• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan LaporanKeuangan SekretariatJenderal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ringkasan LaporanKeuangan SekretariatJenderal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ri

ngkasan

Lapoan Keuangan

(2)

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

TAHUN ANGGARAN 2019

(AUDITED)

Laporan Keuangan Tahun 2019 Sekretariat Jenderal merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola Sekretariat Jenderal. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) berupa aplikasi SAKTI. Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Tahun 2019 merupakan laporan konsolidasi dari 29 satuan kerja, sebagai berikut:

No Uraian Satker Kantor

Pusat

Kantor Daerah

1 Gedung Keuangan Negara Aceh 1

2 KPTIK-BMN Medan 1

3 Gedung Keuangan Negara Palembang 1

4 Gedung Keuangan Negara Bandung 1

5 KPTIK-BMN Semarang 1

6 KPTIK-BMN Surabaya 1

7 Gedung Keuangan Negara Yogyakarta 1

8 KPTIK-BMN Denpasar 1

9 KPTIK-BMN Makassar 1

10 Gedung Keuangan Negara Singaraja 1

11 Gedung Keuangan Negara Balikpapan 1

12 Gedung Keuangan Negara Kupang 1

13 Gedung Keuangan Negara Mamuju 1

14 Gedung Keuangan Negara Manado 1

15 Gedung Keuangan Negara Ambon 1

16 Gedung Keuangan Negara Biak 1

17 Gedung Keuangan Negara Sorong 1

18 Gedung Keuangan Negara Jayapura 1

19 Gedung Keuangan Negara Manokwari 1

20 Sekretariat Pengadilan Pajak 1

21 Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan 1

22 Pusat Pembinaan Profesi Keuangan 1

23 Pusat Analisis Dan Harmonisasi Kebijakan 1

24 Pusat Sistem Informasi Dan Teknologi Keuangan 1

25 PSSU-GFMRAP 1

26 Sekretariat Komite Stabilitas Sistem Keuangan 1

27 Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan 1

28 Lembaga Pengelola Dana Pendidikan 1

29 Kantor Pengelolaan dan Pemulihan Data 1

(3)

Adapun komponen laporan keuangan pokok atas Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca.

a. Laporan Realisasi Anggaran (Basis Kas)

Laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

(dalam rupiah)

ANGGARAN REALISASI

PENDAPATAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak 2.970.589.136.700 3.712.981.781.910 124,99 JUMLAH PENDAPATAN 2.970.589.136.700 3.712.981.781.910 124,99 BELANJA Belanja Pegawai 16.804.065.830.000 16.737.788.152.848 99,61 Belanja Barang 3.445.494.178.000 2.826.775.447.757 82,04 Belanja Modal 406.016.026.000 272.017.100.704 67,00 JUMLAH BELANJA 20.655.576.034.000 19.836.580.701.309 96,03 URAIAN TA 2019 % Penyerapan

1. Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar Rp 3.712.981.781.910,00 atau mencapai 124,99 persen dari estimasi pendapatan

yang ditetapkan sebesar Rp2.970.589.136.700,00. Pendapatan atas penjualan, pengelolaan BMN dan Iuran Badan Usaha mengalami peningkatan dengan adanya optimalisasi pemanfaatan BMN. Sekretariat Jenderal juga menerima pendapatan lain-lain berupa penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu atas pembayaran biaya penggantian dalam proses peradilan atas gugatan yang diajukan

2.970 20.655 16.804 3.445 406 3.712 19.836 16.737 2.826 272 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000

Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun 2019

(dalam miliar rupiah)

Anggaran Realisasi

85% 14% 1%

KOMPOSISI BELANJA

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

(4)

oleh IMFA sesuai putusan Arbitrase Internasional. Pendapatan Jasa Layanan Umum berupa pendapatan atas obligasi dan penempatan deposito pada BLU.

2. Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2019 adalah sebesar Rp19.836.580.701.309,00 atau 96,03 persen dari anggaran belanja sebesar Rp20.655.576.034.000,00.

Realisasi tersebut relatif tinggi karena realisasi belanja pegawai mencapai 99,61 persen. Sedangkan belanja barang dan modal masing-masing sebesar 82,04 persen dan 67 persen dengan penjelasan sebagai berikut:

i. Realisasi Belanja Barang sebesar Rp2.826.775.447.757,00 atau sebesar 82,04 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp3.445.494.178.000,00. Terdapat penurunan realisasi penyaluran dana untuk beasiswa dan adanya efisiensi belanja sesuai dengan Instruksi Sekretaris Jenderal Nomor: INS-186/SJ/2017 dan Instruksi Menteri Keuangan Nomor: 595/IMK.01/2019;

ii. Realisasi Belanja Modal sebesar Rp272.017.100.704,00 atau sebesar 67,00 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp406.016.026.000,00. Realisasi pelaksanaan pembangunan gedung pada Gedung Keuangan Negara pada Tahun Anggaran 2019 yang rendah turut menyebabkan rendahnya penyerapan belanja modal.

b. Laporan Operasional (Basis Akrual)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu periode pelaporan.

(dalam rupiah)

Uraian 2019 2018

KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN

Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 3.638.157.248.426,76 2.366.643.736.429,24 JUMLAH PENDAPATAN 3.638.157.248.426,76 2.366.643.736.429,24 BEBAN

Beban Pegawai 16.768.334.084.245 16.056.833.081.631 Beban Persediaan 12.885.659.035 12.174.079.358 Beban Barang dan Jasa 2.500.402.640.141 3.189.721.056.706 Beban Pemeliharaan 190.912.237.648 161.158.872.084 Beban Perjalanan Dinas 133.216.289.597 126.331.728.893 Beban Barang Untuk Diserahkan Keepada Masyarakat 5.610.000 - Beban Penyusutan dan Amortisasi 206.253.529.409 183.570.155.480 Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih 531.868.215 170.889.361 JUMLAH BEBAN 19.812.541.918.290 19.729.959.863.513 SURPLUS (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL (16.174.384.669.863,24) (17.363.316.127.083,76) KEGIATAN NON OPERASIONAL

Surplus (Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar 1.087.016.407 (7.302.418.587) Surplus (Defisit) dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 180.944.316.945 (70.067.146.679) SURPLUS / DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 182.031.333.352 (77.369.565.266) POS LUAR BIASA

Beban Luar Biasa - - SURPLUS / DEFISIT LO (15.992.353.336.511,24) (17.440.685.692.349,76)

(5)

Secara keseluruhan LO tahun 2019 masih menunjukkan defisit sebesar Rp15.992.353.336.511,24 sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal yang bukan merupakan revenue centre. Namun, defisit tahun 2019 lebih kecil dibanding tahun 2018 dengan adanya peningkatan pendapatan BLU lainnya dan pendapatan sewa tanah, gedung, dan bangunan. Hal ini juga didukung dengan adanya penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu berupa penyetoran oleh IMFA sebagai tindak lanjut putusan Arbitrase Internasional.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

(dalam rupiah)

2019 2018

EKUITAS AWAL 34.064.999.096.764,24 34.437.956.191.822 SURPLUS/DEFISIT - LO (15.992.353.336.511,24) (17.440.685.692.349,76) DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI - - KOREKSI YANG MENAMBAH /

MENGURANGI EKUITAS 875.526.312.749 (106.068.085.661) Penyesuaian Nilai Aset - - Koreksi Nilai Persediaan - - Koreksi Atas Reklasifikasi 720.500 - Selisih Revaluasi Aset Tetap 879.487.479.000 - Koreksi Nilai Aset Non Revaluasi 18.926.416.325 (770.164.400) Koreksi Lain-lain (22.888.303.076) (105.297.921.261) TRANSAKSI ANTAR ENTITAS 17.631.754.074.257 17.173.796.682.953 KENAIKAN/PENURUNAN EKUITAS 2.514.927.050.494,76 (372.957.095.057,76) EKUITAS AKHIR 36.579.926.147.259 34.064.999.096.764,24 URAIAN JUMLAH 3.638 19.812 182 (15.992) 2.366 19.729 (77) (17.440) (20.000) (15.000) (10.000) (5.000) 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000

