Disusun dan Diusulkan Oleh
MUH. MUQTADIR AR Nomor Stambuk : 10564 02150 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
i Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
MUH. MUQTADIR AR Nomor Stambuk : 10564 02150 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju
Nama Mahasiswa : Muh. Muqtadir Ar Nomor Stambuk : 10564 02150 15 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Alyas, M.S Dr. Amir Muhiddin, M.Si
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
iii
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan Nomor: 0054/FSP/A.3-VIII/IX/41/201 9, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari Rabu tanggal 25 September 2019.
TIM PENILAI
Ketua
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si
Sekertaris
Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si
Penguji
1. Dr. H. Muhammadiah, MM (Ketua) ( )
2. Abdul Kadir Adys, SH., MH ( )
3. Dr. Abdul Mahsyar, M.Si ( )
iv
Nama Mahasiswa : Muh. Muqtadir Ar Nomor Stambuk : 10564 02150 15 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 2019 Yang Menyatakan, Muh. Muqtadir Ar
iv Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW kepada sahabat, kerabat, saudara, istri dan para pengikutnya yang telah memberi tauladan bagi kita semua.
Dalam penyelesaian akhir, penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Alyas, M.S selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Amir Muhiddin, M.Si selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, tulus, ikhlas meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
v meraih tujuan hidup.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor Universitas Muhamammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang berhubungan Administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.
5. Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.HI selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selama ini memberikan dorongan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi penulis.
6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan seluruh staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak membantu penulis.
7. Para Pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup pemerintah Kabupaten Mamuju yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
vi
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa serta teman sejawat yang selalu memberikan bantuan sehingga proses perkuliahan dan penulisan skripsi ini dapat berjalan lancar.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-nya bagi kita semua. Jazakallahu khairan, semoga kebaikan menyertai kita semua.
viii
Mamuju Mapaccing Di Kota Mamuju. ( Dibimbing oleh Alyas dan Amir Muhiddin )
Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan gerakan Mamuju Mapaccing pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Mamuju. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teori yang digunakan berlandaskan dengan Undang-Undang Peraturan Bupati Nomor 12 Tahun 2016 tentang gerakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju dengan berdasarkan terkait Transparan, Partisipatif, dan Berkelanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan Mamuju Mapaccing belum sepenuhnya berjalan dengan maksimal. Hal tersebut terbukti dengan dari pemaparan informan yang menyatakan bahwa masih kurangnya sumber daya manusia, kurangnya sarana dan prasarana, minimnya anggaran dari dinas lingkungan hidup dan kebersihan, kurangnya kesadaran masyarakat, dan pelaku usaha akan pentingnya pelaksanaan kebijakan dari Mamuju Mapaccing, dan tempat pembuangan akhir yang memang belum berstandar untuk memenuhi banyaknya volume sampah dari masyarakat kota Mamuju.
ix
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv
Kata Pengantar ... v
Abstrak ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Gambar ... xi
Daftar Tabel ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Implementasi Kebijakan ... 6
1. Implementasi Kebijakan... 6
a. Konsep Implementasi ... 6
b. Konsep Kebijakan ... 8
c. Konsep Implementasi Kebijakan... 9
2. Teori-teori Implementasi ... 11
3. Faktor-faktor Mempengaruhi Implementasi Kebijakan ... 12
B. Tinjauan Meningkatkan Kebersihan Lingkungan ... 14
1. Kebersihan Lingkungan ... 14
2. Kebersihan Kota ... 16
3. Lingkungan Hidup ... 17
C. Kebijakan Dinas Kebersihan ... 19
1. Kinerja Dinas Kebersihan ... 19
2. Kebijakan Kinerja ... 20
3. Kebijakan Kinerja Dinas Kebersihan Kota Mamuju ... 22
D. Sekelumit Tentang Mamuju Mapaccing ... 23
1. Konsep Mamuju Mapaccing ... 23
2. Gerakan Mamuju Mapaccing ... 24
E. Pandangan Islam Menurut Pentingnya Kebersihan ... 25
F. Kerangka Pikir ... 26
G. Fokus Penelitian ... 28
H. Deskripsi Fokus Penelitian ... 29
BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 30
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 30
C. Sumber Data ... 31
D. Informan Penelitian ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
x
B. Pelaksanaan Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing ... 48
1. Gambaran Umum Pelaksanaan Gerakan Mamuju Mapaccing ... 48
2. Pelaksanaan Gerakan Mamuju Mapaccing ... 49
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan Mamuju Mapaccing ... 52
4. Pelimpahan Kewenangan Gerakan Mamuju Mapaccing ... 54
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 56
1. Transparan (Keterbukaan) ... 56
2. Partisipatif (Ke-ikutsertaan) ... 58
3. Berkelanjutan (Berlangsung terus-menerus) ... 60
4. Pendukung ... 64 5.Penghambat ... 65 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA ... 70
1 A. Latar Belakang
Pembangunan kota memang membawa dampak-dampak positif bagi kehidupan umat manusia, pembangunan kota sering kali menjadi indikator-indikator yang penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kehidupan rakyat pada umumnya. Salah satu akibat dari perkembangan perkotaan terhadap lingkungan hidup adalah masalah sampah. Selama ini sampah identik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan kota serta dampak lainnya, yaitu kesehatan masyarakat itu sendiri. (Mazmanian 2004:102).
Pada dasarnya pembangunan kota berdampak positif baik kehidupan masyarakat, akan tetapi dari pembangunan tersebut mempunyai sisi lain yaitu sisi negatif, karena dengan bertambahnya bangunan atau gedung-gedung akan membuat masalah dalam kehidupan manusia. Salah satu contohnya yaitu masalah sampah yang telah dikeluhkan oleh banyak masyarakat. Tapi, pemerintah terus berupaya untuk bagaimana cara mengatasi masalah sampah yang terjadi di perkotaan yang telah berkembang.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa "Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan hidup, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Dalam
lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanam unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup. perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang di lakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran yang di akibatkan sampah. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dunia usaha, sehingga kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat, antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara baik dan benar.
