• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

A-305 ISBN 978-979-18342-1-6

ANALISA PENENTUAN TARIF AIR MINUM

PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

Yohanes Paut1, Retno Indryani2, Endah Angreni3

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,

Email :john_paut@yahoo.co.id 2

Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya,

3

Dosen Jurusan Teknik Sipil, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, ABSTRAK

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 mensyaratkan prinsip full cost recovery dalam penetapan tarif air minum PDAM, dimana pendapatan penjualan air diharapkan dapat menutupi biaya usaha PDAM. Namun tarif yang ditetapkan oleh PDAM harus disertai dengan peningkatan pelayanan dan mempertimbangkan kemampuan (ability to pay – ATP) dan kesediaan (willingness to pay – WTP) pelanggan dalam membayar air PDAM. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya tarif PDAM dari sisi produsen dan konsumen serta menyusun saran kebijakan tarif tahun 2010 berdasarkan kondisi PDAM dan konsumen. Tarif air minum dari sisi produsen dihitung berdasarkan seluruh biaya usaha PDAM. Kemampuan membayar (ATP) diperoleh berdasarkan pendapatan pelanggan dan konsumsi air per bulan. Kemauan membayar (WTP) diperoleh berdasarkan persepsi konsumen terhadap tarif air. Kebijakan tarif yang diusulkan diperoleh berdasarkan kondisi PDAM, konsumen, dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan Besarnya tarif air minum PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan agar tercapai prinsip full cost recovery pada tahun 2010 sebesar Rp. 875/m3 untuk kelompok pelanggan sosial (hidran umum), Rp. 3.350/m3 untuk kelompok pelanggan rumah tangga dan Rp. 4.500/m3 untuk kelompok pelanggan niaga. Kemampuan membayar (ATP)

pelanggan untuk kategori low income sebesar Rp. 875/m3 (100%), kategori medium income sebesar Rp. 3.350/m3 (3,27%) dan mampu membayar diatas 4.500,-/m3 (94,77%), kategori high income sebesar Rp. 4.500/m3 ( 92,31%). Kesediaan membayar (WTP) pelanggan untuk kategori low income sebesar Rp. 875/m3 (100%), kategori medium income sebesar Rp. 3.350/m3 (37,91%) dan kesediaan membayar diatas Rp.4.500/m3 (11,11%), kategori high income

diatas Rp. 4.500/m3 (11,11%). Karena nilai ATP lebih besar dari WTP, maka pelayanan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan di masa mendatang harus lebih ditingkatkan lagi. Berdasarkan kebijakan tarif Pemerintah Daerah tahun 2008, ATP dan WTP pelanggan terhadap kenaikan tarif sesuai Permendagri Nomor 23 Tahun 2006, maka usulan penetapan tarif pada tahun 2010 untuk kelompok pelanggan sosial sebesar Rp. 875/m3, kelompok pelanggan rumah tangga Rp.3.350/m3 dan untuk kelompok pelanggan niaga sebesar Rp.4.500/m3.

Kata kunci: PDAM, Tarif, ATP, WTP.

PENDAHULUAN

Air bersih merupakan salah satu potensi daerah yang sangat penting karena merupakan kebutuhan utama dan mendasar. Kebutuhan air bersih yang ada di masyarakat pada umumnya berasal dari beberapa sumber yaitu air bawah tanah (sumur gali/sumur pompa), air permukaan dan air hujan. Namun karena keterbatasan ketersediaan dan kualitas air bersih pada sumber-sumber tersebut maka pemerintah sebagai penyedia fungsi pelayanan bagi masyarakat berkewajiban untuk mengatur dan mengelola air bersih yang tersedia tersebut. Prasarana dan sarana air bersih di Indonesia diserahkan pengelolaannya kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 195/KPTS/CK/1983 tanggal 14 Desember 1983 dengan nama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pengalihan status dari BPAM menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 6/Perda/1994 tahun 1994.

