• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU. Di Susun Dan Di Usulkan Oleh : MUSTAHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU. Di Susun Dan Di Usulkan Oleh : MUSTAHIR"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KECAMATAN BARRU

KABUPATEN BARRU

Di Susun Dan Di Usulkan Oleh : MUSTAHIR

(105641143611)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKSSAR

(2)
(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Mustahir Nomor Stambuk : 105641143611 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2015 Yang Menyatakan,

MUSTAHIR

(5)

v ABSTRAK

Mustahir. Peran Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. (dibimbing oleh Abdul Kadir Adys dan Rudi Hardi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Dalam penelitian menggunakan Informan sebagai sampel sebanyak delapan orang diantaranya 1 orang pegawai Kecamatan, Kepala Desa, 1 orang personil kepolisian, 3 masyarakat dan 2 orang tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskripsi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa 1) Upaya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Barru dan aparat setempat terhadap pihak-pihak yang terkait tepat mengenai sasaran yang dituju, namun karena kurangnya kerjasama dan partisipasi dari masyarakat sehingga upaya yang dilakukan menjadi kurang efektif. 2) Pengawasan yang dilakukan terhadap distributor dan pengedar minuman keras telah diatur dengan peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya tidak diterapkan secara optimal dan kurang dipahami oleh masyarakat sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk mengambil tindakkan tegas. Dan 3) Penindakan tegas terhadap pengguna dan penjual miras seperti pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tempat-tempat penjualan minuman beralkohol illegal yang melanggar ketentuan dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol akan diberikan tindakan kurungan dan denda. Hal tersebut telah dilakukan terhadap beberapa kasus di tahun 2015.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Tak ada kata ataupun kalimat yang pantas terucap selain ungkapan syukur Alhamdulillahi Robbil Alamin, penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan bimbingan-Nya jugalah sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan penulisannya, meskipun pembahasannya masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun teknik penulisannya. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan kepada para pembaca yang budiman, agar dapat memberikan masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan Skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih pula kepada Abdul Kadir Adys, SH., MM. dan Rudi Hardi, S. Sos., M.Si.yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sejak pengusulan judul sampai kepada penyelesaian Skripsi ini.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. DR. H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. DR. H. Muhlis Madani, M. Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang

senantiasa memberikan arahan

3. A. Luhur Prianto, S. IP, M. Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah membina jurusan Ilmu Pemerintahan ini.

4. Dosen Ilmu Pemerintahan, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan di kampus ini.

(7)

vii

5. Kepada kedua orang tuaku ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan sampai pada tahap akhir penyelesaian studi penulis.

6. Kepada keluargaku yang tercinta yang selalu memberikan semangat dan dorongan agar penulis tak pernah berputus asa dalam menghadapi kemelut hidup dan selalu mengigatkan agar senantiasa berdoa kepada sang pencipta. 7. Terima kasih pada teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatku yang tak dapat

kusebutkan satu persatu.

Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Rabbil Alamin. Amin

Makassar, , 2015

(8)

viii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Pemerintah... 8

B. Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol ... 13

C. Konsep Minuman Beralkohol (Minuman Keras) ... 19

D. Kerangka Pikir... 25

E. Fokus Penelitian ... 26

F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 28

D. Informan Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisa Data ... 30

G. Keabsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 32

B. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Barru ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

(9)

ix

B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 61

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Memang sungguh dilematis di negeri kita ini. Dalam konstitusi menegaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, namun dalam menyikapi perkembangan tentang minuman beralkohol pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa. Perkembangan minuman beralkohol tidak hanya menjadi ancaman bagi umat Islam yang secara tegas mengharamkan di dalam kitab sucinya, namun minuman beralkohol juga merupakan ancaman bagi hidup dan kehidupan manusia dimuka bumi ini, khususnya di kabupaten barru.

Salah satu program pembangunan nasional adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabiitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Dan untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pengaturan tentang pengendalian dampak minuman keras terhadap kesehatan. Salah satu masalah yang sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah minuman beralkohol yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Pengawasan MMEA(Minuman Mengandung Etil Alkohol ) di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh DJBC(Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) namun juga oleh pemerintah daerah. Bahkan Perda Miras memiliki landasan hukum yang kuat. Perda Miras tidak bisa dianulir dan direvisi begitu saja oleh Kementerian

(11)

2

Dalam Negeri (Kemendagri), dikarenakan Perda Miras tidak bertentangan dengan landasan hukum tertinggi Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Fenomena ini begitu meresahkan karena miras dan minol bukan saja merusak kesehatan bagi yang meminumnya tetapi juga mengakibatkan keresahan sosial yaitu mengganggu dan mengancam ketertiban bahkan keselamatan masyarakat.bagaimana peredaran dan penjualan bebas miras dan minol yang tidak mengenal batasan umur dan lokasi ternyata begitu banyak menimbulkan keresahan sosial terutama memicu tindakan kriminal hingga penghilangan nyawa anak manusia. Masih banyak peristiwa-perisitiwa memilukan lain akibat miras dan minol yang menimpa remaja, hanya saja tidak ter-cover media.

Menjamurnya mini market terutama di kota-kota besar salah satunya Di Kabupaten Barru menjadi salah satu faktor mudahnya anak-anak remaja yang juga pelajar dan mahasiswa ini mendapatkan miras.Tempat mini market dan warung-warung di pinggir jalan ini dengan bebas menjual miras dan minol, mulai dari aneka jenis bir, minuman vodka, sampai yang berkandungan alkohol minimal 4 persen.Aneka miras beraneka warna dengan harga cukup terjangkau menarik hati para remaja yang berkantong pas-pasan untuk mencoba.Parahnya lagi, beberapa minimarket meletakkan miras dan minol di rak-rak yang begitu mudah dilihat dan dijangkau konsumen. Bahkan ada mini market yang memajang miras dan minol satu display dengan minuman anak-anak seperti susu. Dampak lain dari bebasnya tempat minimarket dan warung-warung di pinggir jalan ini menjual miras dan minol adalah semakin maraknya keberadaan komunitas-komunitas „peminum‟ yang sebagian besar dari mereka adalah remaja yang masih menjadi pelajar dan mahasiswa di Kabupaten Barru. Nongkrong secara berkelompok di mini market

(12)

dan warung yang ada di sepanjang jalan kabupaten Barru sambil menenggak miras dan minol malah sudah menjadi gaya hidup. Bahkan muncul stigma kalau remaja atau anak muda yang tidak ikut „minum‟ dianggap cemen dan tidak bisa masuk atau bergaul dalam sebuah komunitas.Namun jika melihat apa yang terjadi saat ini, sepertinya regulasi-regulasi yang mengatur peredaran miras sama sekali tidak diindahkan.

Masih banyak toko-toko dan minimarket yang leluasa menjual miras walaupun lokasi mereka berada di sekitar pemukiman, dekat sekolah, maupun tempat ibadah. Mereka juga bebas menjual miras kepada remaja usia dibawah 21 tahun yang belum begitu paham dampak buruk dari mengonsumsi miras.Di lain sisi, pemerintah daerah yang berusaha mengawasi dan mengatur peredaran miras di wilayahnya, dalam implementasinya malah dianggap tidak sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi.

