• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang semakin naik dari tahun ke tahun. Dari tahun 2008-2012 wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta berjumlah 4.083.605 (Dinas Pariwisata DIY, 2012:75). Selain sebagai kota wisata, Yogyakarta merupakan kota pelajar, kota budaya dan kota perjuangan. Karena Yogyakarta disebut sebagai kota wisata, banyak berbagai macam objek wisata yang ditawarkan oleh Kota Yogyakarta. Mulai dari wisata budaya, wisata alam, wisata religi, wisata kuliner, wisata minat khusus dan wisata belanja. Kota Yogyakarta disebut sebagai kota budaya karena memiliki 2 pusat budaya sebagai patokannya, yaitu Kraton Kasultanan dan Pura Pakualaman. Dari kedua pusat budaya tersebut, Yogyakarta merupakan daerah yang kaya akan seni dan budaya. keanekaragaman kebudayaan pada kota Yogyakarta merupakan potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Wisata budaya merupakan salah satu objek wisata yang paling diminati oleh wisatawan jika berkunjung ke Yogyakarta. Ini dibuktikan dalam data statistik Kepariwisataan oleh (Dinas Pariwisata DIY, 2012:73) yang menyatakan bahwa Kraton merupakan objek wisata yang paling diminati oleh wisatawan dengan jumlah wisatawan pada tahun 2012 mencapai 266.007 wisatawan lokal.

(2)

Kemudian yang kedua yaitu Museum Benteng Vredeburg yang jumlah pengunjungnya mencapai 236.858 wisatawan lokal. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata budaya di Kota Yogyakarta diminati oleh wisatawan domestik.

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan salah satu cagar budaya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang cagar Budaya pada ayat 1 dijelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui penetapan. Bangunan bersejarah itulah yang sekarang dialih fungsikan sebagai salah satu destinasi wisata dengan daya tarik peninggalan bangunan bersejarah serta koleksi-koleksi yang ada di dalamnya dan didukung dengan berbagai fasilitas menarik. Seperti ruang pengenalan, ruang diorama, perpustakaan, toko souvenir, kantin, mushola, taman luar, toilet, dan lain-lain.

Usaha pengembangan kawasan suatu destinasi atau objek wisata, salah satunya ditentukan oleh persepsi atau pandangan wisatawan. Yaitu tujuannya untuk mengetahui atau memenuhi keinginan wisatawan. Dalam hal ini adalah dari segi promosi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Peranan promosi pariwisata dalam usaha untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata menjadi penting seiring dengan meningkatnya kebutuhan informasi bagi calon wisatawan mengenai daya tarik daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

(3)

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menggunakan strategi promosi dengan berbagai cara. Mulai dari yang internal dan eksternal. Contoh dari internal adalah dengan adanya program tahunan seperti lomba antar pelajar, seminar, ceramah dan diskusi. Selain itu menggunakan media seperti talkshow radio dan televisi. Sedangkan melalui eksternal ialah dengan Branding bus yaitu dengan cara gambar Museum Benteng Vredeburg berada di badan bus trans jogja sehingga banyak masyarakat yang melihat gambar tersebut dan kemudian tertarik untuk mengunjungi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta1.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Apa jenis-jenis Strategi Promosi yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta?

2. Bagaimana persepsi wisatawan domestik terhadap efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg?

3. Jenis promosi apa saja yang sudah memenuhi efektivitas strategi promosi? Bagaimana cara mengefektifkan strategi promosi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi promosi yang telah dilakukan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui persepsi wisatawan domestik terhadap efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

1

(4)

3. Untuk mengetahui jenis-jenis promosi yang sudah efektf dan memberi masukan atau ide jika strategi promosi yang dilakukan kurang atau tidak efektif.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan mengacu pada tujuan dari penelitian, maka penelitian ini nantinya akan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Untuk bidang akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan studi Pariwisata khususnya yang berhubungan dengan efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

b. Manfaat Praktis

Dalam hal praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melestarikan pariwisata budaya khususnya Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai acuan bagi pelaku wisata maupun masyarakat untuk mencintai budaya bangsa serta merawat dan menjaga cagar budaya sebagai warisan budaya Indonesia.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg ialah “Efektivitas Media Promosi Pariwisata Untuk Wisatawan Domestik Di Kabupaten Banjarnegara” (Wahyudianto, 2004:iii) Hasil penelitian ini untuk mengetahui bahwa berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap

(5)

wisatawan, efektivitas media promosi pariwisata Kabupaten Banjarnegara dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu media promosi dengan efektivitas tinggi yang terdiri dari Radio dan Baliho, media promosi dengan efektivitas sedang yang terdir dari Leaflet dan media promosi dengan efektivitas rendah terdiri dari Televisi dan Travel Guide book.

