• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN KETEPATAN JADWAL KONTROL PADA PASIEN POST OPERASI DI RSUD UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN KETEPATAN JADWAL KONTROL PADA PASIEN POST OPERASI DI RSUD UNGARAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN KETEPATAN JADWAL

KONTROL PADA PASIEN POST OPERASI DI RSUD UNGARAN Tjahyanti Retno Kundari*) Umi Aniroh**)Zumrotul Choiriyyah **) *) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo

**) Dosen Pembimbing Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK

Pasien tidak tepat untuk melakukan kontrol dapat menyebabkan rehospitalisasi bagi pasien.Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan jadwal kontrol adalah tindakan discharge planning. Tindakan discharge planning menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman setelah meninggalkan rumah sakit Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran.

Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional Populasi penelitian pasien post operasi di RSUD Ungaran, sebanyak 1557 orang dengan sampel 88 responden.Alat pengambilan data menggunakankuesioner.Analisis data yang digunakan chi square.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian discharge planning pasien post operasi di RSUD Ungaran sebagian besar dalam kategori baik (79,5%), jadwal kontrol pasien post operasi di RSUD Ungaran sebagian besar dalam kategori tepat (67,0%). Ada hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran dengan p value sebesar 0,045 < α (0,05).

Sebaiknya pasien meningkatkan kepatuhan dalam mengikuti jadwal kontrol sesuai dengan discharge planningdari tenaga kesehatan sehingga dapat mendukung proses penyembuhan luka yang dialami.

Kata Kunci : pemberian discharge planning, ketepatan jadwal control, pasien post operasi Kepustakaan : 35 (2006-2015)

ABSTRACT

Inappropriate patient to perform control can cause rehospitalization for patients. The success of discharge planning actions (planning return) ensure the patient is able to take continous action of safe and realistic care after leaving the hospital. The purpose of this study is to determine the correlation between discharge planning giving and the accuracy of control schedule on post operative patients at RSUD Ungaran.

The study design was descriptive correlation with cross sectional approach the population were post surgery patiens at RSUD Ungaran, as many as 1557 people with sample of 88 respondents. Data retrieval tool used questionnaire. Data analysis used chi square.

The results show there is no correlation between discharge planning giving and the accuracy of control schedule on post operative patients at RSUD Ungaran with a p value of 0,045 <α (0,05).

We recommend patient to increase the obedience in following the control schedule in accordance with discharge planning from of health personnel support the wound healing process Keywords : discharge planning, giving accuracy of control, schedule post

surgery patients

(2)

2 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ketepatan waktu pasien untuk kontrol adalah perjanjian yang dilakukan antara petugas kesehatan dengan pasien yang berhubungan dengan perjanjian untuk mengunjungi layanan kesehatan kembali (Departement of Health, Social Services, and Public Safety, 2011).Tujuan pasien melakukan kontol diantaranya untuk melakukan analisis perkembangan penyakit yang dialami, diet yang dilakukan hingga pemakaian obat yang telah dilaksanakan.Dampak yang terjadi ketika pasien tidak tepat untuk melakukan kontrol dapat menyebabkan rehospitalisasi bagi pasien.

Ketidaktepatan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain pertemuan saat pasien tidak hadir sesuai perintah yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pasien hanya menggunakan sebagian obat atau bahkan tidak sama sekali, gejala yang menetap atau tidak kunjung hilang, perkembangan proses penyakit yang lama dan munculnya hasil akhir yang tidak diharapkan (Carpenito, 2009).

Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin diperpendek (Rahmi, 2011).

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Rahmi, 2011).

Penelitian Kusmoro (2008) tentang gambaran kepatuhan kontrol penderita stroke berulang di RSUD Kabupaten Brebes.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi ketidakpatuhan kontrol penderita stroke berulang sebesar 31 penderita (77,5%) lebih besar dibandingkan dengan frekuensi kepatuhan kontrol sebesar 9 penderita (22,5%) dari jumlah 40 penderita. Karakteristik subyek berdasarkan riwayat penyakit, karakteristik subyek berdasarkan pekerjaan, karakteristik subyek berdasarkan umur.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah peneliti menambahkan variabel independen yaitu pemberian discharge planning.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2016 di RSUD