Masalah miras saat ini bukan hanya menjadi masalah bagi pemerintah melainkan juga menjadi masalah bagi kita semua. Sebagai individu dan masyarakat sosial kita mempunyai tanggungjawab sosial atas apa yang terjadi disekitar kita.Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sangat besar pengaruhnya terhadap sikap dan tindakan pelaku yang mengarah kepada deviasi, seperti kebut-kebutan di jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas, membuat keributan dan kekacauan, dan mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Hal itu disebabkan kontrol diri menjadi berkurang karena mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Penyalahgunaan minuman beralkohol dengan mengkomsumsinya di luar batas kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan

(13)

4

diri sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan minum-minuman beralkohol yang melebihi batas yang wajar dapat menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan kepentingan orang lain.

Penyalahgunaan alkohol dapat membawa pengaruh yang sedemikian rupa, menyebabkan yang bersangkutan dapat berperilaku yang bertentangan dengan norma baik itu norma hukum maupun norma sosial yang hidup didalam masyarakat. Minuman keras atau miras adalah bagian dari NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) yang sering menimbulkan permasalahan di masyarakat maupun gangguan kesehatan kepada masyarakat Kabupaten Barru.Umumnya miras dibedakan menjadi tiga, yaitu golongan A yang berkadar alkohol 1-5% (contoh: Bir), golongan B yang berkadar alkohol 5-20% (contoh: Wine), dan golongan C yang berkadar alkohol 20-45% (contoh: Arak, Whiskey atau Vodka). Miras yang melalui cara pengolahan tradisional dapat diperoleh dari hasil fermentasi atau peragian madu, gula, sari buah, atau umbi-umbian dengan menggunakan bantuan mikroorganisme tertentu.

Saat ini penggunaan minuman beralkohol di luar batas kewajaran banyak sekali terjadi di Kabupaten Barru, salah satunya di kecamatan Barru yang dimana masyarakatnya banyak yang menjadi peminat mengkonsumsi minuman Beralkohol. Gejala ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat-tempat yang menjual minuman beralkohol. Dengan banyaknya para penjual minuman beralkohol tersebut maka menjadi hal yang sangat mudah / gampang menjangkau kalangan para remaja.konsep idealnya penanggulangan peredaran minuman

(14)

beralkohol yang mestinya harus di lakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Barru adalah

1. Mensosialisasikan bahaya miras kepada seluruh masyarakat. 2. Mendidik masyarakat tentang bahaya miras dangan berbagai cara. 3. Melakukan kajian tentang dampak miras.

4. Mengajak dan membina masyarakat untuk mendukung GeNAM (Gerakan Nasional Anti Miras).

Namun konsep yang tertera di atas tidak pernah terlaksana di Kabupaten Barru sehingga peredaran Minuman beralkohol sangat gampang di lakukan oleh penjual Miras.Seringkali kita lihat, terjadinya peningkatan angka kriminalitas yang terjadi didalam masyarakat terutama tindak pidana umum / konvensional yang terjadi di Kabupaten Barru seperti pencurian, perampokan, penodongan, penganiayaan, serta pengrusakan fasilitas umum, yang dimana tidak sedikit pelakunya berada dibawah pengaruh minuman beralkohol.

Hal tersebut itulah yang menguatkan adanya pernyataan serta opini masyarakat bahwa minuman beralkohol dapat memicu tindak kejahatan, oleh karena itu dikaitkan dengan akibat negatif dari penyalahgunaan minuman beralkohol, maka perlu untuk ditindaklanjuti dengan peran pemerintah dalam penangulangan peredaran minuman beralkohol. Hal ini juga ditegaskan pada Peraturan Daeraah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 tentang pengawasan, pengendalian, dan penjualan minuman beralkohol.

Peredaran minuman beralkohol yang tidak terkendali berdampak pada alkoholisme dalam masyarakat dan kejahatan yang terkait dengan minuman beralkohol. Alkoholisme adalah suatu keadaan yang dimana seseorang tidak

(15)

6

mampu lagi mengontrol banyaknya jumlah alkohol yang diminumnya. Hal tersebut sekarang yang menjadi tugas dari pemerintah daerah untuk selalu senantiasa aktif dalam mengatasinya. Dengan demikian, peran dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan supaya bekerja lebih ekstra lagi dengan cara menindak secara tegas para penjual minuman beralkohol tersebut untuk dapat memberikan efek jerah agar keamanan dan ketertiban masyarakat dapat selalu terjaga.

Berdasarkan dari uraian yang ada di atas, maka saya selaku penulis dalam hal ini akan membahas tentang “ Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol Di Kecamatan Barru Kabupaten Barru ‘’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah yaitu ”Bagaimana peran pemerintah dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Barru?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol di kebupaten barru.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis

Memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai penanggulangan peredaran minuman beralkohol

(16)

a. Bagi pemerintah

Memberikan jawaban atas permasalahan yang di teliti. b. Bagi mahasiswa

c. Untuk memenuhi kewajiban utama sebagai mahasiswa serta menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan.

(17)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemerintah

Istilah pemerintah berasal dari kata “Perintah” yang berarti menyuruh melakukan seseuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu Negara atau badan tertinggi yang memerintah suatu Negara, seperti kabinet. Istilah pemerintahan diartikan dengan perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Sri Soemantri dalam pamudji, 1980: 45) secara etemologis, dapat diartikan sebagai tindakan yang terus menerus atau kebijaksanaan dengan menggunakan suatu rencana maupun akal dan tata cara tertentu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. (Pamudji, 1980: 50)

Istilah pemerintahan adalah suatu ilmu seni. Disebut sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena memenuhi syarat-syaratnya, yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek material maupun formal, sifatnya unversal, sistematis serta spesifik dan dikatakan sebagai seni, karena banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan maupun berkiat serta dengan karismatik menjalankan roda pemerintahan (Syafie Dkk, 2002:11). Dalam kata perintah “perintah” tersebut, ada dua pihak yang terkandung dan saling memiliki hubungan, yaitu pihak yang memerintah memiliki wewenang dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan. Jika kata ilmu dirangkai dengan kata “pemerintahan” menjadi “ilmu pemerintahan”. pemerintahan adalah ilmu yang mengeluti studi tentang penunjukkan cara kerja

(18)

ke dalam dan ke luar struktur dan proses pemerintahan umum (Syarifin, 2005:17).

Ilmu pemerintahan adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara bagaimana lembaga pemerintahan secara umum itu disusun dan difungsikan baik secara ke dalam maupun ke luar terhadap warganya untuk menjalankan tugasnya untuk pencapaian tujuan organisasi. (Syarifin,2005:18)

Secara luas ilmu pemerintahan merupakan suatu aparatur atau alat perlengkapan Negara dalam rangka menjalankan segaa tugas dan wewenang/kekuasaan Negara, baik kekuasaan Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif. Apabila kita dilahat dari negara Indonesia saat ini dengan mengacu pada undang-undang dasar 1945 sebagai peraturan perundang-undangan yang tertinggi, pemerintahan dalam arti luas tersebut mencakup MPR, Presiden, DPR, MK, DPD, BPK, dan MA. Pemerintahan dalam arti sempit yaitu aparatur/alat kelembagaan Negara yang hanya mempunyai tugas dan wewenang/kekuasaan eksekutif saja, dengan kata lain pemerintahan dalam arti sempit ini tidak lain adalah pemerintah (Syarifin, 2005:19).