Penelitian mengenai strategi pemasaran yang berkaitan dengan strategi promosi di museum juga telah dilakukan yaitu “Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta” (Sulistyowati, 2011:1). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembentukan strategi museum, harus mempertimbangkan antara keinginan dan kebutuhan pengunjung dengan tujuan utama museum, yaitu untuk menyampaikan misi edukasinya kepada masyarakat. Dengan demikian, Museum Sejarah Jakarta diharapkan dapat menjadi tempat untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman sekaligus rekreasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Penelitian yang lain yang berkaitan dengan Persepsi wisatawan terhadap efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yaitu “Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata Di Kota Palembang” (Kusumaningrum, 2009:vi). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi wisatawan cenderung positif terhadap keberadaan sejumlah daya tarik wisata yang ada di kota Palembang dilihat dari aspek: keunikan, keindahan, fasilitas, variasi kegiatan, kenyamanan, kebersihan dan keamanan. Tujuan dari penelitian ini salah satunya ialah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang keadaan sejumlah daya tarik wisata yang ada di Kota palembang.

(6)

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai Persepsi Wisatawan Domestik Terhadap Efektivitas Strategi Promosi Di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta belum pernah di teliti sebelumnya. Oleh sebab itu akan dilakukan penelitian mengenai persepsi wisatawan domestik terhadap efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 1.6 Landasan Teori

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 seseorang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan. Dalam industri pariwisata setiap wisatawan memiliki kepribadian masing-masing sehingga dalam melihat fenomena yang ada mereka memiliki persepsi masing-masing. Persepsi wisatawan merupakan salah satu hal yang penting dalam pengembangan suatu destinasi pariwisata. Menurut Kotler (2002:26) persepsi merupakan cara seseorang untuk memahami hakikat sesuatu. Dalam hal ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu, oleh sebab itu orang yang termotivasi itu siap untuk bertindak dan caranya bertindak dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Sehingga persepsi dalam dunia pariwisata merupakan pendapat atau cara pandang wisatawan dalam memahami suatu destinasi wisata.

Museum merupakan salah satu destinasi wisata yang berbasis wisata budaya. Menurut Ismayanti (2010:153) Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu bangsa atau suku bangsa dengan masyarakat, yang merefleksikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (karakter) dari masyarakat atau bangsa bersangkutan. Dalam usaha pariwisata

(7)

terdapat 3 bidang, yang saling terkait, saling ketergantungan dan ada keterpaduan, yaitu: 1. Perencanaan Pariwisata 2. Pemasaran Pariwisata 3. Pengelolaan Pariwisata (Hadinoto, 1996:27).

Pemasaran merupakan salah satu hal pokok yang terdapat dalam usaha pariwisata. Konsep pemasaran pariwisata di dalamnya harus mememenuhi kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) konsumen sehingga mereka memperoleh kepuasan (satisfactions). Jadi tugas produsen ialah memenuhi kebutuhan dan keinginan serta menarik target pasar (wisatawan) untuk melakukan pembelian (Yoeti, 2006:19).

Marketing mix memiliki empat unsur yaitu product, price, place and promotion dari keempat unsur tersebut merupakan unsur yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain karena unsur yang diikutsertakan dalam kombinasi tersebut memiliki pengaruh sendiri dan kedudukannya saling menunjang. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai hasil yang maksimal sehingga pemasaran dapat dilakukan secara efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:250), efektif mempunyai arti membawa pengaruh atau hasil dari suatu usaha. Sedangkan efektivitas mempunyai arti keberhasilan tentang suatu usaha atau tindakan. Dalam penelitian yang dilakukan, pengertian efektivitas merupakan cara atau strategi yang dilakukan oleh suatu destinasi wisata tersebut dapat membawa hasil yang diharapkan.

Promosi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu destinasi wisata. Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan salah satu cara yang berfungsi untuk menghubungkan antara produsen dan konsumen. Promosi

(8)

merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran tersebut. Oleh karena itu, promosi dalam industri pariwisata sangat perlu dilakukan untuk mempengaruhi target pasar (wisatawan) sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk yang dijual.

Marketing mix yang dikhususkan untuk museum terdapat dalam penjelasan lain yang dikemukakan oleh Axioma dalam (Yoeti, 2006:17) yaitu:

a. Product: yang meliputi pengemasan, pelayanan, branding/positioning, citra (image), reputasi

b. Price: yang meliputi harga normal, regular, rombongan, promosi, paket dan sebaginya.

c. Promotion: bauran promosi berupa iklan, brosur, leaflet, poster,pameran,lokakarya, showcard, seminar, event, public relations dan sebagainya.

d. Place: jaringan distribusi, lokasi yang tepat dan apik, dan lain-lain. 1.7 Metode Penelitian

Di dalam penyusunan penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis data penarikan contoh (sampling). Penelitian deskriptif menurut Wardiyanta (2006:5) adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual dan akurat. Menurut Kusumayadi dan Sugiarto (2000:29) penelitian deskriptif memiliki unsur-unsur antara lain: perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, penentuan metodologi (prosedur penelitian, analisis data) dan penarikan kesimpulan.

