terdiri dari atribut campuran numerik dan kategorikal serta memiliki beberapa kelas atau klaster dimana sebagian di antaranya adalah kelas dengan

Akibatnya, individu yang mengalami pertumbuhan karir dengan bekerja pada tugas-tugas yang berhubungan dengan tujuan karir mereka, akan memungkinkan mereka untuk belajar

Jika Nilai mata uang Rupiah mengalami depresiasi, pastinya yang satu lagi mengalami kenaikan atau istilah yang lebih tepat adalah “apresiasi”.. Penyebab nilai USD

Namun terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi dalam mengembangkan budidaya tambak, seperti belum adanya perencanaan irigasi tambak yang sesuai dengan

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bobot sapih pada anak yang disatukan dengan induk sampai dengan umur 3 bulan baik yang mendapatkan perlakuan pakan GO3 maupun GO4 berbeda nyata

pemilikan manajerial (X2) apabila bank yang bersangkutan memiliki saham yang dikuasai oleh manajemen atau tidak, kepemilikan institu- sional (X3) merupakan porsi