1. Pengertian Pemerintah Daerah

Pemerintahan Daeah, menurut pasal 1 huruf b UU Nomor 22 tahun 1999, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah berserta perangkat daerah Otonom (Pasal 60 Undang-Undang) Nomor 22 tahun 1999) yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian pemerintah daerah ini apabila kita kaji dengan pengertian-pengertian pemerintah sebagai mana

(19)

10

yang telah diuraikan sebelumnya dapatlah diartikan sebagai pemerintah dalam arti sempit.

Hal demikian dikerenakan arti pemrintah pada ketentuan undang-undang diatas menunjukan pada badan eksekutif daerah semata. Pemerintahan daerah menurut Pasal 1 huruf d UU Nomor 22 tahun 1999 di artikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi. Adapun arta secara yuridis menurut UU Nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1 angka 2, pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 (Syarifin, 2005:20).

Pamudji (1980:139), mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan Pemerintahan Daerah adalah daerah otonom diselenggarakan secara bersama-sama oleh seorang kepala wilayah yang sekaligus merupakan kepala daerah otonom.

Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, yaitu Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(20)

Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah. Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa,pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintahan pusat.

Menurut Syarifin (2005:20).pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.

2. Tugas Dan Fungsi Pemerintah

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :

a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

(21)

12

c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari system social, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, istrahat, pakaian dan makanan. Dalam memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerjasama dan berkelompok dengan orang lain, bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk berkomunikasi menurut makna yang disepakati bersama, dan institusi social yang berlaku sebagai control dalam aktivitas dan mengembangkan masyarakat. Kebutuhan sekunder tersebutadalah kebutuhan untuk bekerjasama, menyelesaikan konflik, dan interaksi antara sesama warga masyarakat.

Osbarne dan Ted Gaebler (1996:192) bahkan meyatakan bahwa pemerintahan yang demokratis lahir untuk melayani warganya dan karena itulah tugas pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya. Dengan demikian lahirnya pemerintah memberikan pemahaman bahwa kehadiran suatu pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat yang bertujuan untuk berbuat baik bagi kepentingan masyarakat. Ndraha (2001:85), fungsi pemerintah ada 2 macam

(22)

a. Pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan (service), sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan layanan civil termasuk layanan birokrasi.

b. Pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan (empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan danmelakukan program pemberdayaan.

Dengan begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi pemerintahan,menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang sangat besar.Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan sumberdaya,dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang didukung oleh aparatyang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yangberlaku didalam masyarakat dan pemerintahan.

Langkah ini perlu dilakukan olehpemerintah, mengingat dimasa mendatang perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat akansemakinmenambah pengetahuan masyarakat untukmencermati segala aktivitaspemerintahan dalam hubungannya denganpemberian pelayanan kepada masyarakat.

B. Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol 1. Pengawasan

Suatu organisasi yang efektif dapat didefinisikan sebagai kelompok individu yang bekerjasama untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. membentuk suatu tim akuntansi yang dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan manajemen secara tepat waktu. Pengawasan setidak-tidaknya memenuhi 3 faktor berikut :

(23)

14

a. Struktur Organisasi, yaitu pengelompokan yang wajar dari berbagai fungsi untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dengan efektif, penetapan hubungan-hubungan yang wajar didalam kelompok yang bersangkutan dan dalam organisasi secara keseluruhan dan menjamin adanya unsur-unsur pengendalian yang wajar.

b. Pendelegasian tanggung jawab dan kewenangan yang wajar kepada setiap tingkat organisasi dari setiap bagian

c. Seleksi individu-individu yang tepat untuk setiap pekerjaan. (Abdul salam, 2003:89)

Untuk lebih jelasnya, berikut ini ada beberapa definisi pengawasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya oleh Ulbert Silalahi mengutip pendapat Koonzt dan O‟Donnel, mengatakan bahwa :

“Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan kegiatan-kegiatan bawahan untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. (2002 : 175)

Sementara itu pengertian Pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan”.( Soewarno Handayadiningrat , 2002: 143)

Secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangkat dari kenyataan bahwa manusia penyelenggara kegiatan operasional merupakan makhluk yang tidak sempurna dan secara inheren memiliki keterbatasan, baik dalam interpretasi makna suatu rencana, kemampuan, pengetahuan maupun keterampilan. Artinya, dengan itikad yang paling baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi dan pengarahan kemampuan mental dan fisik sekalipun, para

(24)

penyelenggara kegiatan operasional mungkin saja berbuat khilaf dan bahkan mungkin kesalahan.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua anggota organisasi yang selalu menampilkan perilaku demikian. Sengaja atau tidak, perilaku negatif ada kalanya muncul dan berpengaruh pada kinerja seseorang yang faktor-faktor penyebabnya pun beraneka ragam. Menghadapi kemungkinan demikianlah pengawasan mutlak perlu dilakukan. Terdapat banyak fungsi pengawasan yang telah berkembang dari tahun ke tahun. Suatu tinjauan dari berbagai definisi tersebut menunjukkan bahwa fungsi pengawasan bukanlah suatu fungsi yang mudah dilaksanakan.

Pengawasan terutama merupakan seorang staf yang fungsi utamanya adalah mengembangkan suatu organisasi dan sistem perkiraan, kebijaksanaan, catatan dan prosedur yang akan menyediakan data yang dapat dianalisa dan diinterpretasikan oleh para pemimpin fungsional dalam mengambil keputusan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengawasan harus memiliki kesanggupan untuk menterjemahkan fakta dan data statistik kedalam bentuk trend, dan hubungan-hubungannya. Pengawasan juga harus cermat dalam temuan dan pelaporannya. Terlepas dari teknik mana yang dianggap paling tepat untuk digunakan, manfaat terpenting dari pengawasan menurut Sondang P. Siagian (2005:107) sebagai berikut : a. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dimana

organisasi itu ada.

b. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana dengan efektif dan efisien.

(25)

16

c. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.

d. Langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja yang memuaskan.

e. Tindakan preventif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut.

2. Pengendalian

Pengertian Pengendalian menurut Malayu S.P. Hasibuan adalah pengendalian adalah proses pengaturan berbagai factor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana”. (Malayu S.P. Hasibuan , 2005 : 241)

Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara”. (Malayu S.P. Hasibuan, 2005: 242)

Teknik dan sistem pengendalian pada pokoknya sama untuk uang tunai, prosedur kantor, moral, kualitas produk atau apa saja proses dasar pengendalian, dimanapun penerapannya atau apa saja yang diawasi, menurut Siswanto (2005 :140), meliputi 4 langkah, yaitu :

a. Menetapkan Standar dan metode untuk pengukuran kinerja (establish

standard and methods for measuring performance)

b. Mengukur Kinerja (measure the performance)

c. Membandingkan Kinerja sesuai dengan standar (compare the

(26)

d. Mengambil Tindakan koreksi (take correcticve action) 3. Aturan yang Terkait Peredaran Minuman Beralkohol

Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol pada pasal 5 yaitu

(1) Pengawasan dan pengendalian dilakukan terhadap:

a) Penjualan langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C terhadap perizinan, tempat/lokasi peredaran dan penjualannya;

b) Perizinan, importir minuman beralkohol, distributor, sub distributor; c) Tempat lokasi peredaran dan penjualan minuman beralkohol golongan

A, golongan B, dan golongan C; dan orang dan/atau badan yang menguasai minuman beralkohol.