Peraturan Bupati Mamuju (Perbup) Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju "Bahwa untuk mewujudkan visi dan misi pemerintah kabupaten Mamuju periode tahun 2016-2021 yaitu Mamuju Maju, Sejahtera, dan Ramah, maka Gerakan Mamuju Mapaccing yang telah dicanangkan dalam program 100 (seratus) hari mendapat respon dari masyarakat sehingga perlu di lanjutkan dan dikembangkan dengan mengaturnya dalam sebuah peraturan Daerah.
Gerakan Mamuju Mapaccing adalah suatu Program untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih. Gerakan ini juga sebagai bentuk untuk menumbuhkan kesadaran diri masing-masing masyarakat untuk lebih peduli terhadap persoalan sampah yang selalu menjadi momok dari dulu hingga saat ini. Hal ini diharapkan dapat merangsang kesadaran masyarakat untuk berbuat serupa minimal di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Kabupaten Mamuju
merupakan ibu kota Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat. Kita mengetahui bahwa di kota Mamuju telah diterapkan Program Gerakan Mamuju Mapaccing atau Mamuju Bersih yang merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga, karena mempunyai banyak sekali manfaat baik untuk kebersihan kota ataupun kesehatan pada lingkungan sekitar. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan dimana lingkungan sekitar kita bersih dari sampah dan juga kotoran. Lingkungan bersih sendiri merupakan salah satu keadaan yang sangat dibanggakan oleh setiap orang, pelaksanaan Gerakan Mamuju Mapaccing dicanangkannya untuk menggalahkan budaya bersih lingkungan melalui suatu gerakan penyadaran dan kerja secara nyata, terencana, terorganisir, dan berkelanjutan yang melibatkan komponen masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha guna mewujudkan Mamuju sangat bersih. Gerakan Mamuju Mapaccing bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi serta kemampuan pemerintah, partisipasi masyarakat, yang didukung dunia usaha baik melalui program dan kegiatan maupun dengan gerakan spontanitas masyarakat guna menciptakan kota Mamuju menjadi kota yang bersih, indah, nyaman, hijau, teduh, asri, berbudaya, berprestasi dan mendapatkan penghargaan (Adipura).
Kabupaten Mamuju memiliki ekosistem alam yang sangat baik, sebagai masyarakat kita tentunya harus menjaga ekosistem alam kita dengan cara menghidupkan Gerakan Mamuju Mapaccing, kerena selama ini dinas sosial kurang melakukan sosialisasi terhadap masyarakat di Kabupaten Mamuju. Contoh kecilnya di kota Mamuju sendiri sangat kurang kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan instansi yang terkait juga sangat mengabaikan hal
tersebut, bahkan dari 4 tahun berjalannya Program Gerakan Mamuju Mapaccing dari tahun 2016 belum terlihat perubahan yang signifikan di kota Mamuju dan belum membuahkan hasil yang diharapkan tentang adanya program tersebut. Olehnya itu Program Mamuju Mapaccing belum dijalankan secara baik dan benar, sedangkan banyak masyarakat di kota Mamuju sangat mendambakan dampak kebijakan program dari Pemerintah Daerah. Maka dari itu penulis akan berusaha melakukan penelitian terhadap keadaan atau kondisi lingkungan di kota Mamuju. Sehingga peneliti dapat mengetahui secara langsung kondisi yang terjadi di lapangan dengan cara mendatangi setiap perumahan, taman, tempat ibadah, jalan-jalan dan sudut kota lainnya. kebersihan lingkungan kota sangat penting agar terciptanya kota yang bersih, asri, hijau, adem dan indah.
Salah satu masalah lingkungan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah masalah sampah. Kita ketahui setiap terjadi hujan dan disertai banjir dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem terhadap lingkungan serta membuat sampah yang terus bertambah yang di sebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat yang akan menimbulkan volume, jenis, dan karakteristik sampah yang akan semakin beragam, bahkan pemerintah juga kurang memperhatikan hal tersebut sehingga mengakibatkan kurangnya kesadaran dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang kondisi yang saat ini terjadi dengan mengangkat judul : “Implementasi Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah digambarkan diatas maka masalah yang di hadapi adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju dalam hal Transparan, Partsipatif, Berkelanjutan?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kebijakan Pemerintah terkait Transparan, Partisipatif, dan Berkelanjutan.
2. Untuk mengetahui faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut, yaitu : 1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dan bahan pemikiran tentang konsep pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Secara Praktis
Secara Praktis, dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam mewujudkan pelaksanaan kebersihan lingkungan di suatu daerah sehingga penulis dapat memotivasi masyarakat agar dapat menjaga lingkungan sekitar.
6 A. Tinjauan Implementasi Kebijakan 1. Implementasi Kebijakan
a. Konsep Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Bentuk kata kerjanya adalah mengimplementasikan yang artinya menerapkan. Implementasi kebijakan adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan tersebut. Proses pelayanan kebijakan dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan dengan terbentuknya program pelaksanaan.
Implementasi kebijakan dalam pemerintah yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersamasama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi dari sisilain merupakan fenomena yang kompleks, munkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran (output) maupun sebagai hasil.
Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk positif yang sama dalam Undang-undang dan kemudian dilaksanakan atau diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau
diimplementasikan, agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini masalahmasalah yang kadang tidak dijumpai didalam konsep, muncul dilapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi implementasi. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat beberapa teori implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan dapat dikatakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana 21 kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
Konteks Implementasi demikian baru akan terlihat pengaruhnya setelah kebijakan tersebut dilaksanakan. Hal itulah menunjukkan bahwa proses pelaksanaan kebijakan kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dan momentum dalam perumusan atau pembuatan kebijakan selanjutnya, sebab berhasil atau tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam pelaksanaannya. (Wahab, 2004).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan Implementasi adalah suatu suatu tujuan atau sasaran dimana pelaksana kebijakan melakukan aktifitas atau kegiatan yang mampu mendapatkan hasil yang ingin dicapai.
b. Konsep Kebijakan
Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Secara etimologis, menurut Dunn (1981:56) menjelaskan bahwa istilah kebijakan (policy) berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin. Dalam bahasa Yunani dan kebijakan disebut dengan polis yang berarti “ Negara-Kota” dan sansakerta disebut dengan pur yang berarti “kota” serta dalam bahasa Latin disebut dengan politia yang berarti Negara.
Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.
Secara umum kebijakan merupakan aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat anggota yang terkait dengan organisasi tersebut, yang dapat mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Lingkup kebijakan sangat luas karena mencakup beberapa bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan
sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkinya. Berbeda dengan hukum dan peraturan, kebijakan hanya menjadi sebuah pedoman tindakan dan tidak memaksa seperti hukum. Meskipun kebijakan mengatur apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan namun kebijakan hanya bersifat adaptif dan intepretatif. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving serta diharapkan bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal suatu organisasi atau lembaga, dengan kata lain kebijakan harus memberi peluang di interpretasikan sesuai dengan kondisi yang ada.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang disengaja dilakukan atau tidak sengaja dilakukan, oleh kelompok atau pemerintah yang didalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
c. Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat. Implementasi kebijakan. Menurut Nugroho terdapat dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan
dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.
Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak lain yang terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target group dan pihak lain yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat tergantung kepada sumber daya manusia (aparatur), dengan demikian sumber daya manusia dalam implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan (pimpinan). Oleh karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang di tanganinya. diterima dengan jelas sehingga dapat diketahui yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran. Adapun perilaku kelompok sasaran, yaitu :
1. Respon positif, artinya menurut Subarsono (2005) dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Tanpa dukungan kelompok sasaran maka kebijakan tidak akan maksimal dijalankan.
2. Respon negative, artinya dalam implementasi kebijakan bagai sisi uang logam yang tidak dapat dipisahkan, respon negatif dari masyarakat dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah.
2. Teori-teori Implementasi
Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya 24 dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sah. Suharsono, mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi kebijakan, yaitu:
1. Teori Edward III. 1998. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu:
a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi imlpementasi. b. Sumberdaya, dimana meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara
jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya financial.
c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Edward III menyatakan bahwa sikap
dari pelaksana kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap atau cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dapat mempertimbangkan atau memperhatikan aspek penempatan pegawai (pelaksana) dan insentif.
d. Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008: 142) menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan budaya sosial yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan pada level warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan publik pada level yang dikatakan berhasil.
2. Sumber Daya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.
3. Karakteristik Agen Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam
implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu cakupan atau luas wilayah 17 implementasi kebijakan juga perlu diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.
4. Sikap atau kecendrungan (disposition) para pelaksana sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihakpihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik hal terakhir yang juga perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Karena itu lingkungan ekonomi, sosial, dan politik
yang kondusif juga perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan.
B. Tinjauan Meningkatkan Kebersihan Lingkungan 1. Pengertian Kebersihan Lingkungan
Kebersihan adalah suatu lingkungan yang bersih dan sehat merupakan dambaan bagi setiap warga masyarakat" Lingkungan bersih dan sehat juga merupakan salah satu modal dasar penting bagi pembangunan manusia Indonesia karena kualitas lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus berupaya untuk menciptakan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Lingkungan yang bersih dan sehat adalah lingkungan yang bebas dari berbagai kotoran, termasuk di antaranya debu, sampah dan bau. Karena proses penularan penyakit disebabkan oleh mikroba, lingkungan yang bersih dan sehat juga berarti harus bebas dari virus, bakteri pathogen dan berbagai vektor penyakit.
Lingkungan bersih dan sehat juga harus bebas dari bahan kimia berbahaya, namun demikian masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan selalu menjadi polemik berkepanjangan di masyarakat. Bahkan kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan selalu meningkat setiap tahun. Banyak aktifitas manusia yang berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan, misalnya pengelolaan sampah dan limbah yang kurang baik, meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang tidak mampu didegradasi oleh alam, meningkatnya jumlah dan penggunaan kendaraan pribadi dan kendaraan yang tidak layak jalan, dan operasi industri yang berpengelolaan buruk. Perencanaan tata ruang dan
wilayah yang tidak mempedulikan kaidah pelestarian lingkungan, kelemahan birokrasi, penegakan hukum dan kelembagaan juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Mengingat perkembangan suatu kota selalu diikuti oleh proses urbanisasi, dengan demikian kota dan perkotaan bersifat dinamis.
Kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan semakin memperparah kondisi lingkungan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai atau selokan yang dapat menyebabkan meluapnya air sungai atau banjir yang tidak terduga. Bahkan banyak berdiri bangunan yang tidak memikirkan saluran air pembuangan sehingga air tidak mengalir normal atau sistem drainase yang tidak berjalan karena banyaknya penyumbatan. Rendahnya kualitas lingkungan akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Lingkungan yang tidak terawat, kumuh dan kotor akan menjadi tempat berkembangnya berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit dan organisme vektor pembawa penyakit. Akibatnya masyarakat menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit. Kondisi ini jelas akan menghambat pembangunan yang sedang dijalankan. (Nugroho, 2012).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebersihan adalah salah satu modal penting untuk kehidupan manusia karena banyak aktifitas manusia diluar rumah yang berdampak buruk akibat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan kurangnya kesadaran pengelola perusahaan terhadap limbah yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Maka Pemerintah, pihak swasta dan masyarakat bersama-sama untuk membersihkan
halaman rumah dan tempat-tempat yang dianggap kotor atau ada sampah. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
2. Kebersihan Kota
Pembuangan akhir adalah suatu masalah sampah berkaitan sistem pengelolaan persampahan terutama untuk daerah perkotaan, harus dilaksanakan secara tepat dan sistemastis. Kegiatan pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan berbagai prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun erat dengan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas. Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusia nya dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif. (Rizal.M, 2011).
