• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI CAIRAN RUMEN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI CAIRAN RUMEN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI CAIRAN RUMEN DOMB A YANG DIGEMUKKAN SE CARA ‘FEEDLOT’ DENGAN PAKAN DASAR DAN ARAS KONSENTRAT BERBEDA

(Rumen Fluid Condition of Sheep on Feedlot System

with Different Concentrate Levels and Basal Diets) E. Purbowati1, E. Baliarti2 dan S. P. S. Budhi2 1Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

2Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi cairan rumen domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Rancangan yang dipergunakan adalah ‘randomized complete block design’ pola Faktorial 2x3. Faktor pertama adalah jenis pakan dasar yakni jerami padi dan rumput gajah, dan faktor kedua adalah aras konsentrat (AK) 60, 70 dan 80% dari kebutuhan bahan kering. Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01 + 2,33 kg digunakan dalam penelitian ini. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi, uji wilayah ganda Duncan dan ‘orthogonal polynomial contrasts’.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH cairan rumen domba relaif netral dan tidak berbeda baik pada pakan dasar jerami padi (6,69) dan rumput gajah (6,74), maupun pada AK 60, 70, dan 80% (6,65; 6,73, dan 6,77). Produksi asam asetat dan propionat cairan rumen juga tidak berbeda baik pada pakan dasar jerami padi (68,56 dan 31,28 mmol/l) dan rumput gajah (61,54 dan 31,14 mmol/l), maupun pada AK 60, 70, dan 80% (73,66 dan 30,58; 56,95 dan 34,71; 64,54 dan 28,34 mmol/l). Kadar NH3 cairan rumen pada pakan dasar jerami padi lebih tinggi (P<0,01) daripada rumput gajah (274,49 VS 200,89 mg/l), sedangkan pada AK 60, 70 dan 80% tidak berbeda (288,26; 199,74; dan 225,06 mg/l). Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi cairan rumen (pH, produksi asam asetat dan propionat, serta NH3 kecuali NH3 pada jenis pakan dasar) domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan pakan dasar dan level konsentrat yang berbeda relatif sama dan normal.

Kata kunci : domba, rumput gajah, jerami padi, aras konsentrat, kondisi cairan rumen ABSTRACT

The experiment was conducted to clarify rumen fluid condition of sheep on feedlot system given different concentrate levels and basal diets. A completely randomized block design with 2x3 factorial was used in this study. The first factor was Napier grass and rice straw as basal diets and the second factor was level of concentrate i.e. 60%, 70% and 80% of dry matter requirement. Eighteen males ‘Javanese thin-tailed’ sheep, aged around one year with 20.01 + 2.33 kg of avarege body weight were used in this experiment. Data were analyzed using analysis of variance, Duncan’s multiple range test and orthogonal polynomial contrasts. The results showed that pH rumen fluid of sheep were neutral and not different between rice straw (6.69) and Napier grass (6.74), nor among different levels of concentrate i.e. 6.67; 6.73; and 6.77, respectively. Acetate and propionate acid production in rumen were not different between rice straw (68.56 and 31.28 mmol/ l) and Napier grass (61.54 and 31.14 mmol/l), nor among different levels of concentrate i.e. 73.66 and 30.58; 56.95 and 34.71; 64.54 and 28.34 mmol/l, respectively. The value of NH3 concentration of sheep fed rice straw

(2)

was higher (P<0.01) than that of Napier grass (274.49 VS 200.89 mg/l). However, there was not any difference among levels of concentrate in rumen NH3 concentration i.e. 288.26; 199.74; and 225.06 mg/l, respectively. It was concluded that there were no effect of treatments on rumen fluid condition.