(2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Tim Pengawas dan Penertiban dari instansi terkait yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Tim Pengawas dan Penertiban wajib melaporkan kegiatan pengawasan dan pengendaliannya kepada Bupati.

Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 Pengendalian Peredaran, Minuman Beralkohol juga dijelaskan pada bab 5 yang menerankan bahwa:

Pasal 6 tentang Pemerintah Daerah berwenang melakukan pengendalian peredaran Miras dengan ketentuan labelisasi dan perizinan.

(27)

18

(1) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha peredaran dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan A wajib memiliki SIUP.

(2) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha peredaran dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan B, dan golongan C wajib memiliki SIUP-MB.

(3) SIUP-MB terdiri dari:

- SIUP-MB penjual eceran minuman beralkohol golongan B; - SIUP-MB penjual eceran minuman beralkohol golongan C;

- SIUP-MB untuk diminum di tempat minuman beralkohol golongan B; dan

- SIUP-MB untuk diminum di tempat minuman beralkohol golongan C. (4) Ketentuan dan tata cara pemberian SIUP dan SIUP-M sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. (5) SIUP-MB berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang

kembali.

(6) SIUP-MB tidak dapat dipindahtangankan.

(7) Pasal 5-7 RUU ini melarang setiap orang, baik pribadi maupun kelompok, memproduksi, menyimpan, mengedarkan, menjual, dan bahkan mengonsumsi minuman berakohol golongan A (kadar rendah, 1-5%), golongan B (kadar sedang 5-20%), golongan C (20-55%), tradisional, dan campuran, kecuali untuk kepentingan terbatas.

(8) Kepentingan terbatas tersebut mencakup kepentingan adat, ritual keagamaan, wisatawan, farmasi, yang diizinkan oleh peraturan UU.

(28)

a) Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP-MB wajib menyampaikan laporan pengadaan dan penyaluran/ penjualan setiap 3 (tiga) bulan sekali secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala SKPD yang membidangi perindustrian dan perdagangan.

b) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

C. Konsep Minuman Beralkohol (Minuman Keras) 1. Pengertian Alkohol

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 282/KEMENKES/SK/II/1998 mendefinisikan minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilisasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol

Fermentasi adalah proses berubahnya zat tepung di dalam bahan menjadi gula, yang kemudian berubah menjadi alkohol. Lama proses fermentasi tergantung pada jenis minuman yang akan dibuat. Untuk wine, proses fermentasi bisa menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun (proses fermentasi yang tidak main-main ini salah satu faktor yang membuat harga wine sangat wow dan beresiko menyebabkan kanker alias kantong kering).

(29)

20

2. Jenis - Jenis Minuman Keras

Menurut Darmono (2005), jenis alkohol yaitu minuman beralkohol biasanya dipisah menjadi tiga jenis: Bir, wine, dan spirit.

1. Bir

Bir adalah minuman paling terkenal ketiga di dunia (di belakang teh dan air putih), dan hampir semua orang, mulai dari tukang sayur sampai Homer Simpson, kenal dengan minuman yang satu ini.Bir terbuat dari biji-bijian gandum barley yang direndam di dalam air dan dikeringkan, dibumbui dengan tanaman hop yang menambah rasa pahit khas bir, lalu diproses dan difermentasikan dengan ditabur ragi, untuk kemudian dibiarkan selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai proses fermentasi, di mana ragi mengubah kandungan gula di dalam campuran itu menjadi alkohol dan karbon dioksida.

Bir sendiri adalah salah satu minuman tertua di dunia. Di mana ada bahan sejenis gandum, maka di situ ada sejenis bir, walaupun pada awalnya bir hanya difermentasikan selama satu atau dua hari saja. Gandum digunakan sebagai bahan baku bir di Mesopotamia kuno, nasi dipakai di Asia, sementara Mesir menggunakan barley sebagai bahan baku dari bir versi mereka.

2. Wine

Enology adalah sebuah bidang ilmiah tersendiri yang khusus mempelajari cara membuat wine yang enak. Para penggila wine ini rupanya sangat serius dengan minumannya.Tapi bukannya tidak beralasan. Wine sudah bukan barang baru dalam peradaban manusia, dan bukti-bukti

(30)

arkeologis berusia lebih dari 8,000 tahun yang ditemukan di Georgia menunjukkan ditemukannya beberapa tempat pembuatan wine. Kandungan alkohol ethanol di dalam wine terbilang ampuh menumpas bakteri-bakteri dan mikroorganisme sumber penyakit, dan karena itu, dulu wine lebih aman diminum daripada air maupun susu. Di masa-masa sebelum adanya rumah sakit, asuransi kesehatan, dan kontroversi soal menteri Kesehatan, tidak berlebihan kalau wine sempat dianggap sebagai hadiah dari Dewa-Dewa. 3. Spirits

Spirits adalah istilah yang diberikan untuk minuman-minuman keras yang dibuat dari proses penyulingan. Hasil fermentasi tertentu disuling, dan proses penyulingan ini mengkonsentrasikan kandungan alkoholnya serta menghilangkan rasa-rasa yang dianggap tidak enak.

3. Dampak Minuman Keras

Minuman keras adalah salah satu minuman yang mengandung zat adiktif (alkohol). Penyalahgunaan minuman keras akan membawa dampak yang tidak baik buat kesehatan fisik dan psikis seseorang. Menurut Anang Syah (2000: 8-9) akibat atau dampak dari penyalahgunaan zat adiktif bagi pemakai adalah:

1) Kepribadian rusak

2) Tingkah laku (bohong, manipulasi) 3) Pola pikir khas (serba mau cepat) 4) Pelanggaran norma

(31)

22

4. Faktor Penyebab Penggunaan Minuman Keras/Alkohol

Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan remaja tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut (Bagja Waluya, 2007).

Lebih lanjut Bagja Waluya (2007) memaparkan bahwa penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat sosialisasi yang tidak sempurna baik pergaulan di masyarakat maupun kehidupan di dalam keluarga yang dianggapnya tidak memuaskan. Sehingga anak mencari pelarian di luar rumah dengan mencari teman yang dapat memberikan perlindungan dan pengakuan akan keberadaan dirinya. Pada penyimpangan yang dilakukan melalui penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, biasanya seseorang tidak akan langsung melakukannya, akan tetapi diajak oleh teman sekelompoknya untuk mencoba lebih dahulu untuk membuktikan bahwa mereka telah menjadi orang dewasa, lama kelamaan seseorang akan mendapatkan pengakuan dari kelompoknya dan menjadi bagian dari kelompok tersebut.

5. Upaya Penanggulangan Terhadap Minuman Keras (MIRAS)

Menurut Supratiknya (1995) Ada beberapa cara untuk menolong seorang alkoholik menghantikan kebiasaan buruknya. Secara biologis dapat di gunakan obat-obatan tertentu untuk mendetoksifikasi (menghilangkan karacunan) orang-orang yang maabuk kronik berat. Sedangkan secara psikososial, salaah satu cara pendekatan yang efektif adalah terapi kelompok.