Selain menjalankan misi sosial sebagai penyedia pelayanan air bersih kepada masyarakat, PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan sebagai Badan

Usaha Milik Daerah harus memiliki penghasilan yang memadai untuk dapat membiayai diri sendiri, guna menjaga kesinambungan pelayanan dan meningkat-kan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayanan kepada masyarakat. Penghasilan utama PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan bersumber dari hasil penjualan air yang tergantung dari besarnya tarif yang ditetapkan.

Penetapan besaran tarif air PDAM berpedoman pada ketentuan Permendagri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada PDAM. Tarif yang ditetapkan dalam Permendagri tersebut menggunakan prinsip pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery) dimana besarnya pendapatan dari penjualan air diharapkan minimal dapat menutupi biaya usaha PDAM.

Penetapan tarif harus seimbang dengan mutu pelayanan yang diberikan oleh PDAM, terutama dalam mempertahankan dan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas air. Peningkatan kebutuhan air yang disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan standar kehidupan masyarakat dapat mempengaruhi mutu pelayanan PDAM apabila tidak disertai dengan perbaikan pada instalasi produksi dan distribusi.

Tarif dasar yang ditetapkan oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan sampai saat ini belum optimal yang mengakibatkan pendapatan penjualan air belum

(2)

A-306

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 tahun terakhir PDAM Kabupaten Timor Tengah

Selatan mengalami kerugian. Apabila ini dibiarkan maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan akan mengalami kebangkrutan dan akan berpengaruh pada penurunan mutu pelayanan. Disamping itu, sampai dengan saat ini penentuan tarif PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan belum mempertimbangkan kemampuan membayar (ability to-pay) dan kesediaan membayar masyarakat (willingness to-pay) untuk air PDAM yang digunakan. Dengan demikian perlu adanya suatu penelitian tentang Penentuan Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan yang ditinjau dari sisi PDAM dan dari sisi pelanggan. METODE

Secara garis besar penelitian ini meliputi 3 (tiga) garis besar yaitu pertama analisa penentuan besarnya tarif berdasarkan kondisi PDAM, kedua analisa penentuan besarnya kemampuan membayar (ATP) dan kesediaan membayar (WTP) masyarakat terhadap air PDAM yang digunakan dan, ketiga analisa usulan tarif air PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan mempertimbangkan kondisi PDAM, kondisi konsumen (ATP dan WTP) dan kebijakan Pemerintah Daerah yang berhubungan dengan tarif PDAM.

Tarif Berdasarkan Kondisi PDAM. Sebelum melakukan analisa penentuan besarnya tarif berdasarkan kondisi PDAM terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan perbaikan secara teknis terhadap kemampuan dan kelengkapan sistem produksi dan distribusi eksisting dalam rangka menjaga keseimbangan antara mutu pelayanan dan tarif yang ditetapkan. Kemudian dianalisa pertambahan biaya sebagai akibat perbaikan terhadap sistem produksi dan distribusi. Berdasarkan data keuangan PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan dan biaya perbaikan sistem produksi dan distribusi dari hasil analisa, maka dapat dihitung besarnya tarif dasar (TD) dengan menggunakan formula (1) berikut.

x x x y x y VKAS VPA BP i TBU TD 1 ... (1) dimana :

TDy = Tarif dasar pada tahun proyeksi (Rp/m3)

TBUx = Total Biaya Usaha (biaya sumber air,

pengolahan air, transmisi dan distribusi, kemitraan, umum dan administrasi, biaya keuangan) pada tahun awal (Rp/m3)VPAx = Volume Produksi Air pada periode tahun awal (m3/Thn) VPAx = Volume Produksi Air pada periode tahun

awal (m3/Thn)

VKASx = Volume Kehilangan Air Standar pada

periode tahun awal (m3/Thn)

BP = Biaya perbaikan pelayanan tahun proyeksi (Rp/Thn)

i = Tingkat suku bunga (%)

Setelah diperoleh tarif dasar maka selanjutnya dihitung besarnya tarif rendah atau tarif yang

(2) berikut. y y y TD subsidi TR 100% % ...(2) dimana :

TRy = Tarif rendah pada tahun proyeksi (Rp/m3)

TDy = Tarif dasar pada tahun proyeksi (Rp/m3)