Salah satu faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan ialah budaya sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini berkaitan dengan masyarakat yang merupakan sumber (produsen) sampah. pelayanan pengangkutan sampah oleh dinas kebersihan sampai saat ini belum maksimal karena kurangnya sarana pengangkutan sampah dan kurangnya fasilitas TPS yang disediakan, kondisi dilapangan diperburuk oleh sebagian masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan dan kurangnya pengetahuan tentang cara membuang sampah secara baik dan benar. (Surjandari.I, 2009).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan Bahwa setiap kota harus memperhatikan tentang kebersihan melalului program kebersihan contohnya di Kota Mamuju sendiri dengan adanya Program Gerakan Mamuju Mapaccing dapat mengurangi dampak pencemaran sampah oleh sebab itu penulis akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengetahui bahwa kebersihan kota sangatlah penting.
3. Lingkungan Hidup
Secara Realistis lingkungan merupakan suatu cabang yang baru dalam cabang ilmu pengetahuan, namun demikian dalam perkembangannya merupakan salah satu cabang ilmu yang memiliki karakteristik tersendiri. Hal ini disebabkan karena pendekatan yang di pakai oleh ilmu lingkungan adalah pendekatan yang bersifat menyeluruh. Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan tuhan yang maha kuasa. Itulah sebabnya lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan yang sangat menguntungkan. (Keraf, 2002).
Namun demikian, baik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial selalu mengalami perubahan-perubahan, agar lingkungan tersebut dapat mempertahankan kehidupannya secara serasi, maka manusia perlu melakukan penyesuaian diri atau adaptasi terhadap perubahan-perubahan, itu ditentukan oleh bermacam-bermacam faktor yaitu :
1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup. 2. Hubungan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
4. Faktor nonmaterial yaitu, keadaan suhu, cahaya, energi, dan kebisingan. Menurut Rangkuti (2002:171) mengatakan bahwa hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat diliat dari sudut pandang bentuk dan isinya, di imbangi keharusan bagi pemerintah untuk mengarsikan kebijaksanaan dan melakukan tindakan yang mendorong dengan di tingkatkannya upaya melestarikan lingkungan.
Wewenang pemerintah dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup di antaranya :
1. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup.
2. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan kembali sumber daya alam termasuk sumber daya genetika.
3. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subjek hukum lainnya serta pembuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan.
4. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial.
5. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diats, dapat disimpulkan lingkungan hidup menjadi hal yang penting dalam kehidupan setiap manusia, karena dengan lingkungan yang baik akan berdampak positif dan akan menciptakan kehidupan
yang sehat. Pemerintah akan berperan aktif dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan.
C. Kebijakan Dinas Kebersihan 1. Kinerja Dinas Kebersihan
Kinerja dinas kebersihan adalah peningkatan permasalahan pengelolaan kebersihan, sarana dan prasarana kebersihan masih belum memadai seperti mobil pengangkut sampah masih terbatas dan umumnya sudah berusia tua, masih kurangnya sarana pengumpulan sampah (gerobak, tong, countainer sampah) dan ekscavator untuk penataan TPA. Masalah atau kendala lainnya adalah masih kurangnya tenaga lapangan pengangkut sampah dan pekerja di TPA, koordinasi dengan instansi terkait belum berjalan baik sebagaimana yang diharapkan, dan masih rendahnya peran serta masyarakat. (Solichin, 2008).
Kinerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota dalam implementasi kebijakan pengelolaan kebersihan dilihat dari aspek efisiensi penggunaan anggaran dan sumberdaya manusia sudah baik/tinggi, namun dalam penggunaan prasarana/sarana (peralatan) masih kurang efisien. Kebijakan program kegiatan dengan kebutuhan dan permasalahan yang ada, dan tingkat kecepatan dalam menanggapi dan menangani permasalahan yang muncul, sudah menunjukkan tingkat yang baik/tinggi. (Kusumanegara.S, 2010).
Yang dimaksudkan dengan kinerja adalah tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan atau program pengelolaan kebersihan yang telah ditetapkan. Adapun indikator-indikator kinerja yaitu :
1. Efektivitas, yaitu apakah kebijakan atau program pengelolaan kebersihan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan.
2. Efisiensi, yaitu apakah sumberdaya organisasi digunakan dengan sebaikbaiknya untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3. Responsivitas, yaitu apakah permasalahan yang muncul yang terkait dengan pelaksanaan tugas pengelolaan kebersihan dapat direspons dan diatasi dengan cepat dan efektif.
2. Kebijakan Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai perilaku berkarya, berpenampilan atau berkarya. Kinerja merupakan bentuk bangunan organisasi yang bermutu dimensional, sehingga cara mengukurnya bervariasi tergantung pada banyak faktor (Mulyadi, 2016:111).
Pengertian kebijakan kinerja organisasi adalah menurut (Mulyadi, 2016:111), adalah hasil kerja organisasi dalam mewujudkan tujuan yang ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan serta kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi masyarakat tempat organisasi. Indikator kinerja organisasi adalah ukuran kuantitatif maupun kualitatif yang dapat menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan.
Untuk mengetahui kinerja pelayanan dapat dilihat dari seberapa besar output, semakin besar volume output berarti semakin tinggi pula tingkat kinerjanya.
Menurut teori (Mathis, 2006:65) mengemukakan secara umum dapat dinyatakan empat aspek dari kinerja yaitu sebagai berikut :
1. Kuantitas-kuantitas kerja ialah petugas harus sekuat tenaga untuk mencapai hasil kerja yang sesuai dengan target. Artinya, Petugas harus selalu menyiapkan kondisi tubuh yang kuat dan sehat, kondisi perasaan dan emosi yang penuh semangat, kondisi pikiran yang jernih, tenang, dan kreatif.
2. Kualitas Kualitas kerja berarti karyawan harus memiliki keterampilan, pengetahuan, dan niat baik untuk bekerja dengan berkualitas, rapi, bersih, teliti, dan indah.