(32)

Dalam situasi kelompok, para alkoholik di ajak menghadapi masalah-masalah hidupnyaa, menyadari akibat-akibat merusak dari masalah-masalahnya itu, dan di tolong menemukan kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasinya. Penangulangan terhadap minuman keras dapat dilakukan dengan cara:

1) Tampaknya miras ini sulit apabila harus dibasmi/dihilangkan sama sekali. Mungkin dari sisi agama masalah miras tidak ada toleransi, namun kita perlu juga melihatnya dari sisi lain yaitu kepentingan adat dan kepentingan Pariwisata. Dengan demikian yang penting bukan membasmi miras, tapi memperhatikan perangkat hukum untuk mengaturnya dan kemudian menegakkan peraturannya.

2) Distributor dan Pengedar minuman keras harus diatur dengan peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya pasal-pasal tersebut perlu direvisi kembali karena banyak yang kurang tegas dan kurang mengenai substansi (masih bisa) tentang miras itu sendiri, sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk mengambil tindakkan tegas. 3) Distributor dan pengedar harus memilki izin, demikian juga penjualnya.

Tempat-tempat tertentu seperti hotel, diskotik, karaoke dan took khusus penjual miras harus diatur oleh peraturan daerah. Izin untuk menjadi distributor, pengedar dan penampung miras harus ketat. Artinya agar mereka tidak terlalu gampang melakukan bisnis miras dengan tanpa melihat usia konsumennya.

4) Penyalahgunaan terhadap izin dan peraturan Daerah tentang miras ini harus ditindak tegas dengan cara menghukum pelakunya, bukan memusnahkan

(33)

24

mirasnya. Legalisasi dan lokalisasi miras ini tentunya akan menambah penghasilan asli daerah (PAD). Razia rutin harus dilakukan untuk mengontrol apakah para distributor, penjual dan penampung tetap konsisten pada peraturan yang ada dan sesuai dengan izin yang diberikan kepada mereka.

5) Dalam hal penanggulangan miras ini kita perlu memperhatikan dua hal : a) Kita juga menerima pemasukkan dari para turis mancanegara dan juga

turis domestic. Oleh sebab itu persediaan miras tetap harus ada yaitu di hotel-hotel berbintang, restoran, diskotik, club malam lainnya. Namun kebijakkan ini harus disertai dengan perangkat hukum yang jelas dan tegas, agar tidak disalah gunakan dikemudian hari.

b) Jangan lupa bahwa miras untuk kepentingan adat. Hal ini perlu segera dipertegas legalisasinya dengan Undang-Undang atau peraturan Daerah, agar penggunaan miras pada saat acara adat betul-betul disiplin hanya untuk keperluan acara adat dan bukan untuk acara mabuk-mabukan atau kompetensi antara anak-anak muda.

Peraturan Mentri Perdagangan Republic Indonesia NO>20/M-DAG/PER/4/2014 Tentang Pengendalian Pengawasan Terhadap Pengadaan Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol, menyatakan dalam pasal 32 pengendalian pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dilakukan terhadap IT-MB,distributor, sub distributor,pengecer dan penjualan langsung.

Peraturan minuman beralkohol pada umumnya disebut sebagai minuman beralkohol, terdapat pada peraturan menteri kesehatan tentang

(34)

minuman beralkohol nomor 86/Men/Kes/Per/IV/77. Di dalam peraturan tersebut minuman beralkohol digolongkan sebagai berikut :

a) Golongan A : kadar etanol 1-5 % b) Golongan B : Kadar etanol 5-20 % c) Golongan C : kadar etanol 20-55 %

D. Kerangka Pikir

Penanggulangan peredaran minuman beralkohol pemerintah harus dapat menemukan, memahami, menjelaskan dan memperoleh gambaran permasalahan tentang upaya penanggulangan minuman beralkohol di Kecamatan barru. Peran Pemerintah daerah dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol diantaranya kehidupan masyarakat barru memiliki dua tradisi yang selalu lekat pada kehidupannya Diantaranya adalah suatu tindakan atau perilaku negatif dalam mengkonsumsi minuman keras.

Oleh karena itu sangat di butuh kan upaya yang di lakukan oleh pemerintah seperti Dalam Peraturan Mentri Perdagangan Republic Indonesia NO>20/M-DAG/PER/4/2014 Tentang Pengendalian Pengawasan Terhadap Pengadaan Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol, menyatakan dalam pasal 32 pengendalian pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol dilakukan terhadap IT-MB, distributor, sub distributor,pengecer dan penjualan langsung.upaya yang di lakukan oleh pemerintah seperti penanggulangan dan pengawasan peredaran akan berdampak besar sehingga nantinya akan menghasilkan berkurangnya peradaran minuman beralkohol, Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan remaja tidak akan begitu saja

(35)

26

muncul apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan dari teori yang digunakan, maka fokus penelitian yang akan diteliti yaitu kantor Kecamatan Barru untuk melihat bagaimana Peran pemerintah dalam penaggulangan peredaran minuman beralkohol.

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan dari kerangka pikir di atas maka deskripsi fokus penelitiannya adalah:

1. Peran pemerintah Daerah dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol merupakan keikutsertaan pemerintah dalam pengendalian peredaran minuman beralkohol di Masyarakat dan toko yang menjual

Peran pemerintah daerah dalam penaggulangan peredaran minuman beralkohol

Terkendalinya peredaran Minuman beralkohol

(36)

minuman beralkohol yang tidak menaati peraturan serta tidak memiliki izin penjualan.

2. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang hams dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar. 3. Pengawasan.

Adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Penindakan adalah suatu bentuk keputusan pemerintah dalam menindak lanjuti suatu kasus minuman beralkhohol yang melakukan penjualan barang tersebut yang tidak mentaati peraturan yang ada dan melanggar izin yang telah di berikan oleh pemerintah, maka pibak Pemerintah berhak menindak lanjuti dengan melakukan penangkapan, rehabilitasi, atau penjara.

(37)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian 2 bulan dan lokasi penelitian penulis memilih tempat penelitian di kantor Kecamatan Barru. Alasan mengambil tempat tersebut, untuk mengetahui seperti apa Peran pemerintah dalam penaggulangan peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Barru.

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan mengunakan pedoman wawancara, dokumentasi observasi, dan melihat fenomena yang terjadi.

2. Tipe penelitian

Peniliti mengunakan tipe penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu secara jelas berdasarkan pengalaman informan dalam penyebaran minuman beralkohol di sekitarnya.

C. Sumber Data

Sehubungan dengan permasalahan peneliti maka data yang diperlukaan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primeryaitu sumber data yang diperoleh pertama kali dan merupakan segala informasi yang diperoleh dari informasi observasiyang dicatat oleh peneliti secara langsung dari objek penelitian.

(38)

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung kepada obyek penelitian yang dapat berupa dokumen, buku, catatan-catatan dan lain-lain, terutama yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

D. Informan Penelitian

Adapun informan penelitian mengenai peran pemerintah dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol adalah :

Tabel 1. Informan Penelitian

No Jabatan Keterangan

1 Camat 1

2 Kepala Desa 1

3 Kepolisian 1

4 Masyarakat (Penjual dan distributor) 3

5 Tokoh Masyarakat 2

Jumlah 8

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkahyang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapat data yang valid.Pengumpulan data adalah produser yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh.