(9)

Ada beberapa tahapan dalam cara pengambilan data untuk penelitian ini, yaitu:

1. Pertama ialah dengan cara pengumpulan data. Yaitu data-data dari studi pustaka seperti penelitian-penelitin yang dilakukan sebelumnya dan buku-buku yang terkait seperti skripsi, jurnal, buku atau tesis yang berhubungan dengan persepsi wisatawan domestik terhadap efektivitas srtategi promosi.

2. Kedua dengan observasi objek wisata yang diteliti. Observasi dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan data secara langsung di objek wisata penelitian. Lokasi observasi dilaksanakan di Musem Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan obyek observasi para wistawan domestik dan kegiatan yang sedang dilakukan di Museum Benteng Vredeburg.

3. Ketiga dengan wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara secara personal yaitu pewawancara mengajukan beberapa pertanyaan kepada wisatawan domestik maupun pihak pengelola. Tujuan dari wawancara ini untuk mengetahui informasi tentang strategi promosi di museum secara perseorangan (personal).

4. Keempat atau terakhir yaitu dengan survey. Survey ini dilakukan dengan pembagian angket atau kuisioner. Penarikan contoh sampel dengan pembagian angket atau kuisioner yaitu dengan cara perhitungan menggunakan formula yang dikembangkan oleh Slovin (1990) dalam buku (Kusmayadi, Sugiarto, 2000:74) sebagai berikut:

(10)

N = Ukuran populasinya

e = margin error yang diperkenankan (5% - 10%)

Ukuran populasi diambil dari data kepariwisataan pada tahun 2012 yaitu wisatawan domestik yang berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebesar 236.858 (Dinas Pariwisata DIY, 2012:73). Margin error yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%.

Jadi sebanyak 100 kuesioner yang akan dibagikan kepada wisatawan domestik di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

(11)

1.8 Analisis Data

Dalam penelitian ini, data diolah dengan metode deskriptif kualitatif dengan analisis data penarikan contoh (sampling). Data yang telah dikumpulkan sebagian besar akan diolah secara deskriptif dengan penarikan contoh yaitu dengan kuesioner. Hasil kuesioner yang merupakan data primer akan diolah, dijabarkan dan dianalisis secara deskriptif. Data wawancara akan dijadikan data pendukung dari hasil kuesioner. Setelah data dicatat, kemudian strategi promosi yang disarankan akan dirumuskan berdasarkan temuan data serta observasi dan wawancara yang telah dilakukan.

1.9 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan disusun menjadi empat bab. Yaitu:

Bab satu menggambarkan alasan dan tujuan mengambil tema tersebut secara gamblang. Yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, yang disertai sistematika penulisan.

Bab dua menggambarkan gambaran umum mengenai Daerah istimewa Yogyakarta khususnya kota Yogyakarta beserta gambaran umum kepariwisataan dan lokasi penelitian yaitu Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang meliputi sejarah singkat, koleksi museum, fasilitas museum, harga tiket, visi dan misi museum serta stuktur organisasi yang ada di museum.

Bab tiga menggambarkan pembahasan mengenai persepsi wisatawan domestik terhadap efektivitas strategi promosi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan analisis tentang temuan data yang telah ditemukan.

(12)

Bab empat merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Yogyakarta khususnya pada Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kclirhn sahr scllor r.D i, nll rdrlrh tceixr:n 0shr Jrns rnLak re.oreaDisasl secara baik, Lnn 16aha ldati ncmphyai izin !!atra.. pola

Kesimpulan dari tulisan ini adalah Penggunaan ICBM dilarang menurut Den Haag Convention IV 1907 dan Hukum Humaniter Internasional karena memiliki efek

Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung 3,733 dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (tabel 2,32) hal ini menunjukkan bahwa yaitu

Ada dua tipe utama kompresi data, yaitu kompresi tipe lossless dan kompresi tipe lossy. Kompresi tipe lossy adalah kompresi dimana terdapat data yang hilang selama

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penentuan nilai estimasi kedalaman dengan menggunakan Model Mogi pada Gunungapi Sinabung, maka dapat ditarik

[r]

Bagan

Gagasan pela-gandong dan “katong samua basudara” sebagai kekuatan budaya masyarakat Maluku dapat dijadikan sebagai etika yang fundamental oleh seluruh pengguna media sosial