% subsidi = Presentase besarnya subsidi

Tingkatan tarif penuh atau yang menanggung subsidi silang kepada kelompok pelanggan tarif rendah dan tingkat keuntungan yang wajar. Perhitungan tarif penuh menggunakan formula (3), (4) dan (5) berikut. y y y y TD RTK RSbs TP ...(3) dimana :

TPy = Tarif penuh pada tahun proyeksi (Rp/m3)

TDy = Tarif dasar pada tahun proyeksi (Rp/m3)

RTKy = Rata-rata tingkat keuntungan pada tahun

proyeksi (Rp/m3)

RSbsy = Rata-rata subsidi silang pada tahun

proyeksi (Rp/m3) x x y x x x y VTTPK i AT IJP AL RTK 10% 1 ...(4) dimana :

RTKy = Rata-rata tingkat keuntungan pada tahun

proyeksi (Rp/m3)

ALx = Aktiva lancar pada tahun proyeksi

(Rp/tahun)

IJPx = Investasi jangka panjang pada tahun

proyeksi (Rp/tahun)

ATx = Aktiva tetap & depresiasi pada tahun

proyeksi (Rp/tahun)

VTTPKx = Volume Air Terjual kepada Kelompok

Pelanggan Tarif Penuh (m3/tahun)

x x y y y VTTPK VTTR TD subsidi RSbS % ...(5) dimana :

RSbsy = Rata-rata subsidi silang pada tahun

proyeksi (Rp/m3)

TDy = Tarif dasar pada tahun proyeksi (Rp/m3)

VTTRx = Volume Air Terjual kepada Kelompok

Pelanggan Tarif Rendah (m3/tahun) VTTPKx = Volume Air Terjual kepada Kelompok

Pelanggan Tarif Penuh (m3/tahun) Tarif Berdasarkan Kondisi Pelanggan. Dalam rangka perhitungan ATP dan WTP, responden dikelompokkan dalam tiga kategori penghasilan yaitu penghasilan rendah (low income), penghasilan menengah (medium income) dan penghasilan tinggi (high income). Pengelompokan tingkat penghasilan responden menggunakan distribusi frekuensi komulatif terhadap karakteristik rumah tangga yang berhubungan dengan income. Karakteristik rumah tangga pelanggan (pendapatan dan kepemilikan) diperoleh dari hasil pengisian kuisioner.

(3)

A-307 ISBN 978-979-18342-1-6

Berdasarkan ketentuan [1], tarif dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah tangga per bulan untuk pemenuhan standar kebutuhan pokok akan air minum tidak melebihi 4% (empat perseratus) dari rata-rata pendapatan rumah tangga untuk kelompok pelanggan yang bersangkutan, atau 4% (empat perseratus) dari Upah Minimum Provinsi. Pendapatan rumah tangga yang dijadikan patokan untuk menentukan keterjangkauan tarif adalah Upah Minimum Provinsi (UMP) yang ditetapkan Pemerintah, atau pendapatan rata-rata rumah tangga pelanggan PDAM. Dengan demikian besarnya ATP tiap responden di hitung dengan menggunakan formula (6) berikut. Skpm Ba t ATP (4% Pr ) ...(6) dimana :

ATP = Abiliti to-pay (Rp/m3)

Prt = Rata-rata pendapatan RT (Rp/bulan) Ba = Rata-rata biaya air alternatif (Rp/bulan) Skpm = Standar kebutuhan pokok air minimum

(10 m3/bln)

Teknik yang digunakan untuk mengetahui tentang jumlah maksimum yang mau dibayar (WTP) oleh seseorang terhadap air PDAM adalah ”bidding

game”. Dimana pelanggan dimintai tanggapannya

terhadap alternatif-alternatif tarif berdasarkan hasil analisa penentuan tarif dari sisi PDAM, setelah sebelumnya diberikan gambaran tentang perbaikan-perbaikan pelayanan yang akan dilakukan.