Ungaran, dimana peneliti melakukan pengumpulan data tentang pemberian discharge planning dan ketepatan jadwal kontrol dari 10 pasien post operasi diperoleh 7 orang (70,0%) melakukan kontrol tidak tepat dengan jadwal yang ditentukan dimana 5 orang (71,4%) menyatakan bahwa perawat menjelaskan cara dan waktu mengkonsumsi obat, dan 2 orang (28,6%) menyatakan bahwa perawat menjelaskan cara dan waktu mengkonsumsi obat akan tetapi tidak mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit. Peneliti juga memperoleh 3 orang (30,0%) melakukan kontrol tepat dengan jadwal yang ditentukan dimana 1 orang (33,3%) menyatakan bahwa perawat menjelaskan cara dan waktu mengkonsumsi obat, mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit dan memberi informasi makanan yang dapat dikonsumsi dan 2 orang (66,7%) menyatakan bahwa perawat menjelaskan cara dan waktu mengkonsumsi obat akan tetapi tidak mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit dan tidak memberi informasi makanan yang dapat dikonsumsi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran?

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran.

METODE PENELITIAN

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien post operasi di RSUD Ungaran, sebanyak 1557 orang (data bulan Desember 2015) dengan jumlah sampel sebanyak 88responden menggunakan metode pengambilan sampel accidental sampling. HASIL PENELITIAN

Pemberian Discharge Planning pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

(3)

iii Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemberian

Discharge Planning pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran Pemberian Discharge Planning Frekuensi (f) Persentase (%) Kurang 18 20,5 Baik 70 79,5 Total 88 100,0

Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa pemberian discharge planning pada pasien post operasi di RSUD Ungaran, sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 70 orang (79,5%).

Ketepatan Jadwal Kontrol pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Ketepatan Jadwal Kontrol pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran (n = 88) Ketepatan Jadwal Kontrol Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak tepat 29 33,0 Tepat 59 67,0 Total 88 100,0

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa jadwal kontrol pasien post operasi di RSUD Ungaran, sebagian besar dalam kategori tepat yaitu sebanyak 59 orang (67,0%).

Hubungan Pemberian Discharge Planning dengan Ketepatan Jadwal Kontrol Pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

Tabel 3 Hubungan Pemberian Discharge Planning dengan Ketepatan Jadwal Kontrol pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran (n = 88)

Pemberian Discharge Planning

Ketepatan Jadwal Kontrol

p-value Tidak tepat Tepat Total

f % f % f %

Kurang 10 55,6 8 44,4 18 100,0 0,045

Baik 19 27,1 51 72,9 70 100,0

Jumlah 29 33,3 59 67,0 88 100,0

Tabel 3 menunjukkan hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran diperoleh, responden yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori kurang sebanyak 18 orang dimana sebagian besar melakukan kontrol tidak tepat jadwal yaitu sebanyak 10 orang (55,6%) lebih banyak dari pada yang melakukan kontrol tepat jadwal yaitu sebanyak 8 orang (44,4%). Responden yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori baik sebanyak 70 orang dimana sebagian besar melakukan kontrol tepat jadwal yaitu sebanyak 51 orang (72,9%) lebih banyak dari pada yang melakukan kontrol tidak tepat jadwal yaitu sebanyak 19 orang (27,1%).

Hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,045 (α = 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada Hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,355 artinya pasien post operasi di RSUD Ungaran yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori baik cenderung 3,355 kali melakukan kontrol tepat dengan jadwal dibandingkan yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori kurang baik.

PEMBAHASAN

Pemberian Discharge Planning pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

Hasil penelitian menunjukkan pemberian discharge planning pasien post operasi di RSUD Ungaran, dalam kategori

(4)

iv baik yaitu sebanyak 70 orang (79,5%).

Responden yang menyatakan bahwa pemberian discharge planningperawat dalam kategori baik menyatakan bahwa perawat mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit (100,0%), perawat memberi informasi kepada pasien hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan (100,0%) dan perawat menyusun perencanaan pemulangan berdasarkan instruksi dokter (100,0%).

Responden menyatakan bahwa perawat mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit yaitu ketika melepaskan infuse atau memberikan obat yang harus diminum di rumah. Responden juga menyatakan bahwa perawat memberikan informasi terkait dengan hal-hal yang menghambat atau menyebabkan lamanya proses penyembuhan seperti makanan yang harus dikonsumsi sehari-hari atau aktivitas yang harus dikendalikan hingga cara perawatan luka yang benar dan harus dilakukan.Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2006).

Menurut Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak (2009), perawat yang memiliki komunikasi secara terapeutik akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien dan mendukungpemberian discharge planning.Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan komponen penting dalam praktik keperawatan. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus (Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak. 2009).

Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan klien, perawat diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis.Kehadiran dan interaksi

yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien (Mundakir, 2006). Untuk itu perawat memerlukan keterampilan khusus yang mencakup keterampilan intelektual, teknikal yang tercermin dalam perilaku berkomunikasi secara terapeutik dengan orang lain (Sheldon, 2009). Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien dan mencegah terjadinya masalah legal (Nasir, Muhith, Sajidin, Mubarak, 2009).

Perencanaan pulang memerlukan suatu komunikasi yang baik dan terarah sehingga pasien dapat mengerti dan menjadi berguna ketika pasien berada di rumah. Komunikasi antara perawat dan pasien/keluarga dalam pendidikan kesehatan sangat penting dalam perencanaan pemulangan yang akan memudahkan pasien dalam menerima atau memahami instruksi yang diberikan untuk pasien ketika berada di rumah yang dapat secara mandiri menjaga atau meningkatkan kesehatannya. Komunikasi yang efektif juga akan meningkatkan kepatuhan pasien untuk kontrol. Kontrol dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan pasien karena pasien tidak dapat melaksanakan secara madiri tanpa bantuan petugas kesehatan (Nursalam, 2008). Ketepatan Jadwal Kontrol pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jadwal kontrol pasien post operasi di RSUD Ungarandalam kategori tepat yaitu sebanyak 59 orang (67,0%). Pasien post operasi di RSUD Ungaran melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh dokter, dimana mereka menyadari bahwa proses penyembuhan luka yang dialami masih berlanjut, sehingga mereka aktif untuk melakukan pemeriksaaan. Mereka juga merasa jika penanganan dilakukan oleh tenaga yang berkompeten maka hasilnya akan lebih optimal yaitu mempercepat proses penyembuhan.

Ketepatan waktu pasien untuk kontrol merupakan perjanjian yang dilakukan antara petugas kesehatan dengan pasien yang berhubungan dengan perjanjian untuk mengunjungi layanan kesehatan kembali

(5)

v (Departement of Health, Social Services, and

Public Safety, 2011).Tujuan pasien melakukan kontol diantaranya untuk melakukan analisis perkembangan penyakit yang dialami, diet yang dilakukan hingga pemakaian obat yang telah dilaksanakan. Pasien yang tidak memiliki kepatuhan untuk kontrol setelah pemulangan, lebih memungkinkan dua kali untuk rehospitalisasi pada tahun yang sama dibandingkan dengan pasien yang menaati perjanjian untuk kontrol (Nelson, Behman dan Kliegman, 2010). Menurut Susan (2012), salah satu variabel pentingyang mempengaruhi hasilperawatan pasien khususnya jadwal control pasien adalah perankeluarga. Keluarga dapatmenjadipenentu berhasiltidaknya pengobatanyang dilakukanolehseseorang dalam menjalanisuatu pengobatankarena keluargadapatmenjadiyang sangat berpengaruh dalammenentukan keyakinan dan nilaikesehatan individu serta dapatjugamenentukantentang

programkesehatanyang dapatmereka terima (BailondanMaglaya,2009).Perankeluarga dianggapsebagaisalah satu variabel pentingyang mempengaruhi hasilperawatan pasien (Susan, 2012).

Hubungan Pemberian Discharge Planning dengan Ketepatan Jadwal Kontrol pada Pasien Post Operasi di RSUD Ungaran

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran diperoleh, responden yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori kurang dan melakukan kontrol tidak tepat jadwal yaitu sebanyak 10 orang (55,6%). Responden menyatakan bahwa perawat tidak memberikan kesempatan kepada keluarga merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami, tidak memberikan informasi cara perawatan luka atau penyakit dirumah dan tidak memberikan informasi lingkungan yang aman untuk dirumah sehingga mereka tidak melakukan kontrol dengan tepat waktu. Menurut Smet (2014), salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal kontrol adalah pengetahuan.

Beberapa responden menyatakan perawat tidak memberikan kesempatan atau tidak memberikan informasi kepada keluarga untuk menetapkan jadwal kepulangan pasien atau tidak memberikan informasi cara perawatan luka atau penyakit dirumah sehingga mereka tidak melakukan kontrol dengan tepat waktu. Mereka berasumsi bahwa luka yang mereka alami dapat dilakukan perawatan sendiri dirumah dan obat yang diberikan oleh pihak rumah sakit dapat dibeli sendiri di apotek luar rumah sakit. Hal tersebut menyebabkan mereka tidak melakukan kontrol atau melakukan kontrol tidak tepat pada waktunya.