3. Pemanfaatan waktu jom fisip vol. 3 no. 1 – Februari 2016 Page 5 Pemanfaatan waktu adalah tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Kerjasama Kesediaan karyawan untuk berpartisipasi dengan karyawan yang lain secara vertikal dan horizontal baik di dalam maupun diluar pekerjaan sehingga pekerjaan akan semakin baik.Menurut J. Fred Western dalam menjelaskan bahwa kinerja dalam suatu organisasi atau komunitas terbagi atas tiga kategori (Prawirisentono:2000).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja dinas kebersihan dalam menanggulangi sampah sangat penting karena setiap dinas kebersihan telah di berikan anggaran melalui beberapa program tentang kebersihan maka dari itu penulis akan bekerja sama dengan dinas kebersihan agar dapat mengelola anggaran kebersihan sehingga dengan tanggap bisa menanggulangi pencemaran sampah yang terjadi di kita Mamuju dan
melakukan kegiatan gerakan pungut dan buang agar masyarakt Mamuju dapat menyadari bahwa kebersihan itu sangat penting.
3. Kebijakan Kinerja Dinas Kebersihan kota Mamuju
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat serta citra kota yang bersih, indah dan nyaman perlu adanya penanganan yang serius di tempat-tempat yang dianggap adanya sampah, contoh di jalan-jalan umum, ruang terbuka, dan ruang terbuka hijau, sehingga pengendalian kebersihan dan keindahan kota yang mencakup RT, RW, yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota Pertamanan dan Kebersihan Kota Mamuju.
Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju melaksanakan Program Gerakan Mamuju Mapaccing, meliputi wilayah administrasi dengan mengutamakan wilayah kota Mamuju. Ruang lingkup program dan kegiatan Gerakan Mamuju Mapaccing terdiri dari :
1. Penyusunan rencana kebutuhan peralatan dan teknis operasional kebersihan jalan-jalan raya, fasilitas umum, taman kota dan rumah ibadah. 2. Penataan jalan dan markanya, trotoar, pembersihan dan normalisasi
drainase, saluran dan sungai.
3. Penyelenggaraan pembangunan penetapan sarana dan prasarana kebersihan, baik berupa tempat pembuangan sampah (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA).
4. Pemeliharaan ketertiban pembuangan sampah, baik pada tempat pembuangan sampah sementara (TPS) maupun tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
5. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan penertiban terhadap segala kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu terciptanya lingkungan yang bersih, sehat, rapi dan indah.
D. Sekelumit tentang Mamuju Mapaccing 1. Konsep Mamuju Mapaccing
Mamuju Mapaccing berasal dari bahasa Mamuju, “Mapaccing” dari akar kata “Paccing” yang artinya bersih, sedangkan awalan “Ma” artinya sangat bersih. Gerakan Mamuju Mapaccing adalah suatu aksi pergerakan atau kesadaran yang melibatkan Pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat. Komunitas Mapaccing adalah sekelompok orang yang secara sadar dan sukarela menjaga dan memelihara kebersihan pada suatu tempat atau lingkungan tertentu agar terlihat indah.
Berdasarkan peraturan Bupati Nomor 12 tahun 2016 tentang Gerakan Mamuju Mapaccing, maka aksi pergerakan yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha menggalakkan pembersihan, memperindah dan menghijaukan lingkungan perkotaan melalui berbagai upaya kegiatan. Adapun penggerakan pemerintah dan masyarakat yaitu :
1. Setiap penduduk Kabupaten Mamuju atau berdomisili di Kabupaten Mamuju wajib ikut kerja bakti gotong royong membersihkan lingkungan. 2. Jadwal kerja bakti gotong royong sebagaimana dilaksanakan pada hari
sabtu-minggu sesuai yang ditetapkan oleh masing-masing Lurah setelah bermusyawarah.
3. Tempat kerja bakti warga diutamakan terlebih dahulu pada lingkungan rumah tempat tinggal warga yang meliputi halaman dalam, halaman luar termasuk jalan, saluran air, pagar dan trotoar.
4. Jika terdapat warga yang memiliki tempat usaha dan tempat tinggal, atau tempat usaha lebih dari 1 (satu), maka wajib untuk membersihkan semu tempat yang dimiliki.
2. Gerakan Mamuju Mapaccing
Gerakan Mamuju Mapaccing atau Mamuju Bersih memiliki maksud dan tujuan diadakan program tersebut, yaitu dicanangkan Gerakan Mamuju Mapaccing untuk menggalakkan budaya bersih lingkungan melalui suatu gerakan penyadaran dan kerja secara nyata, terorganisir, dan berkelanjutan yang melibatkan seluruh masyarakat kota Mamuju. Gerakan Mamuju Mapaccing bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi serta kemampuan pemerintah, partisipasi masyarakat, yang didukung dunia usaha baik melalui program dan kegiatan atau dengan gerakan spontanitas masyarakat guna menciptakan kabupaten Mamuju, khususnya kawasan perkotaan menjadi kota yang bersih, indah, dan nyaman agar seluruh masyarakat dapat merasakan efek dari Gerakan tersebut. Gerakan Mamuju Mapaccing dilaksanakan dalam peraturan Bupati Mamuju Nomor 12 Tahun 2016 Pasal 3 dalam prinsip pelaksanaan yang meliputi :
1. Transparan 2. Partisipatif 3. Berkelanjutan
Berdasarkan peraturan Bupati, dapat disimpulkan bahwa Gerakan ini harus tetap kita jaga bersama-sama, karena dari kebijakan ini yang akan membawa dampak positif dari suatu Daerah atau Kota. Penulis berharap agar gerakan ini dapat menjadi boomerang untuk Daerah-daerah lainnya untuk dapat mengeluarkan suatu kebijakan meskipun nama atau motto nya berbeda, tetapi tujuannya tetap sama yaitu mewujudkan Kota bersih yang bebas dari sampah. E. Pandangan Islam Menurut Pentingnya Kebersihan
Kebersihan selalu dilakukan, tidak terkecuali pemerintah melibatkan lembaga terkait dan warga, kota kita makin asri meskipun masih ada yang membuang sampah sembarangan. Sampah jadi berserakan dan menjadi bertentangan dengan pandangan islam tentang kebersihan, karena diketahui bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.