1. Observasi adalah cara pengambilan data dengan mengunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut yaitu dengan melihat fenomena yang terjadi di Kantor Kecamatan Barru..tujuan

(39)

30

menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal perilaku perkembangan dan sebagai tentang perilaku kebiasaan tentang perang dalam penanggulangan peredaran minuman beralkohol di kabupaten barru.

2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan mengunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongret tentang perang pemerintah dalam penangulangan peredaran minuman beralkohol di kabupaten barru.

3. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat dan berita yang disiarkan kepada media massa yaitu seperti artikel yang dituliskan oleh masyarakat setempat dan berita dalam bentuk spanduk yang disampaikan oleh Kantor Kecamatan Barru . Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan kongret tentang peran pemerintah dalam penangulangan peredaran minuman beralkohol di kabupaten barru.

F. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisa datayang diperoleh tentang Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol, maka menggunakan metode teknik deskriptif kualitatif. Dimana cara menganalisa data dilakukan dengan manganalisa hasil olahan data tersebut diinterpretasikan dalam bentuk narasi untuk diambil suatu kesimpulan hasil penelitian dan

(40)

selanjutnya mengemukakan beberapa saran untuk direkomendasikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini.

G. Keabsahan Data

Pengujian pengabsahan data, peneliti menggunakan validitas data sebagai alat pembuktian bahwa benar-benar terjadi dilapangan. Untuk menguji validitasdata maka peneliti menggunakan metode triangulasi, yaitu :

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreabilitas data dilakukan degan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreabilitas data dilakukan dengan cara mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu untuk menguji kreabiliatas data dilakukan dengan pengecekan data melalui wawancara,observasi, dan teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

(41)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada bab ini menyajikan gambaran-gambaran umum mengenai Kabupaten Barru serta Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Barru. Gambaran umum Kabupaten Barru sendiri mencakup sejarah singkat, pemerintahan, ketenagakerjaan dan Kepegawaian secara umum Kabupaten Barru. Sedangkan, gambaran umum Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Barru mencakup visi dan misi, tujuan dan sasaran jangka menengah, tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasinya.

Kabupaten Barru lahir berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan. Sebelum dibentuk sebagai suatu Daerah Otonom berdasarkan UU No. 29 Tahun1959 pada tahun 1961, Daerah ini terdiri dari 4 Wilayah Swapraja di dalam kewedanaan Barru Kabupaten Pare-Pare lama, masing-masing Swapraja Barru, Swapraja Tanete, Swapraja Soppeng Riaja dan bekas Swapraja Mallusetasi. Ibu Kota Kabupaten Barru sekarang bertempat di bekas ibu Kota Kewedanaan Barru.

Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing - masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja, dan Kerajaan Mallusetasi. Di masa pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda dimana wilayah Kerajaan Berru, Tanete dan Soppeng Riaja dimasukkan dalam wilayah

(42)

Onder Afdelling Barru, yang bernaung dibawah Afdelling Pare-Pare sebagai kepala Pemerintahan Onder Afdelling diangkat seorang control Belanda yang berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan sehari-hari baik terhadap eksekutif maupun di bidang yudikatif.

Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah Swapraja pada permulaan kemerdekaan bangsa Indonesia, keempat wilayah Swapraja ini merupakan bekas Selfbestuur di dalam Afdeling Pare-Pare masing-masing bekas Selbesteuur Mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi Kecamatan mallusetasi dengan Ibu Kota Palanro, adalah penggabungan bekas-bekas Kerajaan Lili dibawah kekuasan Kerajaan Ajattapareng oleh Belanda sebagai Selfbestuur,yakni Kerajaan Lili Bojo dan Lili Nepo.

Bekas selfbestuur Soppeng Riaja yang merupakan penggabungan empat Kerajaan Lili dibawah bekas Kerajaan Soppeng (Sekarang Kabupaten Soppeng) sebagai satu Selfbestuur, ialah bekas Kerajaan Lili Siddo, LiliKiru-Kiru, Lili Ajakkang, dan lili Balusu. Kemudian bekas Selfbestuur Barru yang sekarang menjadi Kecamatan Barru dengan ibu kotanya Sumpang Binangae yang sejak semula memang merupakan suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri sendiri. Selanjutnya bekas dengan pusat pemerintahannya di Pancana daerahnya sekarang menjadi tiga kecamatan masing-masing Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Tanete Riaja, dan Kecamatan Pujananting.

Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 24 Pebruari 1960 yang merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten

(43)

34

Daerah TK.II Barru dengan Ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang Nomor 229 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 kecamatan dan 54 desa/kelurahan.

Penanggulangan peredaran minuman keras di Kecamatan Barru Kabupaten Barru tentu sangat erat kaitannya dengan penerapan aturan peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini. Adapun upaya aparat Polsek terjun langsung ke masyarakat untuk tiada bosan memberikan penyuluhan melalui kewenangannya. Melalui penindakan. Artinya, baik peminum maupun penjual ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Percuma saja kalau yang ditindak hanya pengguna, sedangkan penjualnya luput dari jerat hukum. Sebenarnya kalau digambarkan antara produsen, distributor, penjual, dan pengguna ada mata rantai yang terus berputar. Untuk menghentikan peredaran miras sampai ke akar-akarnya, maka mata rantai tersebut harus diputus.

Tindak pidana minuman keras diatur didalam KUHP Pasal 300, 492, 536, 537, 538 dan 539, yang memiliki unsur pidana yaitu membuat mabuk, mabuk di muka umum, dan menjual minuman keras serta didalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 282/MENKES/SK/II/1998 Tentang standar mutu produksi minuman beralkohol, Standarisasi minuman beralkohol sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan di bagi menjadi 3 golongan, yaitu :

(44)

1. Golongan A Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) 1% (SatuPersen) sampai dengan 5% (Lima Persen);

2. Golongan B Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) lebih

dari5% (Lima Persen) sampai dengan 20% (Dua Puluh Persen);

3. Golongan C Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) lebih dari

20% (Dua Puluh Persen) sampai dengan 55% (Lima Puluh Lima Persen); Jika melewati standarisasi diatas maka pembuat akan di jerat hukuman sesuai di dalam bab V tentang sanksi pasal 12 ayat 1 dan 2 yang intinya bagi siapa yang memproduksi atau mengedarkan tidak memenuhi standar mutu minuman beralkohol dan bagi siapa saja dengan sengaja mengedarkan minuman beralkohol yang tidak mencantumkan tanda atau label dan bahkan memalsukan label maka di pidana sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan atau Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.