Usulan Kebijakan Tarif. Tarif yang diusulkan untuk digunakan pada tahun 2010 adalah tarif optimum dengan mempertimbangkan besarnya tarif berdasarkan kondisi PDAM, ATP dan WTP pelanggan PDAM berdasarkan tingkat income dan kebijakan Pemerintah Daerah tentang penetapan tarif yang berlaku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki 6 (enam) wilayah pelayanan yaitu wilayah pelayanan Kota So’E dan wilayah-wilayah pelayanan lainnya di beberapa Ibukota Kecamatan (IKK) antara lain: IKK Kapan, IKK Niki-niki, IKK Siso, IKK Panite dan IKK Kuanfatu. Berdasarkan data PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007, wilayah pelayanan Kota So’E merupakan wilayah dengan sambungan pelanggan terbanyak yaitu 4.218 sambungan (90,38%) dari total sambungan tahun 2007 yaitu sebanyak 4.667 sambungan, sedangkan sisanya tersebar di 5 (lima) IKK yaitu IKK Kapan sebanyak 220 sambungan (4,71%), IKK Panite sebanyak 105 pelanggan (2,25%), IKK Siso sebanyak 72 pelanggan (1,54%), IKK Niki-niki sebanyak 45 pelanggan (0,96%) dan IKK Kuanfatu sebanyak 7 sambungan (0,15%).

Peningkatan pelayanan diprioritaskan untuk wilayah pelayanan Kota So’E karena memiliki jumlah pelanggan terbanyak dan merupakan wilayah

pelayanan utama PDAM karena merupakan Ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Perbaikan Sistem Produksi dan Distribusi. Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melayani kebutuhan air masyarakat Kota So’E sebanyak 10 sumber air. Sumber-sumber air tersebut terdiri dari 1 unit sumber air permukaan, 3 unit mata air dan 6 unit sumur bor dengan total kapasitas terpasang sebesar 90 liter/detik dan kapasitas produksi sebesar 73,9 liter/detik.

Namun yang dioperasikan pada tahun 2009 sebanyak 6 (enam) unit sumber air yang terdiri dari 1(satu) unit sumber air permukaan dari Sungai Mutis (Bonle’u), 3 (tiga) unit mata air (Oe So’E, Bisuaf dan Oe Nasi) dan 2 unit sumur bor (Nifuhuki I dan Nifuhuki II) dengan total kapasitas produksi sebesar 56,40 liter/detik dan beroperasi selama 24 jam per hari, sedangkan 4 (empat) unit sumur bor sisanya dengan debit sebesar 17,5 liter/detik (sudah dilengkapi dengan instalasi perpipaan dan pompa) merupakan cadangan untuk memenuhi kebutuhan air di waktu yang akan datang dan sebagai cadangan apabila terjadi gangguan pada sumber air lainnya. Ketersediaan air baku untuk wilayah pelayanan Kota So’E selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1: Ketersediaan Air Baku

No Air Baku Kap Ter-pasang (lt/dt) Kap. Prod. Normal (lt/dt) Kap. Prod. (lt/dt) Sistem Ops. Ket. 1 2 6 7 8 9 10 1 Mata Air Oe So’E 3,00 1,50 1,50 Gravi. Operasi 2 Mata Air Bisuaf 2,50 1,20 1,20 Gravi. Operasi 3 Mata Air Oe Nasi 5,00 5,00 5,00 Pompa Operasi 4 Sumur Bor Nifuhuki 1 7,50 6,00 6,00 Pompa Operasi 5 Sumur Bor Nifuhuki 2 5,00 5,00 5,00 Pompa Operasi 6 Mata Air Bonle’u 50,00 37,70 37,70 Gravi. Operasi 7 Sumur Bor Kesetnana 1 5,00 5,00 - Pompa Cadang. 8 Sumur Bor Kesetnana 2 3,00 2,50 - Pompa Cadang. 9 Sumur Bor Kesetnana 3 5,00 5,00 - Pompa Cadang. 10 Sumur Bor Kesetnana 4 5,00 5,00 - Pompa Cadang. TOTAL 91,00 73,90 56,40 - -