Islam adalah agama yang sempurna tak ada satu hal dalam kehidupan kita melainkan islam telah memberikan arahan dan petunjuknya semua. Kandungan ajaran dalam islam bertujuan untuk menjadikan umatnya hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat. Kebersihan lingkungan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan merupakan unsur yang fundamental dalam ilmu kesehatan dan pencegahan, di agama islam juga di ajarkan mengenai kebersihan lingkungan, mencakup kebersihan makan, kebersihan minum, kebersihan rumah, kebersihan sumber air, pekarangan dan jalan. Ini semua dengan hadist Nabi Muhammad SAW yaitu kebersihan adalah sebagian dari iman. Kebersihan di pandang dalam kacamata islam, dalam islam di wajibkan kepada umatnya untuk lebih hidup bersih yaitu dasar peraturan islam. Coba di lihat
bagaimana islam mensyaratkan orang yang akan melakukan shalat, secara jasmaniah islam mengajarkan kebersihan.
Islam megajarkan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup bersih dan sehat baik dalam pribadi maupun kehidupan masyarakat. Kebersihan lingkungan tempat tinggal kita harus terjaga agar tetap bersih dan indah. Tidak kalah pentingnya lingkungan tempat tingga kita seperti selokan dan halaman rumah. Islam tidak akan membiarkan manusia merusak atau mengotori lingkungan sekitarnya, sehingga kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh bagi keselamatan manusia yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, kita harus mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW yaitu hidup bersih. Kebersihan tidak lepas dari yang namanya agama, karena sangat terikat dan menjadi contoh untuk semua manusia.
F. Kerangka Pikir
Diterbitkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk menindaklanjuti Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju menetapkan Peraturan Bupati Mamuju Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju.
Penyelenggaraan Pemerintah daerah yang terdiri dari unsur Pemerintah, Dinas Kebersihan dan masyarakat. Adapun maksud dan tujuannya diadakan Gerakan Mamuju Mapaccing yaitu dengan maksud dicanangkannya gerakan ini untuk
menggalakkan budaya bersih lingkungan melalui suatu gerakan penyadaran dan kerja nyata, terencana, terorganisir, dan berkelanjutan yang melibatkan komponen masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
Kebersihan merupakan salah satu dari bagian dari iman kita, dan keadaan yang baik. Masyarakat perlu menjaga lingkungan sekitarnya. Hal itu sangat dianjurkan kepada siapapun untuk mewujudkan lingkungan yang lebih nyaman lagi untuk kita. Gerakan Mamuju Mapaccing bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh potensi serta kemampuan Pemerintah Daerah setempat, dimana masyarakat tersebut bisa meningkatkan partisipasi masyarakat baik melalui program yang telah ditetapkan dan kegiatan, maupun dengan gerakan spontanitias masyarakat guna menciptakan Kabupaten Mamuju yang bersih, khususnya kawasan perkotaan agar menjadi kota yang bersih, indah, nyaman, hijau, teduh, asri, berbudaya, berprestasi dan mendapatkan penghargaan (Adipura).
Untuk lebih jelasnya Program Gerakan Mamuju Mapaccing dapat diliat dari gambar tersebut :
28 Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju
Pelaksanaan:
1. Transparan 2. Partisipatif 3. Berkelanjutan
Mewujudkan Lingkungan Bersih, Indah, dan Sehat
Faktor Pendukung
1. Adanya hukum yang mendasari
2. Kolaborasi pemerintah dan masyarakat 3. Pemerintah sebagai motivator penggerak
Faktor Penghambat
1. Keterbatasan anggaran
2. Keterbatasan sumber daya manusia 3. Kurangnya sarana dan prasarana 4. Kurangnya kesadaran masyarakat
G. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian ini di fokuskan mengenai Implementasi Kebijakan Gerakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju. Berdasarkan dari penjelasan sebelumnya maka perlu diperhatikan beberapa indikator implementasi kebijakan, yaitu (1) Transaparan, (2) Partisipatif, (3) Berkelanjutan.
H. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun deskripsi fokus penelitian penulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu :
1. Transparan artinya keterbukaan Pemerintah Daerah sebagai pembuat kebjakan gerakan Mamuju Mapaccing, bertanggung jawab dalam membuat program tersebut, agar masyarakat mengetahui dan ikut berperan dalam mewujudkan program dari Pemerintah Daerah.
2. Partisipatif artinya keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat agar tujuan Mamuju Mapaccing dapat terlaksana dengan baik.
3. Berkelanjutan artinya berlangsung terus-menerus atau dapat dikatakan tidak hanya 2-3 bulan program ini berjalan, tapi penulis berharap program ini dapat terus berjalan atau berlangsung.
30 A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Adapun waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan selama dua (2) bulan lamanya yaitu bulan Mei dan Juni 2019, dan lokasi penelitian bertempat pada Kabupaten Mamuju, khususnya di kota Mamuju. Dimana objek penelitian yang akan dilaksanakan di kota Mamuju. Adapun alasan memilih objek lokasi penelitian tersebut adalah karena lokasi ini merupakan salah satu tempat dilaksanakan kebijakan gerakan Mamuju Mapaccing.
B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penilitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan dengan kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahwa tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun dilapangan dalam waktu kurang lebih 2 bulan lamanya.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah fenomena yang berkaitan langsung dan dilakukan oleh peneliti yang menggambarkan fakta-fakta dilapangan secara jelas mengenai masalah
yang diteliti berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah yang akan diteliti terkait Pelaksanaan Kebijakan Mamuju Mapaccing di Kota Mamuju.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari data primer dan sekunder, sesuai dengan tujuan penelitian ini.
1. Sumber data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi yang meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Gerakan Mamuju Mapaccing.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju. Data sekunder bersumber dari perantara atau kantor setempat dan diperoleh melalui dokumentasi.