Keywords : sheep, Napier grass, rice straw, levels of concentrate, rumen fluid condition

PENDAHULUAN

‘Feedlot’ adalah penggemukan ternak dengan cara pemberian pakan di kandang atau tempat ter batas (Har djosubr oto dan Astuti, 1993; Srigandono, 1996). Pakan yang diberikan biasanya disertai dengan konsentrat dalam jumlah besar dan berkadar protein tinggi (Blakely dan Bade, 1991; Hardjosubroto dan Astuti, 1993). Dasar teori pemberian konsentrat yang tinggi yaitu pencernaan konsentrat di dalam rumen akan menghasilkan asam pr opion at, sedan gkan pen cer n aan h ijauan menghasilkan asam asetat (Arora, 1989). Imbangan asam propionat dan asetat yang tinggi akan merangsang penggemukan (Sutardi, 1978), karena meningkatn ya kadar propionat dalam rumen diharapkan lebih banyak sumbangan propionat untuk produksi glukosa (Parakkasi, 1999). Menurut Soepar no (1994), jumlah pr oduksi glukosa mempunyai pengaruh terhadap efisiensi nutrisi, pertumbuhan, dan komposisi tubuh serta karkas.

Di lain pihak, pemberian konsentrat yang terlalu tinggi dalam ransum penggemukan ruminansia dapat mengakibatkan ‘lactic acidosis’. Pakan konsentrat yang berkadar pati tinggi mengakibatkan populasi bakteri amylolitik yang besar bersaing untuk mendapatkan karbohidrat yang mudah larut serta produk hidrolisa pati dan hemiselulosa, terutama pada pH yang rendah dan jumlah propionat yang besar. Suasana pH yang rendah (asam) mengakibatkan organisme pembentuk asam laktat aktif bekerja, sehingga ternak mengalami ‘lactic acidosis’ (Church, 1988). Oleh karena itu, Haryanto (1991) mengemukakan bahwa penentuan jumlah yang tepat terhadap pakan konsentrat yang diberikan merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pen cer n aan un tuk men dapatkan efisien si pemanfaatan pakan yang lebih tinggi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi cairan rumen domba yang digemukkan secara

‘feedlot’ dengan aras konsentrat dan pakan dasar berbeda. Pengetahuan ini diharapkan bermanfaat dalam aplikasi pemberian pakan domba yang digemukkan secara ‘feedlot’.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta selama 5 bulan. Laboratorium yang terlibat dalam penelitian ini meliputi Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian UGM (analisis proksimat), dan Laboratorium Kimia dan Fisika Pusat UGM (analisis asam asetat dan propionat cairan rumen).

Materi

Domba lokal jantan sebanyak 18 ekor, berumur 1 tahun dan mempunyai bobot badan 20,01 + 2,33 kg dipergunakan dalam penelitian ini. Domba ditempatkan dalam kandang individual yang dilengkapi tempat pakan dan air minum. Pakan yang diberikan terdiri dari pakan dasar jerami padi atau rumput gajah dan konsentrat. Konsentrat tersusun dari 34,50% pollard, 15,09% bekatul padi, 5% bungkil biji kapok, 7,25% bungkil biji karet, 8,25% molasses, 3,70% dedak jagung, 7,59% kulit buah coklat, 10,08% bungkil kedele, 5,92% bungkil kelapa, 1,76% garam dan 0,88% kalsit. Konsentrat tersebut disusun sedemikian rupa sehingga ransum dengan pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat paling sedikit memenuhi kebutuhan domba sesuai petunjuk Ranjhan (1981). Kandugan nutrisi bahan pakan penelitian pada Tabel 1.

Metode

Rancan gan yang dipergunakan adalah ‘randomized complete block design’ pola faktorial 2 x 3 dengan jenis pakan dasar (jerami padi dan rumput gajah) sebagai faktor pertama, dan aras konsentrat

(3)

(60, 70, dan 80% dari kebutuhan bahan kering) sebagai faktor kedua, serta masing-masing terdiri dari 3 (tiga) ekor domba. Sebagai kelompok adalah domba yang dibedakan berdasarkan bobot badan.

Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah pakan (dalam bahan kering) yang diberikan yakni sebanyak 5% dari bobot badan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali setiap hari (pagi dan sore hari). Konsentrat diberikan terlebih dahulu, dua jam kemudian baru jerami padi atau rumput gajah yang dipotong-potong dengan ukuran 15 – 25 cm. Air minum diberikan secara ad libitum. Pengambilan sampel cairan rumen domba dilakukan pada akhir tahap perlakuan saat 0, 1, 3, dan 5 jam setelah makan.

Cara pengambilan sampel cairan rumen yakni mulut ternak dibuka, ujung pipa besi yang panjangnya + 40 cm dan disambung dengan slang plastik dimasukkan ke dalam mulut, oesophagus hingga mencapai rumen. Ujung slang plastik yang satunya dimasukkan ke dalam mulut erlenmeyer bertangkai, sedangkan ujung tangkai erlenmeyer dihubungkan dengan pompa vakum. Setelah itu, pompa dihidupkan sehingga cairan rumen tersedot keluar dan masuk ke dalam erlenmeyer. Cairan rumen yang didapat disaring dengan kain kasa, kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik dan segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Data yang diamati meliputi kondisi cairan rumen yakni pH, produksi asam asetat dan propionat, serta kadar NH3. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi. Perbedaan yang terjadi diuji dengan uji wilayah ganda Duncan (Steel dan Torrie, 1991) dan untuk mengetahui respon akibat

meningkatnya aras konsentrat dan saat pengambilan sampel cairan rumen serta darah dilakukan uji ‘orthogonal polynomial contrasts’ (Astuti, 1980).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh perlakuan pakan terhadap konsumsi pakan tertera pada Tabel 2. Pengaruh perlakuan pakan terhadap pH, produksi asam asetat dan propionat serta kadar cairan rumen dan konsumsi pakan disajikan pada Tabel 3, pengaruh waktu terhadap parameter tersebut pada Tabel 4.

Konsumsi Pakan

Konsumsi BK total pada pakan dasar rumput gajah lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi, karena konsumsi BK rumput gajah lebih tinggi (P<0,01) daripada jerami padi. Demikian pula konsumsi BK konsentrat lebih tinggi pada kelompok domba yang mendapat pakan dasar rumput gajah daripada jerami padi. Kualitas pakan rumput gajah lebih baik daripada jerami padi, sesuai pendapat Parakkasi (1999) bahwa pakan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya relatif akan lebih baik daripada pakan berkualitas rendah. Hal yang juga mendukung adalah jerami padi lamban tercernakan, akibatnya gerak laju jerami di dalam saluran pencernaan lambat sehingga tidak ada ruang yang tersedia di dalam saluran pencernaan untuk memasukkan bahan pakan baru. Disamping itu, kandungan lignin yang tinggi pada jerami padi mengakibatkan palatabilitasnya rendah sehingga konsomsinya pun rendah. Peningkatan aras konsentrat menurunkan (P<0,01) konsumsi BK pakan dasar. Terlihat bahwa

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Penelitian

Bahan Pakan BKa PKa SKa LKa Abu Caa Pa GEa (kal/g)

--- (%) ---

Jerami padi 84,74 3,86 34,72 0,56 12,03 0,15 0,02 3.440,18

Rumput gajah 20,23 13,69 35,84 4,96 16,61 0,26 0,16 3.462,96

Konsentrat 85,84 17,38 17,17 4,04 13,90 0,73 0,52 4.692,12

a

BK = bahan kering, PK = protein kasar, SK = serat kasar, LK = lemak kasar, Ca = kalsium, P = phosphor, GE = gross energy

(4)

semakin banyak konsentrat yang dikonsumsi oleh ternak domba, maka semakin sedikit pakan dasar yang dapat dikonsumsinya, karena kapasitas alat pencernaan terbatas. Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi BK konsentrat, artinya pemberian konsentrat yang lebih banyak kepada ternak domba akan meningkatkan konsumsi konsentrat. Tidak ada interaksi antara pakan dasar dan konsentrat pada konsumsi BK total, BK terkonsumsi asal pakan dasar maupun pada BK terkonsumsi asal konsentrat.