Sumber: PDAM Kab. TTS, 2009

Wilayah Pelayanan Kota SoE meliputi Seluruh Kecamatan Kota SoE dan 2 Desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kota SoE yaitu Desa Kesetnana dan Mnelalete. Jumlah penduduk Kota SoE tahun 2007 sebesar 43.455 jiwa, jumlah penduduk yang terlayani air PDAM sebesar 24.960 jiwa dengan tingkat cakupan pelayanan PDAM sebesar 57,52%. Dengan menggunakan metode proyeksi goemetrik maka jumlah penduduk pada

(4)

A-308

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 yang akan dicapai adalah sebesar 67,49% dengan

penduduk terlayani sebanyak 31.471 jiwa. Berdasar-kan kebutuhan air per unit komsumsi pada tahun 2007 dan perkiraan jumlah penduduk terlayani tahun 2010, maka total kebutuhan air rata-rata pada tahun 2010 sebesar 68,44 liter/detik. Kebutuhan air di Wilayah Pelayanan Kota So’E pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2: Rencana Kebutuhan Air di Wilayah Pelayanan Kota So'E Tahun 2010

No Uraian Satuan Tahun

2010 1 Kebutuhan Domestik lt/dt 50,1481 2 Kebutuhan Non

Domestik lt/dt 4,6076

3 Kehilangan Air % 20,00

Total Kebutuhan Air Rata-Rata lt/dt 68,44 Kebutuhan Harian Maksimum lt/dt 78,71 Kebutuhan Jam Maksimum lt/dt 102,67 Sumber: PDAM Kab. TTS dan hasil olahan, 2009 Dalam pengoperasian sumber air yang ada PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan belum memperhitungkan besarnya produksi air yang optimum untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, sedangkan kebutuhan air masyarakat akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan standar kehidupan. Apabila produksi air jauh lebih besar dari kebutuhan air masyarakat maka akan terjadi pemborosan khususnya pada instalasi sumber air yang menggunakan sistem pangaliran pompanisasi, sebaliknya apabila kebutuh-an air masyarakat jauh lebih besar dari produksi air maka akan terjadi krisis air di masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun 2010 yang diperkirakan sebesar 68,44 liter/detik, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus mengoperasikan 3 (tiga) unit sumber air yang menjadi cadangan masing-masing Sumur Bor Kesetnana I, II, dan III dengan kapasitas 12,50 liter/detik sehingga total kapasitas produksi menjadi 69,80.

Permasalahan lainnya yang menjadi kendala dalam rangka optimalisasi produksi air di wilayah pelayanan Kota So’E yaitu semua instalasi sumber air baku yang ada tidak dilengkapi dengan meter air induk sehingga banyaknya air yang diproduksi tidak bisa dipastikan secara tepat. Produksi air yang tercatat selama ini didasarkan pada kapasitas produksi pada saat perencanaan.

Dengan demikian perbaikan pelayanan yang dilakukan meliputi perbaikan kelengkapan sumber air yaitu operasional kapasitas produksi cadangan, pemasangan meter air induk dan pemetaan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi yang terpasang. Tambahan biaya per tahun akibat perbaikan pelayanan (penambahan kapasitas produksi dan perbaikan sistem) sebesar :

Biaya operasional kapasitas produksi cadangan

= Rp. 214.811.900,-

Biaya cicilan perbaikan sistem

= Rp. 81.233.732 ,-Total biaya perbaikan

pelayanan tahun 2010

= Rp. 296.045.632,- Tarif Berdasarkan Kebijakan Pemda. Besarnya tarif berdasarkan [2] dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3: Tarif Air PDAM Kabupaten Timor Tengah

Selatan Tahun 2008

No Golongan Pelanggan

Tarif sesuai SK Bupati Pemakaian per Blok Besarnya Tarif (Rp/m3) 1 2 3 4 1 Sosial a Sosial Umum 0 - 10 575 11 - 20 850 > 20 875 b Sosial Khusus 0 - 10 800 11 - 20 1.050 > 20 1.225 2 Rumah Tangga a Rumah Tangga A 0 - 10 1.350 11 - 20 1.550 > 20 2.750 b Instansi Pemerintah 0 - 10 1.750 11 - 20 1.750 > 20 3.000 3 Niaga a Niaga Kecil 0 - 10 2.000 11 - 20 2.750 > 20 4.500 b Niaga Besar 0 - 10 2.500 11 - 20 2.750 > 20 5.000