Ketika kita berbicara tentang minuman keras, sama dengan berbicara masalah yang bersifat dilematis. Disalah satu pihak, minuman keras menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan sosial. Dibidang kesehatan minuman keras menyebabkan turunnya produktifitas serta meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan, dibidang sosial menyebabkan keadaan keluarga tidak harmonis, bertambahnya jumlah kecelakaan lalu lintas dan meningkatnya angka kejahatan yang diakibatkan dari mengkonsumsi minuman keras serta yang lebih menyedihkan pengguna minuman keras adalah generasi muda. Disisi lain pemerintah mengharapkan sebagai sumber penghasilan yang besar, sekalipun dalam hal peredaran atau pemakaiannya

(45)

36

diawasi dan dibatasi. Pemerintah membatasi peredaran minuman beralkohol melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 282/MENKES/SK/II/1998 tentang Standar Mutu Produksi Minuman Beralkohol dengan maksud untuk melakukan pencegahan dalam menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan manusia.

Konsepsi tindak pidana minuman keras menurut KUHP, sebagai mana tertuang dalam pasal 300 yang diartikan sengaja menjual, membikin mabuk dan ancaman kekerasan memaksa meminum-minuman yang memabukan serta pasal 492 yang diartikan keadaan mabuk mengganggu ketertiban umum 536 perbuatan tersebut dilakukan tempat umum pasal 537 menjual atau memberikan minuman keras diluar kantin tentara pasal 538 menjual minuman keras kepada seorang anak dibawah umur pasal 539 menyediakan secara cuma-cuma minuman keras pada saat pesta keramaian untuk umum atau pertunjukan rakyat. Pengertian tersebut hanyalah memberikan penjelasan tentang tindak pidana minuman keras yang terangkum di dalam KUHP.

Peran penyidik Polri untuk melakukan penyidikan dalam rangka menimalisir peredaran minuman keras di masyarakat, serta peran masyarakat diharapkan bisa membantu tugas penyidik Polri dengan memberikan informasi tentang adanya tindak pidana minuman keras didaerahnya yang diharapkan dengan peran serta masyarakat dalam membantu tugas Polri tersebut maka peredaran minuman keras dapat diminimalisir.

Karena itu polisi bertujuan untuk mengayomi masyarakat, hendaknya dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang, agar pelaksanaan tugas kepolisian tidak

(46)

menyimpang sehingga masyarakat tidak selalu menyalahkan petugas kepolisian apabila ada hal-hal yang sifatnya berada diluar dari fungsi dan wewenang polisi itu sendiri.

Minuman beralkohol merupakan suatu masalah yang sangat meresahkan masyarakat utamanya bagi generasi muda khususnya yang ada di Kab. Barru yang dimana peredarannya sangat cepat kemasyarakat sehingga membuat masyarakat menjadi waspada.

Masalah minuman beralkohol keberadaannya merupakan suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri dan bahkan menjadi bahan pembahasan yang menarik serta dilema yang saat ini menjadi fenomena sosial. Minuman keras/minuman beralkohol tentunya dapat menimbulkan berbagai macam dampak negatif dalam masyarakat.

Misalnya dapat menimbulkan atau meningkatkan angka kriminalitas, merusak kesehatan masyarakat, dan lain-lain sebagainya. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak di Kab. Barru, maka berikut ini penulis akan menganalisis data dari Polres Barru selama kurang waktu 4 (empat) tahun terakhir yakni dari tahun 2010-2013. Untuk itu peneliti memaparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.Data Jumlah Penyalahgunaaan Minuman Beralkohol Yang Dilakukan Oleh Anak Di Kab. Barru

Tahun Kasus yang dilaporkan Umur Keterangan

2010 -

2011 2 13 dan 15 Pengangguran

2012 1 17 Siswa SMA

2013 1 14 Siswa SMP

(47)

38

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak yang terjadi di Kecamatan Barru Kab Barru dari tahun 2010-2013 sebanyak 4 (empat) kasus. Namun fakta di lapangan membuktikan bahwa masih banyak anak yang mengkomsumsi minuman beralkohol tetapi tidak dilaporkan kepihak berwajib yaitu pihak Kepolisian, sehingga termasuk kejahatan yang terselubung (hidden crime).

Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian dari masyarakat dan tidak adanya kesadaran pelaku terhadap apa yang dilakukan itu melanggar hukum lebih lagi dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur. Berikut tabel penelitian di lapangan dan hasil wawancara.

Tabel 3. Data Anak yang Mengkonsumsi Minuman Alkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru

Mulai Mengkonsumsi

Tahun Inisial Nama Pelaku Umur Keterangan

2010 LM 15 Pengangguran AR 15 Siswa SMP NB 14 Pengangguran 2011 WW 16 Siswa SMA BR 16 Siswa SMA HN 15 Pengangguran AG 17 Pengangguran AI 13 Pengangguran 2012 AL 16 Pengangguran RI 15 Pengangguran AP 12 Pengangguran EL 17 Siswa SMA IR 14 Siswa SMP 2013 EK 15 Siswa SMP RD 16 Siswa SMA AN 14 Pengangguran WD 15 Pengangguran CM 13 Pengangguran NW 15 Siswa SMP

(48)

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa banyaknya kasus Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Yang Dilakukan Oleh Anak di Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang tidak dilaporkan oleh pihak berwajib atau hidden crime yang banyak dilakukan oleh anak atau remaja yang dimana rata-rata berumur antara 12-17 tahun pada tahun 2010-2013 yang berjumlah 19 pelaku.

Tabel 4. Data Umur Pelaku penyalahgunaan Minuman Alkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru

Umur Pelaku Jumlah Persen (%)

13-14 3 15

14-15 9 45

16-17 7 40

Jumlah 19 100

Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa pelaku yang berumur 12-13 tahun terdapat 3 orang atau sekitar 15%, yang berumur 14-15 tahun terdapat 9 orang atau sekitar 45%, yang berumur 16-17 tahun terdapat 7 orang atau sekitar 40%. Dari data di atas dapat disimpulkan umur pelaku Anak yang mengkomsumsi minuman beralkohol yang paling banyak dilakukan di Kecamatan Barru Kabupaten Barru yaitu umur 14-15 tahun.

Tabel 5. Data Tingkat Pendidikan Pelaku penyalahgunaan Minuman Alkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru

Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

SD - - SMP 3 15 SMA/SMK 9 45 Pengangguran 7 40 Jumlah 19 100

(49)

40

Berdasarkan data tabel 4 di atas, maka diketahui dari pelaku penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan Oleh Anak di Kecamatan Barru Kabupaten Barru terdapat tingkat pendidikan pelaku adalah pelajar SMP dan SMA. Dengan rincian sebagai berikut jumlah pelaku pendidikan SMP ada 3 orang atau sekitar 15%, yang berpendidikan SMA atau SMK ada 9 orang atau sekitar 45%, danatau sekitar 40%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pelaku Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Yang Dilakukan Oleh Anak di Kecamatan Barru Kabupaten Barru Setengahnya adalah orang berpendidikan.

Berdasarkan penelitian di atas bahwa sebenarnya masih banyak yang belum terungkap disebabkan sulitnya peneliti untuk mencari pelaku (anak) untuk mengungkap kasus-kasus semacam ini karena adanya beberapa faktor.

B. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman

Beralkohol di Kecamatan Barru

Adapun upaya penangulangan terhadap minuman keras yang dilakukan oleh pemerintah setempat seperti menciptakan suatu kondisi dimana sipecandu sibuk dengan suatu urusan (sebaiknya urusan yang memang disukainya/hobinya yang positif), sehingga waktunya untuk mengingat barang tersebut sedikit demi sedikit dapat dilupakannya.