Pendapatan Operasional Beban Operasional Kegiatan Non Operasional

Surplus/Defisit LO

Laporan Operasional, Tahun 2019 dan 2018

(dalam miliar rupiah)

(6)

Ekuitas akhir untuk tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp.2.514.927.050.494,76 dari ekuitas awal utamanya disebabkan adanya penurunan defisit-LO dan pengakuan selisih revaluasi aset tetap. Selisih revaluasi aset tetap merupakan penilaian ulang aset tetap lingkup Eselon I Sekretariat Jenderal pada tahun 2019 atas Barang Milik Negara dilakukan secara menyeluruh terhadap Tanah, Gedung dan Bangunan, juga Jalan, Irigasi dan Jaringan dengan nilai Total sebesar Rp.879.497.479.000,00.

d. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

(dalam rupiah)

Aset

87.838.140.114.636

80.272.059.152.453 7.566.080.962.183

Aset Lancar

2.355.552.821.957

803.066.660.758 1.552.486.161.199

Investasi Jangka Panjang

51.166.129.010.000

46.044.007.868.000 5.122.121.142.000

Aset Tetap

34.269.020.539.006

33.393.795.574.728 875.224.964.278

Piutang Jangka Panjang

- - -

Aset Lainnya

47.437.743.673

31.189.048.967 16.248.694.706

Kewajiban

51.258.213.967.377

46.207.060.055.689 5.051.153.911.688

Kewajiban Jangka Pendek

140.513.967.377

89.360.055.689 51.153.911.688

Kewajiban Jangka Panjang

51.117.700.000.000

46.117.700.000.000 5.000.000.000.000

Ekuitas

36.579.926.147.259

34.064.999.096.764 2.514.927.050.495

Ekuitas

36.579.926.147.259

34.064.999.096.764 2.514.927.050.495

Jumlah Kewajiban dan Ekuitas

87.838.140.114.636

80.272.059.152.453

7.566.080.962.183

Nama Perkiraan

2019

2018

Kenaikan/Penurunan

34.064 17.173 (106) (17.440) 34.437 36.579 17.631 875 (15.992) 34.064 (30.000) (20.000) (10.000) - 10.000 20.000 30.000 40.000 Ekuitas Akhir Transaksi Antar Entitas Koreksi Suplus/Defisis LO Ekuitas Awal

Ekuitas, Tahun 2019 dan 2018

(dalam miliar rupiah)

(7)

1) Aset Lancar

Aset Lancar yang merupakan aset yang diharapkan segera dapat direalisasikan atau dimiliki atau dijual dalam waktu 12 bulan,

mengalami kenaikan sebesar

Rp1.552.486.161.199,00

dibandingkan tahun 2018 karena

adanya pertambahan kas pada BLU, investasi jangka pendek-BLU, pengakuan pendapatan yang harus diterima, dan piutang dari kegiatan operasional BLU.

2) Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, mengalami kenaikan sebesar Rp5.122.121.142.000,00 dari nilai investasi jangka panjang pada tahun 2018.