D. Informan Penelitian
Adapun penentuan informan dalam peneitian ini berdasarkan purpose sampling atau sengaja memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat sesuai maksud penelitian ini, informan juga dapat dikatakan sama dengan responden yaitu memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disajikan peneliti, tentang program Pemerintah Daerah yaitu Gerakan
Mamuju Mapaccing di kota Mamuju. Adapun tabel informan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 1.2 Informan Penelitian
No Nama Inisial Jabatan Jumah
1. Muliadi, S.Pd MA Kepala Bidang Kebersihan 1 Orang 2. Faharuddin, SE FR Kepala Seksi Pengelolaan Sampah 1 Orang
3. Awaluddin AD Pengawas Kebersihan 1 Orang
4. Syamsul SS Staf DLHK 1 Orang
5. Wahida Latif WL Staf DLHK 1 Orang
6. Rohani Ramli RR Masyarakat 1 Orang
7. Kamaruddin KR Masyarakat 1 Orang
8. Zainal Abidin ZA Masyarakat 1 Orang
Jumlah 8 Orang
Sumber: Dikembangkan dalam Informan Penelitian, 2019 E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu untuk memperoleh data yang relevan sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penelitian, maka digunakan teknik tersebut. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini yaitu peneliti mengumpulkan data untuk tujuan atau bahan penelitian ilmiah. Teknik ini perlu memperhatikan sendiri berbagai fenomena atau menggunakan pengamatan yang lain. Observasi sebagai proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengena gejala-gejala yang akan di teliti secara langsung.
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara bebas terstruktur, artinya peneliti mengadakan wawancara langsung dengan unsur-unsur yang terkait dengan Gerakan Mamuju Mapaccing di kota Mamuju. Dan peneliti bebas mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui dokumen tertulis, terutama berupa arsip-arsip, buku-buku, dokumen resmi, dan statistik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara tertulis yang meliputi hasil-hasil seminar dan buku-buku serta majalah. F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyusunan dalam mengategorikan data mencari pola dengan maksud memahami maksudnya. (Nasution,1998:3). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif yaitu analisis deskriptif kualitatif itu sendiri yaitu analisis yang tidak berdasarkan perhitungan angka, melainkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang digunakan secara deskriptif. analisis data kualitatif dengan tahapan sebagai berikut :
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok atau penting. Memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting, tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. (Sugiyono, 2014:247).
2. Penyajian Data
Penyajian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif. Dalam penyajian data berbentuk sekumpulan informasi yang tersusun dalam life history sehingga dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dilaksanakan agar sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Bentuk penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan secara naratif sesuai dengan pemaparan yang ditampilkan dalam pembahasan hasil penelitian. (B Miles,1992:17).
3. Menarik Simpulan (Verifikasi)
Simpulan merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah dilakukan di lapangan, sedangkan penarikan simpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat atau proposisi. Simpulan awal yang dikemukakan masih bersfiat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi, apabila simpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka simpulan yang dikemukakan merupakan simpulan yang kredibel. (Sugiyono, 2014:252).
G. Teknik Keabsahan Data
Sugiyono (2012) Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :
a. Triangulasi Sumber yaitu pengecekan/pemeriksaan data yang dikerjakan dengan memeriksa pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
b. Triangulasi Teknik yaitu Pengumpulan data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.
c. Triagulasi Waktu yaitu Triagulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan.
36
Pada bab ini akan memaparkan dan membahas tentang hasil penulis atau selaku peneliti yang akan menjelaskan terkait tentang gambaran umum Kabupaten Mamuju, dan Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, penulis juga akan memaparkan secara detail tentang hasil penelitian yang di dasari dari observasi dan audiensi dari penulis ke pihak-pihak terkait seperti Pemerintah, Corporate, dan masyarakat terkait dari program Mamuju Mapaccing.
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat merupakan Provinsi baru dan hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan, kini telah menjadi Provinsi ke-33 yang diresmikan sejak 5 Oktober 2004. Mamuju adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Barat yang menyimpan milyaran keanekaragaman. Dimulai dari letaknya yang strategis, wilayahnya yang luas hingga kekayaan alamnya yang melimpah. Mamuju menjadi Ibukota Provinsi yang secara administrative terbagi menjadi 6 Kabupaten yaitu, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, dan Mamuju Utara.
Dalam sektor pariwisata alamnya, tidak perlu diragukan lagi ekosistem alam daerah tersebut yang sangat asri dan menyejukkan bagi jiwa-jiwa warga Mamuju, yang dikaruniai dengan panorama yang sangat indah, mulai dari bentang luas perbukitan hijau yang menyejukkan mata dan tepian pantai teramat jernih yang
dapat menyejukkan jiwa, wisata lautnya pula yang sangat indah dan menjadi spot favorit bagi penyelam-penyelam handal dari Lokal maupun Mancanegara, serta tidak lupa laut nya yang di penuhi biota terumbu karang yang sekilas mirip dengan destinasi wisata ungulan di Taman Nasional Bunaken yang terletak di dekat Manado. Adapun ketika berada di Kabupaten Mamuju jangan lupa untuk menginjakkan kaki di pantai Manakarra, yang menjadi ikon sentral di Kota Mamuju. Selain itu, tepat didepan pantai Manakarra dapat dijumpai pulau cantik seperti Pulau Karampuang, dan beberapa gugusan pulau yang masuk teritorial Kabupaten Mamuju itu adalah Pulau Popoongan, Pulau Balabalakang dan masih banyak pulau tak berpenghuni yang lainnya.
Untuk mencapai Mamuju dari ibu kota Jakarta untuk saat ini, harus transit terlebih dahulu dari Makassar. Di Mamuju terdapat bandar udara Tampa Padang yang rencana akan dirubah nama menjadi bandar udara Ahmad Kirang yang berada di Desa Tampa Padang, yang berjarak sekitar 35 km dari pusat Kota Mamuju. Diketahui, bandara tersebut memiliki luas sekiranya 1.900 meter. Pesawat sekelas Garuda Indonesia sudah mampu mendarat di bandar udara Tampa Padang. Selain itu transportasi dari laut melalui Distrik pelabuhan Belang-belang Bakengkeng, Mamuju. Kapal feri Simboro Mamuju terhubung langsung ke Mamuju-Balikpapan, Batu Licin, Surabaya, Ujung Polewali Mandar.