Sumber : PDAM Kab. TTS, 2008

Tarif Berdasarkan Kondisi PDAM. Berdasarkan ketentuan [1], tarif PDAM dikelompokkan menjadi tiga yaitu: tarif dasar, tarif rendah dan tarif penuh. Dasar perhitungan tarif tahun 2010 adalah biaya usaha PDAM tahun 2007 dengan memperhitungkan tingkat inflasi serta rencana pembayaran pokok dan bunga pinjaman pada tahun berjalan (2010). Biaya usaha PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2007 adalah sebesar Rp. 4.003.893.560,-. Dengan tingkat inflasi (10%), jumlah air yang terjual tahun 2007 (2.102.630 m3,) kehilangan air standar (420.526 m3),

biaya perbaikan pelayanan tahun 2010 (Rp. 296.045.632,-), maka diperoleh tarif dasar tahun 2010 seperti pada tabel 4 berikut.

Tabel 4: Tarif air tahun 2010 berdasarkan kondisi PDAM.

No Golongan Pelanggan

Tarif Sesuai Kondisi PDAM Pemakaian per Blok Tarif (Rp/m3) 1 2 5 6 1 Tarif Rendah a Sosial Umum 0 - 10 575 >10 875 b Sosial Khusus 0 - 10 800 >10 1.225

(5)

A-309 ISBN 978-979-18342-1-6 2 Tarif Dasar a Rumah Tangga A 0 - 10 3.350 >10 4.500 b Instansi Pemerintah 0 - 10 3.350 >10 4.500 3 Tarif Penuh a Niaga Kecil 0 - 10 4.500 >10 4.500 b Niaga Besar 0 - 10 4.500 >10 4.500

Sumber: Hasil olahan, 2009

Tarif Berdasarkan Kondisi Konsumen. ATP terhadap penggunaan air PDAM untuk tiap tingkatan responden masing-masing sebagai berikut: Responden dari kategori Low Income yang mampu membayar tarif air minum sampai Rp. 875,-/m3 sebanyak 100%. Untuk kategori Mediun Income responden yang mampu membayar tarif sebesar Rp. 3.350,-/m3 sebanyak 3,27% dan mampu membayar diatas 4.500,-/m3 sebanyak 94,77%. Sedangkan untuk High Income yaitu Rp. 4.500,-/m3 responden yang mampu membayar tarif sebanyak 92,31%.

WTP terhadap penggunaan air PDAM untuk tiap tingkatan responden masing-masing sebagai berikut: Responden dari kategori Low Income yang bersedia membayar tarif air minum sampai Rp. 875,-/m3 sebanyak 100%. Untuk kategori Mediun Income responden yang bersedia membayar tarif sebesar Rp. 3.350,-/m3 sebanyak 37,91% dan bersedia membayar diatas 4.500,-/m3 sebanyak 11,11%. Sedangkan untuk High Income yaitu Rp. 4.500,-/m3 responden yang bersedia membayar tarif sebanyak 69,23%.

Kebijakan Penentuan Tarif 2010. Tarif PDAM berdasarkan kondisi PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan lebih besar jika dibandingkan dengan tarif berdasarkan kebijakan Pemda Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kesediaan membayar masyarakat masih rendah, terutama untuk kelompok Medium

Income. Namun secara keseluruhan, masyarakat

mampu untuk membayar tarif sesuai kondisi PDAM. Dengan demikian tarif PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan yang ditetapkan pada tahun 2010 adalah tarif seperti yang dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5: Kebijakan Tarif air PDAM Tahun 2010

No Golongan Pelanggan

Tarif Sesuai Kondisi PDAM Pemakaian per Blok Tarif (Rp/m3) 1 2 5 6 1 Tarif Rendah a Sosial Umum 0 - 10 575 >10 875 b Sosial Khusus 0 - 10 800 >10 1.225 2 Tarif Dasar a Rumah Tangga A 0 - 10 3.350 >10 4.500 b Instansi Pemerintah 0 - 10 3.350 >10 4.500 3 Tarif Penuh a Niaga Kecil 0 - 10 4.500 >10 4.500 b Niaga Besar 0 - 10 4.500 >10 5.000

Sumber: Hasil olahan, 2009 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa, maka kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Pada tahun 2010 PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus mengoperasikan 4 (empat) sumber air yang dicadangkan dengan kapasitas produksi 17,5 liter/detik sehingga tidak terjadi krisis air di masyarakat.