Konsumsi protein domba yang mendapat pakan dasar jerami padi lebih rendah (P<0,01) daripada yang mendapat rumput gajah. Peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi protein. Fenomena yang sama juga terjadi pada konsumsi energi. Hal ini berhubungan dengan konsumsi BK dan kualitas pakan.

Terdapat interaksi yang nyata (P<0,05) antara jenis pakan dasar dan aras konsentrat terhadap konsumsi protein maupun energi. Pada konsumsi

protein, peningkatan aras konsentrat meningkatkan (P<0,01) konsumsi protein, baik pada pakan dasar jerami padi maupun rumput gajah. Demikian pula halnya dengan konsumsi energi dengan pakan dasar rumput gajah, sedangkan pada pakan dasar jerami padi, peningkatan aras konsentrat dari 60 ke 70% meningkatkan konsumsi energi kemudian konsumsi energi turun lagi pada aras 80%. Hal ini mungkin seperti yang dinyatakan Parakkasi (1999) bahwa ada hukum ‘diminishing return’ yakni pemberian kon sen tr at yan g ter lampau ban yak akan meningkatkan konsentrasi energi ransum dan dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi itu sendiri dapat berkurang. pH Cairan Rumen

Nilai pH cairan rumen domba pada hasil penelitian ini cenderung netral, sehingga kekawatiran ter jadin ya ‘lactic acidosis’ pada pr ogr am penggemukan dengan konsentrat tinggi dapat dihindari. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan

Tabel 2.Rata-rata Konsumsi Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK) dan Energi Level Konsentrat

Parameter 60% 70% 80% Rerata

Konsumsi BK total (g/kgBB0.75/hari)

• Jerami padi 86,75 99,80 96,61 94,39a

• Rumput gajah 103,74 100,65 115,82 106,74b

• Rerata 95,25 100,23 106,21

Konsumsi BK pakan dasar (g/kgBB0.75/hari)

• Jerami padi 23,75 22,87 11,36 19,33a

• Rumput gajah 38,38 24,30 26,50 29,73b

• Rerata 31,07a 23,59b 18,93c

Konsumsi BK konsentrat (g/kgBB0.75/hari)

• Jerami padi 63,01 75,79 85,22 74,67d

• Rumput gajah 65,26 76,35 89,32 79,96e

• Rerata 64,13a 76,07b 87,27c

Konsumsi PK total (g/kgBB0.75/hari)

• Jerami padi 11,65 14,80 15,22 13,89a

• Rumput gajah 16,52 16,96 19,61 17,70b

• Rerata 14,09a 15,88b 17,42c

Konsumsi energi (g/kgBB0.75/hari)

• Jerami padi 0,38 0,44 0,43 0,42a

• Rumput gajah 0,44 0,45 0,52 0,47b

• Rerata 0,41a 0,44b 0,48c

a,b,cHuruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan (P<0,01) d,e

(5)

pakan penyusun konsentrat adalah limbah industri pertanian yang mengandung serat kasar cukup tinggi. Menurut Komar (1984), suasana pH yang netral ideal untuk perkembangbiakan mikroorganisme rumen.

Jenis pakan dasar, aras konsentrat dan interaksinya tidak nyata mempengaruhi pH cairan rumen, namun waktu pengambilan sampel cairan rumen mempengaruhi (P<0,01) pH cairan rumen. Pada 0 jam setelah makan pH tertinggi (7,36), kemudian turun pada 1 jam setelah makan (6,50), selanjutnya pH terendah dicapai saat 3 jam setelah makan (6,47), dan pH naik lagi pada 5 jam setelah makan (6,53). Produksi Asam Asetat dan Propionat Cairan Rumen

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa waktu pengambilan sampel cairan rumen mempengaruhi (P<0,01) produksi asam asetat (C2) dan propionat (C3) cairan rumen. Produksi asam asetat terendah (P<0,01) pada saat 0 jam setelah makan, setelah itu tidak berbeda saat 1, 3, dan 5 jam setelah makan.