Adapun letak geografis Kabupaten Mamuju yang memiliki luas wilayah sebesar 4.954,57 km2 yang secara administrative terbagi ke dalam 11 Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Kalumpang dengan luas 1.792,55 km2 atau 36,18 persen dari luas wilayah Kabupaten Mamuju. Sementara
Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Kepulauan Bala-balakang dengan luas 1,47 km2 atau 0,03 persen. Kecamatan yang letaknya paling jauh dari Ibukota Kabupaten Mamuju adalah Kecamatan kepulauan Bala-Balakang yaitu 188,62 km2.
Adapun ke 11 Kecamatan di Kabupaten Mamuju yaitu : 1. Kecamatan Tapalang.
2. Kecamatan Tapalang Barat. 3. Kecamatan Mamuju. 4. Kecamatan Simboro.
5. Kecamatan Kepulauan Bala Balakang. 6. Kecamatan Kalukku. 7. Kecamatan Papalang. 8. Kecamatan Sampaga. 9. Kecamatan Tommo. 10. Kecamatan Kalumpang. 11. Kcamatan Bonehau.
Dari ke-11 Kecamatan tersebut 5 diantaranya memiliki luas wilayah tersebut yaitu Kecamatan Kalumpang, Kecamatan Bonehau, Kecamatan Tommo, Kecamatan Kalukku, Kecamatan Tapalang.
2. Profil Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan di Kabupaten Mamuju terletak di Jalan Urip Sumoharjo, Karema, Kabupaten Mamuju. Sulawesi Barat. 91511, Indonesia. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan atau di singkat DLHK
merupakan suatu kedinasan yang bertugas dalam pelaksanaan, perencanaan, pengawasan, dan kebersihan kota bertempat di kota Mamuju.
1. Visi
Visi berkaitan dengan pandangan kedepan instansi pemerintah Kabupaten Mamuju khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Mamuju dalam penyelenggaraan program Mamuju Mapaccing sesuai dengan harapan masyarakat dan tujuan suatu daerah yang dimana untuk mewujudkan Kota yang bersih ramah lingkungan.
Adapun Visi dari DLHK Kabupaten Mamuju adalah : “Mamuju Ramah Lingkungan”
Ramah Lingkungan adalah segala sesuatu yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan baik itu tindakan, keputusan, inovasi, program dan semua hal yang menyangkut lingkungan. Sehingga bumi dan alam sekitar kita tetap terjaga. 2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka diremusukan misi sebagai berikut :
a. Meningkatkan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan serta Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.
b. Mewujudkan Upaya Penataan dan penaatan Lingkungan HidupSerta Peningkatan Sistem Informasi SDA dan LH.
c. Meningkatkan Kebersihan Kota yang berwawasan lingkungan. d. Mewujudkan Penyelenggaraan Pelayanan Prima.
3. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah : a. Meningkatkan kualitas lingkungan.
b. Meningkatkan jumlah usaha dan kegiatan yang memenuhi standar pencegahan dan pencemaran lingkungan.
c. Melestarikan ketersediaan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup.
d. Meningkatkan sistem informasi lingkungan.
e. Meningkatkan ketaatan pelaku usaha/kegiatan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
f. Meningkatkan penyelesaian sengketa dan penegakan hukum lingkungan.
g. Meninngkatkan pelayanan pengelolaan persampahan. h. Meningkatkan kualitas aparatur dan pelayanan publik. 4. Sasaran
Adapun sasaran yang akan dicapai adalah : a. Meningkatnya indeks kualitas lingkungan.
b. Meningkatnya jumlah usaha/kegiatan yang memenuhi standar pencegahan, pencemaran air, pencemaran udara, dan penginformasian status kerusakan tanah dan produksi biomassa.
c. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan. d. Tersedianya informasi lingkungan hidup yang berkualitas.
pengelolaan lingkungan hidup.
f. Meningkatnya tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.
g. Meningkatnya kinerja pengelolaan sampah.
h. Meningkatnya kualitas aparatur dan pelayanan publik. 5. Indikator Sasaran
a. Tingkat indeks kualitas lingkungan.
b. Presentase jumlah usaha/kegiatan yang mentaati persyaratan administrasidan teknis pencegahan pencemaran air, pencemaran udara, dan informasi status kerusakan tanah untuk produksi biomassa.
c. Terkendalinya kerusakan tanah, mata air, hutan, lahan dan terindetifikasinya SDA, KEHATI.
d. Persentase ketersediaan informasi SDA dan LH.
e. Persentase jumlah usaha/kegiataan yang taat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
f. Persentase jumlah pengaduain masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindak lanjuti.
g. Persentase penanganan sampah.
h. Cakupan pelayanan administrasi, serta sarana dan prasarana aparatur (unit)
6. Moto dan Komitmen Pelayanan
a. Moto Pelayanan DLHK Kabupaten Mamuju “Mamuju Mapaccing / Mamuju Bersih” Makna Moto :
Makna ini sendiri mengandung pengharapan tinggi serta doa agar Mamuju menuju ke arah yang lebih baik lagi tapi harapan dan doa itu harus di sertakan dengan aksi nyata yang dilakukan oleh skala kecil yaitu diri sendiri dan skala masyarakat di sekitar lingkungan kita, karena sebermakna apapun diksi metafora yang di sosialisasikan pemerintah tidak akan bernilai apa-apa jika tanpa aksi nyata oleh setiap masyarakat Mamuju, karena mukjizat hanya di zaman nabi tak bisa langsung bersih lingkungan kita tanpa aksi nyata kita sendiri, maka dari itu mari kita budayakan hidup sehat dan hidup bersih dengan mulai menghentikan penggunaan plastik sekali pakai dan selalu membawa tas belanjaan sendiri demi menghentikan penggunaan plastik sekali pakai demi mendukung program Mamuju Mapaccing, dan tak lupa kita selalu mengajak masyarakat di sekeliling kita untuk hidup bersih, hidup sehat, dan ramah lingkungan.
b. Komitmen Pelayanan DLHK Kabupaten Mamuju :
1. Siap memberikan pelayanan terbaik kepada mayarakat untuk mencapai tujuan Mamuju bersih.
2. Siap menjadi motor penggerak di Kabupaten Mamuju dalam pelaksanaan kebersihan.
3. Siap menjalankan pelayanan kebersihan dan ramah lingkungan di Kabupaten Mamuju.