34.064.999.096.764 46.207.060.055.689 80.272.059.152.453 36.579.926.147.259 51.258.213.967.377 87.838.140.114.636 EKUITAS KEWAJIBAN ASET

Neraca, Tahun 2019 dan 2018

(dalam rupiah)

2019 2018 31 -33.393 46.044 803 47 -34.269 51.166 2.355 - 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Aset Lainnya Piutang Jangka Panjang Aset Tetap Investasi Jangka Panjang Aset Lancar

Aset, Tahun 2019 dan 2018

(dalam miliar rupiah)

2019 2018 2,68% 58,25% 39,01% 0,00% 0,05%

Aset Tahun 2019

Aset Lancar Investasi Jangka Panjang Aset Tetap Piutang Jangka Panjang

(8)

3) Aset Tetap

Aset Tetap yang merupakan aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan dan digunakan dalam kegiatan operasional, mengalami kenaikan sebesar Rp875.224.964.278,00 dibandingkan tahun 2018, yang utamanya adanya penambahan tanah, peralatan dan mesin, dan konstruksi dalam pengerjaan.

4) Piutang Jangka Panjang

Merupakan piutang atas TP/TGR yang telah berstatus macet dan atas pengurusannya telah dilimpahkan kepada PUPN. Seluruh piutang jangka panjang pada Eselon I Setjen berdasarkan kualitas piutang masuk kedalam kategori Piutang Macet yang disisihkan sebesar 100% sehingga bersaldo Rp0.

5) Aset Lainnya

Aset lainnya merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan dalam aset lancar maupun aset tetap, mengalami kenaikan sebesar 16.248.694.706,00 dari Aset Lainnya pada tahun 2018. Kenaikan tersebut utamanya disebabkan adanya pertambahan Aset Tak Berwujud dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi.

6) Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang harus diselesaikan dalam 12 bulan, mengalami kenaikan Rp51.153.911.688,00 dibandingkan

dengan tahun 2018. Kewajiban

jangka pendek berasal dari utang kepada pihak ketiga lainnya berupa

belanja operasional dan belanja beasiswa yang masih harus dibayar pada satker BLU. 34.064 46.117 89 36.579 51.117 140 - 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 Ekuitas Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban dan Ekuitas, Tahun 2019 dan 2018

(dalam miliar rupiah)

2019 2018

0,16%

58,20% 41,64%

Kewajiban dan Ekuitas Tahun 2019

Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas

(9)

7) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang diselesaikan atau jatuh tempo melebihi jangka waktu 12 bulan berupa utang jangka panjang kepada Bendahara Umum Negara. Kewajiban Jangka Panjang mengalami kenaikan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 dibandingkan tahun 2018.

8) Ekuitas

Ekuitas pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp2.514.927.050.495,00 dibandingkan tahun 2018 sebagaimana dijelaskan pada Laporan perubahan Ekuitas.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan gratis seperti kita ketahui bersama, mungkin saja dapat dilaksanakan oleh suatu pemerintahan, namun tentunya dengan menimbulkan beberapa konsekuensi

Hasil pengukuran usability aplikasi web UMKM binaan BPPKU Kadin Kota Bandung menggunakan paket kuesioner PSSUQ menunjukkan bahwa secara umum dapat diterima dengan baik

Hal ini juga dapat dilihat dari F hitung > F tabel (18,879 > 2,87), maka H 0 ditolak atau H a diterima yang berarti bahwa ada hubungan positif dan pengaruh

Kelompok dosis III, yakni kelompok tikus diabetes yang mendapat ekstrak kering daun nasi dengan dosis 300 mg/260 gram BB juga mengalami penurunan kadar

Nah, berdasarkan kalimat “adanya pola kreatif yang luar biasa karena tidak biasa dari yang sudah biasa”, berarti „sudah biasa’= bisnis produk barang dan jasa, ‘tidak biasa’=

SKENARIO PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT INDIKATOR KINERJA UTAMA GUBERNUR (35 IKU) PERJANJIAN KINERJA GUBERNUR DENGAN PD TAHUN

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggung

TANGGUNG JAWAB HUKUM ADVISING BANK DALAM PEMBAYARAN BARANG DENGAN MENGGUNAKAN “LETTER OF CREDIT”; STUDI PADA THE DEVELOPMENT BANK OF SINGAPORE (BANK DBS) JAKARTA ini