1. Pengawasan

Menciptakan suatu kondisi agar sipecandu sendiri yang bertekad untuk meninggalkan dunia yang selama ini digelutinya, dan ini merupakan hal yang terbaik dan terpenting. Jika sipecandu sering bermabuk-mabukan dengan teman-temannya, maka sipecandu harus dijauhkan dari pergaulannya.

(50)

Jika seorang muslim, maka sering-seringlah berjamaah dimasjid, mendengarkan ceramah-ceramah agama dan bergaul dengan para ulama. Keluarga harus lebih sering menasehatinya/mengingatkannya dengan lemah lembut, tentang bahaya minuman keras/narkoba. Jangan memakai kekerasan, mengejek atau memarahinya.

Hasil wawancara dengan DW (tokoh masyarakat) penulis peroleh bahwa:

“…Tampaknya miras ini sulit apabila harus dibasmi/dihilangkan sama sekali. Mungkin dari sisi agama masalah miras tidak ada toleransi, namun kita perlu juga melihatnya dari sisi lain yaitu kepentingan adapt dan kepentingan Pariwisata. (Wawancara DW, 16 September 2015)

Dengan demikian yang penting bukan membasmi miras, tapi memperhatikan perangkat hukum untuk mengaturnya dan kemudian menegakkan peraturannya.

Hasil wawancara dengan SP (Satuan Polisi) yang bertugas di Kecamatan Barru yang berinisial “SP” pada Tanggal 15 September 2015 penulis peroleh bahwa:

“…dalam melakukan pengawasan, pihak-pihak yang terkait dalam tugasnya selain menjalankan Peraturan Daerah dan penegakkan terhadap Peraturan Daerah, juga melakukan pengawasan terhadap pihak-pihak yang terkait di dalam Peraturan Daerah tersebut. Salah satunya yaitu SATPOL PP (Satuan Polisi Pamong Praja) juga melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat penjualan minuman beralkohol yang illegal di Kec Barru.” (Wawancara SP, 15 September 2015)

Pengawasan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi terhadap suatu kondisi yang dihasilkan oleh SATPOL PP (Satuan Polisi Pamong Praja) di Kecamatan Barru. Proses itu

(51)

42

secara keseluruhan berlangsung sebagai suatu system pengawasan yang merupakan pelaksanaan perencanaan dan hasil pengawasan.

Hasil wawancara Kepala Desa di Kecamatan Barru yang berinisial “AJ” pada Tanggal 17 September 2015 penulis peroleh bahwa:

“…upaya pemerintah dalam mengurangi peredaran dengan melakukan razia sekali dalam seminggu.” (Wawancara AJ, 17 September 2015) Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Satuan Polisi di Kecamatan Barru yang tugas pokoknya adalah melakukan penertiban dan pengawasan, sehingga bersama-sama bertanggung jawab dalam pelaksanaannya diperlukan mekanisme yang dapat menjamin tingkat efesiansi dan efektivitas yang tinggi bagi terwujudnya pengawasan yang dapat menjangkau sebanyak-banyaknya. Mekanisme pengawasan itu harus dilaksanakan secara terpadu dan saling menunjang.

Hasil wawancara yang lainnya juga diberikan oleh salah seorang informan yang berinisial “SE” yang sebagai penjual mengatakan bahwa:

“…saya juga menjual minuman yang mengandung alkohol, tapi minuman yang saya sediakan itu tidak melebihi batas kandungan alcohol yang diiisinkan seperti minuman kaleng bir.” (Wawancara SE, 17 September 2015)

Wilayah Kecamatan Barru di adakan tempat penjualan minuman beralkohol dengan syarat wajib mendapat ijin dari Kepala Daerah , ijin tersebut sebelum diterbitkan harus terlebih dahulu ada persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan sebelum diterbitkan terlebih dahulu dilakukan peninjauan terhadap lokasi yang akan dijadikan tempat usaha, yang sudah di tentukan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

(52)

2003 Tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol Dalam Wilayah Kecamatan Barru, yaitu;

(1) Ijin tempat penjualan minuman keras/beralkohol hanya diberikan untuk : Hotel – hotel Berbintang, Restoran Hotel Berbintang, Klub Malam, Bar, Pub, Diskotik, Karaoke dan sejenisnya, Supermarket dan Lokalisasi. (2) Minuman keras/beralkohol tidak boleh dijual ditempat umum seperti :

Toko, Rumah Makan, Wisma, Warung, Gelangang Remaja, Kantin, Kaki Lima, Terminal, Stasiun, Kios – Kios Kecil dan tempat usaha lainnya. Pernyataan juga diberikan oleh salah seorang informan “RS” mengatakan bahwa:

“…peradaran minuman alcohol sudah dietapkan pelarangannya tanpa jika tanpa izin.” (Wawancara RS, 19 September 2015)

Dalam Pasal 16 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol Dalam Wilayah kota, yang berbunyi; “ Walikota membatasi jumlah dan jenis minuman beralkohol yang dapat diedarkan di daerah-daerah mendengar pertimbangan dari Tim pengawasan dan Penertiban.”

Hasil wawancara kepada salah seorang informan (camat) memberikan keterangan bahwa:

“kami sudah memberikan wewenang kepada apparat setempat untuk bertugas secara umum melakukan penegakkan terhadap jalannya Peraturan Daerah, bentuk- bentuk penegakkan terhadap Peraturan Daerah khususnya pengawasan yang dilakukan SATPOL PP (Satuan Polisi Pamong Praja) Kota Kecamatan Barru seperti : pengawasan secara internal dan eksternal”. (Wawancara AF, 18 September 2015) Peredaran minuman berlkohol mengingat sangat membahayakannya pengaruh minuman beralkohol terhadap kesehatan manusia dan keamanan

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Informan Penelitian
Tabel 2.Data Jumlah Penyalahgunaaan Minuman Beralkohol Yang  Dilakukan Oleh Anak Di Kab
Tabel 3. Data Anak yang Mengkonsumsi Minuman Alkohol di Kecamatan Barru  Kabupaten Barru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian akhir ini akan dilihat apakah terdapat hubungan atau tidak terhadap hubungan variabel X (Pengaruh Sinetron Putih Abu-Abu) dan variabel Y (Bahasa Pergaulan yang

Pada bulan Juli 2002, Perusahaan melaksanakan Penawaran Umum Terbatas II dalam rangka penerbitan HMETD sebanyak 240 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham dengan

Prosedur kerja ditulis poin per poin (dalam angka arab) dengan menggunakan kalimat perintah dan tidak ditulis dalam bentuk paragraf. Asumsi yang digunakan dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh frekuensi penampungan semen terhadap durasi fertilitas, daya fertil, mortalitas embrio, daya tetas, dan viabilitas

Tujuan penelitian ini untuk menguji apakah sistem informasi, tekanan kerja, motivasi kerja, pelatihan komputer, dan kepuasan dalam penggunaan sistem informasi dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) CD Pembelajaran Interaktif dengan menggunakan model problem based learning berbantuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan antara konflik peran ganda dengan stres pada mahasiswi yang sudah menikah.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara jumlah netrofil dan enzim jantung (CKMB dan Troponin-T), dan juga menilai jumlah netrofil sebagai prediktor