Menurut Smet (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal kontrol, adalah pengetahuan. Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama sekali penting dalam pemberian antibitoik. Karena sering kali pasien menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan saat obat itu habis.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran diperoleh responden yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori kurang dan melakukan kontrol tepat jadwal yaitu sebanyak 8 orang (44,4%). Responden menyatakan bahwa perawat tidak memberikan informasi cara perawatan luka atau penyakit dirumah dan tidak memberikan informasi lingkungan yang aman untuk dirumah namun mereka melakukan kontrol dengan tepat waktu. Menurut Smet (2014), salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal kontrol diantaranya motivasi individu ingin sembuh.

Keinginan pasien untuk sembuh lebih cepat terkadang mendorong mereka untuk melakukan tindakan yang tidak mematuhi ajuran dari tenaga kesehatan sebelumnya. Ada pula dari mereka yang tidak melakukan ajuran untuk control kerena merasa sudah dapat mengatasi masalahnya sendiri yaitu merawat luka yang dialami. Mereka menyadari bahwa motivasi atau sikap yang paling kuat untuk sembuh justru berasal dari dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

(6)

vi Menurut Smet (2014), faktor-faktor yang

mempengaruhi ketepatan jadwal kontrol diantaranya sikap atau motivasi individu ingin sembuh. Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran diperoleh, responden yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori baik sebanyak 70 orang dimana sebagian besar melakukan kontrol tepat jadwal yaitu sebanyak 51 orang (72,9%). Responden menyatakan bahwa perawat mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit, memberi informasi kepada hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan menyusun perencanaan pemulangan berdasarkan instruksi dokter namun mereka tidak tepat dalam melakukan kontrol. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya fasilitas kesehatan.

Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat berupa puskesmas atau yang setara, praktik dokter,. praktik dokter gigi, klinik d.klinik pratama atau yang setara; dan Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara. Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan berupa klinik utama atau yang setara,.rumah sakit umum dan rumah sakit khusus (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013). Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga kesehatan yang meliputi jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk penyuluhan dan lain-lain (Smet, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran diperoleh responden yang melakukan kontrol tidak tepat jadwal yaitu sebanyak 19

orang (27,1%). Responden menyatakan bahwa perawat mengingatkan jadwal kontrol setelah pulang dari rumah sakit, memberi informasi kepada hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan menyusun perencanaan pemulangan berdasarkan instruksi dokter namun mereka tepat dalam melakukan kontrol. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena faktor dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku ketepatan jadwal kontrol. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berapdatasi dengan program pengobatanya (Smet, 2014).

Hasil uji statistik didapatkan p value sebesar 0,045 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai OR sebesar 3,355 artinya pasien post operasi di RSUD Ungaran yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori baik cenderung 3,355 kali melakukan kontrol tepat dengan jadwal dibandingkan yang menyatakan pemberian discharge planning oleh perawat kategori kurang baik.

Ketepatan waktu pasien untuk kontrol adalah perjanjian yang dilakukan antara petugas kesehatan dengan pasien yang berhubungan dengan perjanjian untuk mengunjungi layanan kesehatan kembali.Dampak yang terjadi ketika pasien tidak tepat untuk melakukan kontrol dapat menyebabkan rehospitalisasi bagi pasien.Rehospitalisasi merupakan masuknya kembali pasien di rawat inap setelah diperbolehkan untuk pulang dari rawat inap. Pasien yang tidak memiliki ketepatan untuk kontrol setelah pemulangan, lebih memungkinkan dua kali untuk rehospitalisasi pada tahun yang sama dibandingkan dengan pasien yang menaati perjanjian untuk kontrol (Nelson, et.,al., 2010).

(7)

vii Ketidaktepatan dapat disebabkan oleh

beberapa hal antara lain pertemuan saat pasien tidak hadir sesuai perintah yang dilakukan oleh petugas kesehatan, pasien hanya menggunakan sebagian obat atau bahkan tidak sama sekali, gejala yang menetap atau tidak kunjung hilang, perkembangan proses penyakit yang lama dan munculnya hasil akhir yang tidak diharapkan (Carpenito, 2009).

Saat pulang, pasien harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya.Kesuksesan tindakan discharge planning (perencanaan pulang) menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Perry & Potter, 2006).

Peran perawat sangat penting dalam mempersiapkan kepulangan pasien khususnya dalam pemberian discharge planning atau perencanaan pemulangan. Perawat harus memperhatikan masalah pasien dan perawatan yang diperlukannya dan mengajarkan pasien atau anggota keluarga di dalam pemberian perawatan klien tentang apa yang akan dilakukan di rumah (Ester, 2009). Discharge planning yang baik akan sangat berperan dalam mencegah kemungkinan komplikasi, menciptakan lingkungan yang aman dengan pembatasan aktifitas yang diberlakukan untuk pasien di rumah dan rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya dapat dibuat dengan tepat (Monica, 2012).