Produksi asam propionat tertinggi saat 3 jam setelah makan, kemudian 1, 5, dan 0 jam setelah makan.

Terdapat interaksi (P<0,01) antara jenis pakan dasar dan level konsentrat terhadap produksi asam asetat cairan rumen. Pada pakan dasar jerami padi peningkatan level konsentrat 60, 70, sampai 80% menurunkan produksi asam asetat cairan rumen, sedan gkan pada pakan dasar r umput gajah peningkatan level konsentrat 60 sampai 70% menurunkan produksi asam asetat dan kemudian naik pada level konsentrat 80%.

Kadar NH3 Cairan Rumen

Kadar NH3 cairan rumen pada pakan dasar jerami padi lebih tinggi (P<0,05) daripada pakan dasar rumput gajah, namun aras konsentrat maupun interaksinya tidak nyata mempengaruhi kadar NH3 cairan rumen. Menurut Haryanto dan Djajanegara (1993), konsentrasi amonia cairan rumen pada domba relatif tinggi yaitu sekitar 107-204 mg/l. Bervariasinya konsentrasi amonia di dalam cairan rumen tergantung pada laju degradasi protein dan jumlah protein pakan,

Tabel 3. Rata-rata pH, Produksi Asam Asetat dan Propionate serta Kadar NH3 Cairan Rumen

Level Konsentrat Parameter 60% 70% 80% Rerata pH • Jerami padi 6,63 6,71 6,75 6,69 • Rumput gajah 6,67 6,75 6,79 6,74 • Rerata 6,65 6,73 6,77

Asam asetat (mmol/l)

• Jerami padi 90,58 65,21 49,89 68,56

• Rumput gajah 56,74 48,70 79,19 61,54

• Rerata 73,66 56,95 64,54

Asam propionat (mmol/l)

• Jerami padi 31,48 53,50 22,15 31,28 • Rumput gajah 29,68 29,30 34,45 31.14 • Rerata 30,58 34,71 28,34 NH3 (mg/l) • Jerami padi 321,25 209,22 292,98 274,49a • Rumput gajah 255,27 190,25 157,13 200,89b • Rerata 288,26 199,74 225,06

(6)

degradasi protein dibanding dengan degradasi bahan organik lainnya dan waktu setelah pemberian pakan (Hungate, 1966). Dilihat dari jumlah protein pakan, domba yang diberi perlakuan pakan dasar rumput gajah lebih lebih tinggi daripada jerami padi, namun kadar NH3 cairan rumennya lebih rendah. Lebih tingginya konsentrasi amonia pada pakan dasar jerami padi pada hasil penelitian ini mungkin karena kegiatan mastikasi atau pengunyahan lebih banyak. Makin banyak gerakan pengunyahan, makin banyak pula produksi saliva. Menurut Sutardi (1980), seekor domba dalam sehari menghasilkan saliva rata-rata 5 (lima) liter. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa 75% bahan kering saliva ruminansia terdiri atas bahan organik yang kaya akan nitrogen bukan protein. Selanjutnya nitr ogen bukan protein ini di dalam rumen didegradasi menjadi amonia. Jadi lebih tingginya konsentrasi amonia pada pakan dasar jerami padi mungkin tidak hanya berasal dari degradasi protein dalam bahan pakan saja, tetapi juga dari hasil degradasi nitrogen bukan protein dalam saliva.

Waktu pengambilan sampel cairan rumen (jam) sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi kadar NH3 cairan rumen (Tabel 4). Kadar NH3 cairan rumen tertinggi dicapai saat 3 jam setelah makan, kemudian 1 jam, 5 jam dan 0 jam setelah makan.