2. Dalam rangka optimalisasi produksi air pada tahun 2010, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus melaksanakan pemasangan meter induk air di setiap sumber air yang ada. Dan PDAM harus melakukan pemetaan jaringan perpipaan transmisi dan distribusi dalam rangka upaya pengurangan tingkat kebocoran yang terjadi. 3. Tarif air yang diberlakukan pada tahun 2010 yaitu

untuk tarif rendah sebesar Rp. 575,-/m3, tarif dasar sebesar Rp. 3.350,- /m3 dan tarif penuh sebesar Rp. 4.500,-/m3.

Dari hasil analisa, maka saran yang diberikan adalah:

1. Agar analisa penentuan tarif ini efektif pada tahun 2010, maka PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan harus melakukan pengendalian terhadap peningkatan biaya usaha, terutama penghematan pada biaya umum dan administrasi.

2. PDAM Kabupaten Timor Tengah Selatan perlu meningkatkan mutu pelayanannya dimasa yang akan datang agar masyarakat bersedia membayar tarif yang lebih besar dari saat ini. Atau dengan kata lain. Peningkatan pelayanan akan meningkatkan nilai WTP masyarakat sampai mendekati nilai ATP masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Departemen Dalam Negeri, (2006), Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor:23 Tahun 2006, tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Jakarta.

[2] Pemda Kab. TTS, (2008), Keputusan Bupati

Timor Tengah Selatan Nomor :

178/KEP/HK/2008, tentang Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Timor Tengah Selatan, So’E.

[3] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, (2002), Norma, Standar, Pedoman dan

Manual (NSPM) Air Minum Perkotaan,

Jakarta

[4] Gunatilake.H, Jui-Chen Yang, Pattanayak. S, Caroline van den Berg (2006), Willingnes-

to-Pay and Design of Water Supply and Sanitation Projects: A Case Study, Asian

(6)

A-310

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 Halaman ini sengaja dikosongkan

Gambar

Tabel  3:  Tarif  Air  PDAM  Kabupaten  Timor  Tengah  Selatan Tahun 2008
Tabel 5: Kebijakan Tarif air PDAM Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hasibuan (2006) mengatakan bahwa NPL adalah suatu rasio yang dimiliki sebuah bank yang menyatakan kemampuan bank tertentu dalam mengatasi utang yang mempunyai masalah

Dutch Lady Milk Industries Berhad merupakan anak syarikat atau subsidiari asing bagi syarikat atau subsidiari asing bagi. Royal Friesland Foods yang terletak di Malaysia beralamat di

Ada seorang yang telah menyatakan bahwa “itu bukan masalah kepribadian Habel yang lebih baik sehingga Tuhan menganggapnya sebagai orang benar, tetapi masalah korban yang lebih

Dengan hasil penelitian menunjukan (1) Secara simultan, Motivasi, Jenjang Karir, serta Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan, (2) Motivasi memiliki pengaruh

Desa Bageng merupakan desa yang memiliki tanaman jeruk pamelo dan jumlah ternak sapi tertinggi di Kecamatan Gembong. Oleh karenanya, daerah ini dikenal sebagai

a) Menerima keseluruhan hasil akhir pekerjaan pembangunan BTS Tower XL yang dikerjakan oleh SUBKONTRAKTOR sesuai dengan standard dan spesifikasi Material dan design yang

Dengan lebih terperinci, Ibn Hajar al-Asqalani di dalam kitab- nya Fath al-Bari mengungkapkan bahwa khitan pada laki-laki adalah memotong kulit yang menutupi kepala

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:1) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap kesulitan belajar ekonomi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2