Program discharge planning pada dasarnya merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Herniyatun, 2009). Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap

menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006).

Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2006). Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Rahmi, 2011). Tindakan ini juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Siahaan, 2009).

Melihat hal tersebut maka discharge planning sangat penting diberikan pada keluarga pasien pasca operasi. Peran perawat sangat penting dalam mempersiapkan kepulangan pasien serta keluarga dalam pemberian discharge planning atau perencanaan pemulangan dengan memperhatikan masalah pasien dan perawatan yang diperlukannya. Dengan mengajarkan pasien dan anggota keluarga di dalam pemberian perawatan klien bedah yang akan dilakukan di rumah (Ester, 2009). Discharge planning yang baik akan sangat berperan dalam mencegah kemungkinan komplikasi, menciptakan lingkungan yang aman dengan pembatasan aktifitas yang diberlakukan untuk pasien di rumah dan rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya dapat dibuat dengan tepat (Monica, 2012).

Penelitian Kusmoro (2008) tentang gambaran kepatuhan kontrol penderita stroke berulang di RSUD Kabupaten Brebes.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi frekuensi ketidakpatuhan kontrol penderita stroke berulang sebesar 31 penderita (77,5%) lebih besar dibandingkan dengan frekuensi kepatuhan kontrol sebesar 9 penderita (22,5%) dari jumlah 40 penderita.

(8)

viii Karakteristik subyek berdasarkan riwayat

penyakit, karakteristik subyek berdasarkan pekerjaan, karakteristik subyek berdasarkan umur.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah peneliti menambahkan variabel independen yaitu pemberian discharge planning.

PENUTUP Kesimpulan

1. Pemberian discharge planning pasien post operasi di RSUD Ungaran sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 70 orang (79,5%).

2. Jadwal kontrol pasien post operasi di RSUD Ungaran sebagian besar dalam kategori tepat yaitu sebanyak 59 orang (67,0%).

3. Ada hubungan pemberian discharge planning dengan ketepatan jadwal kontrol pada pasien post operasi di RSUD Ungaran, dengan p value sebesar 0,045 (α = 0,05).

Saran

Sebaiknya perawat meningkatkan pelayanan khususnya dalam pemberian discharge planning diantaranya dengan memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarganya dalam merencanakan tindakan keperawatan dan memberikan informasi cara perawatan luka di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta

Bull & Robert, (2007).Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press: Chicago, IL. Jackson, (2007). Discharge planning : issues

and challenges for gerontological nursing. A critique of the literature. Journal of advance nursing 19:492-502

Kusmoro (2008) Gambaran Kepatuhan Kontrol Penderita Stroke Berulang di RSUD Kabupaten Brebes e-Journal Keperawatan (eKp) volume

3 Nomor 8 Agustus 2008.Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. UNIMUS Semarang

Nordstrom dan Garduff, (2006).Discharge planning: An interdisciplinary method. Silverberg Press: Chicago, IL

Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta.

Nursalam, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Nuha Medika

Rahmi, (2011). Pengaruh Discharge Planning Terstruktur Terhadap Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik di RSUD Al Ihsan Bandung. Skripsi USU. Medan

Smet, (2014).Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alphabeta

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran “image body size” dilakukan dengan cara membuka program Proscrustes TPSutil dan TPSdigg2 (Rohlf 1999) menggunakan komputer dan menyisipkan (insert)

Drainage, Sanitation, Septic-tank, Garbage/sewage, Are there any public toilets/shower ?, 24 TOILETS/SHOWER FORM 4_8_Who provides ?, Physical status maintenance of

Padahal kawasan pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, artinya memiliki potensi sumberdaya alam yang kuat dan

Masyarakat di Kawasan Segitiga Emas Jakarta dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

• Sebelum DSM-III, diagnosa dari gangguan kepribadian sangat tidak reliabel, seperti menduga bahwa seseorang yang periang akan cenderung mengalami gangguan kepribadian narsistik,

9 Masjid Babussalam Perum.Graha Nusa Permai Blok A6 Kel.Belian Kec.Batam Kota 25,000,000.. 10 Masjid Thoriqul

Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Trenggalek yang mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,59 persen, kemudian diikuti Kabupaten Situbondo 0,55 persen,

Dari sini kita dapat memahami bahwa Quraish Shihab dalam pemikirannya membolehkan poligami, namun dalam pelaksanaan poligami tersebut beliau sangat menekankan pada unsur keadilan