KESIMPULAN

Kondisi cairan rumen (pH, produksi asam asetat dan propionat, serta NH3 kecuali NH3 pada jenis pakan dasar) domba yang digemukkan secara ‘feedlot’ dengan pakan dasar dan aras konsentrat yang berbeda relatif sama dan normal. Pada saat 3 jam setelah makan menghasilkan pH cairan rumen

yang terendah dan produksi asam propionat serta NH3 cairan rumen yang tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P., 1989. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: R. Murwani. Astuti M., 1980. Rancangan Percobaan dan Analisa Statistika Bagian I (‘Completely Randomized Designs’). Bagian Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Blakely, J. dan D.H. Bade, 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: B. Srigandono.

Church, D.C., 1988. The Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Hardjosubroto, W. dan J.M. Astuti,1993. Buku Pintar Peternakan. Penerbit PT Grasindo, Jakarta. Haryanto, B., 1991. Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Melalui Optimasi Kapasitas Kecernaan pada Domba. Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Haryanto, B. dan A. Djajanegara, 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia

Tabel 4. Rata-rata pH, Produksi Asam Asetat dan Propionat serta Kadar NH3 Cairan Rumen pada

Saat 0, 1, 3 dan 5 jam setelah Makan

Waktu Pengambilan

Parameter 0 1 3 5

---(jam) ---

pH 7,36a 6,50b 6,47c 6,53b

Asam asetat (mmol/l) 38,62b 70,24a 82,57a 68,78a

Asam propionat (mmol/l) 11,62d 33,60b 64,17a 15,45c

NH3 (mg/l) 88,99d 219,40b 486,33a 156,02c

a,b,c,d

(7)

Kkcil. Di dalam : Produksi Kambing dan Domba di In donesia. Wodzicka-Tomaszewska, M., I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardier dan T.R. Wiradarya, eds. Sebelas Mar et Un iversity Press, Surakarta.

Hungate, R.E., 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press, New York.

Komar, A., 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Cetakan Pertama. Yayasan Dian Grahita Indonesia, Bandung. Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak

Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Ranjhan, S.K., 1981. Animal Nutrition in Tropics. 2nd

Revised Ed. Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Srigandono, B., 1996. Kamus Istilah Peternakan. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie, 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutardi, T., 1978. Ikhtisar Ruminologi. Bahan

Penataran Kursus Peternakan Sapi Perah di

Kayu Ambon Lembang. Depatemen Ilmu dan

Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sutardi, T, 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I.

Depatemen Ilmu dan Makanan Ternak,

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan tepung biji kapuk yang telah difermentasi dengan cairan rumen domba sebanyak 30% dapat digunakan sebagai pengganti tepung bungkil kedelai dalam pakan ikan bawal

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Peningkatan Kualitas Nutrisi Tepung Daun Lamtoro Dengan Penambahan Ekstrak Enzim Cairan Rumen Domba (Ovis aries) untuk Bahan Pakan

Sumber amonia yaitu urea dan ZA tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH cairan rumen tapi memberikan pengaruh yang nyata (P&lt;0,05) terhadap kadar

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Peningkatan Kualitas Nutrisi Tepung Daun Lamtoro Dengan Penambahan Ekstrak Enzim Cairan Rumen Domba ( Ovis aries ) untuk Bahan Pakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level penambahan mikrokapsul minyak ikan yang optimal dan tidak mengganggu karakteristik cairan rumen (pH, VFA, NH 3 ) secara

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa konversi pakan domba menggunakan pakan komplit dengan kadar protein kasar 15,09% dan total digestible nutrients 58,60%

Produksi NH 3 cairan rumen dipengaruhi oleh kadar protein kasar pakan, kelarutan protein pakan dalam rumen, sumber dan proporsi karbohidrat terlarut dan

Sumber amonia yaitu urea dan ZA tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH cairan rumen tapi memberikan pengaruh yang nyata (P&lt;0,05) terhadap kadar